Anda di halaman 1dari 11

Tugas Psikodiagnostik IV (Intel)

JENIS-JENIS ALAT TES INTELEGENSI

Universitas Persada Indonesia


Fakultas Psikologi

Nama : Nadiya Lianida


NIM : 1824090224
Kelas : Kamis 15.20 – 17.50
Dosen : Febi Herdajani, S.Psi., M.Si., Psi
1. Stanford – Binet Intelligence Scale
Materi yang terdapat dalam Skala Stanford – Binet berupa sebuah kotak berisi
bermacam-macam benda mainan tertentu yang akan disajikan kepada anak-anak, dua
buah buku kecil yang memuat cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan untuk mencatat
jawaban dan skornya, dan sebuah manual/petunjuk pelaksanaan pemberian tes. Tes-tes
dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia-II sampai
dengab Usia Dewasa-Superior. Diantara Usia-II dan Usia-V, tesnya meningkat dengan
interval setengah tahunan, sedangkan diantara Usia-V dan Usia-XIV, level usia
mengingkat dengan interval satu tahunan. Level-level selanjutnya dimaksudkan sebagai
level Dewasa-Rata-rata dan level Dewasa-Superior I, II, dan III. Setiap level usia dalam
skala ini berisi enam tes, kecuali untuk level Dewasa-Rata-rata yang berisi delapan tes.
Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf kesukaran
yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran yang kecil itulah
disusun urutan soal dari yang paling mudah sampai yang paling sukar. Skala Stanford-
Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi
tes. Oleh karena itu, pemberian tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan
mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut. Penyajian tesnya sendiri
mengandung kerumitan yang spesifik bagi masing-masing individu yang dites. Tidak ada
individu yang dikenai semua soal dalam tes karena setiap subjek diberi hanya soal dalam
tes yang berada dalam cakupan level usia yang sesuai dengan level intelektualnya
masing-masing. Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa (Anastasi,
1976 dalam Azwar 1996) sekalipun terdapat level usia Dewasa Superior dalam tesnya,
karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-
batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak. Untuk memperoleh angka IQ
skor pada skala Stanford-binet diubah atau dikonversikan dengan bantuan suatu tabel
konversi. IQ yang dihasilkan oleh skala ini merupakan IQ-deviasi yang mempunyai rata-
rata (mean) sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 16. Versi terbaru skala Stanford-
Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi
dikelompokkan menjadi emat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa
tes, yaitu penalaran verbal (kosakata, keganjilan), penalaran kuantitatif (tes kuantitatif,
rangkaian angka), penalaran visual abstrak (melipat kertas, mengkopi), memori jangka
pendek (memori kalimat, memori sajian urutan benda).

2. The Wechlser Intelligence Scale for Children – Revised (WISC – R)


Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan
untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri
atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila
diperlukan penggantian subtes. Kedua belas subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu skala Verbal (verbal) yang terdiri dari information (informasi),
comprehension (pemahaman), arithmetic (hitungan), similiarites (kesamaan), vocabulary
(kosa kata), dan digit span (rentang angka). Golongan kedua adalah skala performansi
(performance) yang terdiri dari picture completion (kelengkapan gambar), picture
arrangement (susunan gambar), block design (rancangan balok), object assembly
(perakitan objek), coding (sandi), mazes (taman sesat). Subtes Rentang Angka merupaka
subtes pelengkap yang hanya dipergunakan apabila salah satu diantara subtes verbal
lainnya, karena sesuatu hal semisal kekeliruan pemakaian, tidak dapat digunakan. Subtes
Taman sesat dapat pula digunakan sebagai pengganti subtes Sandi atau dapat pula
digunakan sebagai pengganti subtes performasi manapun yang tidak dapt dipakai.
Dengan demikian, skor subjek tetap didasarkan atas lima subtes dari skala Verbal dan
lima subtes dari skala Performasi. Pemberian skor pada subtes WISC-R didasarkan atas
kebenaran jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban
yang benar tersebut. Melalui prosedur pemberian skor yang telah ditentukan, setiap
subjek akan memperoleh skor pada masing-masing subtes. Skor tersebut kemudian
diterjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui tabel norma sehingga akhirnya
diperoleh suatu angka IQ –deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-deviasi untuk skala
verbal dan satu angka IQ-deviasi untuk skala performansi, dan satu angka IQ-deviasi
untuk keseluruhan skala.

