Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TUTORIAL

MENGGAMBAR PROPORSI TUBUH WANITA DEWASA

PADA MATA PELAJARAN DASAR DESAIN KELAS X SMK

IMELDA MEDAN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah menengah kejuruan merupakan salah satu jenis lembaga

pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik

menghadapi kehidupan setelah lulus dan untuk dunia kerja pada khususnya

(kejuruan).

Salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMK) swasta di Medan adalah

SMK Imelda Medan. SMK Imelda Medan merupakan sekolah kejuruan yang

mengembangkan sumber daya manusia siap kerja dengan tetap membuka

pilihan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Di SMK Imelda Medan

terdapat empat program studi yang berbeda, salah satunya adalah program

studi Tata Busana dengan Desain Dasar sebagai salah satu mata kuliahnya

(Rohman, 2010).

Media pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk menyebarkan ide atau

pengetahuan tentang informasi yang telah diberikan oleh guru. Untuk

memenuhi kebutuhan siswa, media pendidikan harus efektif dan efisien. Media

pembelajaran yang berkembang dengan kemajuan teknologi harus mampu

mengatasi masalah penyampaian informasi dan kejenuhan siswa (Mamdy,

2001). Media yang tepat untuk abad ini adalah media audio visual, khususnya

video (Ariani & Haryanto, 2010). Video tutorial dapat digunakan sebagai
sarana pembelajaran untuk menarik perhatian siswa sekaligus menyampaikan

informasi penting tentang suatu mata pelajaran (Riana, 2007).

Dibandingkan dengan penggunaan ilustrasi statis dalam pembelajaran,

efektivitas penggunaan video tutorial dalam pembelajaran meningkatkan

kegigihan belajar (Kustandi dan Sutjipto, 2013). Video yang ditutorialkan

berisi informasi dalam bentuk yang menarik secara visual. Saat ini,

aksesibilitas media elektronik berupa laptop dan telepon seluler mendukung

pendidikan dengan memungkinkan akses ke sumber belajar seperti media

animasi dan memfasilitasi belajar mandiri di kalangan siswa. Contoh video

tutorial menggambar proporsi tubuh wanita dewasa pada mata pelajaran dasar

desain

ialah sebagai

berikut:

Gambar 1. Tutorial Teknik Menggambar Proporsi Tubuh Wanita

Sumber: YouTube Yumita Maulidian (2018)


Siswa kelas X jurusan Tata Busana semester 1 Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) mengambil mata kuliah Desain Dasar yang berisi

pengetahuan dan keterampilan dasar. Siswa harus terlebih dahulu menguasai

topik ini sebelum melanjutkan ke materi desain busana berikut. Desain dasar

dianggap sebagai mata pelajaran yang menantang dan membosankan di

sekolah kejuruan desain busana, dan akibatnya, hal itu tidak banyak

berpengaruh pada seberapa baik siswa belajar, sebagaimana dibuktikan dengan

kegagalan mereka untuk memenuhi persyaratan penyelesaian minimal

(Hamalik, 2005). Proses pembelajaran mata pelajaran Desain Dasar masih

terlihat mengandalkan media tradisional, khususnya lembar kerja dengan

metode pembelajaran demonstrasi untuk menyampaikan salah satu materi

pelajaran yaitu gambar proporsi tubuh. Ini dibuktikan dengan pengalaman

lapangan (Munir, 2014).

Tata letak lembar kerja yang sederhana, warna yang membosankan, dan

desain yang tidak menarik seringkali membuat siswa kehilangan minat pada

apa yang mereka pelajari (Hasanah dkk, 2011). Media pembelajaran yang

dapat membantu mengilustrasikan dan menampilkan gerak diperlukan agar

dapat menyampaikan informasi pada mata pelajaran yang membutuhkan gerak

saat menjelaskannya, sehingga materi tersebut dapat ditransmisikan baik dalam

setting kelas maupun secara mandiri di rumah (Arsyad, 2007).

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat Praktek Lapangan

Terbimbing (PLT) yang dilakukan pada siswa kelas X desain busana SMK

Imelda Medan, metode demonstrasi bahan ajar kepada siswa saat


menggunakan media pembelajaran jobsheet mengakibatkan siswa kurang

termotivasi dan paham saat pembelajaran menggambar pada saat proporsi

tubuh manusia.

