Anda di halaman 1dari 11

SAUGH AL MUSYTAQQAT AL SYIFAT

A. Al sifat al musyabbihah

B. Af'al tafdhil

C. Fi'il ta'ajjub

A. Kalimat yang menunjukkan sifat, musyabbihah disamakan dg shighot isim fail

B. Kalimat yang menunjukkan arti lebih, mengikuti wazan ْ‫اَ ْف َعل َ مِن‬
C. Kalimat yg menunjukkan arti heran/takjub, diikutkan wazan َ‫َما اَ ْف َعل‬ atau ِ‫اَ ْف ِعلْ ِبه‬

ISIM FAIL,ISIM MAF’UL DAN SIFAT MUSYABBIHAT

Isim fail ialah: Isim musytaq yang dibentuk untuk menunjukkan arti orang yang berbuat atau
orang yang melakukan pekerjaan. Adapun wazan-wazan untuk membentuk isim fa’il adalah
sebagai berikut:

a) jika dari fiil tsulatsi mujarrod maka berwazan ‫ﻓﺎﻋﻞ‬

Contoh: ‫ﻛﺎﺗﺐ‬ = ‫ﻛﺘﺐ‬


Namun apabila ain fiilnya berupa alif maka alifnya harus diganti dengan hamzah

Contoh ‫= ﺑﺎﻧﻊ‬ ‫ﻗﺎﻝ = ﻗﺎﻧﻞ ﺑﺎﻉ‬


Dan apabila Lam fiilnya berupa huruf illat maka lam fiilnya tersebut harus dibuang bila waktu
rafa’ atau jar ,dan tetap apabila waktu nasab

Contoh ‫ﺩﺍﻋﻴﺎ‬ ‫ ﺩﻋﻲ = ﺩﺍﻉ‬:


b) Jika terdiri dari ghoiru tsulasi mujarrod maka isim failnya terbentuk dari fiil
mudhoriknya,hanya saja huruf mudhoriknya diganti dengan mim yang berharakat dhommah
dan huruf sebelum akhir dibaca kasrah
Contoh ‫ﻣﺪﺣﺮﺝ‬ ‫ﺩﺣﺮﺝ = ﻳﺪﺣﺮﺝ‬
Namun apabila huruf sebelum akhir yang ada pada fiil mudhorik tersebut berupa alif maka
cukup mengganti huruf mudhoriknya saja dengan mim yang berharakat dhommah

Contoh: ‫ﻳﺤﺘﺎﺭ = ﻣﺤﺘﺎﺭ‬ ‫ﺍﺣﺘﺎﺭ‬

3) Sifat Musyabbihat ialah: Sifat yang dibentuk untuk seseorang yang berbuat tetapi tidak dari
segi pekerjaan namun ia merupakan sifat yang tetap.

‫ للداللة على معنى قائم‬،‫ باسم الفاعل هي صفة تؤخذ من الفعل الالزم‬0‫الصفة المشبهة‬
. ‫الحدوث‬ ‫ ال على وجه‬، ‫ بها على وجه الثبوت‬0‫بالموصوف‬
        Sifat musyabbahah bismi al-fa’il adalah sifat yang terbentuk dari fi’il lazim , untuk

menunjukkan makna orang yang melakukan perbuatan dari aspek tetapnya (sifat tersebut pada

diri maushuf), bukan dari aspek terjadinya (perbuatan tersebut) . Contoh:

Adapun wazan sifat musyabbihat itu pada umumnya ialah :

a) Apabila fiilnya berwazan ‫ ﻓ ِﻌﻞ‬maka sifat musyabbihatnya adalah berwazan:

1] ‫ َﻓ ِﻌ ٌﻞ‬muannatsnya ‫ َﻓ ِﻌ َﻠﺔ‬dan ini apabila menunjukkan arti susah atau senang


Contoh: ‫ﺡﺮﻓَ – ﻓَ ْﺮ ٌﺡ ﻓَ ْﺮ َﺣﺔ‬
ِ
2] ‫ ﺍَ ْﻓ َﻌﻞ‬muannatsnya ُ‫ ﻓَ ْﻌﻼَﺀ‬dan ini apabila menunjukkan arti warna atau cacat

َ ‫ﺍَ ْﺣ َﻤ ُﺮ‬
Contoh: ٌ‫ﺣ ْﻤ َﺮﺍﺀ‬ – ‫َﺣ ٍﻤ َﺮ‬

3] ٌ‫ ﻓَ ْﻌﻼَﻥ‬muannatsnya ‫ ﻓَ ْﻌﻠﻰ‬ini menunjukkan arti kosong atau penuh

ْ ‫ﺶ – َﻋ‬
Contoh : ‫ﻄﺸًﺎﻥُ ﻋَﻄﺸﻰ‬ َ ‫ﻋ ٍَﻄ‬
َ ‫ ﻓَ ُﻌ‬maka sifat musyabbihatnya adalah berwazan
b) Apabila fiilnya berwazan ‫ﻞ‬ ‫ﻓَُ ُﻌ ٌﻞ ﻓَ ِﻌ ْﻴ ٌﻞ ﻓَ ُﻌ ْﺆ ٌﻝ‬
‫ﻓَ َﻌﺎ ٌﻝ ﻓُ َﻌﺎ ٌﻝ ﻓَ ْﻌ ٌﻞ ﻓِ ْﻌ ٌﻞ ﻓَ ْﻌ ٌﻞ ﻓَ َﻌ ٌﻞ‬

َ ‫ ﻓَ َﻌ‬maka sifat musyabbihatnyaٌ ‫َﻓﻴْ ِﻌﻞ‬


c) Apabila fiilnya berwazan ‫ﻞ‬

Contoh: ‫ﺳﺎﺩ = ﺳﻴﺪ ﻣﺎﺕ = ﻣﻴﺖ‬

PERBEDAAN ISIM FA’IL DENGAN SIFAT MUSYABBAHAT

Perbedaan isim fa’il dengan sifat musyabbahat bisa dilihat dari lima wajah,

a. Sifat musyabbahat menunjukkan pada sifat yang tetap ( tsubut ), sedangkan isim fa’il
menunjukkan pada sifat yang baru atau terbaharui ( huduts atau tajaddud ).

b. Terjadinya isim fa’il adalah pada salah satu zaman, sedangkan sifat musyabbahat untuk
makna yang langgeng dan hadir.

c. Sifat musyabbahat dibuat dari fi’il lazim secara qiyasi dan tidak boleh dari fi’il muta’addi
kecuali sama’i, sedangkan isim fa’il mutlak bisa dibuat dari fi’il lazim dan fi’il muta’addi.

d. Sifat musyabbahat tidak harus berlaku mengikuti wazan fi’il mudlari’nya pada harakat dan
sukun-sukunnya kecuali jika dibuat dari selain fi’il tsulatsi mujarrad, sedangkan isim fa’il mutlak
harus mengikuti harakat dan sukun-sukunnya fi’il mudlari’nya.

e. Sifat musyabbahat boleh diidlafahkan kepada fa’ilnya, bahkan dianggap baik, sedangkan isim
fa’il tidak diperbolehkan.

Isim maf’ul, seperti halnya sifat musyabbahat, boleh diidlafahkan kepada fa’ilnya, karena fa’il
‫ ) َﺧﺎﻟِ ٌﺪ‬yang asalnya adalah ( ُ‫ﻭﺟﺔٌ ﻳَ ُﺪﻩ‬
tersebut asalnya adalah maf’ul, seperti ( ‫ﻭﺡ ﺍ ْﻟﻴَ ِّﺪ‬
ُ ‫َﻣ ْﺠ ُﺮ‬ َ ‫َﻣ ْﺠ ُﺮ‬
). Adapun pengidlafahan isim fa’il kepada maf’ulnya adalah diperbolehkan, seperti ( ‫ﻫ ُﺮ‬ ِ ‫ﻖ ﻗَﺎ‬
ُّ ‫ﺍ ْﻟ َﺤ‬
ِ َ‫) ﺍ ْﻟﺒ‬
‫ﺎﻃ ِﻞ‬
1. PENGERTIAN AF’AL TAFDHIL

Ø ‫كل ما دل على زيادة تفضيال كان او نقيصا‬

“Setiap fi’il yang menunjukan untuk menambahnya sesuatu atau menguranginya”

َ َ‫ِمن‬
Contoh : ‫الخل‬ ‫س ُل أَ ْحلَى‬
َ ‫( ال َع‬Madu tersebut lebih manis dari pada cuka)
SYARAT AF'ALUT TAFDHIL
Syarat menciptakan fi'il tafdhil tersebut sama dengan kriteria menciptakan shighot ta’adjjub
yaitu:

Ø Fi’ilnya tsulasi mujarod

Ø Mutashorif

Ø Bisa menunjukkan makna lebih

Ø Fi’ilnya tam

Ø Isim sifatnya tidak berwazan ‫افعل‬

Ø Tidak dinafikan

Ø Tidak mabni majhul

Sedangkan fi’il yang tidak dapat dijadikan af’alul tafdhil sebab kurang kriteria maka mesti
menyebabkan lafad ‫ اشد‬،‫الشر‬dan sepertinya, contoh: ‫( انشم اكشر استغفار لربكم‬Kalian lebih
tidak sedikit baca istighfar untuk tuhan kalian)

3. PEMBAGIAN AF’AAL TAFDHIL

Ø Dari segi lafadz

1. ( ‫ ) في بابه‬Apabila afal tafdhil di ikuti dengan huruf “min” ( ‫ )من‬setelahnya misal : ‫زيد احسن‬
‫من عمرو‬

2. ( ‫ ) في غير بابه‬Apabila afal tafdhil tidak di ikuti dengan huruf “min” ( ‫ )من‬setelahnya misal :
‫وهللا اعلم‬
Ø Dari segi ma’na

1. ( ‫ ) في بابه‬yaitu saat isim tafdhil memiliki man’na unggul/mengunggulkan

2. ( ‫ ) في غير بابه‬yaitu saat isim tafdhil memiliki ma’na yang sama dengan isim fa’il

4. KEADAAN AF’AL TAFDHIL

1. ‫ ( انال يكون مجردا من "ال" واالضافة‬Harus tanpa memakai alif lam dan idhofat)
Contoh : ‫زيد افضل من عمرو‬

2. ‫ ( ان يكون محال بال‬Harus disertai alif lam)

Contoh : ‫زيد االفضل القوم‬

3. ‫ ( ان يكون مضافا الى النكرة‬Harus di idhofatkan untuk isim nakiroh )

Contoh : ‫رج ٍل‬ ‫زيد افضل‬

4. ‫ ( ان يكون مضافا الى المعرفة‬Harus di idhofatkan untuk isim ma’rifat )

Contoh : ‫زيد افضل القوم‬

6. PEKERJAAN AFAL TAFDHIL

Ø ( ً‫ ) نزرا‬Langka

Yaitu saat Af’al tafdhil merofa’kan isim dzohir,tapi tidak merubah failnya

Contoh : ‫زيد افضل ابوه‬

Ø ( ً‫ ) كثيرا‬Banyak

Yaitu saat af’al tafdhil merofa’kan isim dzomir

Contoh : ‫ر‬
ٍ ‫زيد افضل من بك‬
Ø (ً‫ ) محال‬Mahal/ tempat

Yaitu saat Af’al tafdhil menashabkan tapi status jer-nya, memakai huruf jer. Contoh : ‫هو اقرب‬
‫للتقوى‬
KESIMPULAN

Isim tafdhil ialah isim yang diciptakan untik menunjukkan makna lebih diantara dua hal, isim
tafdhil melulu dapat merofa’kkan isim dhohir. Wazannya itu melulu ada satu yakni ‫افعل‬,
sementara syarat pembuatannya ialah sama dengan kriteria penciptaan sighot ta’jub.
Isim tafdhil tersebut identitasnya dengan al dan idhofah, andai sunyi dari tersebut maka mesti
diperbanyak ‫من مفاضلة‬dan andai sunyi dari al idhofah maka isim tafdhil tersebut harus
menetapi mufrod mudzakar dan andai yang dimufrodi tersebut isim nasyiroh maka boleh wajah
dua yakni menetapi mufrod mudzakar dan mencocoki dengan lafadz sebelumnya.

‫( التَّ َع ُّجب‬Fi’l Ta’ajjub)


Pengertian

َ ‫ ع ََج‬: ً‫ التَّ َع ُّجب لُ َغة‬yang berarti: heran, takjub, atau kagum.


‫ب– يُ ْع ِجب – ع ََجبًا‬

‫التَّ َع ُّجب هو اِستِ ْعظَا ُم فِ ْعل فَا ِعل ظَا ِهر ال َم ِزيَّة‬
”Ta’ajub adalah menganggap besar atau mengagungkan pekerjaan si pelaku yang tampak
kelebihannya.” (Al ghulayaini)

َ ‫ش ِة أَو استِ ْعظَام فِي‬


‫ش ْي ٍئ َما‬ ْ ُ‫سلُ ْوب التَّ َع ُّجب ه َُو أ‬
ْ َ‫سلُ ْوب ي‬
َ ‫ستَ ْع ِمل لِلتَّ ْعبِ ْي ِر عَنْ ال َّد ْه‬ ْ ُ‫أ‬
“Bentuk ta’ajub adalah bentuk yang digunakan untuk menggambarkan kekaguman atau
menganggap besar sesuatu.” (Fuad ni’mah)

Contoh dalam Al Qur’an :

(( ‫فَأ َ ْحيَا ُك ْم‬ ‫ َكيْفَ تَ ْكفُ ُرونَ بِا هللِ َو ُك ْنتُ ْم أَ ْم َوا تًا‬  ))
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu.” (Al Baqarah : 28)

Contoh dalam hadist, dari Abi Hurairoh, Rasulullah SAW bersabda :

ُ ‫س ْب َحانَ هللا! ال ُم ْؤ ِمنُ اَل يَ ْن َج‬


‫س َحيّا ً َو اَل َميِّتًا‬ ُ
(Maha suci Allah! Sesungguhnya orang mu’min tidak najis baik hidup maupun mati).

Shigat ‫فعل التعجب‬

‫أَ ْف َع َل َما‬
Hamzah di dalam wazn  ‫ ما أفعل‬ini memiliki makna ‫ لِلت َّ ْعديَة‬ yang berarti merubah fi’il yang
asalnya lazim menjadi muta’adi.

ِ َ‫الف‬ ‫ َما أَ ْج َم َل‬   (Betapa indahnya keutamaan)


Contoh : ‫ض ْيلَة‬

‫ أَ ْج َم َل‬asal fi’ilnya adalah  ‫َج ُم َل‬

َ ‫ َما أَ ْح‬                (Betapa baiknya Zaid )


‫ َز ْيدًا‬ َ‫سن‬

َ ‫ أَ ْح‬  asal fi’ilnya adalah  َ‫سن‬


َ‫سن‬ ُ ‫َح‬

َ ‫( َما أَ ْع َذ‬Betapa jernihnya air sungai Nil)


‫ َما َء النِّ ْي ِل‬ ‫ب‬

َ ‫أَ ْع َذ‬
‫ب‬ َ ‫َع ُذ‬
asal fi’ilnya adalah  ‫ب‬

ِ ‫أَ ْف ِع ْل‬
‫ب‬

ْ ‫ أَ ْف ِع‬disini adalah fi’l yang lafadznya berbentuk amr/perintah. Namun maknanya


Lafadz ‫ل‬
adalah ta’ajub, karena di dalamnya tidak mengandung dhomir.

Contoh : ‫ء‬ َّ ‫ أَ ْج ِم ْل بِال‬      (Betapa indahnya langit ini)


ِ ‫س َما‬
‫ أَ ْج ِم ْل‬Asal fi’ilnya adalah ‫َج ُم َل‬

‫ أَ ْقبِ ْح بِا ْل َج ْه ِل‬        (Betapa buruknya kebodohan itu)

‫أَ ْقبِ ْح‬ َ ُ‫ قَب‬,


Asal fi’ilnya adalah ‫ح‬

Syarat – Syarat ‫فِ ْعل التعجب‬

َ ‫ ع َُذ‬, ‫ َعظُ َم‬, ‫ َج ُم َل‬.


1) Harus fi’l tsulatsi.  Contoh : ‫ب‬

2) Tidak bermakna manfi (mutsbat)

3) Dapat ditashrif . Contoh yang tidak dapat di tashrif  seperti : ‫ْس َو نِ ْع َم‬
َ ‫بِئ‬ ‫سى َو‬ َ ‫لَ ْي‬
َ ‫س َو َع‬
4) Bukanlah fi’l majhul/kata pasif

5) Bersifat tam

6) Dapat memberi pengertian mufadholah


َ ‫أَ ْف َع‬
7) Washf dari fi’l yang dimaksud bukanlah wazn ‫ل‬

– Fi’l yang menunjukkan arti warna.

ْ َ‫فَ ُه َو أ‬
contoh : ‫س َو ُد‬ ‫س ِو َد‬
َ ( Ia telah hitam, maka ia hitam)
– Fi’l yang menunjukkan makna penyakit (cacat)

َ ‫ ( َع ِو َر فَ ُه َو أَع‬Ia telah buta sebelah, maka ia orang yang buta sebelah )


contoh : ‫ْو ُر‬

Bagaimana menta’ajubkan fi’l/lafadz yang tidak memenuhi syarat?

َ َ‫ أ‬atau ‫ ) أَ ْكثَ َر‬dan majrur karena ِ‫ ) )ب‬tambahan


Menggunakan mashdar mansub setelah (‫ش َّد‬
َ َ‫ أ‬atau ‫) أَ ْكثَ َر‬.
setelah (‫ش َّد‬

Contohnya :

‫ما أش َّد إيمانه‬  (Betapa kuat imannya)

(Alangkah hebatnya kerja keras/usahanya)                                      ‫أبلغ بإجتهاده‬

HUKUM-HUKUM FI’L TA’AJUB

Muta’ajub minhu harus ism ma’rifat atau nakiroh yang telah dikhususkan.

َ
Contoh :  ‫الخ ْي َر‬ َ ‫(! َما أَ ْح‬Betapa baiknya laki-laki yang berbuat kebaikan itu!)
‫سنَ َر ُجاًل يَ ْف َع ُل‬
Boleh menghilangkan muta’ajub minhu apabila dalam perkataan itu sudah jelas, meski tidak di
jelaskan

Apabila kedua bentuk fi’l ta’ajub itu terbentuk dari fi’l mu’tal ‘ain, maka wajib
ditashihkan terlebih dahulu posisi ‘ain-nya, namun tidak boleh mengi’lal

ْ َ‫( َما أ‬Betapa panjangnya)


Contoh : ُ‫ط َولَه‬

* Begitu pula pada idgham. Maka, untuk membentuk fi’l ta’ajub, idgham tersebut wajib
diuraikan.

Contoh : 0‫ع ْينَ ْيه‬


َ ‫س َوا ِد‬ ْ َ‫( ! أ‬Betapa kuat kedua mata hitamnya)
َ ِ‫ش ِد ْد ب‬
Tidak boleh mengubah posisi dalam kalimat ta’ajub, seperti ditaqdim, takhir, maupun
dipisahkan atau diuraikan, kecuali jika memisahkan antara fi’il ta’ajub dan muta’ajub
minhu dengan zharaf, atau dengan charf jar (yang berhubungan dengan fi’l ta’ajub) ataupun
dengan charf nidaa’.

Jika dikaitkan dengan fi’l ta’ajjub, kemudian majrur, maka sebenarnya itu bermakna sebagai

َّ َ‫إل‬
fa’il, dan majrur karena charf ( ‫)إِلى‬ contoh : ‫ي‬ َ ‫ض‬
‫الخائن‬ َ ‫( َما أَ ْب َغ‬Betapa marahnya orang yang
curang/pengkhianat itu padaku)

َ ‫ ) َما أَ ْف َع‬disebut juga tashgir yang tidak beraturan.


Fi’l ta’ajjub (‫ل‬

A. Untuk tsulaatsi mujarrad (ُ‫)ال ُّثالَث ُِّي ال ُم َج َّرد‬

Untuk kata kerja yang terdiri dari tiga huruf (fi'il yang tsulatsi mujarrad), ada dua wazan untuk
mengekspresikan kekaguman (takjub), yaitu:

1. َ ‫( َما أَ ْف َعل‬maa af'ala)

Contohnya:

kata benda atau isim => ٌ‫( َح َسن‬hasanun) yang artinya adalah baik atau elok.
kata kerja atau fi'il => ْ‫ اُحْ سُن‬- ُ‫ َيحْ سُن‬- ‫ َحس َُن‬ = hasuna - yahsunu - uhsun = baik/elok.

Fi'il di atas adalah fi'il tsulatsi mujarrad karena terdiri dari tiga huruf (ha, sin, nun).

Jadi untuk mengatakan atau mengekspresikan kekaguman akan kebaikan atau keelokan
seseorang dalam bahasa arab, kita menggunakan pola/pattern maa af'ala.

‫ َما أَحْ َس َن َزي ًْدا‬ = maa ahsana Zaidan.


Artinya = Betapa eloknya si Zaid.

Penjelasan kalimat:

- maa (‫ ) َما‬adalah mubtada'

- ‫ َز ْي ًدا‬  ‫ أَحْ َس َن‬adalah khabar.

  - ahsana ( ‫ ) أَحْ َس َن‬adalah fi'il plus faa'il (faa'il nya adalah huwa)

  - zaidan ( ‫ ) َز ْي ًدا‬adalah maf'ul bih


ِ ْ‫( أَ ْف ِعل‬af'il)
2. ‫ب‬

af'il ini adalah pola fi'il amr atau kata kerja perintah.

Setelah fi'il amr ada tambahan bi ( ‫ب‬


ِ )

Contoh kalimat:

‫ أَحْ سِ نْ ِب َز ْي ٍد‬ = ahsin bizaidin


Artinya = Betapa eloknya Zaid.

Penjelasan kalimat:

- Kalimat di atas adalah jumlah fi'liyyah.

- zaid => majrur karena didahului oleh bi ( ‫ب‬


ِ )

ُّ ‫ غَ ْي ُر‬ ) 
B. Selain fi'il tsulatsi mujarrad ( ‫الثالَثِيِّ الم َُجرَّ ِد‬

Selain kata kerja yang terdiri dari tiga huruf, maka wazan atau pola untuk menyatakan takjub
atau kekaguman dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut:

ِ ‫ = أَ ْشد ِْد‬asydid bi...


-‫ب‬

- ‫ َما أَ َش َّد‬ = maa asyadda

- ‫ َما أَحْ َس َن‬ = maa ahsana

ِ ْ‫ = أَحْ سِ ن‬ahsin bi...


-‫ب‬

Ketentuan / pola kalimat yang menyatakan ketakjuban/kekaguman

ِ ْ‫ أَحْ سِ ن‬,   ‫ َما أَحْ َس َن‬,   ‫ َما أَ َش َّد‬,  ‫ب‬


-‫ب‬ ِ ‫ أَ ْشد ِْد‬ ditulis/disebutkan sebelum mashdar ( ‫ ) َمصْ دَ ٌر‬dari fi'il yang
menunjukkan suatu kekaguman.

- mashdar dalam kalimat ini sebagai maf'ul bih sehingga manshub.


Contoh kalimat:

ِ ‫ َما أَ َش َّد إِ ْك َرا َم ال َّن‬ = maa asyadda ikraama an-naasi lil 'ulamaa-i.
‫اس لِل ُعلَ َما ِء‬
Artinya = Betapa hormatnya orang-orang (manusia) kepada 'ulama.

Penjelasan kalimat:

- kalimat di atas adalah menunjukkan kekaguman akan hormatnya manusia pada 'ulama.

fi'il / kata kerjanya = menghormati/memuliakan dalam bahasa Arab adalah ‫ أَ ْك ِر ْم‬- ‫ ُي ْك ِر ُم‬- ‫ أَ ْك َر َم‬ =
akrama - yukrimu - akrim.

ْ => hormat
- mashdar dari akrama adalah ikraamun (‫)إك َرا ٌم‬

- ikraama adalah manshuub karena sebagai maf'ul bih dari fi'il ta'ajjub (maa asyadda).

- an-naasi adalah sebagai mudhaf ilaih (dari ikraama) sehingga ia majrur.

- 'ulamaa-i adalah majrur karena ada huruf ‫( ِل‬li).

Nadwi, M. Mafthuhin Sholeh. 2010. Terjemah Alfiyah Ibnu Malik Juz 3,Surabaya: Putra Jaya

Dayyab bek Hifni. 1990. Kaidah-kaidah Bahasa Arab, Surabaya: Al-Hidayah

Anda mungkin juga menyukai