Anda di halaman 1dari 6

Penerapan Metode Lean Construction dan Penjadwalan Critical Chain

Project Management Dalam Pembangunan Proyek Konstruksi Gedung


Universitas Widya Mandala (UWM) Surabaya
(Studi Kasus: PT. PP (Persero) .Tbk)
Itqan Archia, Moses L. Singgih
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Itqan.archia@gmail.com: moseslsinggih@gmail.com

Abstrak
Pembangunan sebuah proyek memiliki risiko yang tinggi sehingga banyak faktor penting yang
mempengaruhi hasil dari suatu proyek yang disebut dengan 5 M, yaitu man, money, method, material dan
machine. Namun industri konstruksi, masih menghadapi permasalahan ketidakefisienan dalam tahap
pelaksanaan proses kontruksinya. Masih banyak pemborosan (waste) berupa kegiatan yang menggunakan
sumber daya namun tidak menambah nilai (value) oleh sebab itu dibutuhkan pendekatan menggunakan metode
lean construction untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi waste.
Pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi waste yang terjadi pada proyek konstruksi Gedung
Universitas Widya Mandala (UWM) Surabaya untuk kemudian dicari alternatif solusi untuk memitigasi dampak
terjadinya waste. Dengan penjadwalan dan pengendalian proyek menggunakan metode Critical Chain Project
Management (CCPM) bertujuan untuk menghindari masalah-masalah yang terjadi pada proyek, misalanya saja
student syndrome dan parkinson’s law effects yang dapat mengakibatkan keterlambatan.
Dari penelitian ini diperoleh hasil adanya waste pada pengerjaan proyek gedung UWM. Waste tersebut
menyebabkan terjadinya risiko yang harus direspon oleh pihak pelaksana. Dari risiko tersebut dibuat rumusan
rekomendasi perbaikan menggunakan risk project management pada kejadian risiko. Dengan penerapan metode
penjadwalan CCPM dapat diketahui durasi pengerjaan menjadi lebih pendek menjadi 330 hari.
Kata Kunci : Lean Construction; Manajemen Proyek; Critical Chain

I. Pendahuluan PT. PP (Persero), Tbk adalah salah satu


Dewasa ini sarana pembangunan gedung dan BUMN yang bergerak di bidang perencanaan dan
infrastruktur makin dibutuhkan seiring konstruksi bangunan (real estate). Bidang usaha
berkembangnya zaman. Terutama pada utama PT. PP ini adalah pelaksana konstruksi
pembangunan konstruksi gedung khususnya di bangunan gedung dan sipil. Dalam pengerjaan
kota-kota besar dunia yang semakin pesat sejalan proyek, PT. PP masih menghadapi permasalahan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan ketidakefisienan yakni, masih terdapat adanya
untuk menunjang ekomoni. waste atau non-value added activitiy yang
Pada beberapa dekade terakhir, konsep lean mengakibatkan keterlambatan dalam pemenuhan
banyak diterapkan pada bidang manufaktur dan deadline proyek. Oleh karena itu, perusahaan perlu
mampu meningkatkan performa industri tersebut mengambil langkah yang tepat dengan tujuan untuk
secara signifikan. Saat ini konsep lean juga mengidentifikasi dan mengeliminasi waste agar
diterapkan pada bidang konstruksi yang disebut keterlambatan pengerjaan proyek dapat dihindari
lean construction. dan memberi kepuasan kepada customer.
Pembangunan sebuah proyek memiliki risiko Metode penjadwalan dan pengendalian proyek
yang tinggi sehingga banyak faktor penting yang dilakukan dengan menerapkan metode Critical
mempengaruhi hasil dari suatu proyek yang disebut Chain Project Management (CCPM). Metode ini
dengan 5 M, yaitu man, money, method, material mengalokasikan waktu penyangga (buffer time)
dan machine. Namun, Industri konstruksi di pada akhir proyek untuk melindungi dan mencegah
Indonesia, dan secara umum, masih menghadapi terjadinya student’s sindrome, parkinson’s law
permasalahan ketidakefisienan dalam tahap effects atau dapat disebut schedule syndrome yang
pelaksanaan proses kontruksinya. Masih banyak dapat mengakibatkan keterlambatan. Pengendalian
pemborosan (waste) berupa kegiatan yang buffer time didapatkan melalui penghematan dari
menggunakan sumber daya namun tidak durasi rata-rata yang disebabkan oleh waste.
menambah nilai (value). Berdasarkan Lean Permasalahan yang difokuskan dalam
Construction Institute, pemborosan pada industri penelitian ini adalah bagaimana mengidentifikasi
konstruksi sekitar 57% sedangkan kegiatan yang dan mengurangi waste dan identifikasi risiko
memberikan nilai tambah hanya sebesar 10%. berdasarkan waste secara keseluruhan pada
pengerjaan proyek konstruksi yang dikerjakan oleh
PT.PP (Persero) Tbk., yaitu proyek pembangunan  Menunggu instruksi dari pihak customer dan
gedung Universitas Widya Mandala (UWM) konsultan perencana bersama dengan project
dengan pendekatan Lean Construction dan manager.
penjadwalan dengan metode Critical Chain Project  Menunggu proses pengerjaan ulang akibar
Management (CCPM) sehingga proyek dapat rework.
selesai tepat waktu. Waste yang diidentifikasikan 3. Unnecessary Inventory
pada penelitian ini ialah 7 macam waste menurut  Material yang digunakan pada aktivitas
Shigeo Shingo. tertentu berada terlalu lama di tempat
II. Metodologi Penelitian penyimpanan dikarenakan waktu pelaksanaan
A. Lean Construction aktivitas tersebut mengalami kemunduran.
Dari pembahasan studi literatur, tipe aktivitas 4. Inappropriate Processing
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:  Redesain detail pekerjaan karena permintaan
1. Value adding activity (VA), aktivitas ini customer.
memberikan nilai tambah terhadap proses,  Pembelian ulang material dikarenakan terjadi
baik pada aliran informasi dan aliran fisik perubahan detail proyek atau material yang
proses. digunakan tidak diproduksi kembali.
2. Non-value adding activity (NVA), aktivitas  Proses pengerjaan ulang (rework) akibat
ini tidak memberikan nilai tambah terhadap perubahan desain gambar atau kesalahan
produk. Aktivitas ini dapat dikategorikan proses pengerjaan.
sebagai waste yang dapat menyebabkan 5. Unnecessary Motion
proses tidak berjalan secara efisien.
 Komponen dan kontrol yang terlalu jauh dari
3. Non-value adding but necessary activity
jangkauan, double handling, layout yang
(NNVA) yakni aktivitas yang tidak
tidak standar, operator membungkuk.
memberikan nilai tambah akan tetapi tetap
 Pekerja kurang memahami pekerjaan yang
dibutuhkan untuk menjalankan seluruh
dilakukan
rangkaian proses. Aktivitas ini tidak dapat
6. Excessive Transportation
dihilangkan dan hanya bisa diminamilisir.
Berdasarkan keseluruhan aktivitas proyek  Pemindahan bahan baku dari tempat
pembangunan gedung UWM yang dilakukan, pada penyimpanan menuju tempat kerja (jobsite)
Gambar 1 didapat 62% aktivitas yang merupakan dan ke jobsite yang lain.
value added activity, sedangkan 38% merupakan  Area yang tidak dapat dijangkau oleh alat
aktivitas yang termasuk non-value adding but bantu.
necessary activity. 7. Overproduction
 Pengunaan bahan baku yang melebihi
kebutuhan seperti semen, kayu, maupun
bahan lainnya sehingga terjadi
ketidaksesuaian antara yang dibutuhkan
dengan yang dikerjakan.
Selanjutnya menentukan critical waste pada
pengerjaan proyek yag dilakukan dengan metode
BORDA. Metode ini dilakukan dengan
memberikan peringkat untuk masing-masing jenis
waste serta mengalikan dengan bobot yang sesuai,
Gambar 1 Jenis Aktivitas Proyek UWM bobot tertinggi yaitu (n-1) sampai bobot paling
rendah yaitu 0, bobot tersebut dikalikan dengan
Setelah diketahui jenis aktivitas selanjutnya hasil kuisioner yang telah diisi urutan peringkatnya.
dilakukan identifikasi Waste yang terdapat pada Dimana waste yang mempunyai nilai tertinggi
proyek berdasarkan wawancara kepada manager adalah waste yang paling sering kemunculannya
site engineering, manager operasional, quality pada tahap pembangunan proyek.
control beserta staff pengendali operasi. Berikut
merupakan waste yang terjadi pada proyek. Tabel 1 Rangking Jenis Waste
1. Defect
No. Jenis Waste Bobot
 Hasil pengerjaan produk atau bahan yang
tidak sesuai dengan standard yang telah 1 Waiting (menunggu) 0,222
ditetapkan. 2 Unappropriate Processing 0,155
2. Waiting 3 Unnecessary Inventory 0,155
 Menunggu terlalu lama kedatangan material 4 Overproduction 0,133
5 Unnecessary Motion 0,111
yang dibutuhkan, tidak sesuai dengan jadwal
6 Excessive Transportation 0,111
yang mengakibatkan keterlambatan 7 Defect (cacat) 0,111
pengerjaan selanjutnya.
Berdasarkan hasil rekap Tabel 1, maka Selanjutnya, dibuat daftar semua risiko yang
didapatkan waste yang paling sering terjadi yaitu mungkin dapat mempengaruhi pengerjaan proyek
waiting, unappropriate processing, dan berdasarkan pengkategorian proyek dan
unnecassary inventory yang masing-masing berhubungan dengan waste kritis. Tabel 3 Berikut
bobotnya sebesar 0,222; 0,155; dan 0,155. Untuk ini merupakan daftar risiko yang diidentifikasi
dapat meningkatkan produktifitas proyek berdasarkan tabel RCA waste kritis.
pembangunan gedung UWM, maka diperlukan
reduksi waste-waste tersebut. Tabel 3 Kemungkinan Kejadian Risiko
langkah selanjutnya ialah identifikasi faktor- Sub-
Kategori Risiko
faktor penyebab terjadinya waste tersebut. Untuk Kategori
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya Ketidak cocokkan desain
Detail proyek
waste, metode yang digunakan adalah metode Root Engineering perencanaan dengan pelaksanaan
Cause Analysis (RCA). Tabel 2 merupakan rekap Terjadinya rework
hasil RCA. Peralatan atau material sukar
Pembelian
didapatkan
Pengiriman Kerusakan atau kehilangan material
Tabel 2 RCA Procurement
Keterlambatan material ataupun
peralatan proyek
Pergudangan Kerusakan atau kehilangan material
Keselamatan kerja manusia
(kecelakaan, kematian) pada saat
Construction konstruksi
Kurangnya ketersediaan sumber
daya
Owner Perubahan desain dari perencanaan
Lingkungan Cuaca yang tidak mendukung

Setelah dilakukan identifikasi risiko, dan


daftar risiko maka langkah selanjutnya dilakukan
penilaian risiko. Penilaian risiko dilakukan dengan
pebobotan pada setiap kejadian risiko yang diaman
pembobotan dilakukan dari hasil wawancara
dengan pakar terkait. Pembobotan terletak pada
range angka 1 sampai 5 pada setiap kejadian risiko,
dimana tiap-tiap bobot memiliki makna seperti
pada Tabel 4 dan 5 di bawah ini.

Tabel 4 Bobot Peluang Risiko


Peluang
Bobot Penilaian Dampak
Jarang terjadi, hanya ada kondisi
Very Low
1 tertentu
B. Project Risk Management Low
2 Kadang terjadi pada kondisi tertentu
Project risk management merupakan salah
3 Moderate Terjadi pada kondisi tertentu
satu tool yang digunakan dalam menentukan risiko
terjadinya waste. 4 High Sering terjadi pada setiap kondisi
Hal pertama yang dilakukan adalah identifikasi
5 Very High Selalu terjadi pada setiap kondisi
risiko dengan bantuan pengkategorisasian risiko
atau Risk Breackdown Structure (RBS).
Tabel 5 Bobot Dampak Risiko
Dampak
RBS
Proyek Pembangunan Bobot Penilaian Dampak
Tidak ada dampak, kerugian keuangan
Gedung UWM

1 Insignificant
tidak berarti
Internal Eksternal
Perlu penanganan, langsung ditempat,
2 Minor kerugian keuangan menjadi biaya
Engineering Procurement Construction Sub Kontraktor
overhead
Perlu ditangani oleh manajer perencana,
3 Moderate
Pembelian
kerugian keuangan cukup berarti
Detail Proyek Owner
Adanya kegagalan, produktivitas
Pengiriman
4 Major menurun, kerugian keuangan cukup
Lingkungan
berarti
Kesalahan berdampak pada lainnya,
Pergudangan
perlu penanganan oleh pemimpin,
5 Catastrophic
kerugian besar, perlu penanganan
Gambar 2 RBS Proyek UWM khusus
Selanjutnya Tabel 6 berikut ini form penilaian Tabel 7 Pengembangan Respon Risiko
risiko dari proyek pembangunan gedung UWM Risiko Respon Rencana kontingensi
Ketidak cocokkan
desain Integrasi antara pihak
Tabel 6 Rekap Penilaian Risiko Transfer
perencanaan perencana, pelaksana, sub-
Nilai or Control
Risiko Kemungkinan Dampak dengan kontraktor serta supllier.
Risiko
pelaksanaan
Ketidak cocokkan desain Daily huddle meeting,
perencanaan dengan 3 3 9 Terjadinya rework Control Penerapan SOP perencanaan
pelaksanaan sebelum eksekusi proyek
Terjadinya rework 2 1 2 Peralatan atau Riset kebutuhan dipasar,
Transfer
Peralatan atau material sukar material sukar Alternatif barang pengganti yang
2 3 6 or Control
didapatkan didapatkan memenuhi spesifikasi
Kerusakan atau kehilangan Meningkatkan komunikasi dan
1 3 3 Keterlambatan
material komitmen, Membangun long
material ataupun Control
Keterlambatan material term relationship dengan
3 2 6 peralatan proyek
ataupun peralatan proyek supplier
Kerusakan atau kehilangan Kerusakan atau Transfer Melakukan perawatan periodik,
1 3 3
material kehilangan material or Control Garansi
Keselamatan kerja manusia
Keselamatan kerja
(kecelakaan, kematian) pada 3 4 12
manusia
saat konstruksi Avoid or
(kecelakaan, Asuransi
Kurangnya ketersediaan Transfer
4 2 8 kematian) pada
sumber daya saat konstruksi
Perubahan desain dari Kurangnya
2 2 4 Pengembangan relasi sumber
perencanaan ketersediaan Control
tenaga kerja
Cuaca yang tidak mendukung 3 2 6 sumber daya
Ikut menyertakan kontraktor
Perubahan desain
Control pelaksana dalam proses
Selanjutnya adalah tiap-tiap peristiwa risiko dari perencanaan
perencanaan
diplotkan ke dalam matriks keparahan risiko yang Cuaca yang tidak
Control Metode baru
sesuai dengan nilai probabilitas kejadian mendukung
(likelihood) dan dampaknya (impact) terhadap
pengerjaan proyek. Matriks keparahan risiko (risk C. Penjadwalan Proyek
severity matrix) dari risk event yang telah Pada penjadwalan awal proyek, durasi yang
teridentifikasi dapat dilihat pada Gambar 3 berikut direncanakan oleh perusahaan adalah 448 hari
ini. kalender dalam rentang tanggal 21 Januari 2012
hingga 12 April 2013.
CCPM merupakan perkembangan dari
metode Critical Path Management (CPM),
perbedaan secara teoritis terletak pada peletakan
waktu cadangan. Critical chain merupakan
serangkaian pekerjaan terpanjang yang dapat
mewakili keseluruhan durasi proyek. Kelemahan
metode panjadwalan awal ialah adanya pemberian
waktu cadangan di tiap aktivitas, yang pada
umumnya berupa konversi ke dalam kapasitas atau
produktivitas kerja, sehingga sumber daya
cenderung untuk menghabiskan waktu yang ada,
Gambar 3 Matriks Peniaian Risiko padahal pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat. Pada
penjadwalan awal, Critical chain yang
Setelah membuat matriks keparahan risiko, teridentifikasi terdapat pada pengerjaan arsitektur
langkah selanjutnya adalah mengidentifiikasi upaya 1, yaitu pada lantai semi basement.
mengurangi risiko Menurut (A/NZS) 4360:2004, Di dalam CCPM terdapat buffer time yang
upaya mengurangi risiko dapat dibagi menjadi digunakan untuk melindungi ketidakpastian yang
menghindari (avoid) risiko, menerima (retaining) berpotensi menimbulkan keterlambatan. Penentuan
risiko, mentransfer (transfer) risiko, mengurangi ukuran buffer dilakkan melalui metode Root Square
(mitigate) peluang dan dampak yang terjadi. Error Method (SSQ) (Herroelen,2001).
Tabel 7 berikut adalah analisa mitigasi risiko Metode ini menggunakan dua parameter
yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk waktu yakni waktu standar rata-rata yang
menyikapi risiko yang dimiliki. diasumsikan sebagai waktu yang masih menyimpan
waktu cadangan (S) dan waktu tercepat (A) yang
diasumsikan tanpa waktu cadangan. Besar buffer
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dari identifikasi waktu, total estimasi durasi
proyek yang dapat dikurangi apabila waste yang
terjadi pada proyek dapat dieliminasi adalah
Dari perhitungan rumus tersebut dapat sebesar 9-14 hari.
diketahui besarnya feeding buffer sebesar 9 hari C. Analisa Perhitungan Zona Konsumsi
dan project buffer sebesar 80 hari. Project Buffer
Setelah diketahui besar feeding buffer dan Dalam menganalisa pengaruh risiko terhadap
project buffer, langkah selanjutnya adalah proyek, dibutuhkan alat pengendalian penjadwalan.
memasukkan buffer time tersebut. feeding buffer Pada metode CCPM, alat tersebut berupa buffer
ditempatkan di awal pengerjaan arsitektur 1 pada management yang berfungsi sebagai monitoring
lantai semi basement di zone 1 bagian 1 dan konsumsi buffer time. Pemakaian buffer time dapat
sebelum menuju ke salah satu pekerjaan yang memberikan informasi bagi pihak kontraktor dalam
terdapat pada rantai kritis yakni pengerjaan mengambil tindakan yang terkait pengendalian
finishing dinding. Sedangkan project buffer pada saat pelaksanaan berdasarkan pemetaan
diletakkan pada akhir proyek. Durasi penyelesaian jumlah buffer time yang dikonsumsi. Jumlah buffer
proyek apabila project buffer tidak terkomsumsi time yang dikonsumsi akan dipetakan pada zona
adalah 330 hari. konsumsi buffer seperti yang telah dijelaskan pada
III. Analisa dan Intepretasi Data bab sebelumnya. Perhitungan durasi pemakaian
A. Analisa Penerapan Metode CCPM buffer dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :
Dari hasil penjadwalan menggunakan metode Tabel 9 Zona Pemakaian Buffer Time
CCPM, dapat diketahui bahwa proyek dapat
Zona Pemakaian Project
terselesaikan dalam waktu 448 hari kerja termasuk Durasi Terpakai (Hari)
Buffer Buffer
dengan buffer time. Sama dengan penjadwalan 0% - 33% 80 0 - 26
eksisting proyek selama 448 hari, Apabila buffer
34% - 66% 80 27 - 53
time tidak terkonsumsi, maka durasi penyelesaian 67% - 100% 80 54 - 80
yang dapat dicapai adalah selama 330 hari.
Dari sisi perusahaan, percepatan penyelesaian Apabila konsumsi buffer telah terpakai
proyek dapat berakibat berkurangnya biaya yang sebesar 0-13 hari, maka posisi pemakaian durasi
harus dikeluarkan perusahaan untuk membayar tersebut masih berada pada zona hijau yang berarti
tenaga kerja. belum ada yang harus dilakukan. Sedangkan
B. Analisa Pengaruh Risiko Terjadinya apabila konsumsi buffer berada pada posisi zona
Waste Terhadap Proyek kuning, maka pihak pelaksana sudah harus
Berdasarkan karakteristik dan kondisi proyek, merencanakan langkah yang harus ditempuh agar
terdapat 3 macam waste yang berpotensi muncul, buffer tidak terpakai seluruhnya. Langkah tersebut
yaitu waiting, unnecessary inventory, dan akan diimplementasikan ketika pemakaian buffer
inappropriate process. Begitu juga dengan berada pada zona merah.
peristiwa risiko yang telah diidentifikasi. IV. Kesimpulan
Didapatkan 10 kejadian risiko yang berpotensi Kesimpulan yang dapat diberikan pada
terjadi. Adapun tiap penyebab waste akan penelitian ini adalah :
mengakibatkan bertambahnya waktu kerja yang 1. Aktivitas proyek pembangunan gedung UWM
dapat mengakibatkan keterlambatan proyek. Untuk yang dilakukan, didapat 62% aktivitas yang
tiap-tiap penyebab terjadinya waste perlu merupakan value added activity, sedangkan
diperkirakan waktu yang dibutuhkan . Berdasarkan 38% merupakan aktivitas yang termasuk non-
hasil diskusi dengan pihak kontraktor pelaksana, value adding but necessary activity.
Dampak dari terjadinya waste pada rantai kritis 2. Pemborosan yang sering terjadi (critical
yang terjadi selama proyek berpengaruh pada waste) pada proyek pembangunan gedung
durasi penyelesaian pekerjaan dapat dilihat pada UWM adalah waiting, unnecessary inventory,
Tabel 8 berikut : dan inappropriate process.
Tabel 8 Estimasi pertambahan waktu yang disebabkan 3. Berdasarkan hasil wawancara dan kondisi
oleh waste eksisting, kejadian risiko yang mungkin
Waktu Yang terjadi pada proyek pembangunan gedung
Jenis Waste
Dibutuhkan UWM yaitu kurangnya ketersediaan sumber
Menunggu Instruksi 1-3 hari daya, keterlambatan material ataupun
Menunggu Kedatangan Material 2 hari
Menunggu Pengerjaan Ulang /
peralatan proyek, cuaca yang tidak
Redesain 2-4 hari mendukung, perubahan desain dari
Menunggu Karena Cuaca 1 hari perencanaan, ketidak cocokkan desain
Menunggu Pembelian Ulang Material 2 hari perencanaan dengan pelaksanaan, peralatan
Lama Penyimpanan Material 1-2 hari atau material sukar didapatkan, kerusakan
atau kehilangan material, keselamatan kerja
manusia, dan rework. Untuk menghindari hal-
hal tersebut dilakukan upaya untuk Gabriel, E. 1997. The Lean Approach to Project
mengontrol, mengurangi, memindahkan, atau Management. International Journal of Project
menghindari kejadian risiko yang berpotensi Management,4, 205–209.
timbul. Geometric. 2009. Eliminating Waste in Software
4. Dari hasil estimasi durasi proyek yang dapat Project Management using Critical Chain
dikurangi apabila waste tereliminasi adalah Project Management. Geometric Limited,
sebanyak 9-14 hari. Estimasi tersebut India.
mempertimbangkan faktor penundaan Gray, C. and Larson, E. 2006. The Managerial
pekerjaan yang terjadi selama proyek Process 3th Edition. McGraw-Hill Company,
berlangsung. New York.
5. Dari hasil penjadwalan menggunakan metode Gray, C. and Larson, E. 2011. Project
CCPM, didapatkan perhitungan waktu Management:The Managerial Process 5th
penyangga (buffer time) sebesar 9 hari untuk Edition. McGraw-Hill Company, New York.
feeding buffer dan 80 hari untuk project Hegazy, T. 2002. Computer-based Construction
buffer. Sehingga estimasi durasi penyelesaian Project Management. Prentice Hall, USA.
proyek apabila waktu penyangga atau buffer Hines, P. dan Taylor, D. 2000. Going Lean. Lean
time tidak terkonsumsi adalah 330 hari. Enterprise research Center Cardiff Business
Daftar Pustaka School, USA.
Abdelhamid, T. & Salem, O. 2005. Lean Jucan, George (2005). “Root cause Analysis for IT
Construction: A New Paradigm for Incidents Investigation”.
Managing Construction Project. Proceedings http://hosteddocs.ittoolbox.com/GJ102105.pdf
of the 1st International Workshop on Koskela, L. 2000. An Exploration Towards A
Innovations in Materials and Design of Civil Production Theory and Its Application to
Infrastructure, Cairo, Egypt, December 28-29 Construction. VTT Technical Research Center
Anggraeni, Nyoman. 2009. Penerapan metode of Finland.
penjadwalan Critical Chain dan Lean Krezner, H. 2006. Project Management A System
Construction Dalam Perencanaan dan Approach to Planning, Scheduling, and
Pengendalian Proyek Konstruksi (Studi Controlling, Ninth Edition. John Wiley &
Kasus : PT.. Adhi Karya (Persero), Tbk, Sond, Canada.
Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Leach, L. P. 2005. Lean Project
Surabaya. Management:Eight Principles for Success.
Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : Artech House, Norwood.
1999. 1999. Risk Management Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi pengambilan
Guidelines.Sydney. keputusan Kriteria Majemuk. Gramedia
Ballard, G. & Howell, G.A. 1998. Implementing Widiasarana Indoensia. Jakarta
lean construction: Understanding and Action. Ohno, T. 1988. Toyota Production System:
Proceedings Int’l. Group Lean Construction, Beyond Large-Scale Production. Productivity
Guarujan, Brazil. Press, Portland.
Busyral, Muhammad. 2012. Perencanaan Dan PROJECT MANAGEMENT INSTITUTE. 2004. A
Pengendalian Proyek Konstruksi Guide to the Project Management Body of
Menggunakan Critical Chain Project Knowledge (PMBOK@ Guide),3th edn. PMI,
Management Dan Lean Construction Untuk USA.Salem, O. Solomon, J. Genaidy, A.
Meminimasi Waste (Studi Kasus : Luegring, M. 2005. Site Implementation and
Pembangunan Gedung Bppkb Tahap 2), Assesment of Lean Construction Techniques.
Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Lean Construction Journal, Vol 4, no. 1.
Surabaya. Sacks, R. Radosavljevic, M. Barak, R. (2010).
Chlander, Faith. 2004. Using Root Cause Analysis Requirements for Building Information
To Understand Failure And Accidents. Modeling Based Lean Production
<URL:http://klabs.org/mapld04/tutorials/misha Management System for Construction.
ps/presentations/2_root_cause_chandler.ppt.> Journal of Automation in Construction.
.Diakses tanggal 20 Maret 2012. Salem, O. Solomon, J. Genaidy, A. Luegring, M.
Construction Excelence. 2002. Lean Construction. 2005. Site Implementation and Assesment of
Lean Construction Institute. Lean Construction Techniques, Lean
Construction Journal, Vol 4, no. 1.

Anda mungkin juga menyukai