A. Al sifat al musyabbihah
B. Af'al tafdhil
C. Fi'il ta'ajjub
B. Kalimat yang menunjukkan arti lebih, mengikuti wazan ْاَ ْف َعل َ مِن
C. Kalimat yg menunjukkan arti heran/takjub, diikutkan wazan ََما اَ ْف َعل atau ِاَ ْف ِعلْ ِبه
Isim fail ialah: Isim musytaq yang dibentuk untuk menunjukkan arti orang yang berbuat atau
orang yang melakukan pekerjaan. Adapun wazan-wazan untuk membentuk isim fa’il adalah
sebagai berikut:
3) Sifat Musyabbihat ialah: Sifat yang dibentuk untuk seseorang yang berbuat tetapi tidak dari
segi pekerjaan namun ia merupakan sifat yang tetap.
للداللة على معنى قائم، باسم الفاعل هي صفة تؤخذ من الفعل الالزم0الصفة المشبهة
. الحدوث ال على وجه، بها على وجه الثبوت0بالموصوف
Sifat musyabbahah bismi al-fa’il adalah sifat yang terbentuk dari fi’il lazim , untuk
menunjukkan makna orang yang melakukan perbuatan dari aspek tetapnya (sifat tersebut pada
َ ﺍَ ْﺣ َﻤ ُﺮ
Contoh: ٌﺣ ْﻤ َﺮﺍﺀ – َﺣ ٍﻤ َﺮ
ْ ﺶ – َﻋ
Contoh : ﻄﺸًﺎﻥُ ﻋَﻄﺸﻰ َ ﻋ ٍَﻄ
َ ﻓَ ُﻌmaka sifat musyabbihatnya adalah berwazan
b) Apabila fiilnya berwazan ﻞ ﻓَُ ُﻌ ٌﻞ ﻓَ ِﻌ ْﻴ ٌﻞ ﻓَ ُﻌ ْﺆ ٌﻝ
ﻓَ َﻌﺎ ٌﻝ ﻓُ َﻌﺎ ٌﻝ ﻓَ ْﻌ ٌﻞ ﻓِ ْﻌ ٌﻞ ﻓَ ْﻌ ٌﻞ ﻓَ َﻌ ٌﻞ
Perbedaan isim fa’il dengan sifat musyabbahat bisa dilihat dari lima wajah,
a. Sifat musyabbahat menunjukkan pada sifat yang tetap ( tsubut ), sedangkan isim fa’il
menunjukkan pada sifat yang baru atau terbaharui ( huduts atau tajaddud ).
b. Terjadinya isim fa’il adalah pada salah satu zaman, sedangkan sifat musyabbahat untuk
makna yang langgeng dan hadir.
c. Sifat musyabbahat dibuat dari fi’il lazim secara qiyasi dan tidak boleh dari fi’il muta’addi
kecuali sama’i, sedangkan isim fa’il mutlak bisa dibuat dari fi’il lazim dan fi’il muta’addi.
d. Sifat musyabbahat tidak harus berlaku mengikuti wazan fi’il mudlari’nya pada harakat dan
sukun-sukunnya kecuali jika dibuat dari selain fi’il tsulatsi mujarrad, sedangkan isim fa’il mutlak
harus mengikuti harakat dan sukun-sukunnya fi’il mudlari’nya.
e. Sifat musyabbahat boleh diidlafahkan kepada fa’ilnya, bahkan dianggap baik, sedangkan isim
fa’il tidak diperbolehkan.
Isim maf’ul, seperti halnya sifat musyabbahat, boleh diidlafahkan kepada fa’ilnya, karena fa’il
) َﺧﺎﻟِ ٌﺪyang asalnya adalah ( ُﻭﺟﺔٌ ﻳَ ُﺪﻩ
tersebut asalnya adalah maf’ul, seperti ( ﻭﺡ ﺍ ْﻟﻴَ ِّﺪ
ُ َﻣ ْﺠ ُﺮ َ َﻣ ْﺠ ُﺮ
). Adapun pengidlafahan isim fa’il kepada maf’ulnya adalah diperbolehkan, seperti ( ﻫ ُﺮ ِ ﻖ ﻗَﺎ
ُّ ﺍ ْﻟ َﺤ
ِ َ) ﺍ ْﻟﺒ
ﺎﻃ ِﻞ
1. PENGERTIAN AF’AL TAFDHIL
َ َِمن
Contoh : الخل س ُل أَ ْحلَى
َ ( ال َعMadu tersebut lebih manis dari pada cuka)
SYARAT AF'ALUT TAFDHIL
Syarat menciptakan fi'il tafdhil tersebut sama dengan kriteria menciptakan shighot ta’adjjub
yaitu:
Ø Mutashorif
Ø Fi’ilnya tam
Ø Tidak dinafikan
Sedangkan fi’il yang tidak dapat dijadikan af’alul tafdhil sebab kurang kriteria maka mesti
menyebabkan lafad اشد،الشرdan sepertinya, contoh: ( انشم اكشر استغفار لربكمKalian lebih
tidak sedikit baca istighfar untuk tuhan kalian)
1. ( ) في بابهApabila afal tafdhil di ikuti dengan huruf “min” ( )منsetelahnya misal : زيد احسن
من عمرو
2. ( ) في غير بابهApabila afal tafdhil tidak di ikuti dengan huruf “min” ( )منsetelahnya misal :
وهللا اعلم
Ø Dari segi ma’na
2. ( ) في غير بابهyaitu saat isim tafdhil memiliki ma’na yang sama dengan isim fa’il
1. ( انال يكون مجردا من "ال" واالضافةHarus tanpa memakai alif lam dan idhofat)
Contoh : زيد افضل من عمرو
Ø ( ً ) نزراLangka
Yaitu saat Af’al tafdhil merofa’kan isim dzohir,tapi tidak merubah failnya
Ø ( ً ) كثيراBanyak
Contoh : ر
ٍ زيد افضل من بك
Ø (ً ) محالMahal/ tempat
Yaitu saat Af’al tafdhil menashabkan tapi status jer-nya, memakai huruf jer. Contoh : هو اقرب
للتقوى
KESIMPULAN
Isim tafdhil ialah isim yang diciptakan untik menunjukkan makna lebih diantara dua hal, isim
tafdhil melulu dapat merofa’kkan isim dhohir. Wazannya itu melulu ada satu yakni افعل,
sementara syarat pembuatannya ialah sama dengan kriteria penciptaan sighot ta’jub.
Isim tafdhil tersebut identitasnya dengan al dan idhofah, andai sunyi dari tersebut maka mesti
diperbanyak من مفاضلةdan andai sunyi dari al idhofah maka isim tafdhil tersebut harus
menetapi mufrod mudzakar dan andai yang dimufrodi tersebut isim nasyiroh maka boleh wajah
dua yakni menetapi mufrod mudzakar dan mencocoki dengan lafadz sebelumnya.
التَّ َع ُّجب هو اِستِ ْعظَا ُم فِ ْعل فَا ِعل ظَا ِهر ال َم ِزيَّة
”Ta’ajub adalah menganggap besar atau mengagungkan pekerjaan si pelaku yang tampak
kelebihannya.” (Al ghulayaini)
(( فَأ َ ْحيَا ُك ْم َكيْفَ تَ ْكفُ ُرونَ بِا هللِ َو ُك ْنتُ ْم أَ ْم َوا تًا ))
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu.” (Al Baqarah : 28)
أَ ْف َع َل َما
Hamzah di dalam wazn ما أفعلini memiliki makna لِلت َّ ْعديَة yang berarti merubah fi’il yang
asalnya lazim menjadi muta’adi.
َ أَ ْع َذ
ب َ َع ُذ
asal fi’ilnya adalah ب
ِ أَ ْف ِع ْل
ب
3) Dapat ditashrif . Contoh yang tidak dapat di tashrif seperti : ْس َو نِ ْع َم
َ بِئ سى َو َ لَ ْي
َ س َو َع
4) Bukanlah fi’l majhul/kata pasif
5) Bersifat tam
ْ َفَ ُه َو أ
contoh : س َو ُد س ِو َد
َ ( Ia telah hitam, maka ia hitam)
– Fi’l yang menunjukkan makna penyakit (cacat)
Contohnya :
HUKUM-HUKUM FI’L TA’AJUB
َ
Contoh : الخ ْي َر َ (! َما أَ ْحBetapa baiknya laki-laki yang berbuat kebaikan itu!)
سنَ َر ُجاًل يَ ْف َع ُل
Boleh menghilangkan muta’ajub minhu apabila dalam perkataan itu sudah jelas, meski tidak di
jelaskan
Apabila kedua bentuk fi’l ta’ajub itu terbentuk dari fi’l mu’tal ‘ain, maka wajib
ditashihkan terlebih dahulu posisi ‘ain-nya, namun tidak boleh mengi’lal
* Begitu pula pada idgham. Maka, untuk membentuk fi’l ta’ajub, idgham tersebut wajib
diuraikan.
Jika dikaitkan dengan fi’l ta’ajjub, kemudian majrur, maka sebenarnya itu bermakna sebagai
َّ َإل
fa’il, dan majrur karena charf ( )إِلى contoh : ي َ ض
الخائن َ ( َما أَ ْب َغBetapa marahnya orang yang
curang/pengkhianat itu padaku)
Untuk kata kerja yang terdiri dari tiga huruf (fi'il yang tsulatsi mujarrad), ada dua wazan untuk
mengekspresikan kekaguman (takjub), yaitu:
Contohnya:
kata benda atau isim => ٌ( َح َسنhasanun) yang artinya adalah baik atau elok.
kata kerja atau fi'il => ْ اُحْ سُن- ُ َيحْ سُن- َحس َُن = hasuna - yahsunu - uhsun = baik/elok.
Fi'il di atas adalah fi'il tsulatsi mujarrad karena terdiri dari tiga huruf (ha, sin, nun).
Jadi untuk mengatakan atau mengekspresikan kekaguman akan kebaikan atau keelokan
seseorang dalam bahasa arab, kita menggunakan pola/pattern maa af'ala.
Penjelasan kalimat:
- ahsana ( ) أَحْ َس َنadalah fi'il plus faa'il (faa'il nya adalah huwa)
af'il ini adalah pola fi'il amr atau kata kerja perintah.
Contoh kalimat:
Penjelasan kalimat:
ُّ غَ ْي ُر )
B. Selain fi'il tsulatsi mujarrad ( الثالَثِيِّ الم َُجرَّ ِد
Selain kata kerja yang terdiri dari tiga huruf, maka wazan atau pola untuk menyatakan takjub
atau kekaguman dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut:
ِ َما أَ َش َّد إِ ْك َرا َم ال َّن = maa asyadda ikraama an-naasi lil 'ulamaa-i.
اس لِل ُعلَ َما ِء
Artinya = Betapa hormatnya orang-orang (manusia) kepada 'ulama.
Penjelasan kalimat:
- kalimat di atas adalah menunjukkan kekaguman akan hormatnya manusia pada 'ulama.
fi'il / kata kerjanya = menghormati/memuliakan dalam bahasa Arab adalah أَ ْك ِر ْم- ُي ْك ِر ُم- أَ ْك َر َم =
akrama - yukrimu - akrim.
ْ => hormat
- mashdar dari akrama adalah ikraamun ()إك َرا ٌم
- ikraama adalah manshuub karena sebagai maf'ul bih dari fi'il ta'ajjub (maa asyadda).
Nadwi, M. Mafthuhin Sholeh. 2010. Terjemah Alfiyah Ibnu Malik Juz 3,Surabaya: Putra Jaya