Kafeilmu kali ini mendapatkan artikel inspirasi yang sangat bagus. Artike ini dapat menggugah
kita, bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama.
Sepenggal cerita dari Muslim Istiqomah ini semoga ber manfaat dan menambah semangat
pembaca untuk terus berjuang
ber juang dan bersemangat. (brief)
Aku terus berjuang hingga sekarang aku mendirikan sebuah usaha dagang obat2an herbal yang
telah dapat membantu beberapa orang mendapat pencaharian dengan kerja sebagai produsen,
distributor,agen, dan sales-sales««walaupun keuntunganya sampai hari ini be lum tampak,
bahkan modalpun belum kembali,shg hutang2kupun belum terbayar«««.tapi aku yakin masa
depan pasti akan lebih baik karna Allah pasti meridhoi cita2 ku untuk bisa memberi mamfaat pd
org lain«..
Dengan kemampuan ilmu yang terbatas aku berusaha mendidik anak anakku dengan ilmu-ilmu
yang pengetahuan yang tinggi,disamping sekolah di sbuah sekolah TKIT dan SDIT yang
tergolong sangat mahal dibandingkan pendapatanku yang serba kekurangan««.., walau uang
sekolah kadang sering tertunda tunda pembayaranya,bahkan sampai sekarang uang
pembangunanpun belum terlunasi,namun aku tetap berjuang utk menyekolahkan anakku di
sekolah itu yang mutunya sangat baik dan menurutku terbaik diantara sekolah2 yang ada.
Aku juga mengajak kawan2 ,tetangga dan semua orang untuk menyekolahkan anaknya
bersekolah itu demi masa depan yang lebih baik.
Tahun 2010 ,saat kenaikan kelas anakku musthofa istiqomah yang banyak tertinggal pelajaran
karna selalu sakit dan lasak akan dinaikkan kelas,aku mendatangi pihak sekolah yaitu guru2 dan
kepala sekolah,aku mengusulkan/meminta anakku jangan di naikkan kekelas 4 SD,walau pihak
sekolah agak berat meninggalkannya dengan berbagai pertimbangan,tapi akhirnya mereka sangat
setuju dan puas utk meninggalkan kelas anakku di kls 3,demi perbaikan belajarnya yang lebih
baik«..
Disaat sekolah menyarankanku meminta surat miskin ke kekelurahan utuk mendapatkan bantuan
murid2 yang tidak mampu,aku bersepakat dengan istri utuk menolak itu,karna aku yakin pasti
kami mampu melunasi uang sekolah, walaupun mungkin dengan cara menyicilnya setiap
hari«««.
akhirnya kami menyarankan pada pihak sekolah dapat memberikan bantuan itu kepada yang
lebih tidak mampu dan lebih membutuhknya««..
Akhirnya«« walaupun hidupku serba kekurangan dan serba keterbatasan,aku akan terus
berjuang dan berjuang untuk dapat memberikan yang terbaik kepada siapa saja,di mana saja dan
dalam keadaan bagaimana saja«««««.. semoga ini dapat mejadi amal ibadahku dan
keluarga««..
Dan semoga dapat mengisfirasi ,menggugah dan memotivasi siapa saja yang mau mengambil
hikmah dan pelajaran dari perjalanan hidupku ini««««
Mazhab Frankfurt mengumpulkan para pembangkang Marxis, para kritikus keras kapitalisme
yang percaya bahwa beberapa orang yang dianggap sebagai pengikut Marx telah membeo,
menirukan beberapa cuplikan sempit dari gagasan-gagasan Marx, biasanya dalam membela
partai-partai komunis atau Sosial-Demokrat ortodoks. Mereka khususnya dipengaruhi o leh
kegagaln revolusi kaum pekerja di Eropa Barat setelah Perang Dunia I dan oleh bangkitnya
Nazisme di negara yang secara ekonomi, teknologi, dan budaya maju (Jerman).
Karena itu mereka merasa harus memilih bagian-bag ian mana dari pemikiran-pemikiran Marx
yang dapat menolong untuk memperjelas kondisi-kondisi yang Marx sendiri tidak pernah lihat.
Mereka meminjam dari mazhab-mazhab pemikiran lain yang mengisi apa yang dianggap kurang
dari Marx. Max Weber memberikan pengaruh yang besar, seperti halnya juga Sigmund Freud.
Penekanan mereka terhadap komponen "Kritis" dari teori sangat banyak meminjam dari upaya
mereka untuk mengatasi batas-batas dari positivisme, materialisme yang kasar, dan
fenomenologi dengan kembali kepada filsafat kritis Kant dan penerus-penerusnya dalam
idealisme Jerman, khususnya filsafat Hegel, dengan penekanannya pada negasi dan kontradiksi
sebagai bagian yang inheren dari realitas.
Sebuah pengaruh penting juga dating dari penerbitan Manuskrip Ekonomi-Filsafat dan Ideologi
Jerman karya Marx tahun 1930-an yang memperlihatkan kesinambungan dengan Hegelianisme
yang mendasari pemikiran-pemikiran Marx: Marcuse adalah salah satu o rang yang pertama
mengartikulasikan signifikansi teoretis dari teks-teks ini.
Teori hukuman alam tersebut mempunyai pandangan bahwa hukuman buatan itu tidak perlu
diadakan seperti hukuman yang diberikan secara sengaja oleh seseorang kepada orang lain yang
melakukan kesalahan atau pelanggaran, tetapi hendaknya anak dibiarkan berbuat salah atau
pelanggaran biar alam sendiri yang akan menghukumnya.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Umar Muhammad Al-Taumy Al-syaibany bahwa ³
alam natural bukan saja mencakup segala mahluk yang akan tetapi juga merangkum sistem,
peraturan atau undang-undang alam yang semua bagian alam tunduk kepada dasar-dasarnya dan
sesuatu itu terjadi atau berlaku mengikuti ketentuan persyaratan disekelilingnya.[2]
Pandangan teori hukum alam ini menyatakan bahwa hukuman alam tersebut merupakan
hukuman yang wajar dan logis sebab merupakan akibat dari perbuatannya sendiri.
Seperti anak yang senam memanjat pohon adalah wajar dan logis, apabila suatu ketika ia jatuh.
Jatuh ini merupakan hukuman menurut alam sebagai akibat dari perbuatannya sering memanjat
pohon. Dengan pengalamannya tersebut anak merasa akibatnya dan akan belajar sendiri dengan
pengalamannya.
Dalam hal ini biasanya diterapkan karena si anak pernah mengecewakan seperti si anak pernah
mengejek atau menjatuhkan harga diri guru disekolah atau pada pandangan masyarakat dan
sebagainya.[3]
Memperhatikan pendapat diatas maka hukuman ini adalah hukuman yang paling jahat yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan dalam dunia pendidikan.
Hal ini terjadi mungkin pendidik kecewa baik kekecewaan itu karena orang lain yang akibatnya
siswa kena sasaran hukuman atau oleh karena siswa sendiri. Sehingga pendidik mencari
kesempatan kapan ia dapat menghukum atau membalas terhadap siswa tersebut, baik hukuman
itu secar langsung kepada siswa atau tidak.
Dalam hal ini nampaklah teori ini kurang tepat dengan ilmu mendidik bila seorang guru sampai
menggunakan hukuman dengan teori balas dendam tersebut, namun demikian bila memang
terpaksa seorang pendidik menggunakan teori balas dendam juga tidak ada salahnya, asal masih
dalam garis kepentingan demi tercapainya tujuan pendidikan bukan karena kepentingan pribadi.
Menurut teori inio siswa yang melakukan kesalahan diminta untuk bertanggung jawab atau
menggung resiko dari perbuatannya.[4]
Sebagai akibat ia harus mengganti atau menanggung resiko dari perbuatannya misalnya, siswa
yang berkejar-kejaran dikelas kemudian memecahkan kaca jendela itu.
1. Bagi siswa yang mampu tidak ada kesan terhadap hukuman yang diterima tersebut.
2. Bagi siswa yang tidak mampu terasa berat sekali.
Menurut teori ini hukuman diberikan untuk menakut-nakuti anak , agar anak tidak melakukan
pelanggaran atau perbuatan yang dilarang. Dalam hal ini nilai didik telah ada, namun perlu
diingat oleh para pendidik jangan sampai anak itu berbuat kesalahan lagi, hanya rasa takut saja.
Melainkan tidak berbuat kesalahan lagi karena boleh jadi anak akan tunduk hanya dilandasi takut
saja kepada pendidik, maka jika tidak ada pendidik kemungkinan besar sekali ia akan
mengulangi perbuatannya. Ia akan melakukan perbuatannya secara sembunyi, jika terjadi
demikian maka dapat dikatakan bahwa nilai didik dan hukuma itu sangat minim sekali.
Menurut teori ini hukuman diberikan untuk memperbaiki siswa yang berbuat salah dengan
harapan agar selanjutnya tidak melakukan kesalahan lagi atau insaf atas kesalahannya, insaf yang
timbul dari kesadaran hatinya, sehingga t idak ingin mengulangi lagi. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Umar Hamalih ³ Penyadaran atas hal-hal yang menyebabkan kegagalan ini perlu
sekali dengan maksud agar dengan usaha sendiri ( Self Direction ), kita dapat mengatasinya dan
memperbaikinya.[5]
Agar siswa insaf, maka pendidik harus memberikan penjelasan diwaktu menjatuhkan hukuman
dalam hal apa mereka salah dan apa akibat dari perbuatannya itu. Dengan demikian siswa akan
memahami segala tingkah laku dan akibat dari perbuatannya. Hal semacam ini akan membawa
siswa pada kematangan berfikir dan kedewasaan.
Dengan uraian diatas berarti hukuman tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara pedagogis
apabila :
Karena hal-hal yang demikianlah hukuman yang bersifat memperbaiki sering disebut hukuman
pedagogis. Jadi hukuman itu dapat diterapkan dalam pendidikan terutama hukuman yang bersifat
pedagogis, menghukum bila perlu jangan terus-menerus dan hindarilah hukuman jasmani.