Anda di halaman 1dari 26

Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XI
F IS IK A
Termodinamika

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami pengertian termodinamika.
2. Memahami perbedaan sistem dan lingkungan.
3. Memahami pengertian energi dalam dan formulasinya.
4. Memahami usaha luar dan usaha pada proses termodinamika.
5. Memahami hukum ke nol termodinamika dan aplikasinya.
6. Memahami hukum I dan hukum II termodinamika.
7. Memahami cara kerja dan formulasi mesin Carnot, mesin pendingin, dan pompa
kalor.
8. Memahami konsep entropi.

A. Pengertian Termodinamika
Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari proses perpindahan energi dalam bentuk
kalor dan usaha antara sistem dan lingkungan. Kalor diartikan sebagai perpindahan
energi yang disebabkan oleh perbedaan suhu. Sementara itu, usaha diartikan sebagai
perubahan energi melalui cara-cara mekanis yang tidak disebabkan oleh perubahan
suhu. Proses perpindahan energi pada termodinamika didasarkan atas dua hal, yaitu
sebagai berikut.
1. Memenuhi persyaratan hukum kekekalan energi (hukum I termodinamika).
2. Memerhatikan adanya batasan arah perpindahan kalor yang mungkin terjadi (hukum
II termodinamika).
B. Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah benda atau objek yang akan diteliti dan menjadi pusat perhatian. Sistem
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem terisolasi
Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak mengalami pertukaran materi dan energi
(kalor dan usaha) dengan lingkungan. Contohnya, air yang disimpan dalam termos
dan tabung gas yang terisolasi.

2. Sistem tertutup
Sistem tertutup adalah sistem yang hanya mengalami pertukaran energi (kalor dan
usaha) dengan lingkungan, tetapi tidak mengalami pertukaran materi. Contohnya, air
yang disimpan dalam teko dari baja yang tertutup.

Suatu sistem dapat mengalami pertukaran kalor atau usaha berdasarkan sifat
pembatasnya, yaitu:
a. Pembatas adiabatik, tidak memperbolehkan pertukaran kalor.
b. Pembatas rigid, tidak memperbolehkan pertukaran usaha.

3. Sistem terbuka
Sistem terbuka adalah sistem yang dapat mengalami pertukaran materi dan energi
(kalor dan usaha) dengan lingkungan. Sebuah pembatas yang memperbolehkan
pertukaran materi dan energi ini disebut sebagai pembatas permeabel.

Lingkungan adalah benda-benda yang tidak termasuk dalam sistem atau berada di luar
sistem. Sistem bersama dengan lingkungannya disebut dengan semesta. Contoh dari
sistem dan lingkungan dapat diamati pada sebuah tabung yang berisi gas. Sistem yang
dimaksud adalah gas itu sendiri, sedangkan lingkungan adalah tabungnya. Interaksi
antara sistem dan lingkungan inilah yang menjadi pokok perhatian dalam termodinamika.

C. Energi Dalam
Energi dalam (U) adalah jumlah total energi yang terkandung dalam sistem. Energi
dalam juga dapat didefinisikan sebagai jumlah energi kinetik, energi potensial, energi
nuklir, dan bentuk energi lain yang dimiliki atom dan molekul sistem. Khusus untuk gas
ideal, perlu diingat bahwa energi dalamnya hanya bergantung pada suhu dan terdiri atas
energi kinetik saja. Secara matematis, perubahan energi dalam (ΔU) yang disebabkan
oleh perubahan suhu (ΔT) dirumuskan sebagai berikut.

Termodinamika 2
Gas monoatomik Gas diatomik

3 5
U  n  R  T U  n  R  T
2 2

D. Usaha Luar
Perhatikan gambar berikut.

Gambar 1. Usaha oleh gas

Jika gas dalam tabung dipanaskan maka pengisap akan bergerak dan gas akan melakukan
usaha luar (W) yang besarnya dapat ditentukan dengan rumus berikut.

W = P · ΔV = P(V2 – V1)

P = tekanan gas (N/m²);


ΔV = perubahan volume (m³); dan
W = usaha luar (J).

Selain menggunakan rumusan tersebut, usaha yang dilakukan oleh gas atau usaha luar
juga dapat ditentukan berdasarkan grafik berikut.

