FIQIH DASAR (Al Masywah)
FIQIH DASAR (Al Masywah)
THAHARAH
Thaharah merupakan kunci sholat, dan syaratnya yang paling ditekankan. Dan syarat itu harus
mendahului perkara yang dipersyaratkan.
Pertama : Thaharah maknawi, yaitu sucinya hati dari syirik, kemaksiatan, dan segala yang
mengotorinya. Ia lebih penting daripada kesucian badan, dan kesucian badan itu tidak mungkin
dapat diwujudkan dengan adanya najis syirik, sebagaimana Allah berfirman,
Definisi Thaharah
Secara bahasa berarti bersih dan suci dari kotoran.
Secara istilah berarti menghilangkan hadats dan melenyapkan khobats.
Yang dimaksud dengan ‘’melenyapkan khobats’’ adalah menghilangkan najis dari badan, pakaian
dan tempat sholat.
Jadi thaharah indrawi terbagi menjadi dua : pertama, bersuci dari hadats, dan ia dikhususkan
dengan badan. Kedua, bersuci dari khobats (najis) yang mencakup badan, pakaian dan tempat.
Hadats terbagi menjadi dua : pertama, hadats kecil, yaitu hadats yang mewajibkan wudhu.
Kedua, hadats besar, yaitu hadats yang mewajibkan mandi.
Khobats (najis) terbagi menjadi tiga macam : najis yang wajib dibasuh, najis yang wajib diperciki
air dan najis yang wajib diusap.
Thaharah itu memerlukan sesuatu yang digunakan sebagai sarananya, yang dengannya najis
dihilangkan dan hadats dilenyapkan, yaitu air. Air yang bisa digunakan untuk bersuci yaitu al maauth
thohur, yaitu air yang suci pada dirinya dan mensucikan untuk selainnya. Air ini adalah air yang masi
tetap sebagaimana ia diciptakan, yakni sesuai dengan sifat dimana ia diciptakan padanya, baik ia
turun dari langit seperti hujan, lelehan salju dan embun, atau air yang mengalir dibumi, seperti air
sungai, mata air, sumur dan laut.
“Dan allah menurunkan bagi kalian hujan dari langit untuk menyucikan kalian dengannya (al anfal :
11)
“Dan kami turunkan dari langit air yang suci (al furqon :48)
Air bila tercampur dengan najis, lalu najis tersebut mengubah salah satu dari tiga sifatnya;
baunya, rasanya dan warnanya, maka air tersebut najis berdasarkan ijma', tidak boleh
menggunakannya, ia tidak dapat menghilangkan hadats dan tidak pula membersihkan najis, sama
saja, air itu sedikit atau banyak.
Adapun bila air itu tercampur najis dan salah satu sifatnya tidak berubah, maka bila airnya
banyak, maka ia tetap suci dan bisa digunakan untuk bersuci, tetapi bila airnya sedikit, maka ia najis
dan tidak bisa digunakan untuk bersuci. Batasan air yang banyak adalah dua qullah ke atas,
sedangkan yang sedikit adalah yang kurang dari itu.
Dalilnya adalah hadits abu said al khudri radhiyallahu anhu, dia berkata, rasulullah sholallahu
alaihi wasallam bersabda,
‘’Sesungguhnya air itu suci dan mensucikan, tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya”
إذا بلغ الماء قلتين لم يحمل الخبث
Air yang tercampur dengan benda yang suci seperti daun-daun pohon, atau sabun, atau al-
usynan, atau bidara, atau benda-benda suci lainnya dan air tersebut tidak didominasi oleh benda
yang mencampurinya, maka pendapat yang shohih adalah bahwa ia suci dan mensucikan, bisa
digunakan untuk menghilangkan hadats dan melenyapkan najis, karena Allah berfirman,
وإن كنتم مرضى أو على سفر أو جآء أحد منكم من الغآئط أو لمستم النسآء فلم تجدوا مآء فتيمموا صعيدا طيبا فامسحوا بوجوهكم
وأيديكم
“Dan jika kalian sakit atau sedang dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau kalian
telah menyentuh perempuan, kemudian kalian tidak mendapat air, maka bertayamumlah kalian
dengan debu yang baik (suci); sapulah muka dan tangan kalian.’’ (An Nisa :43)
Bagian Kelima : Hukum air musta'mal (yang telah digunakan) dalam thaharah
Air yang sudah digunakan dalam thaharah, seperti air yang terjatuh dari anggota (badan) orang
yang berwudhu atau mandi adalah air suci dan mensucikan menurut pendapat yang shohih. Ia dapat
menghilangkan hadats dan melenyapkan najis selama salah satu sifat dari tiga sifatnya tidak
berubah.
أن النبي صلى هللا عليه وسلم إذا توضأ كادوا يقتتلون على وضوئه
‘’Bahwa nabi sholallahu alaihi wasallam apabila berwudhu, maka para sahabat hampir bertikai untuk
(memperebutkan belas) air wudhu beliau.’’
Juga karena nabi menuangkan air wudhunya kepada jabir saat dia sakit, seandainya air musta'mal
tersebut najis, niscaya beliau tidak memperbolehkan untuk melakukannya, serta berdasarkan
tindakan nabi, para sahabat beliau, dan para istri beliau yang biasa berwudhu dari bejana kayu dan
bejana minum, dan mereka mandi dari ember besar. Tindakan seperti ini tidak selamat dari
kemungkinan jatuhnya sebagian percikan air ke dalam bejana dari orang yang menggunakannya.
WUDHU
Secara bahasa wudhu الوضوءdiambil dari kata الوضاءةyang berarti keindahan dan kebersihan.
Secara syariat adalah, menggunakan air pada empat anggota badan, yaitu; wajah, kedua tangan,
kepala dan kedua kaki, dengan tata cara tertentu dalam syariat, dalam rangka beribadah kepada
allah ta'ala.
Hukumnya wajib atas orang yang berhadats bila dia hendak sholat dan apa yang sehukum
dengan sholat seperti thowaf dan menyentuh mushaf al qur’an.
Bagian Kedua : Dalil tentang wajibnya wudhu, kepada siapa ia diwajibkan dan kapan ia wajib
F اFوFْ Fُ لFسFِ F ْغF اFَ فF ِةF وF ٰلFَّFصFلF اF ىFَ لFِ اF ْمFُ تF ْمFُ قF اF َذFِ اF اFوFْٓ Fُ نF َمF ٰاFنFَ F ْيF ِذFَّلF اF اFَ هFُّF يFَاFي
F ْمF ُكFسFِ FوFْ F ُءF ُرFِ بF اFوFْ F ُحF َسF ْمF اF َوFق ِ FِفF اFرFَ F َمF ْلF اF ىFَ لFِ اF ْمF ُكFَ يF ِدF ْيFَ اFوFَ F ْمF ُكFَ هFوFْ F ُجFُو
F ْنFِ اFوFَ F ۗاFوFْ F ُرFَّF هFَّطF اFَ فF اFً بFُ نF ُجF ْمFُ تF ْنF ُكFنFْ Fِ اF َوFنFِFۗ F ْيFَ بF ْعF َكF ْلF اF ىFَ لFِ اF ْمF ُكFَ لF ُجFرFْ Fَ اFوFَ
F َنF ِّمF ْمF ُكF ْنF ِّمF ٌدF َحFَ اF َءF ۤاFج Fَ FوFْ Fَ اF ٍرFَ فF َسF ىFلFٰ F َعFوFْ Fَ اF ىFض Fٰٓ FرFْ F َّمF ْمFُ تF ْنFُك
F اFوFْ F ُمF َّمFَ يFَ تFَ فF ًءF ۤاF َمF اFوFْ F ُدFجFِ Fَ تF ْمFَ لFَ فF َءF ۤاFِّ َسFنFلF اF ُمFُ تF ْسF َمF ٰلFوFْ Fَ اFط Fِ F ِٕىF ۤاF َغF ْلFا
F اF َمFۗ Fُ هFِّ ْنF مF ْمF ُكF ْيF ِدF ْيFَ اF َوF ْمF ُكF ِهFوFْ F ُجF ُوFِ بF اFوFْ F ُحF َسF ْمF اFَ فF اFًِّ بF يFَ طF اF ًدF ْيFعFِ Fص َ
Fُ دF ْيF ِرFُّF يFنFْ F ِكF ٰلF َّوFج F
ر F
ح F
ن ْ
F Fم F
م Fُ
ك Fْ
ي Fَ ل F
عَ F
ل Fع Fْ
ج
F F ي F ل F ُ هّٰللاF ُدF ْيF رFُي
ٍ َ َ ِّ ْ َ َ َ ِ ِ
َّ
F َنFوFْ F ُرF ُكF ْشFَ تF ْمF ُكF لF َعFَ لF ْمF ُكF ْيFَ لF َعFهFٗ Fَ تF َمF ْعFِ نF َّمFِ تFُ يFِ لFوFَ F ْمF ُكFرFَ ِّF هFطَ Fُ يFِل
‘’ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu
yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, agar kamu bersyukur’’ (al maidah: 6)
‘’Allah tidak menerima sholat tanpa bersuci dan tidak (menerima) sedekah dari hasil
penggelapan(ghonimah sebelum dibagikan)’’
‘’Allah tidak menerima sholat orang yang berhadats sehingga dia berwudhu’’
Dalam masalah ini, tidak dinukilkan dari seorang pun dari kaum muslimin adanya beda
pendapat, maka dengan penjelasan tersebut, pensyariatan wudhu menjadi tetap,
berdasarkan al qur’an, as-sunah dan ijma'.
Adapun kepada siapa wudhu itu diwajibkan, maka ia diwajibkan kepada setiap muslim,
dewasa, dan berakal manakala dia hendak sholat atau apa yang sehukum dengannya.
Adapun kapan wudhu itu wajib, maka bila masuk waktu sholat atau seseorang hendak
melakukan perbuatan yang disyaratkan harus berwudhu, sekalipun tidak berkaitan dengan
waktu seperti thawaf dan menyentuh mushaf.
Tetapi niat ini tidak disyariatkan untuk dilafadzkan, karena tidak ada dalil yang
shohih dari nabi sholallahu alaihi wasallam.
3. Dengan air yang suci dan mensucikan, air najis, maka tidak sah digunakan untuk
berwudhu.
4. Menghilangkan apa-apa yang menghalangi sampainya air kekulit, berupa ; lilin
atau adonan atau yang sepertinya, seperti cat kuku yang banyak dipakai oleh kaum
wanita.
5. Istijmar atau istinja' ketika ada sebabnya, berdasarkan keterangannya
6. Muwalah (berkesinambungan)
7. Tertib berurutan. Penjelasan akan hadir.
Ia berjumlah enam:
Termasuk berkumur dan beristinsyaq; karena mukut dan hidung bagian dari wajah.
وامسحوا برءوسكم
4. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki, berdasarkan firman allah ta'ala,
‘’Dan (basuhlah) kedua kaki kalian sampai ke kedua mata kaki’’ (Al Maidah : 6)
5. Tertib, karena Allah menyebutkan anggota wudhu secara berurutan, dan nabi
sholallahu alaihi wasallam berwudhu secara berurutan sesuai dengan yang allah
sebutkan: wajah, kedua tangan, kepala lalu kedua kaki, sebagaimana hal ini
diriwayatkan dalam tata cara wudhu beliau.
6. Muwalah, yaitu dengan membasuh anggota secara langsung setelah anggota
sebelumnya tanpa menundanya, karena nabi sholallahu alaihi wasallam berwudhu
secara berkesinambungan, dan berdasarkan hadits khalid bin ma'dan rohimahullah
فأمره أن يعيد الوضوء,أن النبي صلى هللا عليه وسلم رأى رجال يصلي وفي ظهر قدمه لمعة قدر الدرهم لم يصبها الماء.
“Bahwa nabi sholallahu alaihi wasallam melihat seorang laki-laki sholat sementara
dipunggung kakinya ada bulatan hitam seluar koin dirham yang tidak tersentuh air, maka
beliau memerintahkannya agar mengulang wudhunya.”
Kata لمعةbulatan hitam bermakna tempat yang tidak terkena air di dalam wudhu atau
mandi .
Ada beberapa perbuatan yang dianjurkan untuk dilakukan saat berwudhu, dimana
orang yang melakukannya mendapatkan pahala, dan orang yang meninggalkannya tidak
berdosa. Perbuatan-perbuatan ini disebut dengan sunnah-sunnah wudhu, yaitu :
‘’seandainya aku tidak (khawatir) akan memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan
mereka agar bersiwak setiap kali wudhu’’
فمضمض واستنثر
5. Menggosok (lengan) dan menyelang nyeling jenggot yang tebal dengan air
sehingga air masuk ke dalamnya, berdasarkan perbuatan nabi sholallahu alaihi
wasallam,
6. Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri untuk kedua tangan dan
kedua kaki. Berdasarkan perbuatan nabi sholallahu alaihi wasallam,
‘’ Beliau suka mendahulukan yang kanan dalam memakai sandal, menyisir rambut,
bersuci dan dalam segala urusan beliau’’
7. Membasuh tiga kali untuk wajah, kedua tangan dan kedua kaki. Yang wajib
adalah sekali, dan yang dianjurkan tiga kali, berdasarkan perbuatan nabi sholallahu
alaihi wasallam sebagaimana yang telah diriwayatkan secara shohih dari beliau,
وثالثا ثالثا, ومرتين مرتين,أن النبي صلى هللا عليه وسلم توضأ مرة مرة.