Selain itu juga dikumpulkan data hasil belajar mahasiswa untuk mata

kuliah Desain Dasar yang sebagian besar tidak memenuhi standar ketuntasan

minimal. Berdasarkan hasil belajar siswa, terbukti hanya 15% siswa dalam satu

kelas yang mencapai nilai ketuntasan belajar. Sedangkan persentase ketuntasan

belajar minimal untuk satu kelas minimal 85%, hasil persentase siswa yang

mampu mencapai nilai sesuai kriteria tidak mencapai 85%. Justifikasi ini

mendukung keputusan untuk melakukan studi di SMK Imelda Medan (Harun

& Zaidatun, 2004).

Berdasarkan pengalaman observasi selama Praktek Lapang Terbimbing

(PLT), proses pembelajaran menggambar proporsi tubuh sebagian besar masih

dilakukan dengan intervensi guru. Misalnya, guru memberikan demonstrasi

dan menjelaskan setiap tahapan menggambar dan harus diikuti tangan guru

untuk membimbing. Jika tangan guru tidak dibimbing, siswa cenderung tidak

dapat menggambar ukuran dengan benar, kecuali beberapa siswa yang cepat

menangkap informasi yang disajikan (Mardapi, 2012).

Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Desain Dasar

menunjukkan adanya hambatan belajar yang mengganggu proses penyampaian

informasi dan membuat siswa kurang memahami. Siswa harus mengambil

semua kursus Desain Dasar yang diperlukan untuk mendapatkan pengetahuan

dan mempersiapkan kursus Desain Mode.


Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa masalahnya ada pada media yang

menyajikan banyak informasi yang sulit diingat oleh siswa dan menghalangi

mereka untuk memahami informasi yang diperlukan untuk menggambar

proporsi tubuh dengan benar. Video berbasis tutorial adalah alat pembelajaran

yang lebih menghibur dan efektif daripada yang digunakan sebelumnya.

Pengembangan media video pembelajaran Basic Design dengan judul

“Pengembangan Media Video Tutorial Menggambar Proporsi Tubuh Wanita

Dewasa Pada Mata Pelajaran Dasar Desain Kelas X Smk Imelda Medan”

menarik minat peneliti.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah berikut dapat ditemukan dengan memeriksa beberapa

deskripsi latar belakang:

1. Untuk Mengidentifikasikan Pengembangan Media Video Tutorial yang

Menggambar Proporsi Tubuh Wanita Dewasa Pada Mata Pelajaran Dasar

Desain Kelas X SMK Imelda Medan.

2. Untuk Mengidentifikasikan Kelayakan Media Pembelajaran Video Tutorial

yang Menggambar Proporsi Tubuh Wanita Dewasa di SMK Imelda Medan.

C. Rumusan Masalah

Penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut berdasarkan beberapa

uraian yang disajikan pada bagian latar belakang:


1. Bagaimana Pengembangan Media Video Tutorial yang Menggambar

Proporsi Tubuh Wanita Dewasa Pada Mata Pelajaran Dasar Desain Kelas X

SMK Imelda Medan?

2. Bagaimana Kelayakan Media Pembelajaran Video Tutorial yang

Menggambar Proporsi Tubuh Wanita Dewasa di SMK Imelda Medan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berikut ini dapat dilihat berdasarkan bagaimana masalah

yang telah dirumuskan:

1. Untuk Mengetahui Pengembangan Media Video Tutorial yang Menggambar

Proporsi Tubuh Wanita Dewasa Pada Mata Pelajaran Dasar Desain Kelas X

SMK Imelda Medan.

2. Untuk Mengetahui Kelayakan Media Pembelajaran Video Tutorial yang

Menggambar Proporsi Tubuh Wanita Dewasa di SMK Imelda Medan.

E. Manfaat Penelitian

Berikut keuntungan yang dapat diperoleh dari penelitian ini:

1. Manfaat Teoritis

a. Pihak lain yang berkepentingan harus mendapatkan pengetahuan,

wawasan, dan informasi baru dari penelitian ini.


b. Sebagai sumber informasi dan inspirasi untuk kajian tambahan,

khususnya yang berkaitan dengan menggambar proporsi tubuh wanita

dewasa dengan video tutorial.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi semua, untuk pembelajaran video tutorial pada menggambar

proporsi tubuh wanita dewasa serta meningkatkan efektivitas

pemahaman.

b. Bagi penulis, mampu menggunakan ilmu penulis dan memberikan

kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretis

1. Media Video

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari kata latin medius yang berarti “tengah, perantara,

atau pengantar” dalam arti harfiahnya. Media berfungsi sebagai penyalur

atau penyampai pesan dalam bahasa arab wasail, membawa pesan dari

pengirim kepada khalayak yang dituju. Media seperti surat kabar,

majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk merupakan alat

(sarana) komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Agustini,

2020).
Sementara itu, para ahli telah mengusulkan istilah “media sebagai

perantara yang menyampaikan informasi antara sumber dan penerima”.