3. The Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)


Skala Weschler pertama kali diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Weschler-
Bellevue (W-B). Sasaran utama test ini adalah untuk menyediakan test intelegensi bagi
orang dewasa. Test ini dirancang untuk anak-anak sekolah dan diadaptasikan untuk orang
dewasa dengan menambahkan beberapa soal yang lebih sulit. Penekanan berlebihan pada
kecepatan yang tidak menguntungkan bagi orang dewasa, manipulasi yang relatif rutin
atas kata-kata, dan tidak dapat diterapkannya norma umur pada orang-orang dewasa
membuat test W-B dikembangkan. Dalam bentuk dan isi, skala ini menetapkan pola dasar
untuk semua skala Weschler, yang masing-masing akan menambah penyempurnaan. W-
B itu sendiri ditambahkan paada tahun 1955 oleh WAIS, yang memperbaiki sejumlah
kekurangan teknis skala terdahulu dalam kaitan dengan ukuran representativitas sampel
normatif dan reliabilitas subtes-subtes.
WAIS telah mengalami revisi, dan diberi nama Weschler Adult Scale-Revised
(WAIS-R) yang mencakup jangkauan umur 16 sampai 74 tahun. Sebagaimana versi
WAIS sebelumnya, WAIS-R terdiri dari skala Verbal dan skala Performansi. Kedua skala
tersebtu masing-masing menghasilkan IQ-verbal dan IQ-performansi, sedangkan
kombinasi keduanya menjadi dasar untuk perhitungan IQ deviasi sebagai IQ keseluruhan.
Masing-masing test memiliki minimal 5 subtes dan maksimal 7 subtes. Secara lebih
terperinci, isi masing-masing subtes dalam skala Verbal, yaitu subtes Informasi, berisi 29
pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang dianggap dapat diperoleh oleh setiap
orang dimana ia berada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun menurut taraf kesukaran
yang semakin meningkat. Sedapat mungkin jenis pertanyaan yang diajukan tidak
berkaitan dengan pengetahuan khusus yang dipelajari di sekolah. Subtes Rentang Angka
berupa rangkaian angka-angka yang terdiri atas tiga sampai sembilan angka yang
disebutkan secara lisan dan kemudian subjek diminta mengulanlg menyebutkannya
dalam urutan yang benar. Pada bagian kedua subtes ini pemberi tes menyebutkan
rangkaian angka yang lain dan subjek diminta mengulang menyebutkannya dalam urutan
yang terbalik.

4. Reven’s Progressive Matrices (RPM)

RPM Raven Progressive Matrices diciptakan oleh J.C. Raven Tahun 1938.
Dikembangkan pertama kali di Inggris, dan secara luas digunakan dalam lingkungan
angkatan bersenjata Inggris pada PD II.Merupakan tes penalaran induktif (kusus ke
umum) non-verbal yg didasarkan pada stimulus bergambar.Yaitu mengukur kemampuan
mengerti dan melihat hubugan antara bagian gambar yg disajikan serta mengembangkan
pola pikir yg sistematis.

RPM tujuannya untuk mengukur Faktor G, sebagaian kecil mengukur spatial aptitude,
inductive reasoning, dan perceptual accuracy.Soal-soal tersebut diurutkan berdasarkan
tingkat kesulitan yang semakin tinggi, sehingga disebut Matriks Progresif.

Raven Progressive Matrices terdiri dari tiga tes dengan penggunaan yg berbeda- beda,
yaitu:

 Standarrd Progressive Matrices (SPM)

 Coloured Progressive Matrices (CPM)

 Advanced Progressive Matrices (APM).

