Kuliah VII
POKOK-POKOK MENCAPAI IMAN
Dimaksud dengan Pokok-Pokok Mencapai Iman ialah keterangan-keterangan yang sangat
diperlukan dalam usaha mencapai IMAN. Keterangan tentang usaha mencapai Iman ini kita bagi
menjadi sebagai berikut.
1. Garis IMAN
Istilah garis, menurut Ilmu Ukur, ialah jumlah titik-titik yang sambung menyambung hingga
membentuk garis dari A sampai Z. Dan dimaksud dengan Garis IMAN, ialah perlambang titik-titik
menjadi tindakan demi tindakan yang terus menerus dan sambung menyambung dari satu
permulaan hingga mencapai IMAN.
Keterangan-keterangan atau teori yang membentangkan Garis Iman ini bisa juga dikatakan
Strategi Iman. Pelaksanaannya setahap demi setahap dapat juga dikatakan Taktik Iman. Oleh
karena keterangan-keterangan atau teori Garis Iman ini tercantum didalam Al-Quran maka Al-
Quran msr adalah Strategi dan Taktik mencapai Iman.
“Rasul itu hidup berpandangan dan bersikap dengan apa 285 ا ُأن َآ م ن َالّ ر ُس ُو ل َِبم
yang telah diturunkan menurut Sunnah kerasulan-nya َ
ه َواْل م َز ل إمَليم ه ممن َّربم م
(ajaran Allah msr) dari pembimbingnya, begitu semua mu- ْ
min, masing - masing hidup berpandangan dan bersikap
و َن م
menurut ajaran Allah, yaitu risalah malaikat, yakni yang ُُمْ ؤ من
telah dibukukan dalam berbagai Kitab menurut-Nya, yaitu ل ُك
Sunnah Rasul Rasul. “Kami tidak memandang berbeda ّ َآ م َن مِب ّمل َوَمآلئم َكتمم ه
diantara semua Sunnah Rasul”, yaitu kata mereka
seterusnya : “ Kami telah menanggapi dan kami hidup َوُكُتبمم ه َ ُور ُسم لم ه الَ نَُ ف م ر
patuh menurut demikian, satu pembina kehidupan maha
revolusioner menurut-Mu, wahai pembimbing kami, yakni ُق َب َْْي َأ َح ٍد م من ُّر
menurut ANDA jualah hidup ini berjalan”. ُسم لم ه َوَقاُلوْا ََمس ْعَنا َو َأطَْ عَنا
غُْ َف راَن َك
َرب
َ
ري م م
ُ ّنَ ا َوإ َْلي َك ْال َم ص
﴾٥٨٢﴿
عناَم
Surat Al Baqarah ayat 285 tersebut membagi Pokok-Pokok Garis Iman menjadi tahap َْس َ
(penanggapan) dan tahap ط عنَا
َْ ( َأhidup patuh menurut yang ditanggapi).
Lain lagi surat Al Baqarah ayat 93 membagi Pokok - Pokok Garis Iman demikian.
Disini pokok-pokok Garis Iman tersusun dari tahap “Menanggapi” dalam arti benar-benar
menanggapi sehingga jelas mengerti apa yang ditanggapi, dan tahap “Mengingkarinya”, dalam arti
juga jelas memahami apa yang diingkarinya.
Disamping itu surat Nisa ayat 46 mengajukan lagi satu model yang lain dari Pokok-Pokok Garis
Iman demikian.
“Sebagian Yahudi memutar balik ajaran Allah msr-Nya dari 46 مم َن
yang sebenarnya dimana mereka menyatakan : “Kami
telah َال
menanggapi dan kami mengingkarinya”, dalam arti ّ م ذي َن َه ا ُدوْا َُي
dengar bukan benar-benar dengar, tetapi dalam arti
“Biarlah kami tetap dengan tiori gembala domba kami”, مرُفو َن الْ َكم ل َمَعن
lidah biawak bercabang dua yakni tombak yang berbalut
sutera untuk menikam dari dalam terhadap penataan hidup َّ َم وا مضم عم ه َوَيُ قوُل و
(Dinul Islam) dari Allah msr-Nya. Jikalaulah mereka bersikap: م
“Kami menanggapi dan kami hidup patuh menurut demikian صي نَ ا ْ َ َن ََس ْعَن اَو َع
“, yaitu menanggapi dalam arti “ Biarlah kami pikir-pikir dulu َوا َْسَ ْع غَْيَ ر ُم ْس
“, sungguh yang demikian itu adalah lebih baik dalam arti
ketangguhan Ilmiah. Tetapi Allah, atas pilihan Zhulumat َم ٍع
mssy, telah melaknat mereka menjadi bersikap kufur
(negatif), maka mereka tidak mau hidup berpandangan dan
ََورا معَنا َلي ًا مَِبْل مسَنتمم ه
bersikap dengan ajaran Allah msr-Nya kecuali segelintir ْم َوطَْ عناً مِف
saja”.
ال مدي من َوَْل و
ََأن
ّ ُه ْم َقاُلوْا ََمس ْعَنا
َوَأطَْ عَنا َوا َْسَ ْع
َوان ُْظ ََرن َل َكا َنَخ ْريًا
ََّّ
ْلُ م َوَأْقَ َو م َوَل مكن
َل
َّ عنَ ُه ُم
ا ُّل بم ُ ْك ف مرمه ْم َفاَل ي
ُْ ؤممُنو َن
إماَل
ّ
﴾٦٤﴿ يالً َقلم
Disini pokok-pokok Garis Iman tersusun dari tahap “Menanggapi”, dalam arti asal sekedar
menanggapi dengan motivasi tertentu sehingga dapat dipastikan tidak akan menguasainya secara
obyektif Ilmiah. Dari itu maka tahap kedua, “Mengingkarinya”, menjadi mengingkari sesuatu yang
sebenarnya dia tidak menguasainya secara obyektif Ilmiah. Sehingga yang demikian ini bernilai
bajingan yang lebih Zhulumat dari Zhulumat yang sebenarnya ms Syayathin. Atau Ilmiah monyet
di belukar peradaban.
Model keempat dari Pokok-Pokok Garis Iman ialah Jahiliyah, yaitu yang hampir-hampir tidak
dapat memahami kalam Allah msr-NYA. Maka pokok-pokok Garis Iman disini menjadi bertahap
“Tidak bisa dan atau tidak mau menanggapi” , sehingga menjadi tidak memahami ajaran Allah
msr- NYA. Tetapi lucunya pada tahap kedua, mereka menjadi terbelah kedalam “Mau yang
mereka
sendiri tidak memahaminya” dan atau “Mengingkari”, yang sebenarnya mereka tidak
memahaminya.
Dengan demikian maka Pokok-Pokok Garis Iman kita susun menjadi seperti dalam sket sebagai
berikut.
Sket Garis Iman
Demikianlah Pokok-pokok Garis Iman secara umum. Dengan lain perkataan, kembali kepada sket
strutural Iman, maka “Sami’na” ialah D-B dan “Atha’na” ialah ABC.
Selanjutnya Sami’ina tahap menanggapi, menurut perbedaan sasarannya, kita bagi lagi menjadi
Rattil Satu Persiapan Iman dan Shalat Satu Pembinaan Iman.
Istilah “Rattil”, sama dengan “Qiraah”, ialah studi yaitu belajar yaitu membentuk pandangan
menurut yang dibaca. Jadi dimaksud disini “Rattil” atau “Qiraatul Quran” ialah studi yaitu belajar
yakni membentuk pandangan dengan Al Quran msr. Dilakukan sendiri-sendiri dengan tekun dan
penuh konsentrasi.
Dalam hubungan ini perlu diingatkan bahwa, seperti pengajian pengajian umum, sekolah,
ceramah-ceramah, seminar-seminar, diskusi-diskusi, kursus dsb, yaitu mimbar dimana berkumpul
sekelompok pendengar dan seorang guru / penceramah / protokol yang menerangkan sesuatu,
belumlah bisa dikatakan Rattil atau Qira-ah. Oleh karena yang demikian ialah sekedar pem-
bentukan dasar-dasar pengertian dan kunci-kunci persoalan yang merupakan kesulitan kesulitan
di dalam Rattil, maka yang demikian lebih tepat disebut Persiapan Rattil. Dalam hubungan ini
maka Rattil ialah mengulang kembali sendirian di rumah untuk menguasainya. Kadang-kala juga
disebut mengulang.
Singkatnya Rattil ialah pengembalian pandangan berikut kelincahan matan atau bacaannya
kepada Al Quran menurut Sunnah Rasul. Hatta Al Quran msr sudah mencapai demikian mantap,
oleh karena kesadaran Iman itu turun naik, maka Rattil ini adalah mutlak harus terus dilakukan
untuk membentuk pandangan dengan Al Quran msr. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa
Rattil Al Quran msr adalah permulaan taubat.
Bila Rattil sudah menghasilkan satu pandangan, sekurang-kurangnya surat Al Fatihah sebagai satu
pandangan umum, maka ditingkatkanlah ke shalat satu Pembinaan Iman. Dari itu maka Rattil
dapat dikatakan Persiapan Iman atau Persiapan Shalat.
Dimaksud dengan “prosedur”, ialah jalannya rattil menurut satu tata tertib dan satu titik tolak
tertentu. Dan istilah titik tolak ialah titik pijak dari mana rattil itu dimulai dan ke mana mau
dituju serta apa yang mau dicapai. Surat Muzzammil ayat 1 – 19 menggambarkan Prosedur dan
Titik Tolak Ratil ini, demikian.
“Sesungguhnya kesegaran malam itu adalah semudah- (6). َْأ و م ْز د َعلَْيم ه َوَرت مم ل
mudah pemantapan dan setangguh - tangguh
penanggapan”. الُْ ْق رآ َن َتْ رتْمياًل
“Sebenarnya bagi kalian diwaktu siang itu adalah kesibukan (7) ﴾٤﴿
yang tidak habis-habisnya”.
“Maka dengan Rattil Al Quran msr ini, sadarkanlah diri : (8). إمَّن َسنُْ لم ق ْي َعلَْي َك َق
“Semoga kalian hidup sadar dengan ILMU [ajaran] ْ والً َثم ْق ياًل
pembimbing kalian”, dan lepaskanlah ikatan dengan selain-
﴾٥﴿
NYA selepas-lepasnya”.
[DIA] atas pilihan Zhlumat mssy, pembimbing Blok Timur (9) إم َّن َن مشئََة
dan Blok Barat. Tidak ada pembina kehidupan apapun َالل
kecuali DIA dengan satu ajaran msr-NYA, maka sanjungilah ّْي مل مه َي أَ َش ُّد َو
DIA menjadi pembimbing kehidupan tiada tara”.
ْطءًا
﴾٦﴿ َوَأْقَ ُو م ق ْمياًل
”Sesungguhnya Al Quran msr ini adalah satu pembina kehi- (19) إم َّن ٰه مذم ه َت ْذكَم رٌة
dupan sadar secara Ilmiah, maka siapa yang mau dipersilah- ََف م ْن َشا َء
kan menata kehidupan menurut ajaran Pembimbingnya”. َّّا َم
تَ ذ إمَل
﴾٩١﴿ َربم مه َسب ْمياًل
Surat Muzzammil ayat 2-4 adalah waktu dan penggunaannya dalam Garis Rattil. Ayat 6 adalah
alasan dan penjelasannya mengapa harus memakai waktu malam. Ayat 5 dan 8 menggambarkan
tujuan yang mau dicapai oleh Rattil yaitu Persiapan Iman yaitu Persiapan Shalat.
Ayat 10 dan 11 adalah tuntutan ketabahan bagi yang rattil dalam pertautannya dengan garis siang
mengenai ocehan-ocehan mereka yang positif dengan zhulumat mssy dan bersikap negatif
terhadap dakwah Al Quran msr. Sambil menyerahkan urusannya itu sepenuhnya menjadi urusan
Allah, pencipta dan pembimbing NUR dan zhulumat.
Ayat 12-14 adalah pandangan dan penilaian Al Quran msr terhadap nasib zhulumat mssy
selanjutnya sebagai tantangan bagi Sunnah Muhamad Qurun pertama, yang akan berulang
menjadi tantangan bagi Sunnah Muhammad Qurun kedua kelak. Dan ayat 15 dan 16 adalah
percontohan Sunnah Muhammad dan tantangannya, sebagai perulangan dari, dengan Taurat
menurut Sunnah Musa yang ditantang oleh Fir’aun. Dan atas kekufurannya terhadap ajaran Allah
msr akhirnya Fir’aun menjadi hancur musnah.
Ayat 17 memperingatkan yang rattil bahwa mencapai Muttaqin yaitu mu-min itu adalah proses
penjungkir-balikan yang bersifat historis. Yaitu ayat 18 seperti penjungkir balikan semesta angkasa
kehidupan ini kelak, pada Sa’ah Kubra, dalam rangka pembangunan Yaumil Akhir.
Akhirnya ayat 19 mencamkan para pelaku Rattil bahwa Al Quran msr ini adalah pembina
kehidupan sadar secara Ilmi-ah. Maka siapa yang mau, dipersilahkan menata kehidupan menurut
ajaran pembimbingnya.
Adapun surat Muzzammil ayat 20 adalah untuk meningkatkan hasil rattil dengan melakukan shalat
untuk mencapai IMAN, demikian.
Demikianlah Prosedur dan Titik Tolak Rattil Satu Persiapan Iman dan Shalat Satu Pembinaan
Iman. Dengan lain perkataan prosedur dan titik tolak rattil dan shalat ini, dapat juga dikatakan
Disiplin Rattil dan Shalat yang harus mendapat perhatian serius kalau mau Rattil dan Shalat itu
benar-benar mencapai tujuannya. Rattil dan Shalat yang tidak berpedoman kepada surat
Muzzammil ini adalah membuang-buang waktu, malah merusak diri.
Akhirnya surat Muzzammil, ialah Prosedur dan Titik Tolak Rattil atau Disiplin Rattil dan Shalat, kita
ringkaskan dengan surat Muddatstsir ayat 1 – 8 demikian.
Demikianlah Prosedur dan Titik Tolak Rattil atau Disiplin Rattil yang merupakan satu aspek yang
paling penting dalam persoalan Pokok-Pokok Mencapai Iman atau Strategi dan Taktik Iman. Dan
aspek lain lagi yang juga tidak kalah pentingnya adalah persoalan Subyek Studi.
====================