Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

KAJIAN MODERASI BERAGAMA

KETUA ABDIMAS
NO NAMA NIP./NID./NUP
1. Dr. Muhammad Ivan Alfian,M.Pd. 198003262011011003

ANGGOTA ABDIMAS
No Nama NIM Program Studi
1. Ilham Firman Hadi 1930210076 AFI
2. Ainus Shofiyah 1950210059 MBS
3. Anung Isnaeni 1920210017 HES
4. Moch Rafi May Fawwaz 1920110043 HKI
5. Alfina Maulida Fajriyatus S. 1950110120 ES
6. Lifatun 1950410019 PS
7. Ema Mar’ati Sholecha 1920110013 HKI
8. Ika Nia Sakinatun Nikmah 1910310151 PGMI
9. Fina Naila Syifana 1940310051 MD
10. Galang Witahta 1920110067 HKI
11. Muhammad Badri Alwi 1910910088 TIPS
12. Rohmatu Ulya 1940110034 BKI
13. Uswatun Khasanah 1940210074 KPI
i
14. Hana Nur Aula Habibah 1911010038 BKPI

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2022

ii
PENGESAHAN
Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat Kompetensi IAIN Kudus Desa Golantepus
Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus yang telah dilaksanakan pada Tanggal 1 September –
3 Oktober 2022 oleh:

No Nama NIM Program Studi


1. Ilham Firman Hadi 1930210076 AFI
2. Ainus Shofiyah 1950210059 MBS
3. Anung Isnaeni 1920210017 HES
4. Moch Rafi May Fawwaz 1920110043 HKI
5. Alfina Maulida Fajriyatus S. 1950110120 ES
6. Lifatun 1950410019 PS
7. Ema Mar’ati Sholecha 1920110013 HKI
8. Ika Nia Sakinatun Nikmah 1910310151 PGMI
9. Fina Naila Syifana 1940310051 MD
10. Galang Witahta 1920110067 HKI
11. Muhammad Badri Alwi 1910910088 TIPS
12. Rohmatu Ulya 1940110034 BKI
13. Uswatun Khasanah 1940210074 KPI
14. Hana Nur Aula Habibah 1911010038 BKPI

Dapat disahkan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
jenjang studi strata satu (S1) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus.

Kudus, 10 Oktober 2022


Ketua LPPM IAIN Kudus Dosen Pembimbing Lapangan

iii
H. Shobirin, M.Ag Dr. Muhammad Ivan Alfian,M.Pd.
NIP.197203092000031003 NIP.198003262011011003

iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahakan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Kuliah Kerja Nyata Terintegrasi Kompetensi (Pengabdian Kepada Masyarakat serta
dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat
dengan lancar. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilaksanakan pada
tanggal 01 September- 03 Oktober 2022 di Desa Golantepos, Kecamatan Mejobo,
Kabupaten Kudus. Dengan tema "Pemberdayaan Potensi Desa dan Penguatan
Moderasi Beragama".
Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada beliau baginda Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita selalu mendapat syafaat dari beliau, dan dengan
sholawat yang tiada penat kami latunkan agar dapat membawa keberkahan dalam
setiap langkah kami, khususnya dalam Laporan Pelaksanaan Pengabdian Kepada
Masyarakat IAIN Kudus, Aamiin. Laporan Pelaksanaan Pengabdian Kepada
Masyarakat ini disusun untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah wajib yang
dilaksanakan di IAIN Kudus untuk Mahasiswa/Mahasiswi semester VII pada semua
Jurusan yang ada di IAIN Kudus dengan beban 4 sks. Dalam penulisan Laporan
Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat ini penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu penyelesaian penulisan Laporan
Pengabdian Kepada Masyarakat ini, dengan segala ketulusan hati penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan nikmat sehat dan Karunia-
Nya
2. Rektor IAIN Kudus Bapak Prof. Dr. H. Abdurrohman Kasdi, Lc., M. Si.
3. Ketua LPPM IAIN Kudus, Bapak H. Shobirin, M.Ag,
4. Kepala Desa Gulontepus, Bapak Nur Taufiq;
5. Dosen Pembimbing Lapangan, Bapak Dr. Muhammad Ivan Alfian, M.Pd.
6. Seluruh jajaran Perangkat Desa Gulontepus, Kudus.

v
7. Kepada kedua orangtua kami, yang senantiasa memberikan Do’a, dukungan dan
bimbingan dalam segala hal.
8. Teman-teman mahasiswa pengabdian kepada masyarakat Desa Golantepus yang
senantiasa memberikan saran-saran dan masukan yang membangun.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu Penulis
menyadari bahwa dalam Laporan Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat ini
jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

Kudus, 10 Oktober 2022

Tim Penyusun

vi
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i
PENGESAHAN...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang dan Fokus Pengabdian..............................................................1
B. Tujuan dan Manfaat Pengabdian........................................................................2
C. Kajian Pustaka dan Teori....................................................................................2
D. Metode Pengabdian............................................................................................7
E. Sistematika Pembahasan.....................................................................................7
BAB II GAMBARAN SUBJEK DAN OBJEK SASARAN.......................................9
A. Lokus Pengabdian...............................................................................................9
B. Komunitas Sasaran Program..............................................................................9
BAB III PROSES PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT...............................10
A. Bidang Pengabdian...........................................................................................10
B. Partisipasi dan Pelibatan Para Pihak.................................................................10
C. Tahapan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat........................................11
D. Faktor Pendukung dan Penghambat.................................................................12
BAB IV HASIL PENGABDIAN DAN PEMBAHASAN..........................................13
A. Hasil Pengabdian..............................................................................................13
B. Pembahasan......................................................................................................13
C. Kontribusi.........................................................................................................15
BAB V PENUTUP......................................................................................................17
A. Kesimpulan.......................................................................................................17
B. Rekomendas......................................................................................................17
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................................19

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Fokus Pengabdian
Sesuai dengan Tri Dharma perguruan tinggi yang ketiga yaitu pengabdian kepada
masyarakat, mahasiswa telah menyelesaikan masa belajar di kampus dapat menerapkan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat salah satu tempat untuk mengimplementasikan program
pengabdian adalah program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Pada kondisi sekarang
disebut masa setelah Covid-19 dimana kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2022
dilakukan secara offline berbeda dengan tahun lalu yang masih dibayangi dengan adanya
Covid-19 dilakukan secara online. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
IAIN Kudus telah menetapkan peserta Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2022 untuk
melaksanakan PKM hanya pada dua tempat, yaitu di Kudus dan Jepara berbeda dengan tahun
kemarin yang hanya dilaksanakan sesuai dengan domisili masing-maing mahasiswa.
Fokus pengabdian dalam PKM dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan dosen
pembimbing. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat tersebut dilaksanakan dengan
harapan pemberian pemahaman terkait moderasi beragama ini kepada mahasiswa yakni
supaya cara diimplementasikan dengan cara mengambil jalan tengah (moderat), tidak mudah
mengotak-ngotak kelompoknya, terlebih tidak mudah mengafir-ngafirkan orang lain.
Moderasi beragama merupakan usaha kreatif untuk mengembangkan suatu sikap
keberagamaan di tengah berbagai desakan ketegangan, seperti antara klaim kebenaran
absolut dan subjektivitas, antara interpretasi literal dan penolakan yang arogan atas ajaran
agama, juga antara radikalisme dan sekularisme. Komitmen utama moderasi beragama
terhadap toleransi menjadikannya sebagai cara terbaik untuk menghadapi radikalisme agama
yang mengancam kehidupan beragama dan pada gilirannya, berimbas terhadap kehidupan
persatuan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Moderasi Beragama, Kunci Terciptanya
Toleransi dan Kerukunan Bangsa. Oleh karena itu, diperlukan moderasi salah satunya
moderasi beragama untuk menjaga keharmonisan bangsa. “Moderasi beragama
sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal,
nasional, maupun global.

1
B. Tujuan dan Manfaat Pengabdian
1. Tujuan
Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat dengan adanya kajian seminar
moderasi beragama ini adalah:
a. Untuk mengembalikan praktik beragama agar sesuai dengan esensinya.
b. Untuk menjaga harkat dan martabat manusia.
c. Untuk menjadi manusia yang mempunyai rasa toleransi antar umat.
d. Untuk membangun kesadaran masyarakat tentang konsep, teori, dan batasan toleransi
dalam perspektif islam.
e. Untuk membangun pemahaman masyarakat mengenai sikap toleransi dalam
beragama.
2. Manfaat

C. Kajian Pustaka dan Teori


1. Kajian Pustaka
a. Pengertian moderasi
Secara bahasa, moderasi berasal dari bahasa lain moderatio yang berarti kesedangan,
maksudnya adalah tidak lebih dan tidak kurang. Sedangkan dalam bahasa inggris
adalah moderation yang memiliki arti yang sama, yaitu sikap yang sedang, yaitu sikap
yang tidak dilebihlebihkan. Dalam bahasa Arab, kata moderasi biasa diistilahkan
dengan sebutan “al-wasathiyyah” yang berasal dari kata “wasath” dan sepadan
dengan kata “tawassuth” yang mempunyai arti tengahtengah, “i’tidal” yang berarti
adil dan juga “tawazun” yang berarti seimbang. Dalam mu’jam maqayis, Ibnu Faris
menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan wasatiyah adalah sesuatu yang
menunjukkan pada keadilan dan tengah-tengah. Dari semua ungkapan ini maka
moderasi bisa diartikan sebagai sikap memilih jalan tengah, berusaha adil dan
berimbang, dan tidak berlebihlebihan.
b. Moderasi beragama
Dari pengertian mengenai moderasi yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan, bahwa moderasi beragama dapat dipahami sebagai cara

2
pandang, sikap dan perilaku selalu mengambil poros di tengah-tengah, selalu
bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama. Moderasi beragama harus
dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri
dan juga penghormatan kepada praktik keagamaan orang lain yang berbeda
keyakinan. Keseimbangan dalam praktik beragama inilah yang akan menghindarkan
dari sikap ekstrem yang berlebihan dalam beragama. Moderasi 5 beragama bertujuan
untuk menengahi kedua pihak ekstrem dalam beragama untuk bergerak ke tengah,
yaitu kembali pada esensi ajaran agama, yaitu memanusiakan manusia.
Dalam moderasi terdapat dua prinsip dasar, yaitu prinsip adil dan berimbang.
Kata adil berarti tidak berat sebelah, berpihak kepada kebenaran dan juga tidak
sewenang-wenang. Bersikap adil berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya
seraya melaksanakannya secara baik dan secepat mungkin. Sedangkan kata
keseimbangan adalah istilah untuk menggambarkan cara pandang, sikap dan
komitmen untuk selalu berpihak keada keadilan.
c. Nilai-nilai moderasi beragama
1) Tasamuh (toleran)
Tasamuh memiliki arti sifat dan sikap tenggang rasa atau saling
menghargai antar sesama manusia, walaupun pendapatnya berbeda dengan
dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan pernah bisa untuk
tidak membutuhkan orang lain, semua manusia tentu saling membutuhkan. Oleh
karena itu antara satu manusia dengan manusia yang lainnya harus saling
memperhatikan dan saling tolong menolong dalam berbagai aspek.
2) Tawazun (seimbang)
Keseimbangan yakni sikap berimbang atau harmoni dalam berkhidmah
demi terciptanya keserasian hubungan antar sesama umat manusia serta hubungan
antara manusia dengan Allah Swt. Dengan tawazun, muncul keseimbangan antara
tuntutan-tuntutan kemanusiaan dan ketuhanan, muncul konsep penyatuan antara
tatanan duniawi dan tatanan 6 agama, juga muncul adanya harmoni antara hak
dan kewajiban.
3) I’tidal (konsisten, tegas dan berlaku adil)

3
Secara umum, pengertian adil itu mencakup antara lain, tidak berat
sebelah, berpihak kepada kebenaran, objektif dan tidak sewenang-wenang.
4) Musawah (kesetaraan)
Islam memandang bahwa semua manusia adalah sama (setara), tidak ada
perbedaan satu sama lain dengan sebab ras, warna kulit, bahasa atau pun identitas
sosial budaya lainnya.
2. Kajian Teori
a. Moderasi
Moderasi berasal dari bahasa latin moderatio yang berarti tidak lebih dan tidak
kurang. Dalam bahasa Inggris, moderasi dikenal dengan moderation yang berarti
sikap sederhana, sikap sedang. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) moderasi berarti pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstreman. Dan
menurut pandangan Islam, moderasi adalah jalan pertengahan yang sesuai dengan inti
dari ajaran Islam dan fitrah manusia.
Menurut Mohammad Hsyim Kamali (2015), moderasi dalam bahasa Arab
wasathiyah yang berarti tidak terlepas dari kata berimbang dan adil. Keseimbangan
dan berlaku adil tersebut merupakan prinsip dasar dari moderasi beragama. Seseorang
yang beragama tidak boleh memiliki pandangan ekstrem maupun radikal dalam
melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang, melainkan harus dapat mencari titik
tengah dari dua sudut pandang. Dengan adanya hal itu 7 hubungan antar umat
beragama akan harmonis dan nyaman.
Meskipun demikian, moderasi bukan berarti sikap yang mengajak untuk
berkompromi dalam sebuah prinsip pokok amalan ibadah setiap agama yang sudah
menjadi keyakinan masing-masing umat. Moderasi adalah sebuah sikap toleran
kepada umat beragama dalam hubungan sebagai manusia. Jadi, moderasi adalah suatu
komitmen yang berada di tengah-tengah dengan tidak mengarah pada rasa egoisme.
Orang yang mempraktekkannya disebut moderat.
b. Moderasi beragama
Moderasi beragama adalah proses memahami dan mengamalkan ajaran agama
secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem dan radikal. Moderasi

4
beragama bukanlah memoderasi agama, sebab agama dalam dirinya sudah
mengandung prinsip moderasi. Suatu agama tidak dapat disebut agama apabila
mengajarkan hal-hal yang dapat merusak bumi, kezaliman dan angkara murka. Oleh
sebab itu, agama tidak perlu dimoderasi lagi, namun cara seseorang beragama yang
harus selalu didorong ke jalan tengah karena ia dapat berubah menjadi ekstrem dan
radikal.
Moderasi beragama memiliki tujuan untuk menengahi dan mengajak serta
bergerak ke tengah, dengan kembali kepada hakikat ajaran agama yaitu
memanusiakan manusia. Terdapat dua prinsip dalam beragama yang moderat, yaitu
adil dan berimbang. Pertama, bersikap adil. Bersikap adil akan menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya dan melaksanakannya dengan baik. Sedangkan sikap
berimbang berarti selalu berada di tengah antara dua sisi.
Menurut Yusuf Al-Qardhawi, agar terhindar dari perilaku ekstrem dan radikal
perlu adanya konsep moderasi beragama, yaitu:
1. Komitmen pada nilai moralitas akhlak
Seseorang yang beragama harus memiliki akhlak yang mulia, kejujuran,
amanah, kesepakatan, rendah hati dan malu serta dalam hal moralitas sosial harus
memiliki sikap keadilan, kebijakan dan berasosiasi.
2. Kerjasama kombinatif anatara dua hal yang berseberangan
Dalam hal ini seorang moderat harus dapat mengambil manfaat dari
kelebihan dan menjauhi kekuarangan dari dua aspek bertentangan. Sehingga tidak
boleh memihak salah satu dari dua aspek tersebut.
3. Perlindungan hak-hak agama minoritas
Kewajiban setiap umat beragama dalam hak dan kewajiban adalah sama,
namun dalam hal agama harus ada pemisah agar tidak bercampur. Bahkan negara
juga tidak diperkenankan untuk mempersempit ruang gerak aktifitas keagamaan
baik minoritas maupun mayoritas.
4. Nilai-nilai humanis dan sosial
Perkembangan sekarang ini lebih mengutamakan identifikasi nilai-nilai
humanis dan sosial sebagai nilai Barat. Sebab hal itu akan menjadi parelel dengan

5
konsep keadilan di tengah masyarakat dan pemerintah, serta Hak Asasi Manusia
(HAM).
5. Persatuan dan royalitas
Semua komponen seorang umat beragam harus dapat bekerja sama dalam
hal yang sudah disepakati dan bertoleransi dalam perkara yang telah disepakati
oleh semua umat beragama.
6. Mengimani pluralisme
Keimanan terhadap pluralisme religi, tradisional, bahasa, intelektual serta
pentingnya konsistensi antar berbagai peradaban.
c. Nilai-Nilai Moderasi Beragama
1. Tasamuh
Tasamuh dalam bahasa Arab berarti sama-sama berlaku baik, lemah
lembut dan saling memaafkan. Dalam pengertian secara umum, tasamuh adalah
sikap terpuji dalam pergaulan dengan adanya rasa saling menghargai antara
sesama manusia dalam batasan yang telah ditentukan dalam ajaran agama.
Adapun cara untuk bersikap tasamuh, yaitu menghormati orang lain, tidak
membenci orang lain meski terdapat perbedaan, selalu ingat bahwa setiap orang
akan membutuhkan orang lain.
2. Tawazun
Tawazun dalam bahasa Arab berarti berimbang. Dalam pengertian umum,
tawazun adalah suatu sikap menyeimbangkan diri pada saat memilih sesuatu
tanpa condong terhadap salah satu perkara. Dalam sikap tawazun, Islam memiliki
tiga potensi, yaitu al-jasad, ar-ruh, dan akal. Al jasad atau yang biasa disebut
sebagai raga adalah suatu amanah yang diberikan Allah kepada setiap umatnya
agar dijaga dan dirawat dengan sebaik mungkin. Ar-ruh atau jiwa adalah titipan
Allah yang harus dijaga umatnya dengan senatiasa mengingat Allah melalui 10
berdzikir. Sedangkan akal adalah sesuatu yang mebedakan antara manusia dengan
makhluk Allah yang lain. Sebab akal akan membawa manusia untuk berfikir
dengan baik.
3. I’tidal

6
I’tidal adalah sikap tegak dengan tidak condong pada kepentingan salah
satu sisi. Sikap i’tidal sangat menjunjung tinggi keharusan untuk berperilaku adil
dan lurus di tengah kehidupan beragama.
4. Musawah
Secara bahasa musawah adalah persamaan semua umat beragama dalam
hak dan kewajiban tanpa membedakan ras, suku bangsa, warna kulit dan jenis
kelamin. Dalam Islam ada beberapa hal yang berkaitan dengan prisnsip musawah,
yaitu setiap manusia derajatnya sama, tidak ada pengistimewaan tertentu;
persamaan sosial di masyarakat; persamaan manusia di depan hukum; persamaan
dalam mendapatkan jabatan publik; serta persamaan pada kedudukan manusi di
hadapan Allah.
D. Metode Pengabdian
Pada Pelaksanaan ini Peserta Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Kolaberasi
Dosen dan Mahasiswa IAIN Kudus di Desa Golantepus tahun 2022 melaksanakan kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat secara offline. Bentuk kegiatana yang dilakukan yaitu
dengan mengadakan kegiatan seminar kajian moderasi beragama yang dilaksanakan dengan
berkolaborasi dengan dosen. Dalam pelaksanaan pengabdian ini terdapat beberapa langkah:
pertama, diskusi pendahuluan, sebagai pengantar untuk mengetahui apakah ada informasi
awal terkait konsep moderasi beragama. Tahap kedua, tahap inti yaitu pemaparan materi
yang berisi pengertian moderasi beragama menurut berbagai muffasir dan pengaplikasinnya
di dalam masyarakat. Pada tahap akhir yaitu dialog dan diskusi terkait tema yang telah
dipaparkan oleh pemateri terutama yang membutuhkan tambahan penjelasan.
E. Sistematika Pembahasan
Berisi sistematika Laporan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) :
1. Bab I Pendahuluan, meliputi:
a. Latar Belakang dan Fokus Pengabdian;
b. Tujuan dan Manfaat Pengabdian;
c. Kajian Pustaka dan Teori;
d. Metode Pengabdian kepada masyarakat;
e. Sistematika Pembahasan;

7
2. Bab II Gambaran Subjek dan Objek Sasaran;
a. Fokus Pengabdian;
b. Komunitas Sasaran Program;
3. Bab III Proses Pengabdian Kepada Masyarakat;
a. Bidang Pengabdian
b. Partisipasi Keterlibatan Para Pihak;
c. Tahapan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat;
d. Faktor Pendukung dan Penghambat;
4. Bab IV Hasil Pengabdian dan Pembahasan;
a. Hasil Pengabdian;
b. Pembahasan;
c. Kontribusi;
5. Bab V Penutup, meliputi:
a. Kesimpulan;
b. Rekomendasi;
6. Bagian Akhir Laporan, memuat lampiran-lampiran berupa foto atau dokumentasi
kegiatan, dan hal lain yang releven.

8
BAB II
GAMBARAN SUBJEK DAN OBJEK SASARAN
A. Lokus Pengabdian
Desa Golantepus merupakan desa yang berada di Kecamatan Mejobo,
Kabupaten Kudus dengan luas area 261.774 Ha dengan ketinggian 14 meter dari
permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Desa Golantepus adalah: Batas Sebelah
Utara: Desa Tenggeles, Batas Sebelah Selatan: Desa Mejobo, Batas Sebelah Timur : Desa
Hadiwarno, Batas Sebelah Barat : Ngembal Kulon. Desa Golantepus memliki jumlah
Dusun sebanyak 3 dusun dengan jumlah RW sebanyak 6 dan RT sebanyak 32.Jumlah
penduduk Desa Golantepus pertanggal 30 Agustus 2014 sebanyak 5.574 jiwa. Komposisi
penduduk terdiri dari 1.683 KK, dengan jumlah laki-laki sebanyak 2.785 dan perempuan
sebanyak 2.789 jiwa. Rata-rata mata pencaharian warga Desa Golantepus adalah sebagai
buruh industri sebanyak 1.350 jiwa. Sedangkan buruh tani atau petani sebanyak 436 jiwa.
Buruh bangunan sebanyak 334 jiwa. Dan sisanya berprofesi sebagai PNS, TNI/POLRI.
Penduduk di desa Golantepus mayoritas mengenyam pendidikan hanya sampai
SD dan SMP. Di Desa ini sendiri terdapat beberapa tempat pendidikan diantaranya ada 2
TK, 5 SD/MI, SLTP/MTs, dan 2 SLTA/SMK. Sedangkan untuk sarana dan prasarana
terdapat 3 buah Masjid, 18 Mushola, 2 Madin, 3 TPQ, dan RA 1 buah. Selain itu terdapat
posyandu (5 buah) dan PKD (1 buah). Sarana kesehatan terdapat Sumur Air Bersih
Pamsimas 1 unit, sumur gali ada 1.201 buah, MCK umum 1 buah dan jamban keluarga
sebanyak 1.285 KK. Tenaga kesehatan yakni dokter (1 orang), bidan (3 orang), dan
dukun terlatih (3 orang).
B. Komunitas Sasaran Program
Kegiatan seminar kajian moderasi beragama ini ditujukan kepada IPPNU, tokoh
masyarakat desa Golantepus, masyarakat setempat Desa Golantepus Kecamatan Mejobo
Kabupaten Kudus, serta mahasiswa yang melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat di
Desa Golantepus. Kegiatan dilaksanakan di aula Balai Desa Golantepus, Kecamatan Mejobo
Kabupaten Kudus. Adapun yang menjadi moderator adalah mahasiswa yang melakukan
Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Golantepus dan narasumber Dosen Fakultas
Usluhuddin yang tela berpengalaman dalam membuat media pembelajaran.

9
BAB III
PROSES PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
A. Bidang Pengabdian
Mahasiswa IAIN Kudus di Desa Golantepus melakukan pengabdian kepada
masyarakat yang berkoraborasi dengan dosen. Adapun kegiatan yang telah ditentukan oleh
kelompok pengabdian yaitu Kegiatan Sosialisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama. Dalam
kegiatan sosialisasi moderasi beragama ini sangat penting, karena menjadi cara
mengembalikan praktek beragama agar sesuai dengan esensinya dan agar agama benar-
benar berfungsi menjaga harkat dan martabat manusia, tidak sebaliknya.
Adapun kegiatan moderasi beragama ini dianggap penting karena dengan
majemuknya masyarakat indonesia dan banykanya keberagaman yang ada di tengah-tengah
masyarakat, untuk dapat hidup berdampingan dengan keharmonisan maka dibutuhkannya
sikap moderasi tersebut. Agar keberagaman yang ada dapat memunculkan rasa persatuan
dan kesatuan dalam hidup bernegara.
Seruan untuk selalu menggaungkan moderasi beragama, mengambil jalan tengah,
melalui perkataan dan tindakan bukan hanya kepedulian para pelayan publik seperti
penyuluh agama, atau orang kementrian agama saja namun seluruh warga negara indonesia
dan seluruh umat manusia untuk dapat menyiarkan dan mensosialisasikan ditempat atau
wilayahnya agar dapat memahami dan menerapkan moderasi beragama ini, sehingga tidak
sampai menimbulkan perselisihan dan pertingkaian antara satu dengan yang lainnya yang
akan menyebabkan suatu perpecahan baik sesama agama ataupun dengan agama lainnya.
B. Partisipasi dan Pelibatan Para Pihak
Partisipasi dalam kegiatan program kerja yang dibuat oleh mahasiswa IAIN Kudus
Desa Golantepus cukup baik. Adapun banyak pihak yang terlibat dalam kegiatan moderasi
beragama diantaranya yaitu:
1. Kepala Desa Golantepus
2. Bapak Dr. Muhammad Ivan Alfian, M. Pd.
3. Ketua RT dan RW
4. Dosen IAIN Kudus yaitu Bapak Moh. Muhtador S.Ud, M.Hum, sebagai pemateri dalam
seminar kajian moderasi beragama

10
5. Tokoh Agama Desa Golantepus
6. IPNU dan IPPNU
7. Masyarakat non muslim
C. Tahapan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Kegiatan moderasi beragama dilakukan melalui berbagai tahapan, diantaranya yaitu :
a) Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan dengan menetapkan tujuan moderasi beragama,
membuat rencana kegiatan, menentukan target audiens dan mempersiapkan alat-alat
pendukung kegiatan. Tujuan kajian moderasi beragama yaitu memahami dan
mengimplementasikan ajaran agama serta seimbang sehingga terhindar dari sikap terlalu
berlebih-lebihan dalam beragama atau sering disebut fanatisme terhadap agama. Rencana
kegiatan digunakan untuk membuat acara agar tersusun dengan rapi dan sesuai dengan
rencana.
Penentuan target audiens dilakukan agar kajian moderasi beragama tepat sasaran
dan dapat langsung diterapkan dalam bermasyarakat. Target audiens moderasi beragama
meliputi PR IPNU & IPPNU Desa Golantepus, RT/RW Desa, Tokoh Agama, serta
masyarakat dari berbagai agama yang berjumlah 30 orang. Pesiapan kegiatan juga
dilakukan dengan menyiapakan tempat serta alat-alat yang mendukung seperti Mic,
Speaker dan Proyektor.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan moderasi beragama dilaksanakan pada tanggal 19 September 2022
pukul 20.00 WIB – Selesai, yang bertempat di aula Balai Desa Golantepus dengan
menghadirkan pemateri Bapak Moh.Muhtador, S. Ud, M. Hum sebagai salah satu Dosen
Fakultas Ushuuddin yang berkontribusi penerapan moderasi beragama di Indonesia.
Kegiatan moderasi beragama dihadiri sebanyak 15 audiens yang terdiri dari tokoh agama
dan PR IPNU & IPPNU Desa Golantepus.
Pemateri menyampaikan materi tentang memahami moderasi beragama sebagai
paradigma kebersamaan. Pemateri juga memaparkan mengenai potret masyarakat di
tengah masyarakat yang terdiri dari pluras (beragam dan komplik), corak masyarakat
agama, Kiai sebagai agen sentral dan santri sebagai identitas keshalehan. Pada kegiatan

11
moderasi beragama audiens dengan antusias mendengarkan pemaparan materi yang
disampaikan serta aktif dalam sesi tanya jawab dalam kegiatan tersebut.
c) Evaluasi
Evaluasi merupakan menilai hasil yang didapatkan selama kegiatan berlangsung.
Evaluasi dikategorikan menjadi evaluasi narasumber, evaluasi moderator serta evaluasi
kegiatan. Pemaparan materi narasumber dalam menyampaikan materi sangat jelas,
sehingga mudah di mengerti oleh audiens. Selain itu, narasumber dapat berinteraksi
dengan peserta kajian dengan baik. Pada kegiatan kajian moderasi beragama, moderator
juga dapat menjalankan acara tersebut dengan baik, sehingga kegiatan berjalan lancar.
Terdapat beberapa evaluasi pelaksanaan kegiatan kajian moderasi, salah satunya
adalah ketidaktepatan waktu kegiatan dikarenakan menunggu peserta yang hadir. Selain
itu, sangat disayangkan ketidakhadiran peserta beda agama yang telah diundang yang
membuat sasaran kajian tersebut kurang dapat diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor Pendukung :
a) Terdapat masyarakat yang berbeda agama yang dapat dijadikan sebagai target kajian
moderasi beragama.
b) Adanya dukungan dari Kepala Desa setempat.
c) Adanya alat-alat yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
Faktor Penghambat :
a) Kurangnya antusias dari masyarakat setempat sehingga peserta yang hadir tidak sesuai
dengan harapan.
b) Kegiatan bertepatan dengan kegiatan desa yang bertempat di makam masyasikh desa.
c) Kurangnya kerjasama antar panitia yang sedikit menghambat tahap perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan.

12
BAB IV
HASIL PENGABDIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengabdian
Selama kami melakukan pengabdian kepada masyarakat di Desa Golantepus, kami
mengamati moderasi beragama dimasyarakat setempat sangat baik, kondusif, aman dan
nyaman dalam menjalankan aktivitas beragama. Kami justru ikut serta atau mengikuti dalam
melaksanakan bagian-bagian kegiatan beribadah diantaranya sholat berjamaah lima waktu,
maulid nabi, pengajian keagamaan, pengkajian Al-Qur’an dan lain sebagainya. Dari
kenyataan itulah maka kami menyimpulkan bahwa moderasi ummat beragama di Desa
Golantepus berjalan sangat baik dan tidak ada rintangan suatu apapun. Maka dari itu, kami
saat melakukan pengabdian mengadakan acara Kajian Moderasi Beragama yang merupakan
program kerja wajib dari kampus. Tujuan dari Seminar atau Kajian Moderasi Beragama ini
untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat beragama yang harmonis dan soliditas.
Dalam menjalankan program kerja wajib ini, seluruh pengadian kepada masyarakat
di Desa Golantepus mempunyai kegiatan seminar atau Kajian Moderasi Beragama dengan
sasaran tokoh agama, Kepala Desa, ketua RT dan juga Rekan Rekanita IPNU dan IPPNU
Desa Golantepus. Pelaksanaan program kerja ini melalui seminar Kajian Moderasi
Beragama yang berkolaborasi dengan Dosen IAIN Kudus dan juga Dosen Pembimbing
Lapangan. Pelaksanaan seminar Kajian Moderasi Beragama ini dilaksanakan pada minggu
ke-3 bertempat diaula Balai Desa Golantepus. Kemudian kami mahasiswa yang melakukan
pengabdian menghadirkan pemateri yaitu Bapak Moh. Muhtador. S.Ud., M.Hum merupakan
Dosen Fakultas Ushuluddin.
B. Pembahasan
Seminar atau Kajian Moderasi Beragama dilaksanakan pada malam hari yang
meghadirkan Bapak Moh. Muhtador sebgai pemteri dalam kajian moderasi agama tersebut.
Pemateri menyampaikan tentang makna moderasi beragama yaitu sebagai cara pandang,
sikap dan perilaku selalu mengambil posisi ditengah-tengah, selalu bertindak adil dan tidak
ekstrem dalam beragama, dalam kata lain moderasi beragama adalah proses memahami
sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang agar terhindar dari perilaku
yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan juga tidak radikal. Selain itu juga moderasi

13
beragama dibutuhkan karena adanya masyarakat plural, tanggung jawab untuk menciptakan
harmoni sosial dan tantangan ekstremisme yang mengancam sendi-sendi kebangsaan.
Didalam moderasi beragama ini modal sosial dan modal teologis juga dibutuhkan salah
satunya yaitu proses penyebaran agama yang damai, mendamaikan agama dan budaya,
organisasi keagamaan sebagai penopang, keamanan sebagai kontrol dan memahami sifat
Tuhan secara inklusif.
Terkait dengan penguatan moderasi beragama ada empat indikator yang dikuatkan
yaitu toleransi merupakan sebagai bagian diri untuk selalu mempunyai rasa hormat dan
menerima orang yang berbeda agama, kemudian ada penerimaan terhadap tradisi yang dapat
digunakan untuk menerima praktik amaliah keagamaan, selanjutnya ada komitmen
kebangsaan sebagai indikator yang penting karenanya dalam mengamalkan ajaran agama
harus juga disertai dengan menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang sebagaimana
menjalankan kewajiban sebagai warga negara ini merupakan wujud dari pengamalan ajaran
agama, serta anti kekerasan. Tujuan dari adanya indikator ini adalah untuk menentukan cara
pandang, sikap, dan perilaku beragama tertentu.
Setelah dosen pemateri menyampaikan materi moderasi beragama tersebut,
selanjutnya yaitu sesi tanya jawab kepada bapak pemateri. Berikut ini beberapa pertanyaan
yang ditanyakan oleh peserta seminar diantaranya:
1. Mengapa moderasi beragama itu penting?
2. Bagaimana cara untuk mengatasi masyarakat yang fanatisme terhadap satu agama yang
menolak akan toleransi beragama?
3. Apa yang menjadi alasan bahwa pahlawan yang diperlihatkan hanya yang beragama
Islam?
4. Bagaimana tanggapan pemateri tentang oknum yang melakukan bunuh diri?
Kemudian Dosen Pemateri Bapak Moh. Muhtador. S.Ud., M. Hum menjelaskan
sekaligus menjawab dari pertanyaan peserta tersebut bahwa Moderasi Beragama itu sebagai
upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang moderat ditengah-tengah perbedaan
didalam kehidupan masyarakat seperti perbedaan agama, tradisi, maupun paham-paham
yang dianut masyarakat setempat. Moderasi beragama juga sebagai jalan tengah tidak ke
kanan dan juga tidak ke kiri dalam artian moderasi beragama fokus menciptakan kerukunan,

14
soliditas, harmonis, dan tentram didalam masyarakat meskipun masyarakat yang
multikultural. Bicara soal moderasi beragama sangat-sangat dibutuhkan ditengah-tengah
paham barat yang tidak sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia yang mengedepankan
kekeluargaan bukan individualistis. Lantas apa salahnya sehingga ada oknum yang
melakukan bunuh diri? apapun alasannya bom bunuh diri itu tidak bisa dibenarkan karena
beragama itu adalah hak setiap warga negara dan juga di negara Indonesia itu ada berapa
agama yang diperbolehkan untuk berkembang oleh UUD RI 1945.
C. Kontribusi
Terdapat beberapa hal yang mendasari pada kegiatan Moderasi Beragama, anatara
lain :
a. Kontribusi Bagi Peningkatan Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan Masyarakat
Seminar kajian moderasi beragama banyak memiliki feedback yang sangat luar
biasa bagi masyarakat desa Golantepus, berbagai lintas agama pun kita kumpulkan
menjadi satu untuk berdiskusi terkait pentingnya sikap saling menghormati dan
menghargai keberagaman beragama, sebagaimana kita tahu beragama merupakan hak
konstitusional dan Negara harus memfasilitasi masyarakat untuk beragama dan beribadat
sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Kajian moderasi beragama yang kami
laksanakan bukan tanpa tujuan pastinya memiliki tujuan mulia dibalik terselenggaranya
kajian moderasi beragama bagi masyarakat setempat, seperti halnya menambah
cakrawala ilmu pengetahuan terkait perbedaan-perbedaan yang hidup secara
berdampingan di kehidupan masyarakat yang majemuk. Selain itu, kajian moderasi
beragama juga bermanfaat untuk menambah keterampilan masyarakat setempat seperti
dasar ideologi Negara kita yaitu pancasila yang bahannya digali dari nilai-nilai yang
hidup di dalam kehidupan masyarakat serba berbeda-beda. Kami berharap dengan
dilaksanakannya kajian moderasi beragama masyarakat setempat terus menjaga dan
mengamalkan nilai-nilai pancasila dan tetap satu semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
b. Kontribusi Bagi Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan di Masyarakat
Kajian moderasi beragama yang telah terlaksana memberikan sumbangsih
terhadap pengetahuan akan banyaknya perbedaan di dalam kehidupan masyarakat seperti
agama, budaya, dan paham. Oleh karena itu, masyarakat dapat mengimplementasikan

15
atas apa yang telah di dapat dalam forum kajian moderasi beragama tersebut. Adapun
contoh yang dapat diterapkan masyarakat seperti, gotong royong rasa saling memiliki
saudara lintas agama, menumbuhkan sikap saling empati terhadap sesama yang tertimpa
musibah. sebagaimana kita ketahui bersama bahwasannya Negara Indonesia merupakan
Negara yang multikultural, akan tetapi dibalik banyaknya perbedaan dimasyarakat tetap
terjalin hubungan yang harmonis, tentram dan nyaman. Hal tersebut di tengarahi sebagai
paham yang dianut berdasarkan ideologi pancasila.
c. Kontribusi Bagi Terawatatnya Tradisi dan Kearifan Lokal di Masyarakat
Kegiatan seminar moderasi beragama terlaksana secara hikmat dan lancar.
Disamping hal itu terselip manfaat sebagai pengendali sosial masyarakat. Kontribusi
bagi terawatnya tradisi daerah setempat tepatnya di desa Golantepus Mejobo Kudus
cukup membuat masyarakat tenang akan perbedaan yang ada di setiap masyarakat. Hal
tersebut dikarenakan masyarakat sudah menghilangkan sikap fanatisme terhadap
kelompok tertentu. Contohnya seperti masih eksisnya tradisi-tradisi leluhur nenek
moyang yang diyakini sebagai penolak balak dan sebagainya (sesajen). Dewasa ini,
masyarakat setempat sudah sangat menghargai dan menghormati perbedaan yang ada
baik tradisi-tradisi umat muslim seperti rabu wekasan dilaksanakan setiap akhir tahun
hijriyah islam tanpa gangguan apapun dari masyarakat yang memiliki paham berbeda.

16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian moderasi beragama sekarang ini sangat dibutuhkan ditengah-tengah
masyarakat dikarenakan banyak hal-hal maslahat dibalik kegiatan tersebut. Kegiatan
tersebut sangat membantu masyarakat setempat untuk menciptakan sebuah kehidupan
masyarakat yang aman tentram dan harmonis di masa-masa gempuran budaya barat yang
tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia umumnya dan terkhusus pada desa
Golantepus. Terlaksananya moderasi beragama diharapkan masyarakat mampu untuk
mengaktualisasikan atas paparan materi yang telah disampaikan oleh pemateri yang
berkompeten di bidangnya. Ditengah-tengah masyarakat yang multicultural diharapkan bisa
selalu mengamalkan paham-paham dan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila
sebagai ideologi Negara. Moderasi beragama yang diselenggarakan mengandung banyak
manfaat seperti sikap saling menghargai, menghormati, dan menumbuhkan rasa soliditas
antar sesama ditengah-tengah multicultural masyarakat.
B. Rekomendasi
Rekomendasi bagi masalah sosial keagamaan :
a. Masyarakat harus mempunyai rasa kehormatan antara agama satu dengan yang lain.
b. Masyarakat harus mempererat tali persahabatan dan berusaha mengenal lebih jauh antara
satu dengan yang lain.
c. Mempunyai kesadaran bahwa setiap agama yang dianut masyarakat membawa misi
kedamaian.
d. Masyarakat yang baru saja pindah ke daerah lain harus berbaur atau membaur ke
masyarakat sekitar.
e. Dalam masyarakat harus ada keadilan dan rasa ketidakadilan itu harus dihilangkan agar
tidak menimbulkan rasa kebencian.
f. Saling menguatkan hati di antara umat beragama, mempererat persahabatan dengan
saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa setiap agama
membawa misi kedamaian.
g. Bertoleransi, menghormati, serta tidak menjelek-jelekkan antar umat agama lain.

17
Rekomendasi kebijakan bagi para pemangku kepentingan :
a. Pentingnya peran pemangku kepentingan dalam menanggapi kondisi masyarakat
terutama mengenai masalah keagamaan.
b. Para pemangku kepentingan harus mampu menggandeng masyarakatnya agar selalu
hidup rukun dan saling bahu membahu antara satu sama lain, serta tidak membeda-
bedakan antara agama yang satu dan yang lain.

18
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pamflet Seminar Moderasi Beragama

2. Kegiatan Seminar

19
3. Materi Kajian Moderasi Beragama
https://docs.google.com/presentation/d/1Nc9z_W_L1n8Eg0giOGYcdmBJl-Jb9Y-b/edit?
usp=drivesdk&ouid=110043788400142631099&rtpof=true&sd=true

20

Anda mungkin juga menyukai