“Media, bila dilihat secara luas, adalah manusia, materi, atau peristiwa

yang menciptakan keadaan yang memungkinkan siswa memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap,”. Pengaturan sekolah, buku

pelajaran, dan guru semuanya adalah media dalam pengertian ini.

Menurut definisi yang diberikan di atas, “media” mengacu pada alat

atau segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima selama proses pembelajaran, sehingga

memungkinkan pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu alat

untuk memperlancar komunikasi antara siswa dan guru selama proses

pembelajaran adalah media.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Berdasarkan Agustiningsih (2015), berikut adalah tujuan utama

penggunaan media dalam pendidikan:

1) Penggunaan media dalam proses pembelajaran memiliki tujuan

tersendiri sebagai alat untuk mengefektifkan proses belajar mengajar.

2) Seluruh situasi pengajaran meliputi penggunaan media. Hal ini

menunjukkan bahwa salah satu unsur yang harus dikembangkan guru

adalah media.

3) Tujuan dan fungsi media sangat mendasar dalam penggunaannya;

Oleh karena itu, media harus mempertimbangkan tujuan dan materi

pembelajaran.
4) Dalam arti digunakan untuk melengkapi proses pembelajaran dan

menarik perhatian siswa, penggunaan media di dalam kelas bukan

hanya sebagai alat hiburan.

5) Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu

mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam

menangkap makna dan pemahaman atas proses pembelajaran yang

diberikan oleh guru.

6) Penggunaan media dalam pembelajaran diprioritaskan untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Pengertian Video dan Sejarah Video

Video pembelajaran merupakan sarana transfer ilmu yang dapat

diterapkan selama proses pembelajaran. Tidak seperti buku atau kuliah,

tutorial bertujuan untuk mengajar dengan memberi contoh dan

memberikan informasi untuk melaksanakan tugas tertentu. Ini lebih

interaktif dan spesifik.

Perkembangan film cerita sejarah bertepatan dengan era film bisu

(1903–1917), yaitu saat media video pertama kali muncul. Meski bisu,

film hitam putih terus tercipta dan berhenti bercerita. Membuat penonton

menggunakan imajinasinya dengan tepat. Seorang organis biasa

memainkan musik untuk film, dan dia akan membuat lagu yang sesuai
dengan komposisinya. Alur cerita dari novel sering diadaptasi untuk

layar.

Sebagian besar upaya pembuatan film paling awal adalah untuk fitur.

Edison percaya bahwa untuk mendengar rekaman suara, orang perlu

melihatnya. Sebelum tahun 1895, Thomas Dickson, asisten Edison,

mencoba film bersuara. Sebagian besar sistem sebelumnya membutuhkan

pemutar rekaman untuk disinkronkan dengan film.

Karena film dibuat di rumah, studio awalnya ragu untuk berinvestasi

dalam teknologi suara. Studio kecil, Warner Brothers, berjanji untuk

memajukan teknologi suara dan meminta bantuan AT&TIS Western

Electric Company. Mereka sukses membuat The Vitaphone Preludes,

sebuah film cerita pendek. Pada tahun 1927, ketenaran "The Jazz

Singer's" dikalahkan oleh film keempat "Utaphone".

Film bisu yang ditampilkan dalam musikal kesayangan Singing In

The Rain diproduksi selama kekurangan aktor dan di studio (1952).

Meski penonton sangat antusias dengan kemungkinan baru yang

ditawarkan oleh film bersuara dan musik, beberapa artis tidak terbiasa

dengannya. Mereka berpikir ada sedikit penekanan pada akting. ketika

rentang vokal aktor mendapat kecaman. Studio yang tiba menggunakan

pengaruh suara dan musik dengan keterampilan. Transisi vokal

digunakan oleh sejumlah aktor dan aktris, termasuk Suitney Greta Garbo.

Kebanyakan orang, menurut survei, mengunjungi bioskop

setidaknya sekali seminggu, jika tidak lebih. Mereka menerima berita


tentang hiburan di seluruh dunia dari publikasi seperti Fox's Movietone

News dan March of Time seminggu sekali. Mereka menonton para

pahlawan yang bermain sebelum film utama atau Flash Gordon

berikutnya minggu demi minggu untuk melihat apa yang akan terjadi

pada mereka.

