Juga terdapat hadits tentang babul walid (pintu berbakti pada orang tua). Dari
Abud Darda’ radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ْ َالباب أو احف
ظه َ فأضع ذلك
ِ شئت
َ َّ ،ب الجنَّ ِة
فإن ُ الوا ِل ُد أوس
ِ ط أبوا
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau mau menyia-
nyiakannya, silakan. Atau jika engkau mau menjaganya, silakan” (HR.
Tirmidzi no.1900, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah,
no. 914).
Dari hadits dan penjelasan-penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa
pintu surga ada delapan, namun yang disepakati ulama ada empat:
‘Ala kulli haal, yang lebih penting bagi kita adalah berusaha mengamalkan
amalan-amalan di atas agar kita layak memasuki pintunya di surga kelak.
Jangan sampai ketika surga memiliki delapan pintu namun tidak ada satupun
yang terbuka untuk kita. Allahumma inna nas’alukal jannah wa na’udzubika
minannar.
11 Amalan Dapat Jaminan Rumah di Surga
Mafhash qathaah dalam hadits artinya lubang yang dipakai burung menaruh
telurnya dan menderum di tempat tesebut. Dan qathah adalah sejenis burung.
اّلِلُ لَهُ ِِف ا ْْلَن ِهة ِمثْ لَ ُه ِمن بَن مس ِج ًدا ِه
ّلِل بَ ََن ه ْ َ ََ ْ َ
“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun
baginya semisal itu di surga. ”(HR. Bukhari, no. 450; Muslim, no. 533).
Kata Imam Nawawi rahimahullah, maksud akan dibangun baginya semisal itu di
surga ada dua tafsiran:
1- Allah akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang disebut bait
(rumah). Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya
keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu tidak pernah dilihat oleh mata,
tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik dalam hati akan
indahnya.
Ketiga: Mengerjakan shalat dhuha empat raka’at dan shalat sebelum Zhuhur
empat raka’at
Dari Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar, dari bapaknya Ibnu ‘Umar, dari kakeknya
(‘Umar bin Al-Khattab), ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ْك
ُ يك لَهُ لَهُ ال ُْمل ال الَ إِلَهَ إِاله ه
ُ اّلِلُ َو ْح َدهُ الَ َش ِر َ السو َق فَ َق ُّ َم ْن َد َخ َل
ْ وت بِيَ ِد ِه
اْلَ ْْيُ َو ُه َو َعلَى ُك ِل ُ ُيت َو ُه َو َح ٌّى الَ َُي ُ َِولَهُ ا ْْلَ ْم ُد ُُْيِي َوُُي
ْف َسيِئَ ٍة
ِ ْف أَل َ سنَ ٍة َوَُمَا َع ْنهُ أَل ح ِ
ْف لَ
أ ْف
َ لَ
أ ه َل ه
اّلِل ب ت كَ ير ِ
د َق ٍ َشى
ء
ََ ُ ُ ََ ٌ ْ
ْف َد َر َج ٍة ِ ْف أَلَ َوَرفَ َع لَهُ أَل
“Siapa yang masuk pasar lalu mengucapkan, “Laa ilaaha illallah wahdahu laa
syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiit wa huwa hayyun laa
yamuut biyadihil khoir wahuwa ‘alaa kulli syain qodiir (tidak ada sesembahan
yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah yang
memiliki kekuasaan dan segala pujian untuk-Nya. ”Allah akan menuliskan
untuknya sejuta kebaikan, menghapus darinya sejuta kejelekan, mengangkat
untuknya sejuta derajat, dan membangunkan untuknya sebuah rumah di
surga. ”(HR. Tirmidzi, no. 3428. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad
hadits ini dha’if).
Adapun mengenai doa masuk pasar yaitu haditsnya berbunyi, siapa yang
masuk pasar lantas membaca laa ilaha illallah dan seterusnya, maka perlu
dipahami bahwa secara umum berdzikir ketika masuk pasar itu disunnahkan.
Karena kita diperintahkan berdzikir saat orang-orang itu lalai. Besarnya pahala
yang disebutkan dalam hadits tersebut (hingga disebutkan sejuta, pen.)
tidaklah menimbulkan problema ketika bacaan tersebut diamalkan, baik
nantinya hadits tersebut dihukumi shahih ataukah tidak. ”(Majmu ’Al-Fatawa,
18: 67)
Dalil umum yang memerintahkan kita banyak dzikir termasuk di pasar adalah
hadits berikut.
ال
َ فَ َق-صلى للا عليه وسلم- اّلِل ِول ه ِ ان إِ ََل ر ُس ِ جاء أَ ْعرابِيه
َ َ ََ
ال عُ ُم ُرُهَ َال « َم ْن ط ِ َى الن
َ َهاس َخ ْْيٌ ق ِول ه
ُّ اّلِل أ َ َح ُد ُُهَا ََي َر ُسَأ
ِول ه
اّلِل إِ هن َش َرائِ َع ا ِإل ْسالَِم َ ال اآل َخ ُر ََي َر ُس َ َ َوق.» ُس َن َع َملُه ُ َو َح
كَ ُسان ِال ل
ُ ز ي ال
َ الَ ق
َ َف . ِ ِث ب
ه َ َت َعلَ هى فَ ُم ْرِِن ِِب َْم ٍر أَت
ُ شبه ْ قَ ْد َكثُ َر
َ ََ
اّلِل َع هز َو َج هلِرطْباً ِمن ِذ ْك ِر ه
ْ َ
“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia
bagaimanakah yang baik?“ ”Yang panjang umurnya dan baik amalannya, ”
jawab beliau. Salah satunya lagi bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa
kubergantung padanya.“ ”Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir
pada Allah, ”jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib
Al-Arnauth). Hadits ini menunjukkan bahwa dzikir itu dilakukan setiap saat,
bukan hanya di masjid, sampai di sekitar orang-orang yang lalai dari dzikir, kita
pun diperintahkan untuk tetap berdzikir.
Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ketika hati seseorang terus
berdzikir pada Allah maka ia seperti berada dalam shalat. Jika ia berada di
pasar lalu ia menggerakkan kedua bibirnya untuk berdzikir, maka itu lebih
baik. ”(Lihat Jami ’Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 524)
ًَم ْن َس هد فُ ْر َجةً بَ ََن للاُ لَهُ بَ ْي تًا ِِف اْلَن ِهة َوَرفَ َعهُ ِِبَا َد َر َجة
“Barang siapa yang menutupi suatu celah (dalam shaf), niscaya Allah akan
mengangkat derajatnya karena hal tersebut dan akan dibangunkan untuknya
sebuah rumah di dalam surga. ”(HR. Al-Muhamili dalam Al-Amali, 2: 36.
Disebutkan dalam Ash-Shahihah, no. 1892)
Sumber https://rumaysho.com/11-13072-amalan-dapat-jaminan-rumah-di-
surga.html