P • Proses ke arah kanan


V2 > V1 sehingga ΔV > 0 (usaha positif)
W = luas arsiran
V1 V2

Gambar 2. Usaha luar positif

• Proses ke arah kiri


V2 < V1 sehingga ΔV < 0 (usaha negatif)
P
W = - luas arsiran

V2 V1
Gambar 3. Usaha luar negatif

Termodinamika 3
Contoh Soal 1

Perhatikan grafik berikut.

Besarnya usaha yang dilakukan oleh gas pada proses ABC adalah ….

Pembahasan:
Usaha pada proses AB adalah nol, karena tidak ada perubahan volume. Sementara itu,
usaha pada proses BC adalah usaha yang dilakukan pada tekanan tetap, yaitu sebesar
1,5 x 105 N/m2. Dengan demikian, diperoleh:

WAC = WAB + WBC


WAC = 0 + (1,5 x 105)(3 − 1)
= 3 x 105
= 300 kJ

Jadi, besarnya usaha yang dilakukan oleh gas pada proses ABC adalah +300 kJ.

E. Usaha pada Proses Termodinamika


Usaha yang dilakukan oleh gas bergantung dari jenis proses yang berkaitan dengan
perubahan suhu, volume, tekanan, dan energi dalam gas. Proses-proses tersebut
meliputi proses isotermal, isobarik, isokorik, dan adiabatik.

1. Usaha pada Proses Isotermal


Proses isotermal adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap.
Proses ini mengikuti hukum Boyle, yaitu PV = C.

Termodinamika 4
Keterangan:
P1 V1 = P2 V2 P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m²);
V2 V1 = volume gas pada keadaan 1 (m³);
W  nRT  ln
V1 V2 = volume gas pada keadaan 2 (m³);
R = tetapan gas (8,314 J/mol.K);
n = jumlah mol gas (mol);
P
W  nRT  ln 1 T = suhu gas (K);
P2
W = usaha (J); dan
ln = logaritma natural.

Grafik usaha pada proses isotermal adalah sebagai berikut.


P (N/m2)

P1

P2 Isotermal

V (m3)
0 V1 V2

Gambar 4. Grafik usaha pada proses isotermal

2. Usaha pada Proses Isobarik


Proses isobarik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap.

Keterangan:
V1 V2 V1 = volume gas pada keadaan 1 (m³);
=
T1 T2
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m³);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
W  P  V  P (V2  V1) T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K);
P = tekanan gas (N/m2); dan
W = usaha (J).

Grafik usaha pada proses isobarik adalah sebagai berikut:


P (N/m2)

1 2
P 1 = P2

V (m3)
0 V1 V2

Gambar 5. Grafik usaha pada proses isobarik


Termodinamika 5
3. Usaha pada Proses Isokorik
Proses isokorik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada volume tetap.

Keterangan:
P1 P2
= P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
T1 T2
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
W =0 T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K); dan
W = usaha (J).

P (N/m2)

P1 1

P2 2

V (m3)
0 V 1 = V2

Gambar 6. Grafik usaha pada proses isokorik

4. Usaha pada Proses Adiabatik


Proses adiabatik adalah suatu proses perubahan keadaan gas yang berlangsung
tanpa adanya kalor yang masuk atau keluar sistem gas (Q = 0). Proses ini dapat
dilakukan dengan cara mengisolasi sistem menggunakan bahan yang tidak mudah
menghantarkan kalor.

Proses adiabatik mengikuti persamaan Poisson berikut.

Keterangan:
P1  V1   P2  V2 
 
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m²);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m²);
T1  V1 
 1
 T2  V2 
 1
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m³);
Cp V2 = volume gas pada keadaan 2 (m³);
 
CV Cp = kapasitas kalor pada tekanan tetap (J/K);
CV = kapasitas kalor pada volume tetap (J/K);
1 γ = konstanta Laplace;
W (P V  P2 V2 )
 1 1 1 W = usaha (J);
n = jumlah mol gas (mol); dan
R = tetapan gas 8,314 J/mol.K.
3
W   U  nR T1  T2 
2

Termodinamika 6
Grafik usaha pada proses adiabatik hampir mirip dengan proses isotermik, hanya
saja lebih tajam.

