Anda di halaman 1dari 3

Rahasia Bacaan Istighfar

‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل‬،‫ت َأعْ َمالِ َنا‬


ِ ‫ُور َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا‬
ِ ‫شر‬ ُ ْ‫هلل مِن‬ ِ ‫ُوذ ِبا‬ ُ ‫ َو َنع‬،ُ‫الـحمْدَ هّلِل ِ َنـحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬
َ َّ‫إن‬
َ ‫ك لَ ُه َوَأ ْش َه ُـد َأنَّ م‬
ُ‫ُـحمَّداً َع ْب ُده‬ َ ‫ َوَأ ْش َه ُـد َأن الَّ ِإلَ َه ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،ُ‫ِي لَه‬َ ‫ َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َهاد‬،ُ‫مُضِ َّل لَه‬
‫َو َرسُولُه‬
َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا‬
َ ‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْـم َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد َف‬
‫از َف ْو ًزا عَظِ يمًا‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َك ِثيرً ا َون َِسا ًء‬
َّ ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخ َل َق ِم ْن َها َز ْو َج َهاـ َو َب‬ ٍ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
َ ‫ون ِب ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َك‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِي ًباـ‬ َ ُ‫َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َسا َءل‬

‫ار َج َع َل هَّللا ُ لَهُ ِم ْن ُك ِّل هَ ٍّم فَ َرجًا‬


َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن لَ ِز َم ااِل ْستِ ْغف‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ال ق‬ ٍ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َعبَّا‬
َ َ‫س ق‬
ُ ‫ق َم ْخ َرجًا َو َرزَ قَهُ ِم ْن َحي‬
ُ‫ْث اَل يَحْ تَ ِسب‬ ٍ ‫ضي‬ ِ ‫َو ِم ْن ُك ِّل‬
Jamaah Jumat Rahimakumullah

Di masa pemerintahan Bani Abbasiyah, hidup salah seorang ulama terkenal, saking terkenalnya
kalau disebut Namanya pasti seluruh orang Irak mengenalnya. Beliau adalah Ahmad bin
Hanbal (bahasa Arab: ‫أحم د بن حنب ل‬, lahir 20 Rabiul awal 164 H (27 November 780) - wafat 12
Rabiul Awal 241 H (4 Agustus 855))[1] adalah seorang ahli hadits dan teologi Islam. Ia lahir di
Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di
kota Baghdad, Irak.
Imam Ahmad bin Hanbal ra (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hanbali. dimasa
akhir hidup beliau bercerita, "satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa
ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak,".
Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri
menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita "saat tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat
berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat". Begitu
selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid
datang menemui imam Ahmad sambil bertanya "kenapa syaikh, mau ngapain disini?". (kata
"syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang
berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena imam Ahmad
kelihatan sebagai orang tua).
Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak
memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama
besar dan ahli hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto
sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal. Kata imam Ahmad "saya
ingin istirahat, saya musafir". Kata marbot, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid. Imam
Ahmad melanjutkan bercerita "saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid,
Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.
Lalu saya ingin tidur di teras masjid." Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang
lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi syaikh?" Kata marbot. "Mau tidur,
saya musafir" kata imam Ahmad. Lalu marbot berkata, "di dalam masjid tidak boleh, di teras
masjid juga tidak boleh". Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita " saya didorong-dorong
sampai jalanan". Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan
menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad
didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu
memanggil dari jauh "mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat,
meskipun kecil".
Kata imam Ahmad "baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti
yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai
musafir). Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong,
dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar,
Astaghfirullah. Saat meletakkan garam astaghfirullah, memecahkan telur astaghfirullah,
mencampur gandum astaghfirullah. Selalu mengucap istighfar.
Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya "sudah berapa lama kamu
lakukan ini?". Orang itu menjawab "sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun,
jadi semenjak itu saya lakukan". Imam Ahmad bertanya : "apa hasil dari perbuatanmu ini?",
orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti
dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima". (memang Nabi saw
pernah bersabda :"siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar
baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-
sangkanya). Lalu orang itu melanjutkan "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang
belum Allah kabulkan".
Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya "apa itu?". Kata orang itu "saya minta kepada
Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad". seketika itu juga imam Ahmad bertakbir,
"Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan
sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu"..
(penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad).
Kisah dari Imam Ahmad bin Hambal ini menggambarkan tentang kedahsyatan istighfar
sehingga membuat Allah SWT enggan untuk menolak doa yang dipanjatkan kepada-Nya.
Seorang Imam besar pun akhirnya berkelana ke pelosok negeri, Allah tuntun langkahnya agar
sampai di negeri si tukang roti. Kemudian, Allah membuat suatu keadaan hingga keduanya
dipertemukan. Tak ada yang mustahil bagi Allah jika Dia berkehendak.
Kisah Imam Ahmad juga sejalan dengan sabda Rasulullah S.A.W:
“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan
baginya pada setiap kesedihannya jalan keluar dan pada setiap kesempitan ada kelapangan dan
Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Ahmad,
Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Hadist di atas menunjukkan setidaknya 3 faidah dari memperbanyak istighfar, yaitu:
1. Jalan keluar dari kesedihan
2. Kelapangan dari kesempitan
3. Rezeki yang tidak disangka-sangka
Jadi, istighfar merupakan solusi dari setiap masalah dan kunci untuk mendapatkan rezeki.
Mengenai rezeki yang tidak disangka-sangka, bebarapa ulama juga menyampaikan bahwa yang
dimaksud tidak cuma rejeki dadakan tetapi rejeki yang barokah.
Kebiasaan untuk memperbanyak istighfar juga dilakukan oleh Rasulullaah, sebagaimana
disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia
mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ً‫َوهَّللا ِ ِإنِّى َأل ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ َوَأتُوبُ ِإلَ ْي ِه فِى ْاليَوْ ِم َأ ْكثَ َر ِم ْن َس ْب ِعينَ َم َّرة‬
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih
dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).
Jama’ah jum’at rohimakumullah
Mari kita jadikan istighfar sebagai kebiasaan kita, jika Nabi Muhammad yang surganya sudah
jelas, dosanya pasti diampuni dan pasti terbebas dari kesalahan membiasakan istighfar lebih
‫‪dari 70 kali setiap hari, maka kita sebagai makhluk yang penuh khilaf, surganya belum jelas,‬‬
‫‪belum aman dari jilatan neraka harus lebih banyak lagi melafadzkan istighfar dalam keseharian‬‬
‫‪kita. Semoga Allah ampuni dosa kita, memudahkan segala urusan kita, dan memberi‬‬
‫‪kemudahan kepada kita dalam berbuat ketaatan kepada-Nya.‬‬

‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‬


‫ار َ‬
‫بَ َ‬

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬


‫َونَفَ َعنِ ْي وَِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا ِ‬

‫َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ ِإنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‪َ .‬أقُوْ ُل قَوْ لِ ْي هَ َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ‪ِ ،‬إنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬
‫‪Penutup‬‬
‫ت َأ ْع َمالِنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ‬
‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ‬ ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُر ْه َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا ِ‬
‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه‬ ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ‪َ .‬وال َّ‬
‫ي لَهُ‪َ .‬وَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬ ‫فَالَ هَا ِد َ‬
‫صحْ بِ ِه‪َ .‬أ َّما بَ ْعدُ‬ ‫َو َ‬

‫صلُّوْ نَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَاَأيُّها َ الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا َ‬


‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫‪ِ.‬إ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ يُ َ‬

‫ص َحابَ ِة َرسُوْ ِل هللاِ َأجْ َم ِع ْينَ‬


‫ض َي هللاُ تَ َعالَى ع َْن ُك ِّل َ‬ ‫‪.‬اَللَّهُ َّم َ‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َو َر ِ‬

‫ت اَْألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا ِ‬


‫ت‬ ‫ت‪َ ،‬و ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬

‫ق َحقًّا َوارْ ُز ْقنَا اتِّبَا َعهُ‪َ ،‬وَأ ِرنَا ْالبَا ِط َل با َ ِطالً َوارْ ُز ْقنَا اجْ تِنَابَهُ‬
‫‪.‬اَللَّهُ َّم َأ ِرنَا ْال َح َّ‬

‫‪َ .‬ربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن َأ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬

‫صفُوْ نَ ‪َ ،‬و َسالَ ٌم َعلَى ْال ُمرْ َسلِ ْينَ‬


‫ك َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما يَ ِ‬ ‫ُس ْب َحانَ َربِّ َ‬
‫‪َ .‬و ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ‬

Anda mungkin juga menyukai