Anda di halaman 1dari 1

220907962 – Elizabeth Meyliana Tambunan

HASIL ANALISIS SITUASI LINGKUNGAN SEKITAR KOST


Di Yogyakarta, saya bertempat tinggal di salah satu kost yang ada di Jalan
Tambakbayan. Situasi konkret lingkungan sekitar kost yang saya lihat adalah masyarakatnya
yang begitu ramah dan menghargai satu sama lain. Mereka menjunjung tinggi norma-norma
dan nilai-nilai yang ada. Letak kost saya ini strategis. Semua kebutuhan sehari-hari seperti
makanan dan lainnya bisa didapatkan dengan mudah di sekitaran kost saya. Seperti contohnya
warung makan yang ada di depan kost saya. Saya sangat sering pergi ke warung makan itu dan
bisa dikatakan warung tersebut sudah menjadi langganan saya. Ibu dan bapak yang berjualan
di warung itu adalah sepasang suami-istri yang sangat baik dan ramah. Sejak pertama kali saya
datang ke Yogyakarta, mereka antusias menanyai saya dan menjelaskan tentang bagaimana
kehidupan orang-orang di Yogyakarta, tentang sopan santunnya, tata kramanya, dan lain
sebagainya. “Mbak asalnya dari mana?”, “Mari, Mbak”, “Terima kasih, Mbak”. Begitulah kira-
kira sapaan mereka kepada saya. Begitu juga dengan tempat laundry, ibu yang bekerja di situ
juga sangat ramah dan selalu tersenyum sambil mengatakan, “Kak Elizabeth, laundry-nya mau
berapa hari?”, atau “Terima kasih ya, Kak”. Satu lagi, bapak penjual galon air yang juga tak
jauh dari kost saya. Setiap kali saya memesan galon, bapak ini mengantarkannya langsung ke
kost saya menggunakan sepeda motor. “Ini ya, Mbak. Totalnya Rp 44.000,00”, begitu kata si
bapak sambil tersenyum. Reaksi-reaksi masyarakat ini membuat saya sebagai pendatang
merasa sangat nyaman dan diterima dengan baik di lingkungan Tambakbayan.
Nilai-nilai yang saya amati dalam situasi konkret tersebut adalah nilai etika dan
budaya. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, nilai etika sangat penting dalam
bersosialisasi dengan sesama. Etika tentunya harus dimiliki oleh setiap orang sebagai jembatan
untuk menciptakan suasana yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti dalam situasi
konkret yang saya alami, ibu dan bapak di warung makan depan kost saya sangat menghargai
dan menerima saya sebagai pendatang dengan mengatakan “Mari, Mbak”, atau “Iya, terima
kasih, Mbak”, dan ini menunjukkan bahwa mereka memiliki nilai etika yang patut diteladani.
Lalu, nilai budaya. Saya adalah seorang Batak yang berasal dari sebuah kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara. Saya sempat mengalami culture shock saat sampai di Yogyakarta. Orang-
orang Yogyakarta yang memang kental dengan budaya Jawa-nya sangat sopan dan ramah.
Tutur katanya lemah lembut. Berbeda dengan daerah saya, bisa dikatakan orang-orangnya tidak
terlalu mempedulikan sopan santun.
Kemudian, berdasarkan hasil pengamatan saya selama saya tinggal di Tambakbayan,
belum pernah terjadi konflik antara nilai, budaya, agama, ataupun etika. Ini karena seperti
yang sudah saya jelaskan di atas, masyarakat Tambakbayan sangat menjunjung tinggi toleransi
dan sopan santun, sehingga tidak ditemukan adanya pihak yang ingin memancing konflik.
Kaitan situasi konkret yang saya alami dengan Pancasila ada di kelima sila Pancasila.
Sila Ketuhanan, bisa saya lihat dari banyaknya anak-anak sekitar yang beribadah di Masjid
dekat kost dengan antusias. Sila Kemanusiaan, terdapat pada sikap menghargai tanpa
memandang SARA dari masyarakat sekitar, yaitu saat ibu dan bapak warung makan depan kost
menyambut saya dengan baik tanpa memandang asal, agama, dan suku saya. Sila Persatuan,
tampak dari adanya aturan yang ditetapkan masyarakat Tambakbayan untuk mencapai
kerukunan dan mengedepankan kepentingan bersama. Sila Kerakyatan, contohnya saya ambil
dari adanya gotong-royong yang dilakukan masyarakat pada perayaan kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 2022, di mana masyarakat bersama-sama membangun teratak yang tentunya
dikerjakan atas keputusan bersama. Terakhir, sila Keadilan, masyarakat Tambakbayan
menghormati dan menghargai satu sama lain dan tidak ada bentuk pengucilan untuk orang
tertentu yang membuktikan bahwa keadilan dipegang erat di lingkungan ini.

Anda mungkin juga menyukai