P1

Isotermal
P2 Adiabatik

V (m3)
0 V1 V2

Gambar 7. Grafik usaha pada proses adiabatik

Contoh Soal 2

Sebanyak 4 liter gas Ne pada suhu 200 K dan tekanan 2 atm mengalami proses secara
isobarik sehingga mencapai suhu akhir 600 K. Jika 1 atm = 1 × 105 N/m², usaha yang
dilakukan gas selama proses tersebut adalah .…

Pembahasan:
Diketahui:
V1 = 4 liter
T1 = 200 K
T2 = 600 K
P = 2 atm = 2 × 105 N/m²

Ditanya: W = ...?

Dijawab:
Mula-mula, tentukan volume akhirnya (V2).
Pada proses isobarik, berlaku:
V1 V2

T1 T2

4 V
  2
200 600
 2V2  24

 V2  12 liter

Kemudian, tentukan usaha yang dilakukan gas dengan rumus berikut.


W = P ( V2 – V1)
= 2 × 105 (12 – 4) × 10–3
= 16 × 102
= 1.600 J

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas tersebut adalah 1.600 J.


Termodinamika 7
Contoh Soal 3

5 2
Suatu gas (   ) 1   27oC diekspansi secara adiabatik sehingga volume akhirnya
  suhu
pada
3 3
menjadi seperdelapan
T  27o C  27volume
 273 awalnya.
300 K Berapakah suhu akhir gas di dalam proses
1
tersebut?
1
V2  V1
Pembahasan: 8

Diketahui:

5 2
     1  
3 3
T1  27o C  27  273  300 K

1
V2  V
8 1

Ditanya: T2 = ... ?
Dijawab:
Pada proses adiabatik, berlaku:

T1  V1   T2  V2 
 1  1

 1
T V 
  1   2 
T2  V1 
2
 1 3
 V1 
300
 8 
T2  V1 
 
 
2
300  2 3  3
  
T2  1 
300 1
 
T2 4

 T 2  1200

Jadi, suhu akhir gas di dalam proses tersebut adalah 1200 K atau 927oC.

F. Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika menyatakan bahwa pada setiap proses, apabila kalor
ditambahkan ke dalam sistem dan sistem melakukan usaha, maka akan terjadi

Termodinamika 8
perubahan energi. Jadi, dapat dikatakan bahwa hukum I termodinamika menyatakan
adanya konsep kekekalan energi.

Berdasarkan konsep kekekalan energi, energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan,
tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Jika kalor diubah menjadi bentuk
energi lain atau sebaliknya, energi sebelumnya selalu konstan. Dalam pengubahan
bentuk energi ini, diperlukan konversi satuan yang mana nilai 1 kalori = 4,2 joule.

Secara matematis, hukum I termodinamika dirumuskan sebagai berikut.

Q = W + ΔU

Keterangan:
Q = kalor gas (J);
W = usaha gas (J); dan
ΔU = perubahan energi dalam gas (J).

Perlu diperhatikan bahwa nilai Q dan W mengikuti tanda perjanjian berikut.


• Jika sistem melakukan kerja, nilai W bertanda positif (+).
• Jika sistem menerima kerja, nilai W bertanda negatif (–).
• Jika sistem menerima kalor, nilai Q bertanda positif (+).
• Jika sistem melepas kalor, nilai Q bertanda negatif (–).

Contoh Soal 4

Suatu tangki berpengisap berisi 12 liter gas pada suhu 27oC. Gas kemudian diberi kalor
2 kJ secara isobarik pada tekanan 200.000 N/m² sehingga suhunya menjadi 127°C.
Tentukanlah:
a. perubahan volume gas;
b. usaha yang dilakukan oleh gas; dan
c. perubahan energi dalam gas.

Pembahasan:
Diketahui:
V1 = 12 liter = 12 × 10-3 m3
T1 = 27oC = 27 + 273 = 300 K
T2 = 127oC = 127 + 273 = 400 K
Q = +2 kJ = + 2000 J
P = 200.000 N/m2

Termodinamika 9
Ditanya:
a. ΔV = …?
b. W = …?
c. ΔU = …?

a. Pada proses isobarik, berlaku:

V1 V2

T1 T2

12 V
  2
300 400
48
 V2 
3
 V2  16 liter

Dengan demikian, diperoleh:

ΔV = V2 – V1
= 16 – 12
= 4 liter

Jadi, perubahan volume gasnya adalah 4 liter.

b. Oleh karena ΔV = 4 liter, maka usaha yang dilakukan oleh gas dapat ditentukan
sebagai berikut.

W = P(ΔV)
= 200.000 (4 × 10–3)
= 800 J

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas adalah +800 J atau +0,8 kJ.

c. Oleh karena Q = +2 kJ dan W = +0,8 kJ, maka perubahan energi dalam gas dapat
ditentukan sebagai berikut.

∆U = Q - W
= +2 kJ – (+0,8 kJ)
= 1,2 kJ

Jadi, perubahan energi dalam gasnya adalah 1,2 kJ.

Termodinamika 10
G. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
gas sebesar 1oC. Kapasitas kalor untuk volume tetap dinyatakan dengan CV dan untuk
tekanan tetap dinyatakan dengan CP. Kapasitas kalor untuk volume tetap (CV) dapat
ditentukan dengan rumus berikut.

• Untuk gas monotomik (misal He, Ne, Ar):

3
CV = nR
2

• Untuk gas diatomik (misal H2, N2, O2):

3
1. Pada suhu rendah (±300 K): CV = nR
2
5
2. Pada suhu sedang (±500 K): CV = nR
2
7
3. Pada suhu tinggi (±1000 K): CV = nR
2

Besarnya CP ditentukan dengan rumusan berikut.

CP  CV  nR

H. Hukum II Termodinamika
Berkaitan dengan aliran kalor, hukum II termodinamika menyatakan bahwa kalor
mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak
mengalir secara spontan dalam arah sebaliknya.

Sementara itu, berkaitan dengan mesin kalor, hukum II termodinamika menyatakan


bahwa tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang dapat mengubah seluruh energi
kalor yang diterimanya menjadi usaha.

I. Siklus Carnot
Hukum I termodinamika menyatakan bahwa kalor yang diserap oleh sistem dapat
menyebabkan gas melakukan usaha/kerja. Berdasarkan hukum ini, dimungkinkan untuk
merancang suatu mesin yang dapat mengubah kalor menjadi kerja atau yang disebut
dengan mesin Carnot.

Termodinamika 11
Mesin Carnot adalah mesin yang bekerja dengan memindahkan kalor dari reservoir
suhu tinggi ke reservoir suhu rendah. Mesin ini bekerja berdasarkan siklus Carnot, yaitu
siklus ideal yang terdiri atas dua proses isotermal dan dua proses adiabatik. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan diagram siklus Carnot berikut.

P (N/m2)
a
Q1
b
T1

W
d
c
T2
Q2
V (m3)
0

Gambar 8. Diagram siklus Carnot

• Proses a – b dan proses c – d adalah proses isotermal.


• Proses b – c dan proses a – d adalah proses adiabatik.
• Kerja yang dilakukan adalah W = Q1 – Q2.

Salah satu besaran yang penting dalam mesin Carnot adalah efisiensi (η). Efisiensi (η)
menggambarkan seberapa efesien usaha yang dihasilkan dari kalor yang diserap oleh
sistem. Secara matematis, efisiensi dirumuskan sebagai berikut.

W   T 2 
    100%atau   1    100%
 Q1   T1 

Keterangan:
η = efisiensi mesin Carnot (%);
Q1 = kalor yang diserap mesin Carnot (J);
Q2 = kalor yang dilepas mesin Carnot (J);
W = usaha (J);
T1 = suhu tinggi reservoir (K); dan
T2 = suhu rendah reservoir (K).

Contoh Soal 5

Sebuah mesin Carnot yang menggunakan reservoir suhu tinggi 800 K mempunyai
efisiensi 40%. Jika efisiensi mesin ingin dinaikkan menjadi 50%, reservoir suhu tinggi
harus dinaikkan menjadi ….

Termodinamika 12
Pembahasan:
Diketahui:
T1 = 800 K
η1 = 40% = 0,4
η2 = 50% = 0,5

Ditanya: T1' = ...?

Dijawab:

SUPER "Solusi Quipper"

 1  1 
T1`     T1
 1  2  
 1  0, 4 
    800
 1  0, 5 
 0, 6 
   800
 0, 5 
 960 K

Jadi, reservoir suhu tinggi harus dinaikkan menjadi 960 K.

J. Mesin Pendingin
Prinsip kerja dari mesin pendingin merupakan kebalikan dari mesin Carnot. Mesin
pendingin bekerja dengan memindahkan kalor dari reservoir dingin atau suhu rendah
ke reservoir suhu tinggi. Berbeda dengan mesin Carnot yang dinilai berdasarkan
efisiensinya, kinerja mesin pendingin dinilai berdasarkan nilai koefisien kinerjanya atau
koefisien performansi (Kp). Koefisien performansi adalah perbandingan antara kalor
yang diserap reservoir suhu rendah dan usaha yang dikerjakan. Semakin tinggi nilai Kp,
semakin baik mesin pendingin tersebut.