Depresi hebat menghancurkan produser kecil dan hampir 5.000

bioskop, tetapi kehadiran film menghasilkan banyak uang dan industri

film menjadi menguntungkan. Kemalangan yang sebenarnya

meningkatkan iklim ekonomi, menguasai sejumlah studio besar, dan

memberi eksekutif studio kendali atas strategi produksi.

Struktur studio yang terhormat mulai terbentuk pada tahun 1930

dengan munculnya 5 studio besar. Fox, RKO, Warner Brothers,

Locw's/MGM, dan Paramount. Studio dimiliki oleh eksekutif sendiri,

mereka mengontrol produksi, distribusi, dan pameran yang

memungkinkan mereka untuk menjamin bahwa film didistribusikan dan

diputar secara luas, tetapi formatnya didasarkan pada integrasi vertikal

yang pada akhirnya menjadi perhatian regulator federal yang peduli

dengan kekuasaan. konsentrasi di studio.

Hingga saat ini, berbagai genre film mulai bermunculan, mulai dari

drama, action, horor, komedi, dan lain-lain. Selain itu, industri film

memiliki "pusat-tren" seperti Hollywood, Bollywood, Eropa (Inggris dan

Prancis), Asia, dll. Setiap pusat memiliki kepribadian dan sifat yang

berbeda. Kita tidak lagi harus bergantung sepenuhnya pada bioskop


untuk menikmati film di layar lebar; sebaliknya, "home-teathers" telah

dikembangkan yang memungkinkan kita menontonnya di rumah. Selain

itu, alat-alat canggih telah dikembangkan untuk mendukung

pertumbuhan media audio visual ini.

Dina (2011) mengklaim bahwa media video pembelajaran

merupakan kumpulan elemen atau media yang secara bersamaan dapat

menampilkan gambar dan suara. Video dapat digunakan untuk

menyajikan informasi, menggambarkan proses, memperjelas konsep

yang sulit, mengajarkan keterampilan, mempercepat atau memperlambat

waktu, dan mempengaruhi sikap.

Menurut Irwantara (2014) video adalah media audio visual yang

memancarkan suara dan gambar. Pesan yang disampaikan dapat bersifat

faktual (misalnya peristiwa, peristiwa penting, berita), fiktif (misalnya

cerita), informatif, mendidik, atau instruktif. Daryanto mengungkapkan

bahwa media video terdiri dari semua kemungkinan kombinasi gambar

bergerak berurutan dan sinyal audio.

Video pembelajaran termasuk dalam kategori media audio visual

aids (AVA), atau media yang menggabungkan penglihatan dan suara.

Media ini biasanya disimpan pada disk atau pita. Media VCD adalah

jenis sistem penyimpanan dan perekam video yang menggunakan disk

plastik sebagai pengganti pita magnetik untuk menyimpan sinyal audio-

visual.

d. Karakteristik Media Video


Mahlianurrahman (2019) berpendapat bahwa untuk membuat video

instruksional yang dapat meningkatkan motivasi dan kemanjuran

pengguna, perhatian harus diberikan pada sifat dan standar video

tersebut. kualitas tertentu dari video instruksional.

1) Clarity of Massage (kejalasan pesan)

Siswa dapat lebih memahami pesan-pesan pendidikan ketika

menggunakan media video, dan karena informasi diterima secara

keseluruhan, secara otomatis disimpan dan disimpan dalam memori

jangka panjang.

2) Stand Alone (berdiri sendiri)

Video yang dibuat bersifat independen dan tidak diharuskan

untuk digunakan bersama dengan sumber pengajaran lainnya.

3) Visualisasi dengan media

Informasi disajikan dalam format multimedia yang

memperhatikan kebutuhan materi dan menggabungkan teks, animasi,

suara, dan video. Bahan yang digunakan memiliki tingkat akurasi

yang tinggi, aplikatif, sulit diakses, dan berbahaya jika digunakan

secara langsung.

4) Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Siswa dapat menggunakan video instruksional sendiri di luar

kelas dan di rumah. Itu juga dapat digunakan secara tradisional,

menampung hingga 50 siswa. Anda memiliki opsi untuk mengikuti


instruksi guru atau hanya mendengarkan narasi narator bawaan

program.

e. Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran

Kurikulum harus diperhitungkan saat memilih media video yang

akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan media harus

mampu memfasilitasi kegiatan pendidikan yang membantu siswa

mengembangkan kompetensi yang diinginkan.

