OLEH
KELOMPOK I. NR
MUSEUM ZOOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
P A D A N G, 2 0 0
METODA-METODA LAPANGAN
METODA-METODA LAPANGAN
Interaksi dengan berbagai spesimen hewan sering terjadi didalam ilmu taksonomi hewan
vertebrata, banyak diantara hewan spesimen yang dijadikan kajian adalam mata kuliah
ini didapatkan dengan cara menangkap langsung dialam. Untuk itu, sangat diperlukan
bagi mahasiswa agar mengetahui tentang berbagai metoda yang digunakan untuk
menangkap jenis-jenis hewan vertebrata. Metoda lapangan dibagi menjadi dua yaitu
metoda aktif dimana si penangkap dan hewan tangkapan terjadi interaksi secara
langsung seperti perburuan, pencarian, dan penangkapan. Sedangkan metoda yang kedua
berupa metoda pasif. Metoda ini menggunakan alat bantu dan tidak terjadi interaksi
antara si penangkap dan hewan yang dikoleksi, si penangkap hanya menunggu
kedatangan heewan yang akan dikoleksi. Selain mengetahui metoda yang digunakan,
keterampilan dalam menggunakan alat juga mutlak dimiliki. Metoda-metoda lapangan
ini dibagi sesuai dengan kelas-kelas yang ada dalam vertebrata.
2. Amphibi
Metoda yang digunakan adalah tangkap langsung. Cara ini dilakukan dengan menyusuri
badan perairan atau habitat lainnya yang dihuni oleh amphibi. Metoda lain yang
digunakan dalam penangkapan hewan dari kelas amphibi adalah pitfall trap-drift fences.
Pitfall trap-drift fences merupakan metoda penangkapan hewan secara pasif, dengan
menggabungkan perangkap jatuh dan pemakaian pagar pengarah. Pitfall trap juga
digunakan pada pengoleksian hewan serangga tanah. Pada amphibi terdapat perbedaan
cara pengkoleksiannya dengan serangga tanah yaitu pada metoda pitfall trap amphibi,
pinggir atas ember diolesi dengan detergen, pada amphibi ember tidak diisi dengan
larutan formalin, melainkan dibiarkan kosong atau diisi dengan serasah, dan ember yang
digunakan tidak ditutup dengan seng.
Pitfall trap ini dilakukan untuk hewan amphibi teresstrial yang aktif bergerak dan
ukurannya relatif kecil. Alat yang digunakan pada metoda ini diantaranya terpal dengan
ukuran 10x10 m, yang berfungsi sebagai pembatas. Tali yang berfungsi sebagai pengikat
tiang atau pancang. Kayu atau bambu untuk penyangga yang nantinya akan dibenamkan
kedalam tanah kira-kira 10 cm. Ember ukuran 9 L sesuai kebutuhan (disesuaikan dengan
bentuk pagar yang akan dibuat). Parang dan cangkul untuk membuat lubang pada tanah.
Adapun cara pengerjaannya adalah pertama-tama cari lokasi terlebih dahulu
yaitu daerah perbatasan antara dua habitat, uasahakan lokasi yang dicari tidak
mengandung tanah bebatuan karena akan mempersulit proses pemasangan pancang dan
terpal. Buat penyangga dengan menggunakan kayu atau bambu, terpal dibentang dan
diikat dengan tali pada setiap penyangga. Terpal dipasang lurus dan dibenamkan dalam
tanah sedalam 10 cm. Ember diletakkan dengan posisi selang seling terhadap
penyangga, timbal balik disisi kiri dan kanan terpal. Ember dibenamkan kedalam tanah
sama rata dengan permukaan tanah dan dinding ember harus menempel pada terpal, agar
hewan yang dikoleksi tidak bisa keluar dari perangkap. Jangan lupa pinggir atas ember
diolesi dengan sabun untuk membatasi gerak hewan yang telah jatuh.
4. Reptilia
Metoda yang digunakan untuk mengoleksi hewan reptil bervariasi bisa dengan cara
tangkap langsung menggunakan tongkat berbentuk huruf V, perangkap kotak (untuk
kura-kura dan labi), dan pitfall trap yang digunakan pada amphibi.
