Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 2012, hal 20 – 25 Vol 7 No 1

ISSN 1907-2821 20
PERHITUNGAN KEBUTUHAN JUMLAH INDUK SAPI UNTUK MENDAPATKAN
KEUNTUNGAN USAHA YANG MAKSIMAL MENGGUNAKAN METODE LAGRANGIAN DI
KABUPATEN MANOKWARI

THE NEED NUMBER OF COWS CALCULATION TO ACHIEVE MAXIMUM BUSINESS PROFIT USING
LAGRANGIAN METHOD IN THE DISTRICT OF MANOKWARI

Trisiwi Wahyu Widayati


Jurusan produksi Ternak FPPK UNIPA Manokwari
E-mail: trieswd@yahoo.com

ABSTRACT

This study was carried out in Manokwari District to the determinants of the amount of beef which is needed
by beef farmer household in order to get maximum profit. Data was collected from 89 farmer household.
Ordinary Least Square regression model and lagrangian optimalization method were used to analyze the
primary data obtained from the survey conducted. The findings of the study showed that the number of cows
which was needed to produce maximum profit are 2 (two) unit on average 0, 22 acres of land and and 8 unit
on 2 acres of land tenure.

Key words: Ordinary Least Square regression, lagrangian, beef farmer

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kebutuhan jumlah induk sapi yang dibutuhkan untuk mendapatkan
keuntungan usaha yang maksimal. Data berupa data primer yang dikumpulkan dari 89 peternak sapi potog di
Kabupaten Manokwari. Data diolah dan dianalisis menggunakan regresi Ordinary Least Square dan
perhitungan optimalisasi menggunakan metode Lagrangian . Hasil penelitian menunjukkan jumlah induk sapi
yang dibutuhkan untuk menghasilkan keuntungan maksimal adalah sebanyak 2 ekor untuk usaha peternakan
yang diusahakan pada lahan 0,22 hektar, dan 8 ekor untuk peternakan yang diusahakan pada lahan 2 hektar.