Q T2
K P  2 
W
 T1  T2

Keterangan:
Kp = koefisien performansi;
Q2 = kalor yang diserap mesin pendingin;
W = kerja yang diterima mesin pendingin;
T1 = suhu ruangan (K); dan
T2 = suhu di dalam mesin pendingin (K).

Termodinamika 13
Contoh Soal 6

Sebuah mesin pendingin memiliki koefisien performansi 6,0. Jika suhu ruang di luar
mesin adalah 28oC, suhu di dalam mesin pendingin tersebut adalah ....

Pembahasan:
Diketahui:
Kp = 6,0
T1 = 28oC = 28 + 273 = 301 K

Ditanya: T2 = …?

Dijawab:
Dengan menggunakan rumus koefisien performansi, diperoleh:
T 2
KP 
T1  T2

T2
6
301  T2

 1806  6 T 2  T2

 7T2   1806

 T2   258 K

Jadi, suhu di dalam mesin pendingin tersebut adalah 258 K atau –15oC.

K. Hukum Ke Nol Termodinamika dan Aplikasinya


1. Hukum Ke Nol Termodinamika
Hukum ke nol termodinamika berbunyi “Jika dua buah benda berada dalam kondisi
kesetimbangan termal dengan benda ketiga, ketiga benda tersebut berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain.” Maksud dari hukum ke nol termodinamika ini
adalah jika benda A mempunyai temperatur yang sama dengan benda B dan benda B
mempunyai temperatur yang sama dengan benda C, temperatur benda A akan sama
dengan benda C atau benda A, B, dan C berada dalam kondisi kesetimbangan termal.
Kesetimbangan ini tercapai akibat adanya kontak termal pada permukaan kontak
termal benda. Kontak termal adalah peristiwa yang terjadi saat permukaan dua
buah benda yang berbeda temperatur saling bersentuhan. Sementara permukaan
kontak termal adalah permukaan tempat kedua benda saling bersentuhan. Untuk
lebih memahami hukum ke nol termodinamika, perhatikan peristiwa berikut.

Termodinamika 14
Misalkan terdapat tiga buah benda yang temperaturnya berbeda, yaitu benda A, B,
dan C. Temperatur benda A lebih besar daripada temperatur benda B dan benda C.
Sementara temperatur benda B lebih besar daripada temperatur benda C. Perhatikan
gambar berikut.

Gambar 9. Benda A, B, dan C dengan temperatur berbeda

Akan terjadi beberapa kondisi, yaitu sebagai berikut.


a. Kondisi pertama

Gambar 10. Benda A dan B kontak termal dengan benda C, tetapi benda A dan B terpisah secara
termal

Pada kondisi ini, kalor akan berpindah dari benda A dan B ke benda C hingga
terbentuk kesetimbangan termal antara ketiga benda.

b. Kondisi kedua

Gambar 11. Benda B kontak termal dengan benda C dan benda A kontak termal dengan benda B

Pada kondisi ini, kalor akan berpindah dari benda A ke benda B dan dari benda B
ke benda C hingga terbentuk kesetimbangan termal antara ketiga benda.

Termodinamika 15
c. Kondisi ketiga

Gambar 12. Benda A, B, dan C saling kontak termal

Pada kondisi ini, kalor akan berpindah dari benda A ke benda B dan C. Selain itu,
kalor juga akan berpindah dari benda B ke benda C hingga ketiga benda mencapai
kesetimbangan termal.

d. Kondisi keempat

Gambar 13. Benda A kontak termal dengan benda C dan benda B kontak termal dengan benda A

Pada kondisi ini agak unik, karena kalor dari benda A akan berpindah ke benda B
dan C. Hal ini terjadi karena temperatur benda A lebih besar daripada benda B dan
C. Selain itu, antara benda A dan C serta A dan B terdapat kontak termal. Benda
A dan benda B akan mencapai kesetimbangan termal terlebih dahulu, tetapi
temperatur kesetimbangan termal benda A dan B masih lebih tinggi daripada
benda C. Akibatnya, kalor akan berpindah lagi dari benda A dan B yang sudah
mencapai kesetimbangan termal ke benda C hingga terbentuk kesetimbangan
termal antara ketiga benda.

2. Aplikasi Hukum Ke Nol Termodinamika


Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan fenomena-fenomena yang
menggambarkan hukum ke nol termodinamika. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut.

Termodinamika 16
a. Memasukkan es batu ke dalam air hangat
Jika kita memasukkan es batu ke dalam air hangat, kalor akan berpindah dari
air hangat ke es batu. Akibatnya, temperatur es batu akan naik dan temperatur
air hangat akan turun. Es akhirnya mencair dan menjadi air dingin. Air dingin ini
menunjukkan campuran es batu dan air hangat dengan suhu yang sama. Dengan
kata kain, keduanya telah mencapai kesetimbangan termal.

b. Merebus air dalam panci


Ketika kita merebus air dalam panci, temperatur panci akan berubah karena
mendapat kalor dari api. Oleh karena itu, temperatur air yang bersentuhan
dengan panci juga akan naik dan akhirnya mendidih.

c. Pengukuran suhu
Misalkan digunakan termometer raksa untuk mengukur suhu tubuh. Termometer
raksa terdiri atas pipa kaca dan air raksa di dalamnya. Dinding kaca termometer
mengalami kontak termal dengan tubuh dan air raksa. Berdasarkan hukum ke
nol termodinamika, air raksa dan tubuh yang tidak memiliki kontak langsung
juga akan mencapai kesetimbangan termal. Hal inilah yang membuat suhu tubuh
dapat terdeteksi oleh termometer.

Contoh Soal 7

Sistem A memiliki kalor dengan suhu 500 K, sedangkan sistem B memiliki kalor dengan
suhu 400 K. Jika kedua sistem tersebut disatukan, peristiwa yang akan terjadi menurut
hukum ke nol termodinamika adalah ….
A. Kalor pada kedua sistem akan sama-sama berkurang.
B. Kalor pada sistem A akan berpindah ke sistem B.
C. Kalor pada sistem B akan berpindah ke sistem A.
D. Kalor pada kedua sistem akan tetap.
E. Kalor pada kedua sistem akan sama-sama bertambah.

Pembahasan:
Hukum ke nol termodinamika menyatakan bahwa “Jika dua buah benda berada dalam
kondisi kesetimbangan termal dengan benda ketiga, ketiga benda tersebut berada
dalam kesetimbangan termal satu sama lain.” Kesetimbangan termal dapat tercapai jika
kalor pada sistem yang bersuhu lebih tinggi berpindah ke sistem yang bersuhu lebih
rendah. Oleh karena sistem A memiliki suhu lebih tinggi daripada sistem B, maka kalor
akan berpindah dari sistem A ke sistem B hingga tercapai kesetimbangan termal.

Jadi, jawaban yang benar adalah kalor pada sistem A akan berpindah ke sistem B.
Jawaban: B

Termodinamika 17
Contoh Soal 8

Pada plester penurun panas yang ditempelkan di dahi, berlaku hukum ke nol
termodinamika. Pernyataan yang benar terkait hal tersebut adalah ….
A. Kalor dari plester penurun panas akan berpindah ke dahi sehingga suhu tubuh
menurun.
B. Kalor dari plester penurun panas akan berpindah ke dahi sehingga suhu tubuh
meningkat.
C. Kalor dari plester penurun panas akan diserap oleh dahi sehingga suhu plester
menurun.
D. Kalor dari dahi akan berpindah ke plester penurun panas sehingga suhu tubuh
menurun.
E. Kalor dari dahi akan diserap oleh plester penurun panas sehingga suhu plester
menurun.

Pembahasan:
Hukum ke nol termodinamika menyatakan bahwa “Jika dua buah benda berada dalam
kondisi kesetimbangan termal dengan benda ketiga, ketiga benda tersebut berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain.” Kesetimbangan termal dapat tercapai jika kalor
pada sistem yang bersuhu lebih tinggi berpindah ke sistem yang bersuhu lebih rendah.
Oleh karena dahi memiliki suhu yang lebih tinggi daripada plester penurun panas, maka
kalor akan berpindah dari dahi ke plester penurun panas sehingga suhu tubuh menurun.

