Anda di halaman 1dari 4

Budaya atau Tradisi Mempengaruhi Praktik atau Ritual

Keagamaan yang Dianut Suku Sunda


Nadya Rasha Hafira, 2006464890, Kelompok 3, Keperawatan Transkultural C

Spiritualitas merupakan keyakinan pribadi dalam menemukan ekspresi dan


kegiatan signifikan yang menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari (McSherry,
2006). Selain itu menurut World Health Organization, spiritualitas dapat diartikan
juga sebagai bagian dari kualitas hidup yang berhubungan dengan religiusitas,
agama, keyakinan pribadi, dan pengobatan alternatif komplementer (Saxena,
2007). Keyakinan pribadi ini umum disebut sebagai agama yang merupakan suatu
komunitas iman yang memiliki doktrin atau regulasi dalam menentukan perilaku
seseorang. Spiritualitas merupakan salah satu elemen yang dapat menentukan
kesehatan seseorang secara holistik (Hawks, 2006). Maka dari itu, peran
spiritualitas juga dibutuhkan dalam melakukan berbagai upaya promosi kesehatan
atau pendidikan kesehatan.

Suku Sunda merupakan salah satu suku yang umumnya mendiami pulau
Jawa khususnya pada daerah barat dan Banten. Berdasarkan Sensus Penduduk
pada tahun 2010, Suku Sunda merupakan salah satu suku dengan jumlah populasi
yang paling banyak di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sunda berasal dari
kata “sund” dan “suddha” yang dikutip dari bahasa Sanskerta. Berdasarkan
kutipan tersebut, Sunda memiliki arti terang, berbinar, dan suci (putih). Sunda
juga memiliki istilah lain seperti Tatar Sunda atau tanah sunda dan Tatar
Pasundan atau Bumi Pasundan (Nina et al., 2003). Daerah Sunda terkait erat
dengan kebudayaan Sunda. Kebudayaan Sunda merupakan kebudayaan yang
hadir dan berkembang pada masyarakat yang bermukim di Tatar Sunda. Sebelum
terbentuknya kebudayaan Sunda, Sunda telah dipengaruhi oleh banyak
kebudayaan luar sehingga mengalami perkembangan sebagai dampak dari
pelayaran sejarah.

Salah satu pengaruh hadirnya kebudayaan luar pada tanah Sunda membuat
Sunda memiliki sistem kepercayaan tersendiri. Masyarakat yang hidup di tanah
Sunda terkenal sebagai masyarakat agamis yang meyakini nilai-nilai spiritual.
Berdasarkan laporan Controlleur Afdeeling Lebak pada tahun 1907, terdapat
pernyataan bahwa mayoritas masyarakat Sunda (pada saat itu adalah orang
Kanekes dengan jumlah 40 keluarga) menganut agama hindu atau buddha.
Namun, Bupati Serang menerangkan bahwa orang Kanekes tidaklah beragama
hindu atau budha melainkan menganut kepercayaan Animisme (yaitu masyarakat
yang meyakini arwah atau roh). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
pengakuan dari masyarakat Kanekes dan kartu penduduk yang menyatakan bahwa
masyarakat Kanekes meyakini agama dengan sebutan Sunda Wiwitan atau Sunda
Asli. Agama Sunda Wiwitan meyakini bahwa terdapat Sang Hiyang Keresa yang
tinggal di tempat bernama Buana Nyungcung. Selain itu, agama Sunda Wiwitan
juga meyakini bahwa bumi ini merupakan Buana Panca Tengah, yaitu tempat
dimana manusia serta makhluk lain bertempat tinggal. Keyakinan lain adalah
Buana Larang atau disebut juga neraka (Miharja, 2015).
Agama Sunda Wiwitan juga memiliki berbagai upacara sakral dengan
tujuan penyembahan, diantaranya adalah upacara muja, upacara ngukus, upaca
ngawulu, serta upacara ngalaksa. Upacara muja dilaksanakan dengan
membersihkan badan menggunakan mata air batu Sang Hiyang Pangubahan dan
membawa pulang lumut komala atau lumut permata dengan kepercayaan setelah
melakukan upacara tersebut mereka akan mendapatkan keberkahan. Namun,
penyebaran agama Islam pada Tanah Sunda datang. Penyebaran agama baru ini
menyebabkan terpecahnya kelompok penganut Sunda Wiwitan dan kelompok
penganut agama Islam (Miharja, 2015).
Beberapa masyarakat Sunda menyatakan bahwa mereka tidak ingin
memeluk Islam dan beberapa masyarakat lainnya menyatakan bahwa agama Islam
merupakan agama yang mudah dipelajari. Masyarakat yang berpegang teguh pada
agama Sunda Wiwitan percaya bahwa mereka perlu meluhurkan dan menjunjung
tinggi para karuhun serta mensejahterakan isi bumi. Dengan adanya kepercayaan
tersebut, mereka tetap percaya bahwa hal tersebut dapat menghindari bencana dan
mendapatkan kemakmuran hidup. Mereka lebih memilih untuk tetap
mempertahankan keyakinan tersebut dan memisahkan diri ke daerah pedalaman.
Salah satu contoh masyarakat Sunda dengan kepercayaan ini adalah masyarakat
Baduy di Kanekes. Di samping itu, beberapa masyarakat Sunda lainnya percaya
bahwa hadirnya Islam di Tanah Sunda merupakan salah satu proses akulturasi dari
beragam budaya yang datang pada Tatar Sunda. Mereka yakin bahwa karakter
agama Islam tidak berlainan dengan karakter masyarakat Sunda pada saat itu
(Miharja, 2015).
Salah satu contoh masyarakat Sunda yang menganut agama Islam adalah
Kampung Naga. Penduduk Kampung Naga yang terletak pada Desa Neglasari,
Tasikmalaya, menganut agama Islam sepenuhnya sejak tahun 1600-an. Namun,
tidak terdapat banyak bukti pasti terkait siapa yang menyebarkan agama Islam
pada daerah ini. Meskipun seluruh masyarakat Kampung Naga telah beragama
Islam, mereka masih percaya terhadap hal-hal yang bersifat tabu atau pamali.
Mereka masih mengikuti adat yang bersifat turun-temurun, yaitu tidak melakukan
berbagai larangan dan menyembahkan sesajen pada mahluk halus. Selain itu,
meraka juga memiliki rutinitas yang bernama “Adat Sasih”, yaitu rutinitas
mengunjungi makam leluhur (Setiana, 2014).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa spiritualitas adalah
keyakinan pribadi yang menentukan ekspresi dan kegiatan signifikan dalam
kehidupan sehari-hari seseorang. Spiritualitas juga merupakan elemen penting
dalam menentukan kesehatan seseorang secara holistik dan dibutuhkan dalam
upaya promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan. Dengan adanya kepercayaan
yang dianut oleh masyarakat Sunda, mereka percaya bahwa ritual ritual
keagamaan tersebut dapat memberikan kesejahteraan bagi hidup mereka.
REFERENCES
Ciputra, W. (2022, January 5). 10 Suku dengan Populasi Terbanyak di Indonesia.
Retrieved from Kompas.com:
https://regional.kompas.com/read/2022/01/05/212041478/10-suku-dengan-
populasi-terbanyak-di-indonesia-minangkabau-dan-batak-masuk?page=all
Hawks , S. (2004). Spiritual wellness, holistic health, and the practice of health
education. American Journal of Health Education , 35, 11 – 16.
McSherry, W. (2006). Making sense of spirituality in nursing and health care
practice. London : Jessica Kingsley.
Miharja, D. (2015, Januari). Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Sunda.
Nina Lubis, dkk. Sejarah Tatar Sunda, Jilid I, (Bandung: Lembaga Penelitian
Unpad, 2003), h. 3.
Saxena , S. (2007). WHOQOL spirituality, religiousness and personal beliefs
(SRBP) field - test instrument. Retrieved from
http://www.who.int/msa/qol.
Setiana, A., Haerudin, D., & Koswara, D. (2014). Sistem Pendidikan Religi
Masyarakat Kampung Naga Sebagai Alternatif Bahan Pembelajaran
Membaca Di Sma. Jurnal Dangiang Sunda UPI, 2(1), 1-11.

Anda mungkin juga menyukai