Hewan dari golongan reptilia merupakan hewan yang berbahaya dan beracun
sehingga sebagian orang sangat takut bertemu dengan hewan ini. Sebagian reptilia jika
dalam keadaan terdesak melakukan perlawanan berupa gigitan. Dengan menghentikan
pergerakan di bagian kepala dengan menggunakan tongkat V atau tangkap langsung
dapat menghindaridari terjadinya perlawanan oleh hewan kelas reptilia ini. Setelah
berhasil ditangkap hewan ini dimasukkan dalam karung dan diikat bagian atasnya
dengan tali. Pengikatan dilakukan sebanyak 2 x agar kantong tidak terbuka.
Di Indonesia terdapat sekitar 17.000 jenis ikan, karena begitu banyaknya jenis ikan baik
di perairan darat maupun perairan laut. Maka untuk lebih mudah mengenalinya dan
mengidentifikasi perlu dilakukan pengenalan terhadap karakter morfologi yang dimiliki
oleh masing-masing jenis ikan dari spesies tertentu (Djuhanda, 1983).
Pada hakekatnya metoda untuk menyusui suatu klasifikasi adalah menetapkan
defenisi dari kelompok atau kategori menurut skala hirarki. Hasilnya bahwa semua
hewan dapat diklasifikasikan dalam suatu taksonomi yang terdiri dari suatu rentetan
kategori yang meningkat dari spesies sampai kingdom. Tiap-tiap kategori berikutnya
meliputi satu atau beberapa dari kategori berikutnya. Untuk itulah kategori taksonomi
perlu dipelajari, karena dapat mengurangi keanekaragaman alam, kedalam suatu sistem
yang dapat dipahami kelompok lebih mudah diingat daripada begitu banyak unsur yang
membentuk kelompok itu sendiri (Djuhanda, 1983).
B. Kelas Placodermi
Secara umum mempunyai sisi tulang dan pelat-pelat tulang, terutama pada
bagian depan tubuhnya. Ikan ini seperti vertebrata tidak berahang, mempunyai
nothocord yang tetap. Rangka dalam mengandung beberapa tulang. Placodermi mula-
mula berenang pada sungai dan laut, mereka hidup lebih dari 50 juta tahun yang lalu.
Populasinya mencapai puncak ketika amphibi berkembang, dan jenis terakhir punah
sekitar 345 tahun yang lalu sebelum reptil, aves dan mamalia timbul. Dua kelompok
placodermi yang banyak dikenal yaitu Antiarchi dan Arthodira umumnya
diklasifikasikan sebagai ordo, masing-masing tersebar luas di dunia dan banyak
ditemukan sebagai fosil. Beberapa kelompok yang dikenal hanya sedikit yang bentuknya
seperti hiu dan yang sedikit atau sama sekali tidak mempunyai parsial dari pelat-pelat
tulang tidak akan diikutsertakan disini, tapi barangkali sudah dibahas sebagai nenek
moyang hewan berangka rawan (Djuhanda, 1981).
C. Kelas Osteichtyes
Kebanyakan ikan dari kelas ini mempunyai tengkorak, vertebrae, penyokong
sirip dan sisik yang semua dari tulang. Beberapa diantaranya mempunyai tulang rawan
secara sekunder sebagai pengganti beberapa tulang nenek moyangnya. Ikan-ikan
berangka tulang hanya satu-satunya yang mempunyai insang pada kedua belah pihak,
pihak dari tubuhnya di dalam satu ruangan bersama tertutup oleh operculum tulang yang
bergerak. Gelang pektoral dihubungkan dengan tengkorak oleh rantai tulang, selalu ada
paru-paru atau gelembung udara. Habitat dan strukturnya seakan-akan mengadaptasikan
diri terhadap kehidupan air (Jasin, 1984).
D. Kelas Chondrichtyes
Kelas ini meliputi hiu biasa dan pari. Chimaera kurang dikenal tetapi sangat
menarik perhatian tergolong pada kelas chondrichtyes hidup di dalam laut dan ukuran
tubuhnya sedang sampai besar sekali. Mereka berbeda dari nenek moyangnya
placodermi dan juga kebanyakan ikan lain karena tidak mempunyai rangka tulang sama
sekali baik didalam maupun diluar pada sisiknya (Khairuman, 2002).
Ikan berangka rawan dapat juga dibedakan dari ikan- ikan lainnya, karena
otaknya pepat, struktur siripnya, pola percabangan dari pembuluh darah berhubungan
dengan insang dan sisik seperti duri- duri kecil. Giginya berlainan dengan ikan lain
melekat pada kulit dan hanya terdapat pada pinggiran rahang. Biasanya ikan ini tidak
mempunyai gelembung renang dan serangkaian lubang insang luar (Mahardono, 1979).
Ikan guramy atau Osphronemus guramy merupakan ikan air tawar yang enak
dimakan. Bentuknya mirip seperti ikan mas, tetapi lebih pipih, sirip punggung dan sirip
perutnya lebar dan berduri tajam, sirip anal dan sirip perutnya bersatu, tipe ekornya
rounded atau membulat. Ikan ini memiliki sisik tipe cycloid, mulutnya terminal, duri
pada ikan guramy sangat tajam (Ommanney, 1982).
Ikan lele atau Clarias bathracus termasuk filum Chordata, sub filum Vertebrae,
kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluridae, famili Claridae,
genus Clarias dan spesies Clarias bathracus dengan bentuk badan bulat memanjang,
bagian badan tinggi dan memipih kearah ekor, tidak bersisik, licin mengeluarkan lendir,
warna tubuh seperti lumpur, punggung berwarna hitam dan perut berwarna lebih muda.
Habitat di air tawar, kepalanya berbentuk pipih simetris. Batok kepala terdiri dari
lempeng keras dan memiliki alat pernapasan tambahan yang terletak dibagian rongga
depan insang sehingga dapat bertahan hidup di perairan yang mengandung sedikit
oksigen (Sugeng, 1982).
Ikan sapu- sapu atau Lyposarcus pardalis merupakan ikan yang berukuran kecil,
memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Tipe ekornya
rhomboid dan memiliki sisik. Untuk mengamati ikan ini diperlukan kaca pembesar. Ciri
khas dari ikan ini adalah perutnya yang membuncit. Ikan ini biasanya hidup di perairan
tawar, seperti sungai atau saluran-saluran air (Mahardono, 1979).
Ikan mas atau Cyprinus carpio merupakan ikan air tawar yang hidup di
permukaan yang mengalir tenang dengan suhu sejuk. Secara morfologi ikan mas
mempunyai tubuh agak pipih. Gurat sisi tergolong lengkap karena berada pada
pertengahan tubuh dengan posisi melintang dari tubuh insang sampai keujung belakang
pangkal ekor (Soetomo, 1996).
II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
Parameter A B C D
Berat 78 gr 198 gr 33 gr 25 gr
Panjang total 225 mm 235 mm 125,20 mm 140 mm
Pjg standar 200 mm 190 mm 97,30 mm 87,20 mm
Tinggi btg ekor 17 mm 31,40 mm 15,40 mm 13,10 mm
Pjg btg ekor 13,80 mm 30 mm 10,20 mm 6,40 mm
Pjg dsr srp dorsal 134,70 mm 73,10 mm 42,40 mm 38,40 mm
Pjg dsr srp anal 85,10 mm 19,10 mm 58,10 mm 5,10 mm
Tinggi srp dorsal 13,10 mm 18,40 mm 12,40 mm 26,10 mm
Tinggi srp anal 10,50 mm 26,20 mm 24,10 mm 6,60 mm
Pjg srp pectoral 19,10 mm 38,10 mm 53,70 mm 28,40 mm
Panjang kepala 53,60 mm 52,20 mm 32,80 mm 34,40 mm
Panjang moncong 12,10 mm 14,50 mm 11,10 mm 15,10 mm
Diameter mata 3,60 mm 12,20 mm 19,30 mm 6,40 mm
Jumlah duri dorsal - 20 - -
Jmlh duri lunak drsl - 17 - -
Duri anal - 6 - -
Duri lunak anal - 5 - -
Duri pectoral total - 16 - -
Jmlh ssk grt sisi - 35 - -
Ssk atas grt sisi - 5 - -
Ssk bwh grt sisi - 5 - -
Ssk sblm srp dorsal - 10 - -
Tipe mulut Terminal terminal Inferior Inferior
Tipe sisik Cycloid cycloid Cycloid -
Bentuk badan Pph bgligir pph tegak - Pph tgk
Warna tubuh gelap gelap gelap Gelap
Keterangan :
A : Clarias batrachus
B : Cyprinus carpio
C : Osphronemus guramy
D : Lyposarcus pardalis
3.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa ikan memiliki keanekaragaman jenis yang
sangat tinggi. Dari empat jenis ikan yang diamati, yaitu Cyprinus carpio, Osphronemus
goramy, Clarias bathracus dan Lyposarcus pardalis saja sudah kita temukan banyak
perbedaan ( Djuhanda, 1982 ).