Jadi, pernyataan yang benar adalah kalor dari dahi akan berpindah ke plester penurun
panas sehingga suhu tubuh menurun.
Jawaban: D

L. Pompa Kalor
Pompa kalor (heat pump) yang dibahas di sini adalah alat untuk memanaskan
(memberikan kalor Q1) dan bukan untuk mendinginkan (membuang Q2). Perhatikan
ilustrasi berikut.

Termodinamika 18
Gambar 14. Pompa kalor

Kinerja pompa kalor dinilai berdasarkan koefisien kinerjanya atau koefisien


performansinya (Kp). Berbeda dengan koefisien performasi mesin pendingin, koefisien
performansi pompa kalor didefinisikan sebagai perbandingan antara kalor yang dipasok
ke dalam ruangan dan usaha yang dikerjakan. Semakin tinggi nilai Kp, semakin baik
kinerja pompa kalor tersebut. Secara matematis, koefisien performansi pompa kalor
dapat dirumuskan sebagai berikut.

Q1 Q1
Kp  
W Q1  Q2

Untuk pompa kalor ideal, nilai koefisien performansinya dapat dinyatakan sebagai
berikut.

T1
Kp 
T1  T2

Keterangan:
Kp = koefisien performansi;
Q1 = kalor yang dipasok ke dalam ruangan atau kalor yang lebih besar (J);
W = kerja yang dilakukan pompa (J);
Q2 = kalor yang dibuang atau kalor yang lebih kecil (J);
T1 = suhu ruangan tempat melepas kalor atau suhu yang lebih tinggi (K); dan
T2 = suhu luar ruangan atau suhu yang lebih rendah (K).

Termodinamika 19
Contoh Soal 9

Sebuah pompa kalor memasok kalor sebesar 40 kJ yang diambil dari luar ruangan dengan
suhu 21oC. Jika kalor tersebut digunakan untuk menghangatkan sebuah ruangan dengan
suhu 41oC, koefisien performansi pompa kalor tersebut adalah ….
A. 1,05
B. 1,07
C. 2,05
D. 14,7
E. 15,7

Pembahasan:
Diketahui:
Q1 = 40 kJ = 40000 J
T2 = 21oC = (21 + 273) K = 294 K
T1 = 41oC = (41 + 273) K = 314 K

Ditanya: Kp = …?

Dijawab:
Koefisien performansi pompa kalor dapat dirumuskan sebagai berikut.

T1
Kp 
T1  T2

314

314  294

314

20
 15, 7

Jadi, koefisien performansi pompa kalor tersebut adalah 15,7.


Jawaban: E

Contoh Soal 10

Sebuah pompa kalor memasok kalor sebesar 40 kJ yang diambil dari luar ruangan dengan
suhu 17oC. Kalor tersebut digunakan untuk menghangatkan sebuah ruangan dengan
suhu 47oC. Jika pompa kalor tersebut digerakkan menggunakan listrik, daya listrik yang
digunakan dalam waktu 1 menit adalah ....

Termodinamika 20
A. 62,5 W
B. 22,5 W
C. 24,8 W
D. 42,3 W
E. 86,8 W

Pembahasan:
Diketahui:
Q1 = 40 kJ = 40000 J
T2 = 17oC = (17 + 273) K = 290 K
T1= 47oC = (47 + 273) K = 320 K
t = 1 menit = 60 s

Ditanya: P = …?

Dijawab:
Mula-mula, tentukan besarnya kerja yang dilakukan oleh pompa kalor.

Dengan menggunakan rumus koefisien performansi pompa kalor, diperoleh:

Q1 T1

W T1  T2

40000 320
 
W 320  290

40000 320
 
W 30
 W  3750 J

Kemudian, tentukan daya listrik yang digunakan dalam waktu 1 menit dengan rumus
berikut.

W
P =
t
3750
=
60
= 62, 5W

Jadi, daya listrik yang digunakan dalam waktu 1 menit adalah 62,5 W.
Jawaban: A

Termodinamika 21
M. Entropi
Ada satu fungsi keadaan yang berkaitan dengan hukum ii termodinamika, yang juga dapat
menjelaskan fungsi keadaan dari suatu sistem, yaitu fungsi entropi. Entropi adalah suatu
ukuran banyaknya energi panas atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha. Pada
proses reversibel, perubahan entropi di antara dua keadaan kesetimbangan dinyatakan
sebagai kalor dibagi dengan suhu. Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut.

