Anda di halaman 1dari 22

KODE ETIK PROFESI

Oleh: Siti Hanna Putri Nurfitria


NIM: 1321122015

Dosen pengampu:
Ahmad Yani, S.Gz. M.KM., RD.
PROFESI
Everett Hughes (1963)
Pengertian profesi adalah suatu pekerjaan di bidang tertentu
dimana seorang profesional memiliki pengetahuan lebih baik
dari kliennya mengenai sesuatu yang terjadi pada klien
tersebut.

Kanter (2001)
Profesi adalah pekerjaan dari kelompok terbatas orang-orang
yang memiliki keahlian khusus yang diperoleh dari pelatihan
atau pengalaman lain, atau diperoleh melalui keduanya,
sehingga penyandang profesi dapat membimbing, memberi
saran, atau melayani orang lain dalam bidangnya sendiri.

Hidayat Nur Wahid (2006)


Profesi adalah suatu pilihan yang sadar dilakukan seseorang,
sebuah “Pekerjaan” yang secara khusus dipilih, dilakukan
secara konsinten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa
menyebutnya kalau dia memang berprofesi dibidang tersebut.
CIRI-CIRI PROFESI

01 02 03 04 05
Adanya pengetahuan khusus, Adanya kaidah dan Ada izin khusus untuk Mengabdi pada Kaum profesional
yang biasanya keahlian dan standar moral yang menjalankan suatu profesi. kepentingan masyarakat, biasanya menjadi
keterampilan ini dimiliki berkat sangat tinggi. Hal ini Setiap profesi akan selalu artinya setiap pelaksana anggota dari
pendidikan, pelatihan dan biasanya setiap pelaku berkaitan dengan profesi harus meletakkan suatu profesi.
pengalaman yang bertahun- profesi mendasarkan kepentingan masyarakat, kepentingan pribadi di
.
tahun. kegiatannya pada kode dimana nilai-nilai bawah kepentingan
etik profesi. kemanusiaan berupa masyarakat.
keselamatan,keamanan,
kelangsungan hidup dan
sebagainya.
SYARAT PROFESI

08
05 07
04 06 Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini
adalah kode etik.
.
05 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
.
04 Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
02 .

03 Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang


permanen.

02 Memerlukan latihan dalam jabatan yang


berkesinambungan.
.
01 Memerlukan persiapan profesional dan bukan
sekedar latihan.

Melibatkan kegiatan Menggeluti suatu bidang ilmu


yang khusus.
intelektual.
KODE ETIK KODE ETIK PROFESI
Kode etik yaitu norma atau azas yang • Kode etik profesi adalah pedoman
diterima oleh suatu kelompok tertentu sikap, tingkah laku dan perbuatan
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari dalam melaksanakan tugas dan dalam
di masyarakat maupun di tempat kerja kehidupan sehari-hari.
• Merupakan suatu tatanan etika yang
telah disepakati oleh suatu keleompok
masyarakat tertentu.
TUJUAN KODE ETIK PROFESI

Untuk menjunjung tinggi martabat Untuk menjaga dan memelihara


01 02 kesejahteraan para anggota.
profesi.

Untuk meningkatkan pengabdian Untuk meningkatkan mutu profesi..


03 para anggota profesi. 04

Meningkatkan layanan di atas


05 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. 06
. keuntungan pribadi.

Mempunyai organisasi profesional yang kuat Menentukan baku standarnya sendiri


07 dan terjalin erat 08
FUNGSI KODE ETIK PROFESI

Memberikan pedoman bagi setiap anggota


profesi tentang prinsip profesionalitas yang
01 digariskan.

Sebagai sarana kontrol sosial bagi


masyarakat atas profesi yang
02 bersangkutan.
.
Mencegah campur tangan pihak di luar
organisasi profesi tentang hubungan etika
03 dalam keanggotaan profesi. Etika profesi
sangatlah dibutuhkan dalam berbagai
Bidang.
• Tuntunan perilaku professional seorang tenaga
gizi dalam melakukan pelayanan gizi sesuai
dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan
KODE ETIK yang telah diperoleh dari Pendidikan formal
PROFESI GIZI maupun nonformal.
• Ahli Gizi harus menerapkan kode etik yang
diberlakukan untuk profesional ahli gizi.

• Dalammenerapkan kode etik, ahli gizi perlu


memperhatikan kewajiban yang diembannya
• Selain kewajiban yang harus dilakukan,
seorang ahli gizi juga dituntut untuk memahami
pelanggran dari kode etik tersebut serta
kekuatan kode etik
KODE ETIK AHLI GIZI INDONESIA

Ahli Gizi Harus senantiasa bertakwa kepada Tuhan YME, berlandaskan pada
Pancasila, UUD 1945, dan kode etik Profesi Ahli Gizi

Bab I Kewajiban Umum


Bab II. Kewajiban Terhadap Klien
Bab III. Kewajiban terhadap Masyarat
Bab IV. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi
Bab V. Kewajiban Terhadap Mitra Kerja
Bab VI. Kewajiban terhadap Profesi dan diri sendiri.
Bab. VII Penetapan Pelanggaran
Bab VIII Penutup
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap Ahli Gizi/Tenaga Gizi menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah Ahli Gizi.

