Anda di halaman 1dari 4

Pemberdayaan Masyarakat Tani melalui Intensifikasi Sistem Usaha Tani

Propinsi Jambi didominasi oleh sektor perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit
( Orbignya cohune). Pengembangan perkebunan kelapa sawit sangat memberikan
dampak positif bagi daerah dalam menggali Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
berguna bagi peningkatan kesejahtreaan masyarakat secara luas, baik secara langsung
yaitu sebagai penghasil minyak, maupun secara tidak langsing yaitu dengan
pemanpaatan limbah sawit sebagai input produksi usaha lainnya. Salah satu jenis
usaha yang dapat dilkuakan dlam memnfaatkan limbah sawit sebagai input produksi
yaitu pada usaha tani budidaya sapi potong maupun perah. Seperti diketahui bahwa
limbah sawit yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit
berupa 3 jenis yaitu ; 45 s/d 46 % bungkil inti sawit ( palm kernel cake atau PKC) 12
% sabut sawit ( palm press fiber PPF) dan 2 % lumpur sawit ( palm oil sluge atau
POS ) kering. Selama ini bungkil inti sawit sebagian besar diekspor sebagai bahan
mentah untuk industri peternakan dinegara maju. Sabut sawit sebagian dipakai
sebagai bahan bakar sedangkan lumpur sawit sebagian besar masih merupakan
sumber pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena kita belum memanfaatkan
limbah tersebut dengan optimal.
Usaha gubernur Jambi untuk memajukan propinsi ini telah mendatangkan titik terang
dengan di tandatanginya MOU antara Pemda Propinsi Jambi dalam hal ini BUMD
PT. Jambi Indoguna Internusa dengan Perusahaan Swasta Nasional PT. Arwana
Perkasa dan PT. Agro Sawit Mandiri yang dikelola oleh PT. Indoguna Inti Cornalia,
dalam hal pembangunan pabrik inti kelapa sawit (kernel). Pembangunan pabrik
kernel oil senilai Rp. 75 miliar di Muaro Jambi selain memberikan keuntungan senilai
20 % sebagai pemegang saham dan peningkatan PAD, kehadiran pabrik ini juga
membuka peluang kerja bagi maysarakat tani setempat dengan memanfaatkan limbah
pabrik sebagai input produksi usaha penggemukkan sapi potong dan perah.
Dengan kapasitas produksi 500 ton /hari akan didapatkan 80 ribu ton bungkil sawit
yang dapat diadikan sumber pakan untuk 50 ribu ekor sapi/tahun. Jika diasumsikan
satu keluarga tiga orang tenaga kerja memelihara 10 ekor sapi maka akan dapat
memberikan lapangan kerja bagi 24 ribu orang.
Upaya untuk pengembangan usaha penggemukan sapi potong maupun perah
merupakan langkah awal dari suatu agroindustri pakan berbahan baku limbah
perkebunan, hal ini akan memberi nilai tambah kepada limbah tersebut yang selama
ini belum dimanfaatkan atau hanya di ekspor sebagai bahan mentah yang harganya
murah. Dengan memanfaatkan limbah sawit sebagai input untuk usaha
penggemukkan sapi, limbah sapi ( kotoran ) yang dihasilkan dari pemakaian input
limbah sawit dapat berfungsi sebagai input produksi perkebunan kelapa sawit.
Kotoran sapi tersebut dapat dikembalikan ke tanah sebagai sumber hara untuk
memperbaiki kondisi tanah, sehingga dapat mengurangi input dari biaya pemeblian
pupuk.
Sehubungan dengan beberapa hal diatas maka diperlukan suatu wilayah yang dapat
digunakan untuk pembangunan usaha penggemukkan sapi maupun perah didekat
areal perkebunan. Wilayah yang terdiri dari tempat dan penduduk tersebut perlu
dipersiapkan secara matang mengingat pemakaian limbah sawit merupakan suatu
kebiasaan baru bagi petani. Maka langkah – langkah yang perlu dipersiapkan berupa
pengenalan sistem budidaya ternak yang menggunakan limbah sawit. Pengenalan ini
berupa pembimbingan, pengawalan, maupun
PEMANFAATAN LIMBAH INTI SAWIT UNTUK PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

Latar belakang:
Program pengembangan kelapa sawit sebagai komoditas primadona di Provinsi Jambi
merupakan salah satu program daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berdirinya pabrik kernel (minyak inti sawit) di wilayah Kabupaten Muaro Jambi yang
telah diresmikan Gubernur Provinsi Jambi merupakan langkah nyata diversikasi
usaha daerah untuk peningkatan PAD dan efek lainnya yang diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan kerja, usaha jasa, dll.

Salah satu hasil ikutan pabrik kernel yang dikelola bersama PT. Jambi Indoguna
Internusa dengan PT. Indoguna Inti Cornalia ini adalah limbah inti sawit berupa
bungkil sawit, yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Dengan kapasitas
produksi 500 ton /hari, pabrik ini akan dihasilkan 80 ribu ton bungkil sawit yang
dapat dijadikan sumber pakan untuk 50 ribu ekor sapi/tahun. Jika satu keluarga
memiliki tiga orang tenaga kerja yang dapat memelihara 10 ekor sapi maka efek
sampingan dari berdirinya pabrik kernel akan memberikan lapangan kerja bagi 24
ribu orang.

Untuk merealisasikan pemberdayaan masyarakat dan tercapainya tujuan mulia


tersebut kiranya perlu langkah-langkah yang tepat yang perlu segera diambil oleh
Gubernur Provinsi Jambi.

Pemanfaatan bungkil inti sawit pada dasarnya diperlukan ternak dalam jumlah tidak
lebih dari 40% dari ransum pakan campuran yang diberikan, sehingga pemberian
yang berlebihan akan merugikan ternak sendiri. Teknologi demikian belum dikuasai
peternak. Belum lagi adanya sifat bungkil yang tidak tahan simpan. Permasalahan ini
harus dipecahkan agar tujuan program tercapai sesuai dengan dikehendaki. Oleh
karena itu perlu suatu kajian yang menyeluruh dari kesiapan peternak, model
pengembangan, teknologi produksi dan pasca panen hingga pemasaran.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan I (Tahun 2002)
 Melakukan identifikasi calon lokasi dan peternak yang akan menjadi peserta
pengembangan ternak
 Mengetahui tingkat keterampilan peternak dalam budidaya ternak
 Mengetahui motivasi dan kemampuan peternak

Tujuan II (Tahun 2003)


 Melakukan pelatihan pengelolaan usaha ternak sapi
 Meningkatkan keterampilan peternak melalui anjangsana dan gelar teknologi
 Mendapatkan model pengembangan usaha ternak yang sesuai dengan kondisi
spesifik

Tujuan (Tahun 2004)


 Menerapkan model pengembangan usaha peternakan inti dan plasma
 Melakukan kawalan teknologi terhadap peternak sapi

Manfaat (Tahun 2002)


Diketahuinya lokasi dan peternak yang tepat dan bertanggungjawab dalam akan
memudahkan penerimaan program yang diintroduksikan.

Manfaat (Tahun 2003)


Petani telah terampil dan siap mengikuti program pengembangan peternakan.

Manfaat (Tahun 2004)


Teknologi pengelolaan ternak sapi dikuasai petani. Dihasilkan produksi daging dan
susu dari lokasi kegiatan.

Metode pendekatan
Karakterisasi peternak dilakukan dengan metode Partisipatory Rapid Rural (PRA).
Selanjutnya untuk pengembangan inti dan plama dengan penerapan analisis SWOT.
Pelaksanaan kegiatan dengan pendampingan sesuai dengan tenaga keahlian yang
sesuai.

Prosedur pelaksanaan kegiatan


Strategi alternatif dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kabupaten Muaro
Jambi (Analisis SWOT)

Faktor Internal Kekuatan (Strengh) Kelemahan (Weakness)

Faktor
Ekternal
1. Sumber daya lahan 1. Modal
2. Produksi kernel 2. SDM
3. Hijauan pakan 3. Manajemen organisasi
4. Sumberdaya peternak 4. Penguasaan teknologi

Peluang (Opportunities) S-O W–O


1. Dukungan Pemerintah Peningkatan kerjasama Pemberian kredit untuk
Provinsi dan Daerah dengan pabrik dan instansi pengembangan usaha
2. Tersedianya teknologi terkait Pembangunan sarana dan
3. Permintaan pasar tinggi Pemanfaatan teknologi prasarana kelancaran
4. Peningkatan pendapatan spesifik lokasi usaha
peternak dari daging
dan susu

Ancaman (Threats) S-T W–T


1. Penyakit ternak Meningkatkan Peningkatan penguasaan
2. Pencurian keterampilan peternak dan manajemen usaha ternak
koordinasi dan
kelompokpeternak dengan
aparat keamanan

Anda mungkin juga menyukai