Q
S 
T

Keterangan:
∆S = perubahan entropi (J/K);
Q = kalor (J); dan
T = suhu (K).

Perumusan entropi tersebut hanya berlaku untuk proses reversibel. Kalor Q akan bernilai
positif jika sistem menyerap kalor dan akan bernilai negatif jika sistem melepas kalor.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan keadaan atau entropi
dari suatu sistem selalu diikuti dengan perubahan kalornya.

Jika konsep entropi diterapkan pada mesin carnot, kita dapat membuktikan bahwa total
perubahan entropi pada mesin Carnot adalah nol. Ingat bahwa pada mesin Carnot,
reservoir bersuhu tinggi (T1) melepaskan kalor sebesar Q1 sehingga entropi sistem
Q
tersebut adalah S1   1 . Sementara itu, reservoir bersuhu rendah (T2) akan menyerap
T1
Q
kalor sebesar Q2 sehingga entropi sistem tersebut adalah S2  2 . Dengan demikian,
T2
total perubahan entropinya adalah sebagai berikut.

Q1 Q2
S1  S2   
T1 T2

Pada mesin Carnot ideal, nilai Q1 dan Q2 serta T1 dan T2 adalah sama. Oleh karena itu,
total perubahan entropinya adalah sebagai berikut.

Q1 Q2
S1  S2    0
T1 T2

Termodinamika 22
Contoh Soal 11

Sebanyak 2 kg es batu memiliki suhu sebesar 0oC. Es batu tersebut diletakkan di dalam
sebuah wadah dan dijemur di bawah sinar matahari. Es kemudian mencair karena
mendapatkan tambahan kalor dari udara dan matahari. Jika seluruh es melebur dengan
nilai kalor lebur es 336.000 J/kg, perubahan entropi es tersebut adalah ….
A. 1.223,44 J/K
B. 1.230,77 J/K
C. 2.446,89 J/K
D. 2.461,54 J/K
E. 7.326 J/K

Pembahasan
Diketahui:
m = 2 kg
T = 0oC = (0 + 273) K = 273 K
L = 336000 J/kg

Ditanya: ∆S = …?

Dijawab:
Mula-mula, tentukan jumlah kalor yang diperlukan untuk meleburkan seluruh es.

Q = mL
= (2)(336000)
= 672000 J

Kemudian, tentukan perubahan entropinya dengan rumus berikut.

Q
S 
T
672000

273
 2461, 54 J / K

Jadi, perubahan entropi es tersebut adalah 2.461,54 J/K.


Jawaban: D

Termodinamika 23
Contoh Soal 12

[Soal HOTS]

Perhatikan gambar berikut.

Kalor (J)

Grafik tersebut merupakan grafik perubahan suhu dan wujud zat dari 100 g es yang
berubah menjadi air. Perubahan entropi total pada proses A ke D adalah …. (ces=
2100 J/kgoC, cair = 4200 J/kgoC, L = 336000 J/kg)
A. 6,83 J/K
B. 7,42 J/K
C. 123,08 J/K
D. 41,58 J/K
E. 172,08 J/K

Pembahasan:
Diketahui:
m = 100 g = 0,1 kg
ces = 2100 J/kgoC
cair = 4200 J/kgoC
L = 336000 J/kg

Ditanya: ∆Stotal = …?

Dijawab:
Pada proses A - B

Q1 = mces ∆Tes
= 0,1 × 2100 × (0 - (-10))
= 0,1 × 2100 × 10
= 2100 J

Termodinamika 24
Q1
S1 
T1

2100

10  273
2100

283
 7, 42 J / K

Pada proses B - C

Q2 = mL
= 0,1×336000
= 33600 J

Q2
S2 
T2

33600

 0  273
33600

273
 123, 08 J / K

Pada proses C - D

Q3 = mcair ∆Tair
= 0,1 × 4200 × (30 - 0)
= 0,1 × 4200 × 30
= 12600 J

Q3
S3 
T3

12600

 30  273
12600

303
 41, 58 J / K

Termodinamika 25
Dengan demikian, perubahan entropi total pada proses A ke D adalah sebagai berikut.

∆Stotal = ∆S1 + ∆S2+ ∆S3


= 7,42 + 123,08 + 41,58
= 172,08 J/K

Jadi, perubahan entropi total pada proses A ke D adalah 172,08 J/K.


Jawaban: E

Termodinamika 26

Anda mungkin juga menyukai