Abstrak
Pembangunan sebuah proyek memiliki risiko yang tinggi sehingga banyak faktor penting yang
mempengaruhi hasil dari suatu proyek yang disebut dengan 5 M, yaitu man, money, method, material dan
machine. Namun industri konstruksi, masih menghadapi permasalahan ketidakefisienan dalam tahap
pelaksanaan proses kontruksinya. Masih banyak pemborosan (waste) berupa kegiatan yang menggunakan
sumber daya namun tidak menambah nilai (value) oleh sebab itu dibutuhkan pendekatan menggunakan metode
lean construction untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi waste.
Pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi waste yang terjadi pada proyek konstruksi Gedung
Universitas Widya Mandala (UWM) Surabaya untuk kemudian dicari alternatif solusi untuk memitigasi dampak
terjadinya waste. Dengan penjadwalan dan pengendalian proyek menggunakan metode Critical Chain Project
Management (CCPM) bertujuan untuk menghindari masalah-masalah yang terjadi pada proyek, misalanya saja
student syndrome dan parkinson’s law effects yang dapat mengakibatkan keterlambatan.
Dari penelitian ini diperoleh hasil adanya waste pada pengerjaan proyek gedung UWM. Waste tersebut
menyebabkan terjadinya risiko yang harus direspon oleh pihak pelaksana. Dari risiko tersebut dibuat rumusan
rekomendasi perbaikan menggunakan risk project management pada kejadian risiko. Dengan penerapan metode
penjadwalan CCPM dapat diketahui durasi pengerjaan menjadi lebih pendek menjadi 330 hari.
Kata Kunci : Lean Construction; Manajemen Proyek; Critical Chain
1 Insignificant
tidak berarti
Internal Eksternal
Perlu penanganan, langsung ditempat,
2 Minor kerugian keuangan menjadi biaya
Engineering Procurement Construction Sub Kontraktor
overhead
Perlu ditangani oleh manajer perencana,
3 Moderate
Pembelian
kerugian keuangan cukup berarti
Detail Proyek Owner
Adanya kegagalan, produktivitas
Pengiriman
4 Major menurun, kerugian keuangan cukup
Lingkungan
berarti
Kesalahan berdampak pada lainnya,
Pergudangan
perlu penanganan oleh pemimpin,
5 Catastrophic
kerugian besar, perlu penanganan
Gambar 2 RBS Proyek UWM khusus
Selanjutnya Tabel 6 berikut ini form penilaian Tabel 7 Pengembangan Respon Risiko
risiko dari proyek pembangunan gedung UWM Risiko Respon Rencana kontingensi
Ketidak cocokkan
desain Integrasi antara pihak
Tabel 6 Rekap Penilaian Risiko Transfer
perencanaan perencana, pelaksana, sub-
Nilai or Control
Risiko Kemungkinan Dampak dengan kontraktor serta supllier.
Risiko
pelaksanaan
Ketidak cocokkan desain Daily huddle meeting,
perencanaan dengan 3 3 9 Terjadinya rework Control Penerapan SOP perencanaan
pelaksanaan sebelum eksekusi proyek
Terjadinya rework 2 1 2 Peralatan atau Riset kebutuhan dipasar,
Transfer
Peralatan atau material sukar material sukar Alternatif barang pengganti yang
2 3 6 or Control
didapatkan didapatkan memenuhi spesifikasi
Kerusakan atau kehilangan Meningkatkan komunikasi dan
1 3 3 Keterlambatan
material komitmen, Membangun long
material ataupun Control
Keterlambatan material term relationship dengan
3 2 6 peralatan proyek
ataupun peralatan proyek supplier
Kerusakan atau kehilangan Kerusakan atau Transfer Melakukan perawatan periodik,
1 3 3
material kehilangan material or Control Garansi
Keselamatan kerja manusia
Keselamatan kerja
(kecelakaan, kematian) pada 3 4 12
manusia
saat konstruksi Avoid or
(kecelakaan, Asuransi
Kurangnya ketersediaan Transfer
4 2 8 kematian) pada
sumber daya saat konstruksi
Perubahan desain dari Kurangnya
2 2 4 Pengembangan relasi sumber
perencanaan ketersediaan Control
tenaga kerja
Cuaca yang tidak mendukung 3 2 6 sumber daya
Ikut menyertakan kontraktor
Perubahan desain
Control pelaksana dalam proses
Selanjutnya adalah tiap-tiap peristiwa risiko dari perencanaan
perencanaan
diplotkan ke dalam matriks keparahan risiko yang Cuaca yang tidak
Control Metode baru
sesuai dengan nilai probabilitas kejadian mendukung
(likelihood) dan dampaknya (impact) terhadap
pengerjaan proyek. Matriks keparahan risiko (risk C. Penjadwalan Proyek
severity matrix) dari risk event yang telah Pada penjadwalan awal proyek, durasi yang
teridentifikasi dapat dilihat pada Gambar 3 berikut direncanakan oleh perusahaan adalah 448 hari
ini. kalender dalam rentang tanggal 21 Januari 2012
hingga 12 April 2013.
CCPM merupakan perkembangan dari
metode Critical Path Management (CPM),
perbedaan secara teoritis terletak pada peletakan
waktu cadangan. Critical chain merupakan
serangkaian pekerjaan terpanjang yang dapat
mewakili keseluruhan durasi proyek. Kelemahan
metode panjadwalan awal ialah adanya pemberian
waktu cadangan di tiap aktivitas, yang pada
umumnya berupa konversi ke dalam kapasitas atau
produktivitas kerja, sehingga sumber daya
cenderung untuk menghabiskan waktu yang ada,
Gambar 3 Matriks Peniaian Risiko padahal pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat. Pada
penjadwalan awal, Critical chain yang
Setelah membuat matriks keparahan risiko, teridentifikasi terdapat pada pengerjaan arsitektur
langkah selanjutnya adalah mengidentifiikasi upaya 1, yaitu pada lantai semi basement.
mengurangi risiko Menurut (A/NZS) 4360:2004, Di dalam CCPM terdapat buffer time yang
upaya mengurangi risiko dapat dibagi menjadi digunakan untuk melindungi ketidakpastian yang
menghindari (avoid) risiko, menerima (retaining) berpotensi menimbulkan keterlambatan. Penentuan
risiko, mentransfer (transfer) risiko, mengurangi ukuran buffer dilakkan melalui metode Root Square
(mitigate) peluang dan dampak yang terjadi. Error Method (SSQ) (Herroelen,2001).
Tabel 7 berikut adalah analisa mitigasi risiko Metode ini menggunakan dua parameter
yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk waktu yakni waktu standar rata-rata yang
menyikapi risiko yang dimiliki. diasumsikan sebagai waktu yang masih menyimpan
waktu cadangan (S) dan waktu tercepat (A) yang
diasumsikan tanpa waktu cadangan. Besar buffer
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dari identifikasi waktu, total estimasi durasi
proyek yang dapat dikurangi apabila waste yang
terjadi pada proyek dapat dieliminasi adalah
Dari perhitungan rumus tersebut dapat sebesar 9-14 hari.
diketahui besarnya feeding buffer sebesar 9 hari C. Analisa Perhitungan Zona Konsumsi
dan project buffer sebesar 80 hari. Project Buffer
Setelah diketahui besar feeding buffer dan Dalam menganalisa pengaruh risiko terhadap
project buffer, langkah selanjutnya adalah proyek, dibutuhkan alat pengendalian penjadwalan.
memasukkan buffer time tersebut. feeding buffer Pada metode CCPM, alat tersebut berupa buffer
ditempatkan di awal pengerjaan arsitektur 1 pada management yang berfungsi sebagai monitoring
lantai semi basement di zone 1 bagian 1 dan konsumsi buffer time. Pemakaian buffer time dapat
sebelum menuju ke salah satu pekerjaan yang memberikan informasi bagi pihak kontraktor dalam
terdapat pada rantai kritis yakni pengerjaan mengambil tindakan yang terkait pengendalian
finishing dinding. Sedangkan project buffer pada saat pelaksanaan berdasarkan pemetaan
diletakkan pada akhir proyek. Durasi penyelesaian jumlah buffer time yang dikonsumsi. Jumlah buffer
proyek apabila project buffer tidak terkomsumsi time yang dikonsumsi akan dipetakan pada zona
adalah 330 hari. konsumsi buffer seperti yang telah dijelaskan pada
III. Analisa dan Intepretasi Data bab sebelumnya. Perhitungan durasi pemakaian
A. Analisa Penerapan Metode CCPM buffer dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :
Dari hasil penjadwalan menggunakan metode Tabel 9 Zona Pemakaian Buffer Time
CCPM, dapat diketahui bahwa proyek dapat
Zona Pemakaian Project
terselesaikan dalam waktu 448 hari kerja termasuk Durasi Terpakai (Hari)
Buffer Buffer
dengan buffer time. Sama dengan penjadwalan 0% - 33% 80 0 - 26
eksisting proyek selama 448 hari, Apabila buffer
34% - 66% 80 27 - 53
time tidak terkonsumsi, maka durasi penyelesaian 67% - 100% 80 54 - 80
yang dapat dicapai adalah selama 330 hari.
Dari sisi perusahaan, percepatan penyelesaian Apabila konsumsi buffer telah terpakai
proyek dapat berakibat berkurangnya biaya yang sebesar 0-13 hari, maka posisi pemakaian durasi
harus dikeluarkan perusahaan untuk membayar tersebut masih berada pada zona hijau yang berarti
tenaga kerja. belum ada yang harus dilakukan. Sedangkan
B. Analisa Pengaruh Risiko Terjadinya apabila konsumsi buffer berada pada posisi zona
Waste Terhadap Proyek kuning, maka pihak pelaksana sudah harus
Berdasarkan karakteristik dan kondisi proyek, merencanakan langkah yang harus ditempuh agar
terdapat 3 macam waste yang berpotensi muncul, buffer tidak terpakai seluruhnya. Langkah tersebut
yaitu waiting, unnecessary inventory, dan akan diimplementasikan ketika pemakaian buffer
inappropriate process. Begitu juga dengan berada pada zona merah.
peristiwa risiko yang telah diidentifikasi. IV. Kesimpulan
Didapatkan 10 kejadian risiko yang berpotensi Kesimpulan yang dapat diberikan pada
terjadi. Adapun tiap penyebab waste akan penelitian ini adalah :
mengakibatkan bertambahnya waktu kerja yang 1. Aktivitas proyek pembangunan gedung UWM
dapat mengakibatkan keterlambatan proyek. Untuk yang dilakukan, didapat 62% aktivitas yang
tiap-tiap penyebab terjadinya waste perlu merupakan value added activity, sedangkan
diperkirakan waktu yang dibutuhkan . Berdasarkan 38% merupakan aktivitas yang termasuk non-
hasil diskusi dengan pihak kontraktor pelaksana, value adding but necessary activity.
Dampak dari terjadinya waste pada rantai kritis 2. Pemborosan yang sering terjadi (critical
yang terjadi selama proyek berpengaruh pada waste) pada proyek pembangunan gedung
durasi penyelesaian pekerjaan dapat dilihat pada UWM adalah waiting, unnecessary inventory,
Tabel 8 berikut : dan inappropriate process.
Tabel 8 Estimasi pertambahan waktu yang disebabkan 3. Berdasarkan hasil wawancara dan kondisi
oleh waste eksisting, kejadian risiko yang mungkin
Waktu Yang terjadi pada proyek pembangunan gedung
Jenis Waste
Dibutuhkan UWM yaitu kurangnya ketersediaan sumber
Menunggu Instruksi 1-3 hari daya, keterlambatan material ataupun
Menunggu Kedatangan Material 2 hari
Menunggu Pengerjaan Ulang /
peralatan proyek, cuaca yang tidak
Redesain 2-4 hari mendukung, perubahan desain dari
Menunggu Karena Cuaca 1 hari perencanaan, ketidak cocokkan desain
Menunggu Pembelian Ulang Material 2 hari perencanaan dengan pelaksanaan, peralatan
Lama Penyimpanan Material 1-2 hari atau material sukar didapatkan, kerusakan
atau kehilangan material, keselamatan kerja
manusia, dan rework. Untuk menghindari hal-
hal tersebut dilakukan upaya untuk Gabriel, E. 1997. The Lean Approach to Project
mengontrol, mengurangi, memindahkan, atau Management. International Journal of Project
menghindari kejadian risiko yang berpotensi Management,4, 205–209.
timbul. Geometric. 2009. Eliminating Waste in Software
4. Dari hasil estimasi durasi proyek yang dapat Project Management using Critical Chain
dikurangi apabila waste tereliminasi adalah Project Management. Geometric Limited,
sebanyak 9-14 hari. Estimasi tersebut India.
mempertimbangkan faktor penundaan Gray, C. and Larson, E. 2006. The Managerial
pekerjaan yang terjadi selama proyek Process 3th Edition. McGraw-Hill Company,
berlangsung. New York.
5. Dari hasil penjadwalan menggunakan metode Gray, C. and Larson, E. 2011. Project
CCPM, didapatkan perhitungan waktu Management:The Managerial Process 5th
penyangga (buffer time) sebesar 9 hari untuk Edition. McGraw-Hill Company, New York.
feeding buffer dan 80 hari untuk project Hegazy, T. 2002. Computer-based Construction
buffer. Sehingga estimasi durasi penyelesaian Project Management. Prentice Hall, USA.
proyek apabila waktu penyangga atau buffer Hines, P. dan Taylor, D. 2000. Going Lean. Lean
time tidak terkonsumsi adalah 330 hari. Enterprise research Center Cardiff Business
Daftar Pustaka School, USA.
Abdelhamid, T. & Salem, O. 2005. Lean Jucan, George (2005). “Root cause Analysis for IT
Construction: A New Paradigm for Incidents Investigation”.
Managing Construction Project. Proceedings http://hosteddocs.ittoolbox.com/GJ102105.pdf
of the 1st International Workshop on Koskela, L. 2000. An Exploration Towards A
Innovations in Materials and Design of Civil Production Theory and Its Application to
Infrastructure, Cairo, Egypt, December 28-29 Construction. VTT Technical Research Center
Anggraeni, Nyoman. 2009. Penerapan metode of Finland.
penjadwalan Critical Chain dan Lean Krezner, H. 2006. Project Management A System
Construction Dalam Perencanaan dan Approach to Planning, Scheduling, and
Pengendalian Proyek Konstruksi (Studi Controlling, Ninth Edition. John Wiley &
Kasus : PT.. Adhi Karya (Persero), Tbk, Sond, Canada.
Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Leach, L. P. 2005. Lean Project
Surabaya. Management:Eight Principles for Success.
Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : Artech House, Norwood.
1999. 1999. Risk Management Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi pengambilan
Guidelines.Sydney. keputusan Kriteria Majemuk. Gramedia
Ballard, G. & Howell, G.A. 1998. Implementing Widiasarana Indoensia. Jakarta
lean construction: Understanding and Action. Ohno, T. 1988. Toyota Production System:
Proceedings Int’l. Group Lean Construction, Beyond Large-Scale Production. Productivity
Guarujan, Brazil. Press, Portland.
Busyral, Muhammad. 2012. Perencanaan Dan PROJECT MANAGEMENT INSTITUTE. 2004. A
Pengendalian Proyek Konstruksi Guide to the Project Management Body of
Menggunakan Critical Chain Project Knowledge (PMBOK@ Guide),3th edn. PMI,
Management Dan Lean Construction Untuk USA.Salem, O. Solomon, J. Genaidy, A.
Meminimasi Waste (Studi Kasus : Luegring, M. 2005. Site Implementation and
Pembangunan Gedung Bppkb Tahap 2), Assesment of Lean Construction Techniques.
Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Lean Construction Journal, Vol 4, no. 1.
Surabaya. Sacks, R. Radosavljevic, M. Barak, R. (2010).
Chlander, Faith. 2004. Using Root Cause Analysis Requirements for Building Information
To Understand Failure And Accidents. Modeling Based Lean Production
<URL:http://klabs.org/mapld04/tutorials/misha Management System for Construction.
ps/presentations/2_root_cause_chandler.ppt.> Journal of Automation in Construction.
.Diakses tanggal 20 Maret 2012. Salem, O. Solomon, J. Genaidy, A. Luegring, M.
Construction Excelence. 2002. Lean Construction. 2005. Site Implementation and Assesment of
Lean Construction Institute. Lean Construction Techniques, Lean
Construction Journal, Vol 4, no. 1.