Kata kunci: Ordinary Least Square regression, lagrangian, peternakan sapi

PENDAHULUAN masyarakat terhadap produk ternak import yang


Peranan peternakan rakyat dalam rangka dirasa jauh lebih tersedia.
penyediaan sapi potong lokal sangat besar. Menurut Tambunan et al. (1998) dan Riyadi
Menurut Sumadi (2010), sebanyak 95,21% dari (2004) peran peternakan rakyat dalam
populasi sapi potong di Indonesia berada di pemberdayaan Ekonomi Rakyat (PER) cukup
pedesaan dan dipelihara oleh petani peternak, besar, namun kontribusinya dalam pendapatan
namun peran tersebut masih memiliki banyak keluarga masih kecil. Peranan usaha rakyat
hambatan dalam teknologi budidaya yang umumnya masih berupa usaha sampingan,
diterapkan, yakni tidak mengalami kemajuan dimana kontribusinya terhadap pendapatan
atau stagnasi. Hal ini ditandai oleh rendahnya keluarga kurang dari 10 % dan belum sampai
tingkat adopsi inovasi dan teknologi dalam tahapan cabang usaha atau sebagai usaha pokok.
pemeliharaan baik perkandangan, pemberian Usaha ternak ruminansia rakyat umumnya
pakan, serta penanggulangan dan pencegahan berupa usaha keluarga dalam model ”mix
penyakit, penyediaan bibit yang berkualitas, farming” dimana usaha ternak hanya sebagai
penanganan pasca panen dan pemasaran produk pelengkap kegiatan ekonomi rumah tangga
ternak. Akibatnya penyediaan produk ternak sehingga skala usahanya tidak banyak
dalam negeri tidak dapat mengikuti kecepatan mengalami perubahan antar waktu.
pergerakan permintaan , yang selanjutnya Sisi lain pembangunan sektor peternakan
berakibat pada peningkatan konsumsi sebagai bagian dari pertanian adalah adanya
tekanan eksternal yang muncul akibat peralihan
Vol. 7, 2012 Perhitungan Kebutuhan Jumlah Induk Sapi 21
sejumlah lahan pertanian menjadi lahan non Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
pertanian sehingga memunculkan komersialisasi mengetahui jumlah induk sapi secara tepat
di beberapa komponen penentu usaha sapi sebagai salah satu input produksi, agar usaha sapi
potong. Sulitnya mendapatkan lahan menjadikan potong dapat menghasilkan keuntungan yang
peternakan tidak lagi bisa sebagai usaha maksimal.
sampingan non biaya pakan ternak sapi potong
yang berupa hijauan yang semula mudah MATERI DAN METODE
didapatkan cuma-cuma menjadi komoditi yang
Jenis dan Sumber Data
mulai diperdagangkan, walau masih pada kisaran
Data penelitian yang digunakan berupa data
harga yang berbeda-beda (Widayati, 2011). Dari
primer yang diambil dari 89 rumahtangga
hal tersebut sangat perlu untuk mengindentifikasi
peternak sapi potong yang ada di Distrik Prafi,
seluruh kendala (constraints) pengembangan
Kabupaten Manokwari. Data yang diambil antara
usaha dengan mengedepankan penyelamatan
lain adalah data yang menyangkut produksi sapi
lahan secara legal , mengarahkan wilayah untuk
sotong yakni jumlah ternak sesuai kelompok
mendukung kelembagaan kepemilikan lahan
jenis kelamin dan umur ternak, jumlah input
peternakan bersama sebagai respon perubahan
produksi yang digunakan oleh tiap-tiap
lahan pertanian karena desakan pembangunan
rumahtangga peternak seperti jumlah pakan
daerah.
hijauan (kg), jumlah penggunaan garam (kg),
Pengembangan sapi potong secara nasional
jumlah curahan waktu peternak setiap hari (jam),
mutlak memerlukan peran serta peternakan
luas lahan yang digunakan untuk beternak, serta
rakyat, sehingga sangat perlu untuk melakukan
harga hijauan yang telah dijualbelikan, harga
langkah-langkah strategis dalam
pakan tambahan, biaya tenaga kerja, biaya sewa
mengembangkan peternakan rakyat, melalui
lahan.
dukungan baik dari permodalan, teknologi, bibit
,manajemen pengembangan melalui
Metode Analisis
standardisasi usaha peternakan(Oyedele dan
Perhitungan jumlah induk sapi yang
Akintola, 2012) Perlu dilakukan perencanaan
dibutuhkan untuk memperoleh keuntungan
produksi peternakan rakyat yang dapat
maksimal adalah melalui tahapan sebagai berikut
dijalankan secara rasional, dalam arti
:
memperhitungkan aspek keuntungan maksimal
1. Mengetahui fungsi produksi sapi potong
pada batasan- batasan tertentu pada usaha
menggunakan rumus Cobb Douglas yang
peternakan tersebut. Penentuan skala usaha
dikembangkan Tambunan (1998) sebagai berikut
dalam hal ini menjadi sangat penting untuk
:
menetapkan skala usaha yang efesien, baik dari
aspek produksi maupun biaya guna memperoleh Youtput  AX Ib1 X Rb 2 X PT
b3
X Lb 4
................................(1)
keuntungan yang maksimal. Peningkatan
efesiensi ekonomi produksi juga sangat penting
Dimana :
bagi daya saing produktivitas usaha peternakan
Y output = jumlah anak sapi yang dihasilkan dari usaha
(Ghorbani et al, 2009), yang juga berarti pembibitan (UT)
peningkatan penghematan sumberdaya yang ada XI = jumlah Induk Sapi (UT)
dalam perekonomian dan mendorong XR = jumlah Pakan Hijauan (kg)
pertumbuhan populasi ternak, baik regional XPT = jumlah garam (kg)
maupun nasional. Terkait hal tersebut perlu XL = jumlah curahan waktu (jam)
diketahui besaran input-input produksi yang Seluruh data dikonversi dalam satuan waktu yang
dapat menghasilkan keuntungan usaha maksimal sama , yakni satu tahun.
pada kendala teknis produksi tertentu.
Salah satu input produksi penting pada usaha 2. Mengetahui fungsi keuntungan usaha peternak
sapi potong adalah induk sapi (Ramsey et dengan mempertimbangkan kendala teknis
al,2005). Induk sapi merupakan mesin produksi produksi menggunakan metode Basic
usaha pembibitan yang menjadi penentu utama Lagragian (Taylor, 2008)
kapasitas produksi sebuah usaha pembibitan.
22 Widayati Jurnal Ilmu Peternakan
Fungsi keuntungan metode Lagragian secara MaxL=Poutput.AXI XPT XL – PIXI – PRXR – PPTXPT
b1 b3 b4