Pasal 2
Setiap Ahli Gizi/Tenaga Gizi wajib menghayati dan mengamalkan kode etik ahli gizi.

Pasal 3
Setiap Ahli Gizi berperan dalam meningkatkan dan mempertahankan keadaan gizi, kesehatan, serta meningkatkan kecerdasan,
dan produktivitas masyarakat.

Pasal 4
Seorang Ahli Gizi wajib berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar kompetensi yang tertinggi.

Pasal 5
Seorang Ahli Gizi dalam menjalankan pekerjaannya menunjukkan sikap dan moral yang baik, bersikap jujur, tulus dan adil, tidak
mementingkan diri sendiri, serta tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 6
Seorang Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi
terkini, dan harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 7
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa saling menghormati dan menghargai dalam melakukan kerjasama
berdasarkan prinsip kemitraan dengan sesama profesi dan para profesional di bidang kesehatan maupun bidang
lainnya.

Pasal 8
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk
mendahulukan kepentingan masyarakat luas dan bangsa sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN

Pasal 9
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien yang dilayani baik pada saat
klien masih atau sudah tidak dalam melakukan pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal
dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.

Pasal 10
Setiap Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan
unik setiap klien yang dilayani, peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi
dalam hal jenis kelamin, usia, suku, agama, ras, serta status sosial.

Pasal 11
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi tepat, cepat, dan akurat, serta
bersikap tulus ikhlas sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya untuk kepentingan klien.
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 12
Setiap Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dengan memiliki
kepekaan sosial, lingkungan, dan kepedulian yang tinggi, serta berkewajiban senantiasa berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat.

Pasal 13
Setiap Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang informasi yang salah dan
praktik yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.

Pasal 14
Setiap Ahli Gizi berkewajiban peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi
dan meningkatkan status gizi masyarakat.

Pasal 15
Setiap Ahli Gizi dalam mempromosikan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa menghindari hal-
hal yang menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat.
KEWAJIBAN TEMAN SEPROFESI

Pasal 16
Setiap Ahli Gizi memperlakukan teman seprofesinya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 17
Setiap Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada
sesama profesi.
KEWAJIBAN TEHADAP MITRA KERJA

Pasal 18
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menggunakan setiap kesempatan untuk menjalin dan meningkatan
hubungan profesi dengan mitra kerja atau profesi lain dengan saling mempercayai, dan menghargai.

Pasal 19
Setiap Ahli Gizi dalam melakukan praktik kegizian termasuk melakukan promosi gizi, memelihara dan
mempertahankan status gizi individu dan masyarakat berkewajiban bekerjasama dan menghargai berbagai
disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.

Pasal 20
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menyediakan sumber informasi dan memberikan informasi terkait
kegizian yang bersifat ilmiah, tepat, jelas, tidak bias, akurat, terkini, kepada mitra kerja/profesi lain jika
diperlukan.
KEWAJIBAN TEHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI

Pasal 21
Setiap Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan dan
ditetapkan oleh profesi gizi.
Pasal 22
Setiap Ahli Gizi senantiasa aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dan
mutakhir serta peka terhadap perubahan lingkungan untuk memajukan dan memperkaya praktik kegizian.

Pasal 23
Setiap Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan
pribadi.
KEWAJIBAN TEHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI

Pasal 24
Setiap Ahli Gizi berkewajiban melakukan perbuatan yang tidak melawan hukum, dan memaksa orang lain
untuk melawan hukum.

Pasal 25
Setiap Ahli Gizi senantiasa memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.

Pasal 26
Setiap Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik individu dan profesi.
PENETAPAN PELANGGARAN

Pasal 27
Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik ini diatur tersendiri oleh Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Ahli
Gizi.
Penutup
Pasal 28
Kode etik diberlakukan setelah disahkan oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.

Kode Etik Ahli Gizi ini disahkan pada Kongres Nasional (KONAS) PERSAGI di Medau pada tanggal 18
November 2019 oleh sidang tertinggi sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART).
SEJARAH PROFESI GIZI

Upaya penanggulangan masalah gizi di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1950-an oleh Prof. Dr.
Poorwo Soedarmo yang dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia. Berbagai Program Perbaikan Gizi
telah dilakukan disertai dengan slogan penyuluhan gizi yang sangat terkenal yaitu <Empat Sehat
Lima Sempurna=, yang kini telah berkembang menjadi pesan dasar <Gizi Seimbang=.
Menyadari perlunya tenaga khusus untuk menangani masalah gizi tersebut, maka pada tanggal 4
September 1950, beliau mendirikan Sekolah Ahli Makanan di Jakarta, yang sekarang berkembang
menjadi bermacam jenis Pendidikan Tenaga Gizi atau Ahli Gizi di berbagai Perguruan Tinggi.(ART).
SEJARAH ORGANISASI PROFESI GIZI

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) merupakan organisasi


yang menghimpun para ahli gizi di Indonesia. Organisasi profesi
ini didirikan pada tanggal 13 Januari 1957 dengan nama semula
Persatuan Ahli Nutrisionis Indonesia yang disempurnakan pada
tanggal 26 Mei 1960 dan kemudian pada tanggal 20 Juli 1965
dan terakhir tanggal 19 Nopember 1989 menjadi Persatuan Ahli
Gizi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai