Anda di halaman 1dari 9

RAGAM BAHASA

GOR H. AGUS SALIM

Disusun oleh
Kelompok 4 :

1. Cezi Filia Utri (2202024)


2. Rahma Fadilla (2202077)
3. Mawadda Warohmah (2202037)
4. Aisyah (2202053)
5. Imelda Fadmawati (2202034)
6. Ghaitsha Huswatun Hasanah (2202032)
7. Intan Fadila (2202062)
8. Chindi Manisha (2202056)
9. Afifah Hanin (2202019)
10. Fani Septiani (2202059)

Dosen Pengampu :
Fitra Afrida Amna, M. Pd

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG


TAHUN 2022/2023
RAGAM BAHASA GOR HAJI AGUS SALIM”

A. Pengamatan Ragam Bahasa

Tema : “RAGAM BAHASA GOR HAJI AGUS SALIM”


Responden : Pengunjung, pedagang, penjaga loket, pelatih, dan trainer
1. Pengunjung 1 : Mawadda Warohmah ( Bahasa Sijunjung )

2. Penjaga Loket 1 : Cezi Filia Utri ( Bahasa Kerinci )

3. Penonton 1 : Afifah Hanin ( Bahasa Alahan Panjang )

4. Penonton 2 : Imelda Fadmawati ( Bahasa Mentawai )

5. Pengunjung 2 : Gaitsa Uswatun Hasannah ( Bahasa Balai


Selasa )

6. Pengunjung 3 : Aisyah ( Bahasa Sijunjung )

7. Penonton 3 : Intan Fadila ( Bahasa Pasaman Barat )

8. Penonton 4 : Rahma Fadilla ( Bahasa Pasaman Timur )

9. Pengunjung 4 : Fani Septiani ( Bahasa Padang )

10. Petugas : Chindi Manisha ( Bahasa Padang )

Latar Pengamatan :

Latar pengamatan ini berupa waktu, ruang, dan suasana. Berikut adalah
penjelasan mengenai latar dalam pengamatan ini :

Waktu : 9 Oktober 2022 pukul 07.30 WIB


Tempat : Gor Haji Agus Salim
Suasana : Sangat ramai karena pengamatan dilakukan oleh penulis pada hari
minggu yang merupakan hari libur dan dimana orang-orang menghabiskan waktu
bersama keluarga untuk berolahraga, membeli makanan, dan didukung waktu
libur.
B. Pengamatan

a. Lokasi pengamatan

Gor Haji Agus Salim adalah sebuah gelanggang olahraga multifungsi di Kota Padang,
Sumatera Barat. Terdapat Stadion Haji Agus Salim yang merupakan markas klub sepak bola
Semen Padang dan PSP Padang. Stadion ini memiliki kapasitas 28.000 tempat duduk.

b. Hasil Pengamatan
Pada umumnya bahasa yang digunakan di Gor Haji Agus Salim adalah bahasa Minang.
Dari banyak pengunjung dan penjaga loket, hanya 8 yang diamati karena dirasa bisa mewakili
keseluruhan dan dapat menjadi cerminan penggunaan bahasa di Gor Haji Agus Salim secara
umum.

Berikut contoh percakapan pengunjung di Gor Haji Agus Salim :

Percakapan 1 :

Penjaga loket : “Selamat pagi, ado ngan bisa ditolong.?”

(Selamat pagi, ada yang bisa dibantu.?)

Pengunjung : “Pagi, awak nio mamboli tiket duo bua untuak nonton malam
ko kak.”

(Pagi, saya mau membeli tiket dua buah untuk malam ini kak.)

Penjaga loket : “Iyo, awak nak nda tiket VIP apo reguler?”

(Tentu, apakah anda ingin tiket VIP atau reguler?)


Pengunjung : “Bisa akak jolehan apo bedanyo.?”

(Bisa kakak jelaskan apa bedanya)

Penjaga loket : “Tigo baris pertamo lemuko stadion itu VIP, jadi bisa awak
ngima parak kak lapangan.”

(Tiga baris pertama pada stadion adalah VIP, jadi anda bisa melihat lebih
dekat ke lapangan)

Pengunjung : “Oh gitu kak, VIP selah kak.”

(Oh gitu kak, VIP aja kak)

Penjaga loket : “Iluk nyan pilihan awak toh, lagalo jadi Rp100.000.”

(Pilihan yang bagus, semuanya menjadi Rp100.000)

Pengunjung : “Oke, makasi kak.”

(Oke, terima kasih kak)

Penjaga loket : “Samo-samo.”

(Sama-sama)
Keterangan percakapan :

Percakapan ini terjadi di Stadion Gor Haji Agus Salim yang menjual tiket masuk
ke stadion. Si pengunjung melakukan aktivitas berbahasa, bertanya tentang informasi jenis
tiket. Aktivitas ini melahirkan ungkapan “Bisa akak jolehan apo bedanyo?” untuk mencari
informasi jenis tiket yang akan dia beli. Tuturan bahasa yang digunakan oleh si pengunjung
menggunakan bahasa Sijunjung.
Si penjaga loket menjawab dengan ungkapan “Tigo baris pertamo lemuko stadion
itu VIP, jadi bisa awak ngima parak kak lapangan” yang termasuk aktivitas berbahasa
untuk menginformasikan jenis tiket. Tuturan bahasa yang digunakan si penjaga loket
menggunakan bahasa Kerinci . Diksi-diksi yang digunakan oleh pengunjung dan penjaga
loket sedikit berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh aktivitas berbahasa, makna, dan
fungsi bahasa.
Percakapan 2 :

Imelda : “Heeii afifah, apa nugagalai senek.?”


(Hai Afifah, apa yang kamu lakukan disini.?)

Pipah : “Ouh, iko ha sadang nonton urang batandiang, Mel.”


(Ouh ini aku sedang nonton orang bertanding, Mel)

Imelda : “Ei, mareirei nuoi senek masiitcok pertandingan.?”


(Apakah kamu sering menonton pertandingan disini.?)

Pipah : “Ouh iyolah, acok mah pai nonton nyo. Mel baa? Lai acok lo
nonton.?”
(Iya lah, sering nontonnya. Mel gimana.? Sering nggak.?)

Imelda : “Tak mareirei,ke mu joging sek geti ooii. “


(Tidak, aku hanya akan berolahraga di lintasan lari stadion.)
Pipah : “Okelah, elok-elok yo olahraganyo.”
(Okelah, hati-hati ya olaharaganya.)

Imelda: “Kawat Afifah.”


(Oke Afifah)

Keterangan Percakapan :
Di sini menunjukkan dua bahasa yang berbeda yang dimana seorang penonton yang
menanyakan “Heeii Afifah, apa nugagalai senek.?” yang menuju kepada ungkapan “Heeii
Afifah, apa yang kamu lakukan disini.?” yang dimana penonton yang berasal dari
Mentawai, sedangkan lawan bicara menanggapi “Ouh, iko ha sadang nonton urang
batandiang, Mel.”. Yang menunjukkan makna “Ini sedang menonton pertandingan.” yang
menggunakan tutur bahasa Minang pada umumnya.
Percakapan 3 :

Intan : “Dilla, olah siap poi wak le.?”

(Dilla, apakah kamu sudah siap pergi.?)

Dilla : “Olah, aku ndo sabar lai nak moliek pertandingen beko.”
(Tentu, aku sudah tidak sabar untuk melihat pertandingan hari ini.)

Intan : “Itu teh, kalo tim lokal tu main no ancak toquh dikandang tu.”
(Benar, selalu bagus ketika tim lokal bermain dikandang)

Dilla : “Aku semangat amek ha nak bosuo samo pendukung lain biar bojalen
sasamo ko stadion.”
(Aku sangat bersemangat untuk bertemu pendukung lain dan berjalan
menuju stadion bersama)
Intan : “Jadih, copeklah poi wak le tu basoqa wak untuok mambela tim
tu.”
(Oke, ayo pergi dan bersorak keras untuk mendukung tim)

Keterangan percakapan :
Percakapan ini terjadi antara dua orang berbeda logat dan gaya bahasa yang
berbeda. Salah satunya menggunakan bahasa Pasaman Barat sedangkan lawan bicaranya
menggunakan bahasa Pasaman Timur. Bahasa Pasaman Barat mengungkapkan “Dilla,
olah siap poi wak le.?” dan bahasa Pasaman Timur mengungkapkan “Olah, aku ndo sabar
lai nak moliek pertandingen beko.”

Percakapan 4:
Fani : ”Permisi buk, buliah numpang tanyo dima toilet yang ado dakek
siko buk.?”
(Permisi buk, numpang tanya dimana toilet yang dekat sini buk.?)

Fifah : “Haaa uni lewat siko tu belok kiri sampai dipalam tu. Bisa lewat
siko tu taruih se belok kiri sampai dakek kayu tu. Taruih sampai situ liek
penando yang menunjuk ka arah pintu masuk, ado situ tu mah ni.”
(Kakak lewat disitu terus belok kiri. Bisa lewat sini terus lurus belok kiri.
Terus sampai disitu lihat tandanya yang menunjukkan ke arah pintu
masuk.)

Fani : “Apo itu toilet paling dakek disiko buk.?”


(Benarkah disitu toilet paling dekat disini buk.?)

Fifah : “Kurang tau lo wak ni, cubo se ni pai se ka situ.”


(Aku kurang tau kak, coba ke situ dulu.)

Fani : “Iyolah tu, makasih yo buk.”


(Okelah, terima kasih buk.)
Fifah :"samo-samo"
(Sama-sama)

Keterangan Percakapan :
Percakapan ini terjadi antara seorang petugas dengan seorang pengunjung yang
melahirkan percakapan “Permisi buk, buliah numpang tanyo dima toilet yang ado dakek
siko buk.?” dengan menggunakan bahasa Padang dan dijawab oleh petugas dengan logat
Alahan Panjang dengan jawaban “Haaa uni lewat siko tu belok kiri sampai di dipalam tu.
Bisa lewat siko dan tu taruih se belok kiri sampai dakek kayu tu. Taruih sampai situ liek
penando yang menunjuk ka arah pintu masuk, ado situ tu mah ni” yang logatnya kentara.
Percakapan 5 :
Aisyah : “Gaitsa, jam bara wak pai joging ka Gor Haji Agus Salim
tu.?”
(Gaitsa, pukul berapa kita pergi joging ke Gor Haji Agus
Salim.?)

Gaitsa : “Jam 7 pagi lah bisuak ndak.”


(Jam 7 pagi besok ya.)

Aisyah : “Okey.”
(Okey.)

Gaitsa : “Lah siap siap ang, Aisyah.?”


(Sudah siap-siap kamu, Aisyah.?)

Aisyah : “Alah a.”


(Udah.)

Gaitsa : “Ha tunggu di muko kos den japuik ang yo.”


(Tunggu di depan kos aku jemput kamu.)
Aisyah : “Jadih.”
(Iya.)

Keterangan Percakapan :
Percakapan ini terjadi antara bahasa Balai Selasa dan bahasa Sijunjung yang tidak
banyak terdapat perbedaan Bahasa antara Bahasa Balai Selasa dan Sijunjung.

Anda mungkin juga menyukai