“Bahwa nabi sholallahu alaihi wasallam berwudhu (dengan
membasuh anggota – anggota wudhu) sekali sekali, dua kali dua kali, tiga kali tiga kali.”
إال فتحت له,وأشهد أن محمدا عبده ورسوله, أشهد أن ال إله إال هللا وحده الشريك له: ثم يقول,ما منكم أحد يتوضأ فيسبغ الوضوء
يدخل من أيها شاء,أبواب الجنة الثمانية.
‘’Tidak ada seorang pun dari kalian yang berwudhu lalu dia menyempurnakan
wudhunya, kemudian dia mengucapkan ‘aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang
berhak disembah kecuali allah semata, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi
bahwa muhammad adalah hamba dan utusannya' kecuali pasti pintu surga yang
delapan dibukakan untuknya, dia akan memasukinya dari pintu mana saja yang dia
kehendaki ‘’
1. Apa yang keluar dari dua jalan, yakni jalan keluarnya air seni dan tinja. Yang
keluar ini bisa berupa air seni dan tinja, mani, madzi, darah istihadzoh angin sedikit
atau banyak, berdasarkan firman allah ta'ala,
‘’atau salah seorang dari kalian kembali dari tempat buang air’’ (Al Maidah ;6)
2. Keluarnya najis dari bagian tubuh lainnya. Bila yang keluar adalah kencing atau
tinja, maka ia membatalkan secara mutlak karena keduanya masuk dalam cakupan
dalil-dalil di atas. Bila selain dari keduanya, seperti darah dan muntah, maka bila
kotor dan banyak, maka yang lebih utama adalah berwudhu disebabkannya, demi
mengamalkan kehati-hatian, sedangkan bila sedikit maka tidak (perlu) berwudhu,
berdasarkan kesepakatan ulama.
3. Hilang atau tertutupnya akal baik karena pingsan atau tidur, berdasarkan
sabda nabi sholallahu alaihi wasallam,
‘’Mata adalah pengikat dubur, maka barang siapa tidur, hendaknya dia berwudhu ‘’
Adapun gila, pingsan, mabuk, dan yang sepertinya, maka ia membatalkan sesuai
dengan ijma'. Tidur yang membatalkan adalah tidur nyenyak, di mana pelakunya tidak
mengetahui sama sekali bagaimana posisi tidurnya. Adapun tidur yang ringan (tidak
nyenyak), maka ia tidak membatalkan wudhu, karena para sahabat juga tertimpa
kantuk saat mereka menunggu sholat, lalu mereka bangkit dan sholat tanpa
berwudhu.
أنتوضأ من: قال. إن شئت فتوضأ وإن شئت ال تتوضأ: قال, أنتوضأ من لحوم الغنم:أن رجال سأل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
توضأ من لحوم اإلبلF,نعم: قال,لحوم اإلبل.
Dan semua yang mewajibkan mandi itu mewajibkan wudhu, kecuali kematian.
1. Secara bahasa, mandi الغسلadalah bentuk mashdar dari , غسل يغسل غسالyaitu
membasuh seluruh tubuh secara sempurna.
‘’Dan jika kalian junub, maka bersuci lah (mandilah).’’ (Al-Maidah :6)
Akan tetapi tidak wajib mandi dalam kondisi ini kecuali atas anak
laki-laki berumur 10 tahun ke atas dan anak perempuan berumur 9
tahun ke atas.
أن النبي صلى هللا عليه وسلم أمر قيس بن عاصم حين أسلم أن يغتسل
‘’Bahwa nabi sholallahu alaihi wasallam memerintahkan qois bin
ashim agar mandi saat ia masuk islam.’’
اغسلنها
‘’mandikanlah dia.’’
Mandi junub memiliki dua tata cara; tata cara yang dianjurkan dan tata cara yang
dianggap cukup.
Adapun tata cara yang dianggap cukup; maka dengan meratakan air ke seluruh
tubuh diawali dengan niat.
Tata cara mandi yang disunnahkan disebutkan oleh maimunah radhiyallahu anha,
dia berkata,
وغسل وجهه,واستنشق,ثم تمضمض, على يديه فغسلهما مرتين أو ثالثاFفأفرغ,وضع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وضوء الجناية
وجعل ينفض الماء بيديه, فأتيته بالمنديل فلم يردها, ثم غسل جسده,ثم أفاض الماء على رأسه,وذراعيه.
‘’Rosulullah sholallahu alaihi wasallam menyiapkan air untuk mandi junub, lalu beliau
menuangkan ke kedua tangan beliau, lalu membasuh kedua tangan beliau dua atau tiga
kali, kemudian beliau berkumur, beristinsyaq, membasuh wajah dan kedua tangan beliau,
kemudian meratakan air ke kepala beliau; kemudian membasuh tubuhnya, kemudian aku
membawakan kain (handuk) kepada beliau namun beliau tidak menginginkannya dan
beliau mulai mengibaskan air dengan kedua tangan beliau.’’
“..kemudian nabi menyelang-nyeling rambut kepala beliau dengan tangan beliau, sampai
ketika beliau mengira air telah membasahi kulit (kepalanya), beliau mengguyurkan air tiga
kalu di kepala kemudian beliau membasuh seluruh tubuh beliau.’’
Wanita tidak wajib membuka kepangan rambutnya saat mandi junub, namun untuk
mandi haid, dia harus membukanya, berdasarkan hadits ummu salamah radhiyallahu
anha, dia berkata, aku pernah bertanya,
ثم تفيضين عليك, إنما يكفيك أن تحثي على رأسك ثالث حثيات, ال:قال.. أفأنقضه لغسل الجنابة, إني امرأة أشد ضفر رأسي,يا رسول هللا
فتطهرين,الماء.
‘’Wahai Rosulullah, sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang mengikat kepangan
rambut di kepalaku, apakah aku harus membukanya ketika mandi junub?” beliau
menjawab, ‘’tidak perlu, kamu cukup hanya mencidukkan air, kemudian kamu
mengguyurkan air ke seluruh tubuh, maka kamu sudah suci.’’
Mandi wajib sudah dijelaskan di atas, adapun mandi-mandi sunnah dan dianjurkan,
maka sebagai berikut;
1. Mandi pada setiap selesai bersenggama, berdasarkan hadits abu rafi' bahwa nabi
sholallahu alaihi wasallam pernah suatu malam mandi di rumah salah seorang istri
beliau dan di rumah istri beliau yang lain, Abu rafi' berkata,
هذا أزكى و أطيب وأطهر: قال. أال تجعله واحدا, يا رسول هللا:فقلت.
‘’Bila salah seorang dari kalian akan mendatangi sholat jum’at, maka hendaknya dia
mandi.’’
Bagian Keempat : Hukum-hukum yang diakibatkan oleh orang yang mandi wajib
Hukum-hukum yang diakibatkan atas hal tersebut bisa diuraikan secara global
sebagai berikut :
1. Tidak boleh berdiam diri di masjid kecuali hanya melintas, berdasarkan firman
allah ta'ala,
‘’Dan jangan pula (menghampiri masjid) sedang kalian dalam keadaan junub,
kecuali sekedar berlalu saja, hingga kalian mandi.’’ (An-Nisa : 43)
Bila dia sudah berwudhu, maka boleh berdiam diri di masjid, karena hal ini
diriwayatkan secara Shahih dari beberapa sahabat di zaman Rosulullah
sholallahu alaihi wasallam, dan karena wudhu meringankan hadats, dan wudhu
adalah salah satu dari dua cara bersuci.
3. Tidak boleh membaca al qur’an. Orang junub tidak boleh membaca sedikitpun
dari al qur’an sampai dia mandi, berdasarkan hadits ali radhiyallahu anhu, dia
berkata,
كان عليه الصالة والسالم ال يمنعه من قراءة القرآن شيء إال الجنابة.
‘’Tidak ada sesuatu pun yang menghalangi Rosulullah -semoga sholawat dan
salam terlimpahkan atasnya- untuk membaca al qur’an kecuali junub.’’