5. The Standard Progresive Matrices (SPM)


SPM merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan
secara individual maupun secara kelompok. Skala ini dirancang oleh J. C. Raven dan
diterbitkan terakhir kali oleh H. K. Lewis & Co. Ltd. London pada tahun 1960. SPM
merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam
bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Karena instruksi
pengerjaannya diberikan secara lisan maka skala ini dapat digunakan untuk subjek yang
buta huruf. Diciptakan pertama kali di tahun 1936, diterbitkan pertama kali di tahun 1938,
SPM telah mengalami berbagai revisi sampai revisi terakhir yang dijumpai di Indonesia
yaitu revisi tahun 1960.
Penyusunan SPM didasari oleh konsep inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya
mengenai eduksi hubungan dan eduksi korelasi. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai
tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum (Raven,
1960 dalam Azwar 1996). Tes SPM terdiri atas 60 buah soal yang berupa gambar-
gambar. Setiap soal berupa sebuah gambar besar yang berlubang dan di bawah gambar
besar tersebut terdapat 6 atau 8 buah gambar kecil sebagai pilihan jawaban. Subjek
diminta memilih salah satu gambar kecil yang dapat dipakai untuk menutup lubang pada
gambar besar sehingga terbentuk pola yang benar berdasarkan penalaran tertentu.
Keenampuluh soal terbagi dalam lima seri yang masing-masing berisi 12 soal yang
disajikan dalam sebuah buku. Seri pertama, yaitu Seri A, merupakan seri yang paling
mudah dicari dasar penalarannya. Selanjutnya taraf kesurakaran soal akan semakin
meningkat dan masing-masing seri menuntut pengerahan kapasitas intelektual yang
lebih, agar dapat menemukan dasar penalaran yang berlaku bagi setiap seri soal. Setiap
subjek diberi soal yang sama dan menuliskan jawabannya pada suatu lembar jawaban
khusus yang disediakan. Subjek harus bekerja dengan cepat dan teliti sejak awal hingga
akhir tes. Bagi setiap jawaban yang benar, subjek mendapat skor 1. Skor total pada skala
ini adalah banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar oleh subjek yang kemudian
akan diintepretasikan secara normatif menurut sebuah tabel norma penilaian. Dari lima
seri yang masing-masing terdiri atas 12 buah soal, keseluruhan tes memuat 60 soal, akan
tetapi skor maksimal yang dapat diperoleh oleh subjek adalah 58 dikarenakan dua soal
pertama pada Seri A merupakan soal contoh yang tidak diberi skor. SPM tidak
memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level
intelektualitas dalam beberapa ketegori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang
dites, yaitu grade I (kapasitas intelektual superior), grade II (kapasitas intelektual di atas
rata-rata), grade III (kapasitas intelektual rata-rata), grade IV (kapasitas intelektual di
bawah rata-rata), grade V (kapasitas intelektual terhambat).
Disamping SPM, terdapat satu versi progressive matrices yang disajikan dalam
gambar berwarna dan diberi nama The Coloured Progressive Matrices (CPM). Soal-soal
dalam skala CPM diberikan dalam bentuk gambar berwanra karena memang
diperuntukkan bagi subjek yang berusia sangat muda atau justru yang sudah berusia tua.
Raven sendiri mengatakan bahwa CPM cocok untuk tujuan studi antropologis atau studi
klinis serta cocok bagi subjek yang mempunyai cacat jasmani, atau yang kapasitas
intelektualnya di bawah normal. Bagi mereka yang memiliki kapasitas intelektual di atas
rata-rata disediakan versi lain, yaitu The Advanced Progressive Matrices (APM) yang
dibuat dalam dua seri, yaitu Seri I dan Seri II.

6. CPM (Coloured Progressive Matrices).


CPM atau Coloured Progressive Matrices merupakan salah satu alat tes yang dibuat
oleh Raven. CPM sendiri merupakan alat tes yang dibuat dikarenakan adanya keperluan
pengetesan intelegensi pada anak-anak yang tidak dapat menggunakan alat tes Raven
sebelumnya yaitu SPM atau Standart Progressive Matrices. Hal tersebut menjadikan
CPM dapat digunakan pada anak-anak dengan rentang usia lima sampai sebelas tahun
dan orang dewasa namun dengan syarat memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
perbedaan yang mendasar antara SPM dan CPM adalah adanya warna pada alat tes CPM
(Nuraeni, 2012).

7. APM (Advanced Progressive Matrices).


Tes Advanced Progressive Matrices (APM) dikembangkan oleh Raven yang
merupakan tipe tes kedua dari tes yang ia kembangkan. Tes Advanced Progressive
Matrices mengukur kinerja intelektual dari mereka yang memiliki inteligensi di atas rata-
rata. Selain itu, tes ini juga mampu membedakan secara tajam antara mereka yang
tergolong memiliki inteligensi unggul dari yang lainnya. Tes ini terdiri dua set yaitu set I
mencangkup 12 soal dengan waktu pengerjaan 5 menit dan tes II mencangkup 36 soal
dengan waktu pengerjaan 40 menit. Pemberian soal set I kepada testi ditunjukkan dengan
maksud untuk menjelaskan prinsip-prinsip kerjanya, dan kemudian dilanjutkan ke set II
dimana pengukuran sebenarnya dilakukan. Soal-soal pada set II meliputi persoalan-
persoalan yang mampu menjadi alat pengukur pada proses berpikir tinggi secara analitis
sehingga APM berguna untuk mendapatkan gambaran tentang laju kecepatan dan
keberhasilan belajar yang mungkin dicapai seseorang didalam suatu bidang studi
(Sunarya, 2017).

8. The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC)


Tes inteligensi K-ABC merupakan baterai (rangkaian) tes yang relatif baru yang
diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun (Kaufman, kamphaus, &
Kaurman, 1985, dalam Azwar 1996). Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan
Nadeen L. Kaufman dari the University of Alabama.
Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah Sequal Processing Scale dan
Simulation Processing Scale. Sequal Processing Scale yaitu skala yang mengungkap
abilitas atau kemampuan untuk memecahkan permasalahan secara bertahap dengan
penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal diantara stimulus. Stimulus ini,
baik verbal maupun visual harus ditangni secara berurutan agar tercapai performansi yang
optimal. Dalam K-ABC kemampuan ini diungkap antara lain oleh subtes Word Order
dimana subjek harus menunjuk pada bayangan gambar dalam urutan sama dengan urutan
nama yang disebut oleh penguji. Simulation Processing Scale yaitu skala yang bertujuan
mengungkap kemampuan anak dalam memecahkan permasalahan dengan cara
mengorganisasikan dan memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama.
Permasalahan yang diajukan sering kali bersifat analogi atau mengandung aspek spasial.
Baik berwujud perseptual maupun berujud konseptual, stimulusnya menghendaki
pengerahan daya sintesis simultan agar tercapai penyelesaian yang benar. Dalam K-ABC,
stimulus bentuk ini mencakup tugas pengenalan bercak tinta yang disajikan separuh
selesai (Gestalt Completion) dan analogi visual yang umumnya abstrak (Matrix
Analogies). Baterai dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequantial dan
Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite
Scale, Achievement Scale, dan non-Verbal Scale. Skor pada kesemua skala dalam K-
ABC dibuat memiliki mean 100 dan unit deviasi standar sebesar 15 agar dapat
dibandingkan langsung satu sama lain dan dengan ukuran inteligensi lain. Skala
nonverbal dalam K-ABC merupakan bentuk pendek dari Mental Processing Scale yang
dikhususkan bagi anak usia 4 sampai 13,5 tahun dan mencakup pula subtes yang dapat
disajikan secara pantomim serta direspon secara motorik.

9. Kaufman Brief Intelligence (K-BIT)


Tes penyaringan intelegensi umum standar yang baru-baru ini dipublikasikan dalam
bentuk edisi kedua yaitu KBIT-2 yang terdiri skala Crystallized atau verbal yang
memiliki dua jenis soal (pengetahuan verbal dan teka-teki) skala non verbal atau Fluid
yang mencakup soal-soal matriks. KBIT-2 dilaksanakan untuk peserta berusia 4-90 tahun
dan dalam waktu kurang lebih 20 menit.

10. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence).


Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) dikembangkan oleh
Weschler. Sesuai dengan namanya, alat tes ini dirancang dan ditujukan untuk anak-anak
pada usia sebelum masuk sekolah atau anak-anak yang ada pada tingkat taman kanak-
kanak, perkiraan usia dimulai dari 2 tahun atau saat anak mulai masuk ke taman kanak-
kanak hingga umur 6 tahun saat anak mulai masuk ke sekolah dasar. Alat tes ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kecerdasan anak secara keseluruhan serta dapat juga digunakan
untuk mengidentifikasi karakteristik keterlambatan atau kesulitan anak tersebut
(Cloudida, 2018).
Atribut psikologis dan kemampuan-kemampuan yang diukur oleh alat tes ini terdiri
dari dua penilaian besar, yaitu tes verbal yang mencangkup atas tes kemampuan
menerima informasi, kemampuan pemahaman, kemampuan berhitung, kemampuan
melihat persamaan dan pengertian; serta tes prestasi yang terdiri atas rumah binatang
dengan mencocokan nama binatang dan tempat tinggalnya, penyelesaian gambar
dengan melengkapi gambar yang kosong, mencari jejak, bentuk geomteris, labirin dan
puzzle balok (Siswina et al., 2016).
Alat tes WPPSI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan dan
mengklasifikasikan anak-anak dengan keterlambatan kemampuan kognitif,
mengevaluasi keterlambatan kemampuan kognitif, gangguan intelektual dan autisme.
WPPSI juga dapat digunakan untuk menentukan jenis sekolah yang tepat bagi anak
hingga melihat apakah anak mengalami kerusakan pada otak (Wechsler, 2012).

11. IST (Intelligenz Struktur Test).


Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan alat tes inteligensi yang telah diadaptasi di
Indonesia. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthaeur di Frankfrurt Main Jerman pada
tahun 1953. Intelligenz Struktur Test (IST) terdiri dari sembilan subtes antara lain:
Satzerganzung (SE) yaitu melengkapi kalimat, Wortauswahl (WA) yaitu melengkapi
kata-kata, Analogien (AN) yaitu persamaan kata, Gemeinsamkeiten (GE) yaitu sifat yang
dimiliki bersama, Rechhenaufgaben (RA) yaitu kemampuan berhitung, Zahlenreihen
(SR) yaitu deret angka, Figurenauswahl (FA) yaitu memilih bentuk, Wurfelaufgaben
(WU) yaitu latihan balok, dan Merkaufgaben (ME) yaitu latihan simbol. Tes IST terdiri
dari sembilan sub tes terdiri dari 176 item soal. Waktu pengerjaan yang dibutuhkan dalam
penyajian tes IST ini kurang lebih selama 90 menit dengan instruksi yang berbeda-beda
pada setiap sub tesnya. Tes IST ini membutuhkan seorang tester yang memiliki
keterampilan dalam menyajikan tes dan proses skoring serta interpretasi yang memakan
waktu. Tes ini dapat dilakukan secara individual maupun klasikal (Kumolohadi &
Suseno, 2012).
IST adalah alat tes yang kompleks dan memiliki tingkat kesulitan pada tugas-tugas di
setiap bagian yang tinggi. Meski begitu, melalui tes IST individu dapat mengetahui IQ
total dan per bagian (Kumolohadi & Suseno, 2012).

12. CFIT (Culture Fair Intelligence Test).


Culture Fair Intelligence Test (CFIT) merupakan salah satu tes inteligensi yang sering
digunakan oleh psikolog dan lembaga psikologi di Indonesia. Pertama kali Tes inteligensi
CFIT ini dikembangkan oleh Raymond B. Cattell pada tahun 1940. Dalam proses
administrasinya, Tes CFIT relatif tidak memakan waktu yaitu hanya sekitar 30 menit
sehingga tes CFIT populer digunakan di kalangan praktisi (Suwandi, 2015).
Menurut Cattell (dalam Suwandi, 2015) inteligensi terbagi menjadi 2 komponen, yaitu
fluid dan crystallized intelligence. Fluid intelligence merupakan kecerdasan yang berasal
dari sifat bawaan lahir atau hereditas. Sedangkan crystallized intelligence adalah
kecerdasan yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya kecerdasan yang didapat
melalui proses pembelajaran di sekolah. Tes ini dikembangkan sebagai tes non verbal
untuk mengukur fluid intelligence (Gf).
Tes CFIT memiliki tiga jenis skala, yaitu: skala 1 ditujukan untuk usia 4 sampai 8
tahun, skala 2 ditujukan untuk usia 8 sampai 13 tahun, dan skala 3 ditujukan untuk
individu dengan kecerdasan di atas rata-rata. Skala 2 dan 3 berbentuk paralel (A dan B)
sehingga tes ini yang dapat digunakan untuk pengetesan kembali. Umumnya tes-tes ini
dapat diberikan pada sekelompok individu secara kolektif, namun terkecuali beberapa
subtes dari skala 1. Skala 1 memiliki delapan subtes, namun yang benar-benar adil secara
budaya hanya separuhnya (Suwandi, 2015). Terdapat kemiripan antara skala 2 dan 3 tes
CFIT, yang membedakan hanya tingkat kesukarannya. Suwandi (2015) menjelaskan
bahwa skala ini terdiri dari empat subtes, yaitu:
 Series terdiri dari 13 item, peserta diinstruksikan untuk melanjutkan gambar secara
logis dari 3 gambar yang telah disajikan sebelumnya.
 Classification terdiri dari 14 item, peserta diinstruksikan untuk mencocokan 2 gambar
dari setiap seri. Kemudian pada gambar yang cocok dipasangkan bersama.
 Matrice terdiri dari 13 item, peserta diinstruksikan untuk menentukan mana dari 5
alternatif yang paling logis untuk melengkapi pola matriks yang telah disajikan.
 Topology terdiri dari 10 item, peserta diinstruksikan untuk mencari aturan umum
dimana titik ditempatkan dengan menyimpulkan aturan dan memilih gambar yang
berlaku.

13. TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia).


TIKI merupakan akronim dari Tes Intelegensi Kolektif Indonesia. Tes ini diciptakan
berdasarkan kerja sama antara Indonesia dan Belanda. Tujuan dari dibuatnya tes ini
adalah untuk melihat standar intelegensi di Indonesia serta membuat alat tes intelegensi
yang berdasarkan norma Indonesia (Nuraeni, 2012).Tes ini secara keseluruhan dibagi
menjadi tiga tes, TIKI Dasar, TIKI Menengah dan TIKI Tinggi.

a. TIKI Dasar.
TIKI Dasar merupakan tes intelegensi yang paling awal dari ketiga tes yang ada.
Tes intelegensi ini diperuntukan untuk anak-anak yang ada pada tingkat sekolah dasar
hingga sekolah menengah pertama kelas dua. TIKI Dasar mengukur intelegensi
dengan berhitung angka, penggabungan bagian, eksklusi gambar, hubungan kata,
membandingkan beberapa gambar, labirin/maze, berhitung huruf, mencari pola,
eksklusi kata dan terakhir mencari segitiga (Nuraeni, 2012).

b. TIKI Menengah.
TIKI Menengah merupakan alat tes intelegensi kedua dalam rangkai TIKI yang
diperuntukkan untuk anak yang berada pada tingkat sekolah menengah pertama kelas
tiga hingga sekolah menengah atas. Pada TIKI Menengah, peserta tes akan diminta
untuk berhitung angka, penggabungan bagian, menghubungkan kata, eksklusi gambar,
berhitung soal, meneliti, membentuk benda, eksklusi kata, bayangan cermin, berhitung
huruf, membandingkan beberapa benda dan terakhir adalah pembentukan kata
(Nuraeni, 2012).

c. TIKI Tinggi.
TIKI Tinggi menjadi ala tes intelegensi yang termasuk ke dalam rangkaian TIKI
yang berada paling akhir dan memiliki tingkat kesusahan yang paling kompleks dalam
TIKI. TIKI Tinggi sendiri diperuntukan bagi individu yang ada pada tingkat perguruan
tinggi serta orang dewasa. Pada TIKI Tinggi, peserta tes akan diminta untuk berhitung
angka, penggabungan bagian, menghubungkan kata, abstraksi non verbal, deret angka,
meneliti, membentuk benda, eksklusi kata, bayangan cermin, menganalogi kata,
bentuk tersembunyi dan terakhir adalah pembentukan kata (Nuraeni, 2012).

14. SON.
SON merupakan akronim dari Snijders Oomen Non Verbal Scale. SON merupakan
salah satu tes inteligensi non verbal digunakan untuk individu dengan rentan usia 3 – 16
tahun. Alat tes ini juga tidak hanya sebatas untuk individu dalam kondisi normal namun
juga dapat digunakan untuk individu dengan disabilitas seperti tunarungu. Alat tes ini
dapat digunakan oleh individu dengan tunarungu dikarenakan tes SON berbentuk puzzle
dan rangkaian gambar yang perlu dicocokan dan peserta tidak dituntut untuk menjawab
perintah yang diberikan. SON sendiri dirancang mulai pada tahun 1939 – 1942, di
Amsterdam dan kemudian dalam perkembangannya banyak dilakukan revisi-revisi pada
aitem alat tes ini (Nuraeni, 2012).