Adapun klasifikasi dari keempat jenis ikan yang dipraktikumkan adalah sebagai
berikut :
1. Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Vern name : Ikan mas
Ikan mas atau Cyprinus carpio memiliki tipe sisik cycloid, mulut tipe terminal dan ekor
forked. Ikan mas atau Cyprinus carpio merupakan ikan air tawar yang hidup
dipermukaan yang mengalir tenang dengan suhu sejuk. Secara morfologi ikan mas
mempunyai tubuh agak pipih. Gurat sisi tergolong lengkap karena berada pada
pertengahan tubuh dengan posisi melintang dari tubuh insang sampai keujung belakang
pangkal ekor ( Soetomo, 1996 ).
2. Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Family : Perciformes
Genus : Lyposarcus
Spesies : Lyposarcus pardalis
Vern name : Ikan sapu-sapu
Ikan sapu-sapu atau Lyposarcus pardalis merupakan ikan yang berukuran kecil,
memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Tipe ekornya
rhomboid dan memiliki sisk. Tipe mulut inferior, bentuk badan tegak dan warna tubuh
gelap. Ciri khas dari ikan ini adalah perutnya yang membuncit. Ikan ini biasanya hidup
di perairan tawar, seperti sungai atau saluran-saluran air ( Mahardono, 1979 ).
3. Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Family : Anabanthidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus guramy
Vern name : Ikan gurami
Ikan guramy atau Osphronemus guramy mempunyai tipe sisik cyclod, mulut terminal
dan ekor rhomboid. Bentuknya mirip seperti ikan mas, tetapi lebih pipih, sirip punggung
dan sirip perutnya lebar dan berduri tajam, sirip anal dan sirip perutnya bersatu. Duri
pada ikan guramy sangat tajam dan menyengat ( Ommanney, 1982 ).
4. Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Siluriformes
Family : Siluridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias bathracus
Vern name : Ikan lele
Clarias bathracus dengan bentuk badan bulat memanjang, bagian badan tinggi
dan memipih kearah ekor, tidak bersisik, licin mengeluarkan lendir, warna tubuh seperti
lumpur, punggung bewarna hitam dan perut bewarna lebih muda. Habitat diair tawar.
Kepalanya berbentuk pipih simetris. Batok kepala terdiri dari lempeng keras dan
memiliki alat pernapasan tambahan yang terletak dibagian rongga depan insang
sehingga dapat bertahan hidup diperairan yang mengandung sedikit oksigen ( Sugeng,
1982 ).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis ikan Cyprinus carpio hampir seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik dan
mempunyai gurat sisi di tengah kiri dan kanan tubuhnya.
2. Pada Lyposarcus pardalis tipe sisiknya tidak diketahui, karena sisiknya sangat
halus.
3. Jenis Osprhronemus guramy memiliki tipe mulut terminal.
4.2. Saran
1. Setiap praktikan diharapkan untuk lebih serius dan bekerja sama dalam
praktikum
2. Setiap praktikum diperlukan pemahaman yang baik tentang objek praktikum agar
diperoleh hasuil sesuai dengan tujuan
3. hendaknya lebih teliti dalam membaca vernier caliper
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Zulfa, 2001. Pertumbuhan Ikan Dengan Pemberian Dedak Yang Diberi Ragi Dan
Ampas Tahu. Skripsi Sarjana Biologi. Fakultas MIPA. Univertas Andalas.
Jasin, Maskoeri, Drs. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya : CV. Sinar Wijaya.
Khairuman, Suddo, D. Gunadi B. 2002. Budidaya Ikan Secara Intensif. Agro Media.
Pustaka : Jakarta .
Mahardono, A.S. Parigryo dan S. Iskandar. 1979. Anatomi Ikan. PT. Hermoso:
Bandung.
Ommanney, f.D. 1982. Ikan Edisi II. Tim Pustaka : Jakarta
Soetomo, 1996. Anatomi hewan Vertebrata. Erlangga. Jakarta.
Sugeng, 1982. Anatomi dari empat spesies hewan vertebrata. Armico.Bandung
KUNCI IDENTIFIKASI PISCES
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia terdapat sekitar 17.000 jenis ikan, karena begitu banyaknya jenis ikan baik
di perairan darat maupun perairan laut. Maka untuk lebih mudah mengenalinya dan
mengidentifikasi perlu dilakukan pengenalan terhadap karakter morfologi yang dimiliki
oleh masing-masing jenis ikan dari spesies tertentu (Djuhanda, 1983).
Pada hakekatnya metoda untuk menyusui suatu klasifikasi adalah menetapkan
defenisi dari kelompok atau kategori menurut skala hirarki. Hasilnya bahwa semua
hewan dapat diklasifikasikan dalam suatu taksonomi yang terdiri dari suatu rentetan
kategori yang meningkat dari spesies sampai kingdom. Tiap-tiap kategori berikutnya
meliputi satu atau beberapa dari kategori berikutnya. Untuk itulah kategori taksonomi
perlu dipelajari, karena dapat mengurangi keanekaragaman alam, kedalam suatu sistem
yang dapat dipahami kelompok lebih mudah diingat daripada begitu banyak unsur yang
membentuk kelompok itu sendiri (Djuhanda, 1983).
3.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
Parameter A B C D
Berat 52 gr 18 gr 25 gr 58 gr
Panjang total 172 mm 96,80 mm 119,50 mm 450 mm
Pjg standar 147,80 mm 68,60 mm 95,10 mm -
Tinggi btg ekor 3,80 mm 6,40 mm 1,30 mm -
Pjg btg ekor 9,40 mm 4,20 mm 16,40 mm -
Pjg dsr srp dorsal 25,50 mm 11,70 mm 16,00 mm 30,00 mm
Pjg dsr srp anal 9,10 mm 13,20 mm 13,70 mm -
Tinggi srp dorsal 16,40 mm 22,40 mm 18,00 mm 15,60 mm
Tinggi srp anal 5,80 mm 16,50 mm 14,40 mm -
Pjg srp pectoral 15,10 mm 13,60 mm 21,80 mm -
Panjang kepala 42,80 mm 17,10 mm 26,40 mm 63,00 mm
Panjang moncong 16,20 mm 6,80 mm 11,40 mm 3,40 mm
Diameter mata 8,40 mm 1,90 mm 9,80 mm 11,20 mm
Jumlah duri dorsal 1 4 5 122
Jmlh duri lunak drsl 5 16 13 -
Duri anal 10 2 - 1
Duri lunak anal - 12 - 6
Duri pectoral total 25 6 - 15
Jmlh ssk grt sisi - - - -
Ssk atas grt sisi - - - -
Ssk bwh grt sisi - - - -
Ssk sblm srp dorsal - - - -
Tipe mulut terminal terminal Terminal superior
Tipe ekor forked forked Forked -
Tipe sisik - - Sikloid -
Bentuk badan rmpg bgligir bundar Pipih tegak rmpg glgr
Warna tubuh terang terang terang terang
Keterangan :
A : Sarda orientalis
B : Leioghnatus sp
C : Upeneus sulphureus
D : Trichiurus lepturus
3.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa ikan memiliki keanekaragaman jenis yang
sangat tinggi dari empat jenis ikan air laut atau air asin yan diamati yaitu Sarda
orientalis, Leioghnatus sp, Upeneus sulphureus dan Trichiurus lepturus saja sudah kita
temukan banyak perbedaan
Adapun klasifikasi keempat jenis ikan air laut yang dipraktikumkan adalah :
1. Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Family : Serombidae
Genus : Sarda
Spesies : Sarda orientalis
Vern name : Ikan tongkol
Ikan tongkol atau Sarda orientalis memiliki bentuk tubuh yang ramping
bergeligir, warna tubuh terang, tipe mulut terminal. Ikan tongkol merupakan
mempunyai dua sirip dorsal, ada finlet diantara bagian sirip dorsal dan dibelakang sirip
anal. Sirip caudal keras dan kuat. Sirip dorsal pertama dan sirip pelvic tertarik ke arah
tubuh. Sirip caudal atau sirip ekor tipe forked ( Mahardono, 1979 ).
2. Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Family : Leioghnatidae
Genus : Leioghnathus
Spesies : Leioghnatus sp
Vern name : Ikan maco
Ikan maco ( Leioghnatus ) bentuk tubuh bundar, tipe mulut terminal tipe ekor
forked, dan terdapat variasi sirp dorsal yaitu sirip dorsal utuh. Warna tubuh dari ikan ini
terang ( Mahardono, 1979 ).
3. Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Family : Mullidae
Genus : Upeneus
Spesies : Upeneus sulphureus
Vern name : Ikan pinang-pinang
Ikan pinang-pinang ( Upeneus sulphureus ) bentuk tubuh pipih tegak, memiliki
warna tubuh yang terang, tipe sisik cycloid, tipe mulut terminal. Tipe ekor forked dan
variasi sirip dorsal adalah sirip dorsal ganda ( Khairuman, 2002 ).
4. Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Family : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus lepturus
Vern name : Ikan baledang
Ikan baledang ( Trichiurus lepturus ) merupakan ikan yang berukuran panjang,
memililiki sirip punggung, bentuk tubuh ramping, bergeligir, warna tubuh terang. Tipe
mulut superior, dan mempunyai sisik yang kecil dan halus ( Mahardono, 1979 ).
4.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat dismpulkan sebagai berikut :
1. Pada ikan Upeneus sulphureus mempunyai sisik yang jelas dan Trichiurus
lepturus sisiknya tidak jelas
2. Ikan yang mempunyai berat yang paling tinggi adalah ikan Sarda orientalis dan
yang terkecil Leioghnathus.
3. pada jenis ikan Sarda orientalis mempunyai sirip dorsal dan pektoral dengan
finlet.
4.2. Saran
1. Setiap praktikan diharapkan untuk lebih serius dan bekerja sama dalam
praktikum
2. Setiap praktikum diperlukan pemahaman yang baik tentang objek praktikum agar
diperoleh hasuil sesuai dengan tujuan
3. hendaknya lebih teliti dalam membaca vernier caliper
DAFTAR PUSTAKA
Djuhanda, Tatang. 1982. Anatomi dari 4 Spesies Hewan Vertebrata. Bandung ; Armico.
Fitria, Zulfa, 2001. Pertumbuhan Ikan Dengan Pemberian Dedak Yang Diberi Ragi Dan
Ampas Tahu. Skripsi Sarjana Biologi. Fakultas MIPA. Univertas Andalas.
Jasin, Maskoeri, Drs. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya : CV. Sinar Wijaya.
Khairuman, Suddo, D. Gunadi B. 2002. Budidaya Ikan Secara Intensif. Agro Media.
Pustaka : Jakarta .
Mahardono, A.S. Parigryo dan S. Iskandar. 1979. Anatomi Ikan. PT. Hermoso:
Bandung.
Ommanney, f.D. 1982. Ikan Edisi II. Tim Pustaka : Jakarta.
Tim Taksonomi Hewan Vertebrata. 2008. Penuntun Praktikum. Universitas. Andalas :
Padang
I. PENDAHULUAN
3.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka didapat hasil sebagai berikut :
parameter a b c d
1. panjang tubuh 130,00 2580,00 49,20 96,12
2. diameter mata 10,20 4,00 4,10
3.lebar kepala 18,30 39,70 9,00 8,00
4.panjang kepala 33,90 71,00 17,30 9,10
5.panjang moncong 11,60 26,40 13,00
6.Panjang carapace 119,60
7.panjang plasteron 99,60
8.jarak antara dua mata 27,30
9. panjang standar 2930,00 49,40
10.panjang kaki depan 80,40 14,90
11. panjang kaki belakang 19,00 18,10
Keterangan :
a. Manoura emys
b. Phyton reticulata
c. Hemidactylus sp
d. Mabouya sp
3.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel dapat diketehui bahwa reptil memiliki keanekaragamana jenis yang
sangat tinggi. Dari empat jenis reptil yaitu Manoura emys, Phyton reticulata,
Hemidactylus sp, dan Mabouya sp saja sudah kita temukan banyak perbedaan.
4.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Ular tidak mempunyai ekstremitas
2. Manouria mempunyai carapase dan plasteron
3. Mabouya punya tubuh dengan sisik yang kasar
4. Hemidactylus memiliki lekukan dangkal pada bagian ujung lidah.
4.1 Saran
Untuk memperoleh hasil yang sempurna maka disarankan kepada praktikan untuk
selanjutnya agar :
1. Membawa objek praktikum dengan lengkap
2. Lebih teliti dalam melakukan pengukuran
3. Teliti dalam melihat skala caliver
4. Serius dan hati-hati saat praktikum
5. Memahami prinsip kerja sebelum praktikum
6. Praktikan lebih bekerja sama dalam praktikum agar hasil yang didapat
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada Pycnonotus atriceps memiliki ujung ekor yang bewarna kuning, dan terdapat
sungut sebagai aksesoris.
2. Pycnonotus brunneus memiliki iris merah
3. Pada Sp.1 iris bewrana hitam
4. Pada family Pycnonotus bulu mudah rontok ini dilakukan untuk melindungi diri
5.Pada Columba livia terdapat cera yaitu bagian lemah yang terdapat di atas basis
rostrum berfungsi untuk melindungi hidung saat menghirup iar atau minum.
4.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya maka hendaknya untuk memperoleh hasil yang sempurna
kepada praktikan diharapkan :
1. Membawa objek praktikum
2. Teliti dalam penggunaan vernier caliver dalam melakukan pengukuran.
3. Serius dan hati-hati dalam praktikum
4. Memahami prinsip kerja
5. Masuk tepat waktu
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka didaptkan hasil sebagai berikut :
Karakter A B C D
Panjang paruh 14,55 13,60 18,00 13,20
Panjang kepala 16,40
Diameter mata 6,30
Panjang tarsus 15,30 16,30 17,40
Panjang sayap 74,60 79,30 78,40 23,50
Panjang total 15,50 39,00 92,00 300,00
Panjang ekor 65,20 42,50 17,60
Diameter tarsus 2,10 12,40 0,40
Berat 21 gr 26 gr 22 gr 29,7 gr
Tipe kaki Perching Perching
Tipe paruh Insect catching Seed and Seed cracking Seed cacthing
Tipe ekor Persegi insectin Baji
Aksesoris Kumis Rounded Sera
Keterangan :
A : Pycnonotus atriceps
B : Pycnonotus bruneus
C : Sp.1
D : Columba livia
3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa aves memiliki keanekaragaman jenis yang
sangat tinggi. Dari lima jenis aves yaitu Pycnonotus atriceps, Pycnonotus bruneus, Sp.1,
Columba livia, dan Prinaria familiaris saja kita temukan banyak perbedaan.
Adapun klasifikasi dari kelima jenis aves yang dipraktikumkan adalah :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Passeriformes
Family : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus atriceps
Pycnonotus atriceps mempunyai warna kepala hijau kehitaman, mengkilat, warna paruh
hitam, warna mata ungu, warna sayap hitam, dibagian tepi-tepi sayap bewarna kuning,
warna penutup sayap kuning kehijauan, warna punggung kuning kehijauan, warna ekor
hitam dibagian ujung-ujungnya berwarna kekuningan, warna penutup ekor kuning,
warna tunggir kuning dan putih. Warna tungging kuning, tipe paruh golden plover atau
pemakan serangga (insect catching). Tipe kaki petengger atau perching dengan jari-jari 3
didepan dan 1 dibelakang, mempunyai aksesori berupa kumis (Campbell, 2000).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Family : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus bruneus
Pycnonotus bruneus mempunyai iris bewarna merah, pada ujung-ujung sayap bewarna
putih. Pada family Pycnonotidae bulu mudah rontok ini merupakan salah satu usaha
untuk melindungi diri dari musuh. Memiliki jumlah sayap primer 9, sayap sekunder 1,
tipe kaki pearching, tipe paruh seed and insecting dan tipe ekor rounded (Campbell,
2000).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Family : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Sp 1
Sp. 1 mempunyai warna kepala coklat, warna paruh coklat, warna mata atau iris coklat,
warna sayap coklat, warna tungging kuning kecoklatan, tipe paruh seed cracking atau
pembelah biji, tipe kaki pearching (Djuhanda, 1982).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Family : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba livia
Columba livia atau burung merpati mempunyai aksesori berupa cera yang berfungsi
untuk melindingi hidung pada saat menghirup air atau minum. Cera ini terletak di atas
basis rostrum, bewarna putih. Bulu mempunyai bulu primer 10, bulu sekunder 12. Tipe
ekor baji, tipe kaki pearching, warna leher putih, warna sayap putih, warna ekor putih,
warna kaki merah dan tipe paruh seed eaching (Djuhanda, 1982).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Family : Sylviidae
Genus : Prinaria
Spesies : Prinaria familiaris
Prinaria familiaris mempunyai mahkota warna abu-abu pekat, pnutup telinga bewarna
putih, tangkuk hijau keabu-abuan, mantel bewarna coklat kehijauan, punggung bewarna
coklat kehijauan dan abu-abu, bulu tersier bewarna coklat, bulu sekunder coklat dengan
ujung putih, dan bulu primernya bewarna coklat. Tunggir bewarna putih, penutup atas
ekor bewarna hijau kecoklatan, ekor bewarna coklat dengan ujung hitam, penutup ekor
bawah bewarna kuning, tungging coklat kemerahan, sisi perut bewarna putih keabu-
abuan dan kuning (Djuhanda, 1982).
Tungkai bewarna coklat, cakar bewarna hitam, jari bagian depan yang dalam
bewarna coklat keputihan dan jari bagian luar agak kehitaman, bulu paha berwarna
kuning, bulu perut bewarna kuning, bulu penutup primer bewarna coklat, bulu penutup
sayap besar coklat dengan ujung putih, bulu dada bewarna putih kekuningan, dagu
bewarna putih, bulu tenggorokan berwarna putih. Pruh bawah berwarna ujungnya hitam,
tengah putih dan paling ujung hitam, busur paruh berwarna hitam, paruh atas berwarna
hitam, dahi berwarna coklat, kekang berwarna coklat (Djuhanda, 1982).
Abidin, Z. 2002. Burung Hias Aneka Jenis dan Perawatannya. Jakarta : Penebar
Swadaya
Campbell, dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Campbell, dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Djuhanda, Tatang. 1982. Anatomi dari 4 Spesies Hewan Vertebrata. Bandung : Armico
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya : Sinar Maju
Kimball, John. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Tim Taksonomi Hewan Vertebrata. 2007. PenuntunPraktiku m Taksonomi Hewan
Vertebrata. Padang : Universitas Andalas
I.PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum taksonomi hewan vertebrata kelas mamalia ini adalah untuk
melihat morfologi berbagai jenis mamalia, mengenal karakter, melakukan identifikasi,
mengetahui cara pengenalan jenis dan teknik– teknik dalam melakukan penelitian
tentang hewan mamalia di lapangan.
3.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
3.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mamalia memi-liki keanekaragaman
jenis yang sangat tinggi . dari dua jenis mamalia saja yaitu Rattus tanenzumi dan
Cyneptorus sphinx saja sudah kita temukan banyak perbedaan .
Adapun klasifikasi dari kedua jenis mamalia yang dipraktikumkan adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus tanenzumi
Rattus tanenzumi memiliki panjang badan 115,81 mm, panajang ekor 151, 10 mm,
panjang total 266,91, panjang telinga 15, 82 mm, panjang kaki belakang 26, 75 mm,
panjang kaki depan 23,25 mm dan berat 53,3 gram. Berwarna abu-abu kecoklatan, perut
berwarna putih abu – abu, memiliki rumus gigi 1 0 0 3
1 0 0 3
Foramina incisivum, cara ini penting untuk oddntifikasi tikus terutama jika
dikombinasikan dengan kedudukan tulang langit – langit ( palatum ) belakang terhadap
molar paling belakang. Ukuran dan bentuk serta kedudukan terhadap gerahan depan
tikus dapat membantu membedakan berbagai jenis tikus, misalnya pada marga Rattus
bagian belakang foramina incisivum selalau menjorok kebelakang melampaui palatum
selalau terletak di belakang molar terakhir ( Suyanto, 2002 ).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Chiroptera
Sub ordo : Megachiroptera
Family : Pteropodidae
Genus : Cynepterus
Spesies : Cynepterus sphinx
Cynepterus sphinx berjenis kelamin jantan. Panjang badan 9,80 mm, panajang ekor 1,80
mm, panjang total 11,30 mm, panjang telinga 14, 10 mm, panjang kaki belakang 11,00
mm, panjang kaki depan 68,80 mm dan memiliki berat 53, 2 gram.
Macam perlekatan ekor dengan selaput kulit antar paha adalah ciri yang sangat
penting pada kelelawar. Ada kelelawar yang seluruh ekornya terbenam dalam selaput
kulit antara paha seperti suku Vespertitionidae. Ada pula yang ekornya panjang dan
bebas tidak melekat pada selaput kulit antar paha seperti pada suku Molossidae. Adapula
yang tidak berekor, tetapi selaput antar paha berkembang penuh seperti pada suku
Megadermatidae ( Suyanto, 2002 ).
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rattus tanenzumi memiliki gigi 1 0 0 3
1 0 0 3
2. Cyneptorus sphinx memiliki rumus gigi 2 1 3 1
2 1 3 2
3. Cyneptorus sphinx mempunayai empat membaran.
4.2 Saran
Untuk memperoleh hasil yang sempurna maka disarankan kepada praktikan untuk
selanjutnya agar :
1 Membawa objek praktikum
2. Teliti dalam menggunakan vernier caliper dalam melakukan pengukuran
3. Serius dan hati – hati dalam praktikum
4. Memahami prinsip kerja dari praktikum
5. MAsuk tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA