Anda di halaman 1dari 4

Amma ba’du.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah …


Segala puji bagi Allah, pemberi segala macam nikmat kepada kita
sekalian yang memerintahkan kita untuk bersyukur kepada-Nya dengan

bertakwa. Shalawat dan salam semoga tercurah pada suri tauladan kita,
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Al-Qur’an, kitab suci disebutkan manfaatnya sebagaimana di dalam


surah Jumat ayat kedua berikut ini,

‫ﺐ‬
َ ‫ﻢ ا ْﻟ ِﻜ ٰﺘ‬
ُ ‫ِﻤ ُﻬ‬
ُ ‫ﻢ َو ُﻳ َﻌ ّﻠ‬
ْ ‫ﻢ اٰ ٰﻳﺘ ِٖﻪ َو ُﻳ َﺰﻛِّﻴْ ِﻬ‬
ْ ‫ﻢ َﻳ ْﺘ ُﻠ ْﻮا َﻋﻠَﻴْ ِﻬ‬
ْ ‫ﻣ ْﻨ ُﻬ‬
ّ ِ >ً@‫ﺳ ْﻮ‬
ُ ‫ﻦ َر‬
َ ّ‫ﻣ ٖﻴ‬
ّ ِ ُ>@ْ ‫ﺚ ﻓِﻰ ا‬ ْ ‫ﻫ َﻮ ا ﱠﻟ ِﺬ‬
َ ‫ي ﺑَ َﻌ‬ ُ
‫ﻣ ِﺒﻴْ ٍۙﻦ‬
‫ﺿ ٰﻠ ٍﻞ ﱡ‬
َ ‫ِﻲ‬
ْ ‫ﻞ َﻟﻔ‬
ُ ْ‫ﻦ َﻗﺒ‬
ْ ‫ﻤ َﺔ َوا ِْن ﻛَﺎ ُﻧ ْﻮا ِﻣ‬
َ ْ‫َواﻟْﺤِ ﻜ‬
Huwalladzii ba a tsa fill ummiyyi rosullamminhum yatlu alaihim

ayatihi wayu zakkihim wayu allimuhum kitaba wal hikmat wa


ingkanu mingkoblu lafi dolalimmubin
“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-

Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab


dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar

dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2)


Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Bacalah Al-Qur’an

karena pada hari kiamat, ia akan datang sebagai syafaat untuk para
pembacanya.” (HR. Muslim, no. 804)
Yang dimaksud dengan shahibul qur’an adalah:

“Yang terus menerus membacanya dan mengamalkannya.” (Al-Bahr Al-


Muhith, 16:353)

Dari ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang mempelajari Al-Qur’an


dan mengajarkannya (kepada orang lain).” (HR. Bukhari, no. 4739)
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa belajar dan mengajarkan Al-Qur’an
mencakup:

1. mempelajari dan mengajarkan huruf-hurufnya


2. mempelajari dan mengajarkan maknanya
Yang kedua ini malah yang lebih utama karena makna itulah yang

dimaksud tujuan mempelajari Al-Qur’an. Sedangkan, lafaz hanyalah


wasilah (perantara). (Miftah Daar As-Sa’adah, 1:277)

Keterangan dari Nuzhah Al-Muttaqin (hlm. 394), syafii’an adalah


memberi syafaat dengan memintakan ampun pada shahibul qur’an.
Hadits ini mendorong untuk membaca Al-Qur’an dan memperbanyak
membacanya. Jangan sampai lalai membaca Al-Qur’an karena

tersibukkan dengan yang lainnya.


Di dalam hadits dimutlakkan perintah membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an

itu disunnahkan dibaca setiap waktu dan setiap keadaan kecuali saat:
(a) Buang hajat, karena Al-Qur’an itu mesti diagungkan, (b) sedang
berhubungan intim dengan istrinya.

Agar Al-Qur’an itu bermanfaat bagi kita:


1. Membacanya

2. Memahaminya
3. Menguasai bahasanya
4. Mempelajari tafsirnya
5. Mentadabburinya (menghayatinya, merenungkannya)
6. Mengamalkannya
Dorongan untuk tadabur sebagaimana disebutkan dalam ayat,

fa lā yatadabbarụnal-qur`ān, walau kāna min 'indi gairillāhi

lawajadụ fīhikhtilāfang kaṡīrā

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya


Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisaa’: 82)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Memahami Al-Qur’an dan


merenungkannya akan membuahkan iman. Adapun jika Al-Qur’an
cuma sekadar dibaca tanpa ada pemahaman dan perenungan

(tadabbur), itu bisa pula dilakukan oleh orang fajir (ahli maksiat) dan
munafik, di samping dilakukan oleh pelaku kebaikan dan orang

beriman.” (Zaad Al-Ma’ad, 1:327)


Bagaimana cara tadabur Al-Qur’an agar kita raih manfaat?
Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan, “Apabila engkau ingin
memetik manfaat dari Al-Qur’an, maka fokuskan hatimu saat membaca

dan mendengarkannya. Pasang baik-baik telingamu dan posisikanlah


diri seperti posisi orang yang diajak bicara langsung oleh Dzat yang

memfirmankannya. Al-Qur’an ini makin sempurna pengaruhnya


bergantung pada faktor pemberi pengaruh yang efektif, tempat yang
kondusif, terpenuhinya syarat, terwujudnya pengaruh, dan ketiadaan

faktor yang menghalanginya. Semua ini telah terkandung dalam firman


Allah,

Inna fī żālika lażikrā limang kāna lahụ qalbun au alqas-sam'a wa


huwa syahīd
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf:
37).

Semoga Al-Qur’an menjadi penghibur hati kita yang berduka.


Minimal Al-Qur’an itu dibaca dalam shalat. Maka agar Al-Qur’an

bermanfaat untuk kita kelak, ayo jaga shalat dengan baik. Semoga Allah
menjadi Al-Qur’an sebagai syafii’aan sehingga kita mendapatkan
ampunan di hari kiamat kelak. Demikian khutbah kali ini.

Aqulu qauli hadza, fastagfiru. Innahu huwal ghafurur rahim.

Anda mungkin juga menyukai