TES INTELEGENSI KELOMPOK

15. Multidimensional Aptitude Battery II


(MAB-II) MAB dirancang setara WAIS-R dan untuk menghasilkan skor-skor IQ
dengan sifat-sifat psikometrik yang sama dengan yang terdapat pada WAIS-R. Untuk
peserta tes usia 16-74 tahun. MAB-II menghasilkan 10 skor subtes, serta IQ verbal,
kinerja, dan skala penuh.

16. The California Test of Mental Maturity (CTMM)


The California Test of Mental Maturity (CTMM) revisi tahun 1963, berisi 12 unit tes
yang menyajikan penggunaan atau kemampuan mental yang berbeda. Tes 1 sampai 7 dan
tes 11 mengkontribusikan Usia Mental Nonbahasa dan IQ. Masing-masing unit terdiri
dari kedelapan tes ini menyajikan suatu bahan verbal yang minimal, mengungkap aspek-
aspek tertentu dari kapasitas mental testi melalui soal-soal yang menuntut mengenai
pengenalan dan analisis logis dari relasi yang bersifat abstrak. Bagian bahasa yaitu tes
8,9,10 dan 12 menyajikan contoh-contoh kemampuan penalaran verbal dan konsep
numerikal (angka-angka) dari bermacam-macam tipe dan tes ingatan yang luas dan
akurat.

17. The Henmon – Nelson Test Mental Ability


Tes Kecakapan Mental Henmon-Nelson terdiri dari empat level yang didesain untuk
memenuhi kebutuhan taman kanak-kanak hingga kelas XII, di mana setiap levelnya dapat
digunakan untuk tiga atau empat tingkat. Tes berisikan item jenis verbal dan numerikal,
dan kemudian menghasilkan raw score yang akan dikonversikan ke dalam IQ deviasi dan
persentil.
18. Tes Kecakapan Kognitif (Cognitive Abilities Tests)
Tes Kecakapan Kognitif merupakan versi modern dari Tes Inteligensi Lorge-
Thorndike. Tes ini terdiri dari tiga peruntukan yang berbeda, yaitu: (1) untuk TK dan
kelas 1, (2) untuk kelas 2 dan kelas 3, serta (3) untuk multilevel yang dapat digunakan di
kelas 3 hingga kelas 12.
Tes Kecakapan Kognitif terdiri dari tiga bagian yang masing-masing mengukur hal
yang berbeda: verbal, kuantitatif, dan nonverbal. Bagian nonverbal mengukur tidak
menggunakan bahasa ataupun angka, namun menggunakan gambar-gambar geometrik
yang harus diklasifikasikan, dianalogikan, dan disintesakan. Dalam porsi ini, pengaruh
dari sekolah formal, ketidakmampuan membaca, atau bukan berbahasa asli Inggris, dapat
diminimalkan. Raw score masing-masing bagian kemudian dikonversikan ke dalam skor
stanin dan persentil untuk setiap umur dan kelas. Tiga skor yang dihasilkan oleh tiga
bagian tersebut kemudian dapat dikomparasikan dengan norma kelompok ataupun
dikomparasikan dengan masing-masing peserta lainnya. Sebagai tambahan, untuk
menghasilkan skor deviasi IQ, skor juga dapat dikonversikan ke dalam skor standar yang
memiliki mean 100 dan standar deviasi 16. Tes Kecakapan Kognitif ini telah
distandardisasi bersama dengan Tes Keterampilan Dasar Iowa (Iowa Tests of Basic
Skills) untuk tingkat TK hingga kelas IX dan Tes Prestasi dan Profisiensi untuk kelas IX
hingga kelas XII.

19. Tes Kuhlmann-Anderson


Tes Kuhlmann-Anderson terdiri dari delapan level untuk tingkat TK hingga kelas XII,
di mana setiap level berisi beberapa tes. Tes Kuhlmann-Anderson merupakan versi
terbaru dari dari salah satu tes inteligensi terpopuler yang pernah digunakan di sekolah.
Dibandingkan tes sejenis, tes ini tidak terlalu bergantung pada bahasa, namun akan
menghasilkan skor verbal, skor kuantitatif, dan skor total. Skor disajikan dalam bentuk
persentil (condidence interval) dan skor deviasi IQ.