Pengetahuan dan informasi yang disajikan dalam program video

yang dipilih harus terkini. Mengingat teknologi komputer merupakan

bidang yang berkembang pesat, maka media video yang memuat

pengetahuan dan informasi tentang bidang ini, misalnya, harus

diperbaharui secara berkala.

Kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran harus

didukung dengan penggunaan media video pembelajaran. Siswa dapat

memperoleh manfaat dari penggunaan materi audio-visual seperti video

dan multimedia untuk membantu mereka mempelajari fakta dan detail

tentang suatu proses atau prosedur.

Apapun bentuknya, media video pembelajaran harus mampu

menggugah siswa untuk menyerap ilmu dan informasi yang

dikandungnya. Selain akurat dan berpengetahuan, konten video

pembelajaran perlu menarik untuk mendorong siswa untuk belajar.

Siswa harus terlibat secara mental dalam proses pembelajaran saat

menggunakan program video di kelas. Siswa yang terlibat dengan media


video dan materi pelajaran yang dikandungnya secara teratur akan lebih

cepat belajar dan mampu mengembangkan kompetensi yang diperlukan.

Kondisi teknis program video yang digunakan untuk tujuan

pendidikan harus baik; tingkat kebisingan program audio akan secara

signifikan menghambat efisiensi kegiatan pembelajaran. Perhatian siswa

terhadap pembelajaran mungkin berkurang karena kualitas gambar video

pembelajaran yang tidak menentu. Dalam penggunaan media

pembelajaran, faktor distraksi perlu ditekan seminimal mungkin.

Video dapat digunakan untuk mengajarkan konsep yang berkaitan

dengan pengetahuan dan kecerdasan siswa pada tingkat kognitif. Video

game dan media interaktif lainnya dapat digunakan untuk mengajari

orang bagaimana merasakan, berempati, dan menghargai sesuatu.

Misalnya, program video dapat digunakan untuk mengajarkan pelajaran

tentang perilaku yang baik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak.

Panduan pengguna untuk program video yang dipilih untuk

digunakan dalam kegiatan pendidikan harus disediakan. Secara garis

besar pedoman penggunaan media menggambarkan bagaimana program

digunakan untuk mempercepat proses pembelajaran.

f. Prosedur Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran

Berikut beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

media video untuk pembelajaran:


1) Untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan, guru terlebih

dahulu harus mempersiapkan satuan pelajaran terlebih dahulu

kemudian memilih media video yang sesuai.

2) Panjang video juga harus diketahui oleh guru, karena perlu

dimodifikasi sesuai dengan waktu kelas yang telah ditentukan.

3) Menyiapkan ruang kelas, yaitu memberikan penjelasan secara

menyeluruh kepada siswa tentang materi dalam video yang akan

ditampilkan dan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk

memfasilitasi pembelajaran.

4) Setelah video selesai diputar, guru harus merefleksi dan

mendiskusikan pelajaran dengan kelas untuk mengukur seberapa baik

mereka telah memahaminya.

2. Media Video Tutorial

Berdasarkan Mahlianurrahman (20109), video tutorial adalah

representasi seorang guru yang menampilkan rangkaian kejadian nyata yang

memuat pesan pembelajaran untuk membantu pemahaman suatu materi

pembelajaran sebagai arahan atau bahan ajar kepada sekelompok kecil

siswa.

Keuntungan menggunakan video tutorial dalam proses belajar mengajar

dapat menginspirasi siswa untuk mengembangkan minat dan keinginan

baru, memotivasi mereka untuk bekerja keras dan menyelesaikan tugasnya,

bahkan memberikan dampak psikologis bagi mereka (Salahudin, 2017).


Bantuan akademik atau bimbingan belajar diberikan kepada siswa

(tutee) oleh tutor untuk membantu mempermudah proses belajar mandiri

siswa tentang materi dalam kelompok kecil atau individu.

3. Mata Pelajaran Dasar Desain di SMK Imelda Medan

Salah satu mata pelajaran di SMK Imelda Medan adalah Desain Dasar.

Sebelum melanjutkan ke mata kuliah berikutnya yaitu desain busana,

mahasiswa terlebih dahulu harus menguasai konsep dasar pada mata kuliah

Desain Dasar. Sesuai silabus, siswa kelas X diberikan Mata Kuliah Desain

Dasar pada semester 1. Materi menggambar proporsi tubuh wanita dewasa

adalah semua yang tercakup pada kompetensi dasar semester pertama

menurut peneliti.

Ide dasar perancangan busana, menurut Murtono (2017), berkaitan

dengan pakaian dan unsur-unsur yang mendukung perkembangan awal

suatu rancangan, seperti anatomi tubuh manusia, yang mengacu pada

representasi proporsi tubuh dalam rancangan busana tersebut. sebagai

bagian-bagiannya secara rinci. Sebelum mempelajari desain busana, siswa

terlebih dahulu harus menyelesaikan mata pelajaran desain dasar, yang

mengenalkan mereka pada gambar anatomi. Dasar-dasar desain meliputi

pemahaman tentang proporsi tubuh, elemen desain, prinsip desain, dan

komponen pakaian.

Materi untuk mengembangkan kemampuan dasar dalam

mendeskripsikan anatomi dan proporsi tubuh manusia meliputi:

a. Anatomi tubuh manusia


Anatomi tubuh pada manusia Ilmu yang mempelajari struktur tubuh

manusia secara keseluruhan dari ujung rambut sampai ujung kaki dikenal

dengan istilah anatomi (Ernawati, 2008). “Khusus untuk mendesain baju,

anatomi yang dipelajari meliputi beberapa hal yang berkaitan dengan

bentuk tubuh jika dilihat, serta gerakan akibat persendian dan otot,” tulis

Chodiyah dan Mamd (1982). Kepala dan bagian-bagiannya, tangan, dan

kaki adalah tiga bagian anatomi utama tubuh.

b. Proporsi tubuh manusia

Proporsi tubuh adalah faktor yang harus diperhatikan saat

menggambar anatomi tubuh untuk desain. Menurut Sri Widarwati

(1993), istilah “perbandingan tubuh” mengacu pada cara-cara yang

digunakan untuk menggambarkan dimensi tubuh manusia, yang

ditentukan oleh ukuran panjang kepala agar dapat menggambarkan

bentuk tubuh yang ideal.

Tubuh laki-laki dan perempuan yang memiliki ciri fisik berbeda

dibagi menurut proporsi tubuh manusia ke dalam dua kategori tersebut

serta menyebutkan ciri-ciri fisik wanita sebagai berikut:

1) Ukuran kepala lebih kecil dari pria

2) Tekstur kulit wajah lebih lembut

3) Tidak terdapat jakun pada leher

4) Pangkal lengan lebih kecil dan halus

5) Terdapat payudara

6) Lengan kurang berotot


7) Ukuran lengan lebih kecil

8) Perut lembut dan kurang brotot

9) Dalam perut wanita terdapat rahim

10) Pergelangan tangan lebih kecil

11) Jari-jari tangan lembut dan lentik

12) Vagina (organ kelamin)

13) Paha berisi dan berlemak

14) Kulit lutut lebih tipis dan halus

15) Betis lebih ramping dan halus

16) Pergelangan kaki lebih kecil

17) Tekstur kulit tumit lebih lembut

Pedoman perbandingan tubuh berdasarkan panjang kepala untuk

membandingkan tubuh manusia (Chodiyah dan Mamdy, 1982):

1) Macam perbandingan tubuh

a) Perbandingan menurut anatomi sesungguhnya yaitu tinggi tubuh 7

1⁄2 kali tinggi kepala.

b) Perbandingan menurut desain busana ialah tinggi tubuh 8 kali

tinggi kepala dan ada pula yang memakai 8 1⁄2 kali tinggi kepala,

biasa disebut dengan perbandingan menurut anatomi model.

c) Perbandingan tubuh secara ilustrasi yang biasa dipakai untuk iklan

model atau gaya tertentu yaitu perbandingan 9 kali tinggi kepala

bahkan mencapai 12 kali tinggi kepala.

2) Perbandingan tubuh secara anatomi


Menurut anatomi aktual atau teori ilmu tubuh manusia, tinggi

badan ideal untuk sehat jasmani adalah 7 12 tinggi kepala, menurut

Chodiyah dan Mamdy (1982). Berat badan ideal untuk tinggi badan

yang dimaksud sesuai dengan bentuk tubuh ideal. Misalnya, jika

seseorang memiliki tinggi 160 cm dan berat 100 kg, beratnya harus 60

kg. Jika rasionya lebih besar dari 10% atau lebih rendah dari 10%,

masih dianggap ideal. Berat badan ideal berkisar antara 54 hingga 66

kg untuk seseorang dengan tinggi badan 160 cm, atau -(10% x 60 kg)

= 54 kg atau 60 kg + (10% x 60 kg) = 66 kg.

3) Cara dan Pembiasaan Menggambar

Agar proses menggambar proporsi tubuh berjalan lancar, alat

menggambar harus tersedia berikut adalah alat untuk menggambarkan

proporsi tubuh wanita:

a) Pensil

Pilih ukuran H (keras), HB (sedang), dan B-2B (lunak). Anda dapat

menggunakan pemotong tajam atau rautan pensil standar untuk

mempertajam.

b) Penghapus

Untuk menghilangkan bekas pensil dari kertas tanpa menyebabkan

kerusakan, pilihlah penghapus yang lembut dan fleksibel.

c) Penggaris
Belilah penggaris plastik bening berkualitas baik untuk

mempermudah menggambar garis. Siapkan segitiga dan garis lurus.

d) Kertas

Siapkan beberapa lembar kertas gambar biasa berukuran folio

setiap kali Anda melakukan penelitian.

Pastikan pensil setajam yang dibutuhkan. Buatlah garis panduan

Anda dengan pensil H untuk mencegah garis atau goresan tebal

menghalanginya, menghilangkan kebutuhan untuk menghapus

berulang kali. Kembangkan kebiasaan mengglobalkan tekanan,

bentuk, dan proporsi garis Anda saat Anda mulai menggambar dengan

pensil H. Jika semuanya sudah sebagaimana mestinya, detail yang

lebih spesifik akan terus digambar sebelum disorot dan diperjelas

dengan pensil 2B.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Studi oleh Narulita termasuk yang berkaitan dengan penyelidikan ini.

Menggambar Proporsi Tubuh: Tipe Alam dalam Pembelajaran Mata Pelajaran

Latihan Menggambar Busana di SMK Negeri 1 Gegerbitung adalah nama

proyek penelitian Narulita. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

bidang menggambar proporsi tubuh, peneliti membuat buku ajar. Menurut

penelitian ini, penggunaan media buku teks meningkatkan hasil belajar siswa.
Tujuan penelitian Narulita adalah menemukan cara yang lebih baik untuk

membantu siswa belajar. Pengembangan media video animasi menjadi pokok

bahasan penelitian peneliti dalam tesis ini, sedangkan Narulita

mengembangkan buku ajar. Para peneliti akan melakukan penelitian dengan

cara yang sama seperti peneliti media melakukan penelitian tentang

menggambar proporsi tubuh.

Studi terkait berikut ini adalah tesis yang ditulis oleh mahasiswa Efani

Reflesia Pane. Pengaruh minat belajar dan penggunaan media video tutorial

terhadap hasil belajar menggambar proporsi tubuh wanita dewasa di kelas X

SMK Negeri Laguboti menjadi bahan penelitian Efani. Untuk memastikan

minat belajar materi menggambar proporsi tubuh, peneliti melihat pengaruh

minat belajar media video tutorial. Berdasarkan temuan penelitian ini,

penggunaan media video tutorial menghasilkan hasil belajar siswa yang tinggi.

Studi Efani berkonsentrasi pada bagaimana mengukur motivasi siswa

untuk belajar. Peneliti tesis ini mempelajari evolusi media video animasi,

sedangkan Efani melakukan penelitian komparatif, yang merupakan perbedaan

berikutnya. Para peneliti akan melakukan penelitian dengan cara yang sama

seperti peneliti media melakukan penelitian tentang menggambar proporsi

tubuh.

Tesis mahasiswa Tri Cipto adalah penelitian lain yang relevan.

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Animasi Pada Mata

Pelajaran Teknik Mekanika di SMK Negeri 1 Purworejo merupakan nama

penelitian Tri Cipto. Peneliti mempelajari peningkatan minat siswa dalam


belajar dan membuat video animasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa

media video animasi dapat digunakan sebagai sumber belajar dan penggunaan

media tersebut dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.

Kajian Tri Cipto berkonsentrasi pada proses yang digunakan untuk

membuat video animasi dan menentukan bangkitnya minat peserta didik.

Keistimewaan selanjutnya adalah Tri Cipto memfokuskan penelitiannya pada

pengembangan media video animasi di bidang Teknik Mekanika, sedangkan

peneliti untuk tesis ini memfokuskan pada mata kuliah Basic Design.

Penelitian yang akan dilakukan oleh para peneliti akan serupa yaitu keduanya

akan melakukan penelitian R&D dengan menggunakan langkah pengembangan

4-D.

C. Kerangka Konseptual

Salah satu bahan ajar untuk mata pelajaran Desain Dasar kelas X SMK

Imelda Medan adalah menggambar proporsi tubuh wanita dewasa. Menurut

pengamatan, siswa berjuang untuk memahami dan mempelajari berbagai

ukuran dan prosedur yang memakan waktu dalam menggambar proporsi.

Media yang membantu siswa memahami dan mengingat materi diperlukan agar

mereka mampu menggambar dan mengingat berbagai ukuran yang diperlukan.

Karena video tutorial merupakan media audio visual yang menampilkan

gambar dan suara, maka cocok untuk bahan ajar menggambarkan tubuh wanita

dewasa secara proporsional. Gambar dengan proporsi yang rumit dapat


dikemas dengan lebih mudah untuk membantu pemahaman dalam video

tutorial. Karena sifat media yang dinamis, video tutorial memberikan

pembelajaran yang lebih menarik dan mampu memunculkan ingatan yang lebih

lama dengan berbagai ukuran. Penyampaian informasi dalam proses

pembelajaran yang memerlukan gerak, seperti demonstrasi, dipermudah

dengan penyajian materi secara visual dan dinamis.

Penggunaan video tutorial di dalam kelas diharapkan dapat menghasilkan

siswa yang lebih terlibat dan lebih mampu fokus dalam memahami pelajaran

yang diajarkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan media

yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar dapat digunakan sebagai alat

pembelajaran. Untuk membuat konten video tutorial yang layak digunakan

sebagai media pendidikan, harus melalui tahapan penelitian dan

pengembangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempercepat proses

penelitian dan mempermudah pemahaman konsep. Kerangka penelitian ini

digambarkan dalam diagram di bawah ini:


Masalah Pembelajaran (Define)

Pengembangan Media

Perencanaan Desain (Design)

Tahap
produksi Tahap Pasca
Tahap pra Produksi
produksi

1. Modelling
1. Konsep/Ide 1. Editing
2. Desain
2. Desain 2. Adding Sound
Background
3. Storyboard 3. Rendering
3. Tutorial

Expert Appraisal dan


Developemental Testing
(Develop)
Video Pembelajaran yang Layak
digunakan

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2. Alur Pengembangan

Agustini. (2020). Pengembangan Video Pembelajaran untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model R&D. Jurnal Ilmiah

Pendidikan dan Pembelajaran. 4(1).62-78.

Agustiningsih. (2015). Video sebagai Alternatif Media Pembelajaran dalam

Rangka Mendukung Keberhasilan Penerapan Kurikulum 2013 di Sekolah

Dasar. Jurnal Dosen PGSD FKIP Universitas Jember. 4(1).55-67.

Ariani, N & Haryanto, D. (2010). Pembelajaran Multimedia di Sekolah Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Chodiyah dan Wisri. A. Mamdy. (1982). Disain Busana Untuk SMKK/SMTK.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ernawati (2008). Tata Busana Jilid 3. Jakarta: bse.

Hamalik, Oemar. (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Harun & Zaidatun. (2004). Teknologi Multimedia dalam Pendidikan. Diambil

pada tanggal 17 Juli 2018, dari

http://www.ctl.utm.my/publications/manuals/mm/elemenMM.pdf
Hasanah, Uswatun, dkk. (2011). Menggambar Busana. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Indriana, Dina. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jakarta: Pt. Diva

Press.

Iwantara. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Video Youtube dalam

Pembalajaran IPA terhadap Motivasi Belajar dan Pemahaman Kosep IPA.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia. (4) 1. 1-13.

Kustandi, Cecep., dan Sutjipto, Bambang. (2013). Media Pembelajaran: Manual

dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mahlianurrahman. (2019). Developing Tutorial Video for Enhanchig Elementary

School Student’ Process Skills in Science. Elementary Journal. 5(1). 1-11.

Mamdy, Wisri A. (2001). Menggambar Anatomi Modis Untuk Merancang

Busana. Jakarta: Meutia Cipta Sarana.

Mardapi, D. (2012). Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:

NuhaMedika.

Muhammad Munir. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif

Kompetensi Dasar Register Inkuiri Terbimbing. Diambil pada tanggal 10

Agustus 2018, dari

https://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/view/8926

Murtono. (2017). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jawa Timur: Wade group.


Riana, C. (2007). Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.

Rohman, I.A. (2010). Panduan Menggambar Manusia Menggunakan Media

Pensil. Yogyakarta: ANDI.

Salahudin. (2017). Pedidikan Karakter. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sri Widarwati. (1993). Desain Busana1. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai