Anda di halaman 1dari 8

DASAR-DASAR PENANGKAPAN IKAN

KELOMPOK 5
1. SALSHABILA RACHMA POETRI (2010715220005)
2. AKHMAD RIFALDI (2010715110010)
3. PUTRI INDRA PERTIWI (2010715220017)
4. AKHMAD RIJANI (2010715210022)
5. M. ABDULLAH AL FAIJAL (2010715210025)
6. LEONA YUSDA DINATA (2010715220026)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya kami
dapat mengerjakan tugas ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kami berharap agar tugas
ini bermanfaat bagi kita semua selaku mahasiswa, sebagai salah satu sumber pengetahuan dan
bahan pembelajaran tentang apa saja alat bantu penangkapan ikan.

Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam penyusunan tugas ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala keterbatasan
waktu dan kemampuan kami dalam menyelesaikan tugas ini. Akhirnya, semoga tugas ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin

Banjarbaru, 27 April 2021


1. Tangkul atau Anco

Pengertian Tangkul
Tangkul atau anco adalah jaring angkat (lift nets) yang dioperasikan dengan tangan. Alat
ini dari jaring berbentuk persegi keempat ujungnya yang diikat pada dua batang bambu atau kayu
yang dipasang secara berpasangan menyilang tegak lurus. Jaring digantung dengan galah dengan
cara menyilangkan bambu.
Ukuran pada Tangkul
Di perairan Rawa Martapura terdapat macam-macam ukuran ada 3 x 3 m, 4 x 4 m, 5 x 5
m, 6 x 6 m. Bagian tengah atau jaring pada anco ini dari bahan waring, bagian ganggang dari
bambu 4-7 cm, kerangka cabang dari bambu diameter 1,5-2 cm berjumlah 4 buah, penyambung
kerangka cabang, berjumlah 2 buah terbuat dari bambu diameter 1,50-3 cm cm panjang 20-30
cm.
Cara mengoperasian pada tangkul
Tangkul atau anco ini cara mengoperasikan dengan cara merendam jaring kemudian
didiamkan beberapa menit, kemudian mengangkatnya, ikan akan berada dijaring diangkat satu-
satu. Jenis tangkapan di daerah Rawa Martapura ini terdapat Ikan Biawan dan Ikan Sepat siam,
jumlah ikan yang dihasilkan lumayan banyak yang didapatkan.
2. Jala Tebar

Jala tebar atau disebut juga jaring lempar (Cast net) adalah jaring ikan berbentuk
lingkaran kecil dengan pemberat pada tepi-tepinya, yang dilempar atau ditebar oleh nelayan.
Ukurannya bervariasi sampai 4 meter pada diameternya. Jaring tersebut dilempar sedemikian
rupa sehingga menyebar di permukaan air dan tenggelam. Ikan yang terkurung akan tertangkap
pada saat jaring tersebut ditarik keluar air.
Pada prinsipnya penangkapan dengan jala ialah mengurung ikan atau udang dengan jalan
menebarkan alat tersebut sedemikian rupa sehingga menelungkup atau menutup sasaran yang
dikehendaki. Pengopersiannya yaitu biasanya dilakukan ketika musim kemarau atau saat surut
air laut karena kualitas air tidak terlalu dalam sehingga mudah mengetahui posisi ikan disungai
maupun danau ataupun rawa.

Cara pembuatan jala yaitu :


Yang perlu disiapkan untuk membuat jala adalah jarum khusus (Suban) bisa dibuat
sendiri dari bambu atau beli di tempat pasar / toko yang khusus menjual peralatan pancing. Alat
kedua yang perlu disiapkan adalah suri , sebuah alat cetak yang terbuat dari bambu gunanya
untuk mencetak ukuran lubang jala yang sama. Yang paling utama dalam pembuatan jala adalah
bahannya, yang harus disiapkan adalah benang senar putih ( bisa dibeli di toko pancing ) dengan
ukuran sesuai kebutuhan , tergantung berapa panjang dan lebar jala yang akan dibuat.
Pertama tama benang senar di gulung ke Suban secukupnya ,ikatkan tali sebagai pusat
jala lalu mulailah merajut dengan menggunakan suri sebagai cetakannya sesuai lebar ukuran
yang akan dibuat. Langkah selanjutnya jalin benang secara berurutan ke bawah dan jangan lupa
Sebagai pemberat jala digunakan gelang timah menyerupai rantai, pasang dibagian paling bawah
serta ikat dengan ikatan tali mati agar jalinan tidak mudah bergeser dan tidak berubah bentuk
serta ukuran.

Teknik pemakaian jala :


Menggunakan jala ini harus dilempar dengan teknik khusus. Berdiri dengan menyandang
sebagian daun jala, sebagian lagi bagian jala dipegang dengan tangan kiri dan kanan. Kemudian
dengan ancang-ancang yang cukup, jala diayun dan dilemparkan ke lokasi yang diduga terdapat
ikan. Jala akan mengambang dan memerangkap ikan dengan areal luas tertentu. Setelah itu
ditarik perlahan agar ikan yang telah terperangkap dalam jala tidak lepas dari jala. Sebagai
pemberat jala digunakan gelang timah menyerupai rantai. Cincin rantai pemberat jala ini akan
membuat ikan tidak bisa berkutik dan lepas dari perangkap jala.
3. Tombak Ikan

Tombak аdаlаh alat tangkap ikan уаng mеnggunаkаn ѕеbuаh batang аtаu tongkat уаng
ujungnya diruncingkan dаn tali уаng diikatkan pada unjung tongkat уаng tіdаk dі runcingkan.
Tombak merupakan alat tangkap ikan tradisional. Tombak уаng digunakan boleh bermacam-
macam bentuk, dаrі уаng mempunyai gagang pendek Panjangnya berkisar 2,5-3 meter, dеngаn
panjang іnі berpengaruh terhadapa daya jangkau, daya tekan dаn keseimbangan lemparan.
hingga уаng panjang dаn bіаѕаnуа bercabang tіgа diujungnya (semacam trisula), аtаu dapat pula
hаnуа bermata satu. Membuat mata pancing ini, tidak semua orang punya keterampilan dalam
membuatnya tetapi memerlukan keterampilan dan kepandaian serta ketelitian dalam
membuatnya. Bagi yang tidak bisa membuatnya dapat membel atau memesan ujung mata
tombak tersebut. Mata tombak ini ada yang dua dan ada yang tiga. Semakin banyak mata tombak
yang dipakai, semakin besar kemungkinan untuk memperoleh ikan/sotong lebih banyak. Setelah
mata tombak selesai dibentuk, barulah mereka pasangkan ke bambu yang telah mereka sediakan
dan dilengkapi dengan tali.
Dalam penggunaannya harus melihat situasi keberadaan ikan yang umumnya lebih
mudah diketahui pada malam hari dengan menggunakan alat penerang, jika ikan dapat diketahui
keberadaannya tanpa memerlukan alat penerang maka alat dapat langsung digunakan dengan
menancapkan alat tersebut kearah ikan yang di temui. Tangkapan ikan yang diperoleh tentu tidak
akan sama banyaknya dengan menggunakan alat yang lebih modern, namun jika lihai/handal
menggunakan alat ini, dan tau dengan tanda-tanda keberadaan ikan dengan mengamati arah
angin atau arah air, serta keberadaan cuaca yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan ikan
maka tangkapan yang diperoleh walau dengan menggunakan alat sederhana ini akan
memperoleh hasil yang banyak juga.
4. Kabam

Di beberapa daerah di Kalimantan Selatan banyak di jumpai alat penangkap ikan


tradisional yang digunakan oleh nelayan dalam usaha penangkapan ikan. . Salah satunya adalah
Kabam yang merupakan alat penangkap ikan seluang (Rasbora sp). Prinsip penangkapan dengan
menggunakan alat ini sama saja dengan alar golongan perangkap lainnya yaitu ikan dapat masuk
dengan mudah tapi keluarnya sulit. Kabam merupakan alat tangkap yang terbuat dari bambu dan
termasuk dalam kategori perangkap (Trap). Kontruksi kabam yaitu Sejenis pasuran botol, bentuk
silinder ukuran diamater ± 25 cm tinggi 30 cm, bentuk silinder yang mengecil pada kedua
ujungnya diameter tengah ± 30, diamater ujung ±10 cm panjang ±60 cm, setiap alat diikat pada
stik kayu atau bambu. Bagian samping botol dipasang potongan bambu diameter ±10, panjang
±20 cm sebagai tempat umpan dan dipasang injab, umpan yang dipakai biasanya berupa dedak
(ampas hasil penggilingan padi). Pengoprasian kabam dipasang di pinggiran sungai atau rawa,
arus air tenang sampai sedang. Didiamkan sekitar 6 jam atau lebih. Alat dipasang berjajar setiap
jarak 3-5 meter, timbul ± 5,0 cm dari permukaan air agar ikan yang tertangkap dapat bernapas
dan tidak cepat mati. Ikan masuk untuk memakan umpan melalui lubang umpan, setelah
mendapatkan makanan ikan berusaha kembali tetapi umumnya bergerak horizontal (tidak keatas
atau kebawah) dan masuk dalam perangkap, tidak bisa keluar karena ada injab. Contoh hasil
tangkapan sebagai berikut:

Ikan Seluang Ikan Betok


5. Rakang
Rakang merupakan alat tangkap yang berbentuk perangkap dan digunakan sebagai alat
untuk menangkap kepiting di perairan hutan bakau. Rakang terdiri dari tiga bagian, yakni
bingkai rotan dengan diameter 50 cm, yang kemudian dirajut tali nilon multifilament sehingga
berbentuk model jala kerucut.
Jala berbingkai rotan ini dioperasikan dengan menggunakan tongkat kayu dengan
diameter 2 cm dan panjang 2 meter. Tongkat ini dilengkapi dengan penjepit umpan dari bahan
bambu yang diiris tipis 2-3 mm dengan panjang 30 cm. Penjepit tersebut diikat kira-kira 30 cm
dari ujung tongkat yang lancip (bagian yang akan ditancapkan pada substrat). Pada saat alat
tangkap ini akan digunakan, tongkat ini dimasukan di bagian pusat jala yang berbentuk cincin
(diameter 2,5 cm), sehingga penjepit umpan tertahan pada cincin jala, sementara bingkai rotan
akan menempel kuat pada tongkat dengan bantuan 3 alur tali yang membuat jala meregang
kencang.
Menurut cara-cara yang dilakukan oleh nelayan setempat dalam menangkap kepiting
bakau. Pengoperasian rakang menggunakan perahu kecil. Untuk transportasi antar lokasi
menggunakan perahu bermotor yang relatif lebih besar. Rakang yang berbentuk jala kerucut
ditancapkan dengan posisi miring pada dasar perairan, sehingga satu sisi bingkai rotan
menyentuh substrat.
6. Alat tangkap (Pancing)

Secara umum pancing yang sering digunakan untuk memancing di air tawar yaitu
pancing yang menggunakan joran (tangkai pancing) bahan alami. Pancing untuk sekedar hobi
sudah menggunakan joran buatan pabrik dengan bahan fiber glass atau aluminium yang lebih
lentur, beberapa dilengkapi dengan alat pemutar tali atau troll. Untuk pancing ikan dasar, tali
pancing dilengkapi dengan pemberat timah yang dipasang 30-40 cm sebelum mata pancing,
untuk ikan permukaan dipasang pelampung 30-40 cm sebelum mata pancing.
Pancing biasanya digunakan pada sungai, anak sungai, danau, dan rawa. Ikan hasil
tangkapan dari alat tangkap ini sesuai dengan kebiasaan makan dan habitat ikan tersebut.
Contohnya ikan papuyu, ikan gabus, ikan lele, ikan nila, dan ikan air tawar lainnya.

Anda mungkin juga menyukai