20. Tes Keterampilan Kognitif (Test of Cognitive Skills)


Tes Keterampilan Kognitif (Test of Cognitive Skills) merupakan versi terkini
dari California Test of Mental-Maturity-Short Form. Dalam format aslinya, instrumen
tes ini didesain seperti tes Stanford-Binet versi kelompok. Skor yang dihasilkanpun mirip
dengan skor yang didapat dari tes Stanford-Binet. Tes ini terdiri dari empat subtes yang
masing-masing memiliki lima battery untuk kelas dua hingga kelas XII. Umur dan
tingkat stanin, persentil, dan norma skor standar tersedia untuk setiap subtes. Indeks
Keterampilan Total akan menghasilkan skor IQ deviasi.

21. Otis-Lennon School Ability Test


Tes Kesiapan Sekolah Otis-Lennon (Otis-Lennon School Ability Test) berisi lima level
tes untuk kelas satu hingga kelas XII. Tes terbagi dalam dua bentuk R dan S. Tes ini
merupakan revisi terkini dari seri tes Otis terdahulu. Norma Tes Kesiapan Sekolah Otis-
Lennon sama dengan the Metropolitan Achievement Tests dan the Stanford Achievement
Test.
22. Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan Tinggi (School and College Ability Tests)
Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan Tinggi (School and College Ability Tests) terdiri
dari tiga level dan diperuntukkan bagi siswa kelas III hingga kelas XII. Dua di antaranya
(X dan Y) dapat digunakan untuk semua tingkatan. Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan
Tinggi berisi tes lisan mengenai analogi verbal dan tes kuantitatif mengenai perbandingan
numerik. Tes ini akan menghasilkan tiga skor: verbal, kuantitatif, dan skor total. Skor
standar, stanin, dan persentil juga tersedia untuk setiap tingkatan level. Tes Kesiapan
Sekolah dan Perguruan Tinggi diberi norma secara konkuren dengan the Sequential Tests
of Educational Progress (STEP). Karena Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan Tinggi
dikembangkan oleh Educational Testing Service yang juga mengembangkan the College
Entrance Examination Board’s Scholastic Aptitude Test (SAT), skor verbal dan
kuantitatif dalam Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan Tinggi dapat digunakan untuk
memprediksi skor verbal dan kuantitatif SAT.

23. Wonderlic Personnel Test


Wonderlic Personnel Test merupakan tes kecakapan mental singkat untuk orang
dewasa yang berdurasi 12 menit. Tes inteligensi dengan kertas dan pensil ini terdiri dari
lima bentuk, dengan norma yang ekstensif. Tes ini banyak digunakan dalam bisnis dan
industri untuk seleksi dan penempatan karyawan. Validitas data mengenai kesuksesan
kerja tentu dapat ditemukan di banyak perusahaan, namun memang jarang ditemukan
dalam literatur penelitian. Namun demikian, validitas tes masih dipertanyakan dalam hal
seleksi posisi-posisi tertentu di mana golongan minoritas memperoleh skor lebih rendah.

24. Multi-Dimensional Aptitude Battery


Multi-Dimensional Aptitude Battery dikembangkan oleh Douglas Jackson pada tahun
1984 sebagai sebuah tes tulis kelompok untuk menghasilkan skor yang sama dengan yang
akan diperoleh dari Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes ini berisi lima tes
skala verbal dan lima tes skala performansi yang bentuknya sangat mirip dengan subtes-
subtes skala WAIS, namun dalam format tulis. Skor pada subtes-subtes tersebut memiliki
mean 50 dan standar deviasi 10, sedangkan skor total dari bagian verbal, performansi dan
skala penuh memiliki mean 100 dan standar deviasi 15. Kelebihan tes ini adalah
kemudahan dalam pengadministrasian dan skoringnya. Untuk menjadi tester, juga tidak
diperlukan keterampilan tingkat tinggi seperti yang diperlukan pada skala WAIS dan
Stanford-Binet. Sebagai alat tes kelompok, tes ini tentu saja tidak bertujuan untuk
memperoleh data observasional seperti yang diperoleh pada instrumen-instrumen
individual.

Anda mungkin juga menyukai