basic adalah sebagai berikut : – PLXL + λ(Ῡ3(i) - AXI b1XR b2XPT b3 XL b4)
Keuntungan ........................................................................(3)
Keterangan:
  Poutput .AX Ib1 X Rb 2 X PTb3 X Lb4  PI X I  PR X R  PPT X PT  PL X L  = Keuntungan usaha ternak (Rp)
Y3 = Jumlah output peternakan rakyat yang dihasilkan
Max (UT)
XI = Jumlah induk yang dipelihara (UT)
  Poutput .AX Ib1 X Rb 2 X PT X L  PI X I  PR X R  PPT X PT  PL X L
b3 b 4

XR = Jumlah rumput/ hijauan pakan ternak yang diberikan


...................................(2) (kg)
dengan dibatasi kendala produksi sebesar XT = Jumlah pakan tambahan (feed aditive) (kg)

XL = Jumlah tenaga kerja pemeliharaan (HOK)


Youtput (i )  AX Ib1 X Rb 2 X PT
b3
X Lb 4 P = Harga sapi potong output peternakan rakyat (Rp/ UT)
PI = Harga induk (Rp/UT)
Youtput = jumlah output usaha pembibitan sapi potong PR = Harga rumput (Rp/kg)
potensial di wilayah penelitian. PT = Harga pakan tambahan (Rp/Kg)
Pentuan besaran output usaha pembibitan PL = Upah sewa tenaga kerja (Rp/HOK)
sapi potong potensial merupakan produksi
Dengan diasumsikan peternak sapi berpikir
terbaik yang ada di wilayah penelitian pada
rasional, maka akan berproduksi pada tingkat
Y produksi yang memberi keuntungan maksimum.
penggunaan teknologi tertentu ( output ). Contoh :
telah menggunakan Inseminasi Buatan, atau Fungsi keuntungan maksimum dicapai jika
manajemen ransum tertentu. derivasi pertama persamaan tersebut sama
Dalam perhitungan keuntungan usaha sapi dengan dengan nol. Melalui proses derivasi
potong peternakan rakyat, mengingat siklus untuk mendapatkan nilai keuntungan maksimum
produksi usaha sapi potong memerlukan waktu dapat diketahui jumlah masing masing input
relatif lama (lebih dari satu tahun) , maka seluruh produksi yakni Induk sapi ( X I* ),
nilai harga input atau biaya input dihitung Rumput/hijauan pakan ternak ( X R* ), Pakan
berdasarkan rata-rata pengeluaran pertahun per *
unit yang dikeluarkan selama masa usaha. Tambahan ( X PT ),Tenaga kerja ( X L* ) ) yang
Persamaan keuntungan dengan kendala output dibutuhkan untuk mendapatkan produksi dengan
tetap metode Basic-LaGrangian adalah sebagai keuntungan maksimum.
berikut :
1
  b1b 2b 3b 4
 
 Y3(i ) 
Jumlah induk sapi (Unit Ternak): X I  
*
b2 b3 b4 
...............(4)

 A. 2   b   
P b 2  b 3 b 4  3   4  
b b
  b1 PR  I  b1 PPT   b1PL  

Jumlah rumput/hijauan pakan ternak (kg):


1
  b1b 2b 3b 4
 
 Y3(i ) 
XR  
*
b1 b3 b4  ....................................(5)
 A.  b1  P b1b 3b 4  b3   b4  
  b2 PI  R    
 b2 PPT   b2 PL  

Jumlah pakan pambahan (kg):


Vol. 7, 2012 Perhitungan Kebutuhan Jumlah Induk Sapi 23
1
  b1b 2b 3b 4
 
 Y3(i ) 
*
X PT  b1 b2 b4 
....................................(6)
A  b  b1 b 2  b 4  b   b  
  b3 PI  PT     
1 2 4
P
 3 R  3 L 
b P b P
Jumlah tenaga kerja (HOK)

....................................................(7)
Nilai X I* , X R* , X PT
*
dan X L* merupakan nilai penggunaan input yang akan memberikan keuntungan
maksimum

HASIL DAN PEMBAHASAN optimasi keuntungan peternak serta kendala


Hasil analisis untuk mengetahui jumlah induk teknis produksi disajikan pada Tabel 1 dan 2.
sapi yang dibutuhkan untuk produksi pada Hasil regresi terhadap fungsi produksi ternak
tingkat peternak dengan pendekatan fungsi pembibitan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil regresi produksi pembibitan sapi potong di Manokwari


Simbol koefesien
Parameter TH Nilai t- test
parameter
Konstanta A -1.552 -6.317
Induk b1 + 0.859*** 15.955
Hijauan b2 + 0,063** 2.350
Pakan Tambahan b3 + 0,016 0.365
Tenaga Kerja b4 + 0,023 1.112
R-squared 0.900
Adjusted R-squared 0.895
F.test (Sig.) : 189.161***
Sumber : Data primer olahan 2009
Keterangan:
*** : Signifikan pada  1%
** : Signifikan pada  5%
TH : Tanda harapan

Hasil regresi terhadap fungi produksi ternak yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan hasil
pembibitan, 89% dapat dijelaskan oleh variabel penelitian Tambunan (1998) dan Ramsey et
penjelas, dan sisanya 11% berasal dari variabel al,2005 bahwa jumlah induk merupakan faktor
yang belum diketahui. Pengujian secara penentu penting pada usaha sapi potong
bersama dari variabel independen yakni induk pembibitan. Variabel curahan waktu tidak
sapi, pakan hijauan, curahan waktu kerja dan berpengaruh terhadap produksi. Hal ini diduga
jumlah pemberian garam memberikan hasil karena sifat pengusahaan ternak sapi masih
yang signifikan pada taraf kepercayaan 99%). semi intensif hingga ekstensif. Sebagian
Dari pengujian secara terpisah terhadap peternak membiarkan ternak sapi diumbar
variabel-variabel bebas penentu produksi untuk merumput sendiri, sehingga ada peternak
pembibitan sapi potong diperoleh hasil bahwa yang mampu menghasilkan banyak sapi tanpa
variabel induk dan jumlah pakan hijauan harus mencurahkan waktu terlau banyak pada
berpengaruh signifikan terhadap jumlah output pemeliharaan sapi tersebut.
24 Widayati Jurnal Ilmu Peternakan

Selanjutnya dengan menggunakan koefesien usaha peternakan rakyat di Manokwari,


regresi A,b1,b2,b3,b4 yang tertera pada Tabel 1 pada kondisi pengusahaan lahan untuk
dan mengetahui harga harga input produksi usaha ternak rata-rata yakni 0,22 hektar,
pembibitan ternak antara lain harga induk, atau
harga output, harga pakan hijauan, harga garam b) 8 Unit Ternak : merupakan output
maka besaran jumlah induk yang membawa potensial jika peternak menggunakan 100%
keuntungan maksimal dapat dihitung lahan pertaniannya (2 ha) , untuk usaha sapi
menggunakan persamaan 4. potong .
Besarnya jumlah induk sapi pada persamaan
(4), merupakan hasil turunan pertama Harga sapi jantan dewasa di Kabupaten
persamaan keuntungan kendala teknis produksi Manokwari adalah Rp 10.000.000,00 harga
Lagragian. Induk Rp 6.000.000,00, harga hijauan dengan
 berat 35 kg adalah Rp. 15.000,00 dan harga
Besaran Y yang merupakan batasan
garam per kg adalah Rp. 3500
(kendala) pencapaian keuntungan dalam
persamaan (4) , pada penelitian ini ada adalah Besarnya jumlah induk sapi ( X I * ) pada
: beberapa alternatif kendala dapat dilihat pada
a) 1,7 Unit Ternak : merupakan jumlah anak Tabel 2.
sapi (output) tertinggi hasil pembibitan

Tabel 2 Jumlah induk sapi pada rumahtangga peternak yang akan memberikankeuntungan maksimal
pada berbagai alternatif kendala

Kendala( Y ) Jumlah induk sapi yang memberikan
Keterangan
(Unit Ternak) keuntungan maksimal (ekor)
8 Batasan output jika peternak 8,183 (sekitar 8 ekor)
menggunakan 100% lahannya (2 ha)
untuk beternak sapi potong
Batasan output aktual yang ada di
1.7 1.633 (sekitar 2 ekor)
Manokwari
Sumber : Olahan data primer 2010Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah induk sapi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan keuntungan yang optimal adalah sekitar 8 ekor pada lahan 2 hektar dan sekitar 2 ekor pada lahan rata-
rata 0,22 ha.

KESIMPULAN Ramsey R., D. Doye, C. Ward , J. McGrann , L.


Jumlah induk sapi yang dibutuhkan untuk Falconer, and S. Bevers. 2005. Factors
menghasilkan keuntungan usaha yang Affecting Beef Cow-Herd Costs,
maksimal pada rumahtangga peternak sapi di Production and Profits. Journal of
Kabupaten Manokwari menggunakanmetode Agricultural and Applied Economics,
Lagragian adalah sekitar 2 ekor pada lahan 37,1(April 2005):91-99. Southern
usaha rata-rata 0,22 ha dan 8 ekor pada lahan Agricultural Economics Association.
usaha 2 hektar. Riady, M. 2004. Tantangan dan Peluang
Peningkatan Produksi Sapi Potong Menuju
DAFTAR PUSTAKA 2020. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi
Ghorbani A., S.A Mirmahdavi., E. Rahimabadi. Potong: 3-6.
2009. Economic Effesiensi of Caspian Simatupang, P. 1988. Penentuan Skala Usaha
Cattle Feedlot Farms. Asian Journal of dengan Fungsi Keuntungan: landasan
Animal Sciences, 3(1): 25-32. Malaysia. Teoritis dengan Fungsi Cobb Douglas dan
Oyedele, G.A. and Akintola, J. O. 2012. Translog. Pusat Penelitian Agro Ekonomi.
Determinants of access to credit in Badan Penelitian dan Pengembangan
Nigerian agriculture. Journal of Pertanian. Bogor.
Development and Agricultural Economics Sumadi. 2010. Produktivitas dan
Vol. 4 (10), pp. 275-286, June, 2012 . Pengembangan Sapi Potong di Provinsi
http://www.academicjournals.org/JDAE Jawa Tengah. Makalah pada Seminar
Vol. 7, 2012 Perhitungan Kebutuhan Jumlah Induk Sapi 25

Ruminansia 2010 dengan Tema Dirjen Bina Penyebaran dan


Perkembangan Penelitian Ternak Pengembangan. Dirjen Peternakan.
Ruminansia dan Kontribusinya dalam Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Swasembada Daging 2014 di Fakultas Taylor. D.B. 2008. Deriving Input Demand
Peternakan Universitas Diponegoro, Jawa Curves Mathematically. Handout#31.
Tengah 6 Oktober 2010. http://classnotes.aaec.vt.edu/aaec5025/.
TambunanM., SimatupangP., IsdidjosoB., Diakses tanggal 8 Agustus 2008 (08:35)
NapitupuluA.H.,SugihartoD.R., SinagaS., Widayati T.W. 2011. Analisis Penyediaan Sapi
SeldadyoH.,EdiawanH., SimbolonR., Potong Untuk Mendukung Kecukupan
Supriyanto. 1998.Pengembangan Daging di Provinsi Papua Barat. Disertasi
Peternakan Rakyat Berwawasan Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Agribisnis. Lembaga Penelitian IPB dan Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai