Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat MENYELESAIKAN Program Pendidikan S-1
Teknik Sipil Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Disusun Oleh :
FERLY APRILLIYANDI
2019013061
FAKULTAS TEKNIK
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
KULIAH KERJA PRAKTEK
(Studi kasus DERMITORY UMY, Belitung Timur)
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah-Nya
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik demi untuk
melengkapi salah satu persyaratan dalam kurikulum Program studi Teknik Sipil strata – 1.
Selama pelaksanaan kerja praktik pada proyek Student Dormitory UMY, penulis dapat
mengetahui teknis pelaksanaan proyek dilapangan dengan segala permasalahan dan
solusinya, serta mempelajari sistem koordinasi antara semua pihak yang terkait didalam
proyek DC UMY.
Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang terlibat yaitu :
1. Kedua orang tua kami yang tercinta dan seluruh keluarga yang selalu memberikan doa
dan dukungan.
2. Bpk. Ir. Zainul Faizien Haza, ST., MT., Ph.D selaku dosen pembimbing kerja praktik
Sekaligus Ketua Program Studi Teknik Sipil UST Yogyakarta yang meluangkan
waktunya dalam membimbing serta menggarahkan penulis selama kerja praktik dan
penyusunan laporan ini.
3. Kepada PT. UMB CONSTRUCTION AND TRANDING yang telah mengizinkan
untuk melaksanakan kerja praktik di proyek DC UMY.
terimakasih untuk kemudahan selama proses penyelesaian laporan kerja praktik. Semoga
Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah kepada mereka semua. Akhir kata penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyususnan laporan ini masih jauh untuk dikatakan
sempurna. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun akan sangat membantu.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dikemudian hari, Amin.
Salam,
Penuli1s
Ferly Aprilliyandi
NIM. 2019013061
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 46
5.2. Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 4.22 Theodolit 35
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya dan dikumpulkan khusus oleh peneliti. Data primer pada
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung proses
pengerjaan pondasi Bored Pile di lokasi proyek dengan memanfaatkan kamera
Handphone untuk keperluan dokumentasi terhadap kejadian-kejadian yang
sedang berlangsung dalam proses pengamatan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak atau bagian terkait
yang berwenang dalam proses pengerjaan di proyek tersebut, wawancara
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang kemudian dicatat poin-poin
penting sebagai pegangan yang nantinya akan dijadikan sebagai sumber acuan
dalam proses penulisan laporan kerja praktek.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek
penelitian namun sudah dikuimpuilkan oleh pihak lain dengan berbagai metode
baik secara komersial maupun non-komersial. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dengan cara Studi Pustaka yaitu dari sumber-sumber antara lain buku-
buku/ literatur, jurnal, laporan kerja praktek terdahulu, data dari proyek, serta
tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti baik yang
diperoleh secara fisik maupun secara online dengan melakukan browsing atau cara-
cara yang baik lainnya.
1.6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan kerja praktek ini mencakup hal-hal sebagai
berikut :
1. Terbatas pada proyek Pembangunan Gedung Student Dormitory UMY.
2. Pengamatan terhadap Metode dan Prosedur pelaksanaan Fondasi Bored Pile.
1.7. Sistematika Pembahasan
Laporan kerja praktek ini terdiri dari Lima Bab dengan rincian sebagai
berikut:
BAB I – PENDAHULUAN
Pada Bab ini dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,
ruang lingkup, lokasi studi, dan sistematika pembahasan.
2
Pada Bab ini berisi tentang latar belakang proyek, lokasi proyek, fungsi
bangunan, pelaksanaan pembangunan, organisasi proyek, lingkup pekerjaan, waktu
pelaksanaan proyek, dan laporan pekerjaan.
BAB V – PENUTUP
Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
4
Detail lokasi sebagai berikut :
Utara : berbatasan dengan rumah warga
Selatan : berbatasan dengan komplek kampus UMY
Barat : berbatasan dengan Asrama Unires Putra UMY
Timur : berbatasan dengan Quantum Residence, Mahkota Juice, dan warung minuman
lain.
2.3. Fungsi Bangunan
Student Dormitory Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berfungsi
sebagai Asrama Mahasiswa dan pusat Penginapan bagi Mahasiswa exchange.
2.4. Pelaksanaan Pembangunan
Pelaksanaan pembangunan Studenr Dormitory UMY dimulai sejak Juli 2019 dan
ditargetkan selesai pembangunan dalam waktu dua tahun. Proses pengerjaan Fondasi
Bored Pile berakhir pada Januari 2020. Selama proses kerja praktek yang diakukan
progres pengerjaan Fondasi sudah pada periode akhir yang berlangsung selama satu bulan
dari akhir Desember 2019 sampai dengan akhir Januari 2020. Setelah selesai pengerjaan
Fondasi kemudian dilanjutkan pada pengerjaan Pile Cap yang masih berlangsung sampai
sekarang.
Untuk berdirinya suatu banguna diperlukan penyatuan dari berbagai disiplin ilmu
baik dlam bidang administrasi maupun dalam bidang teknik untuk dapat mencapai tujuan
tersebut diperlukan suatu sistem dalam melaksanakan suatu proyek. Proyek ini bernilai
Rp 200 miliar.
2.5. Organisasi Proyek
a. Organisasi Proyek Fungsional, dalam susunan organisasi proyek dibentuk dari
fungsi-fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Organisasi ini digunakan
ketika suatu bagian fungsional memiliki kepentingan yang lebih penting
dalam penyelesaian suatu proyek. Top manajer yang berada dalam fungsi
tersebut Akan diberikan wewenang untuk mengkoordinir proyek. Merupakan
sekelompok orang dengan keahlian tertentu yang harus mengkoordinasikan
aktivitas – aktvitasnya untuk memenuhi tujuan organisasi. Macam organisasi
proyek sebagai berikut:
b. Organisasi Proyek Tim Khusus, organisasi Akan membentuk Tim yang
bersifat independen. Tim ini dibentuk dari dalam dan luar organisasi yang
Akan bekerja sebagai suatu unit yang terpisah dari organisasi utama. Seorang
manajer proyek full time Akan ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk
memimpin tenaga-tenaga ahli yang terdapat dalam Tim.
c. Organisasi Proyek Matriks, Organisasi proyek matriks adalah suatu organisasi
proyek yang melekat pada divisi fungsional suatu organisasi utama. Dasarnya
5
organisasi ini merupakan penggabungan kelebihan yang terdapat dalam
organisasi fungsional dan organisasi proyek khusus.
d. Organisasi Proyek Virtual, Organisasi proyek virtual adalah bentuk organisasi
proyek yang merupakan aliansi dari beberapa organisasi dengan tujuan untuk
menghasilkan suatu produk tertentu. Struktur kerjasama ini terdiri dari
beberapa organisasi lain yang saling bekerjasama dan berada disekeliling
perusahaan inti.
Organisasi suatu pekerjaan terutama pekerjaan konstruksi harus bekerja Sama dan
saling berkomunikasi dengan baik agar produk yang dihasilkan sesuasi dengan desain dan
harapan. Pada proyek pembangunan Hotel Candiland ini melibatkan beberapa pihak yang
terkait meliputi:
6
c. Membuat Rencana Kerja dan Syarat – syarat pelaksanaan bangunan (RKS)
sebagai pedoman pelaksanaan proyek.
d. Membuat rincian RAB bangunan.
e. Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik proyek kedalam
desain bangunan.
f. Melakukan perubahan desain rencana bila terjadi ketidaksesuaian pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud diwujudkan.
g. Mempertanggungjawabkan rancangan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan konstruksi.
7
2.5.4. Pelaksana Proyek
Kontraktor Pelaksana adalah badan atau perorangan yang ditunjuk oleh
owner untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya di
bidangnya. Atau dalam arti lain bahwa pihak yang penawarannya telah disetujui dan
telah diberi Surat penunjukan serta telah menandatangani Surat perjanjian
pemborongan kerja dengan pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan proyek.
Pada Proyek yang berlangsung, pemilik proyek memberikan kepercayaan kepada
kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Peraturan dan persetujuan
tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak diatur dalam dokumen kontrak
yang telah ditandatangani.
Kontraktor bertanggung jawab penuh kepada owner dan dalam
melaksanakan pekerjaannya yang langsung diawasi oleh pihak pengawas dari owner
serta dapat berkonsultasi dengan Tim pengawas terhadap masalah yang umum
terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain bangunan konstruksi harus segera
dikonsultasikan sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi proyek sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncakan dan ditetapkan didalam kontrak perjanjian,
2. Menyusun jadwal pelaksanaan, metode pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja
sehingga tidak terjadi kemunduran proses pekerjaan,
3. Memberikan laporan perkembangan proses pembangunan proyek (progress) yang
meliputi laporan harian, laporan mingguan, serta laporan bulanan kepada Owner
yang memuat antara lain:
a. Pelaksanaan pekerjaan,
b. Progress kerja yang dicapai,
c. Jumlah sumber daya manusia yang dipekerjakan,
d. Jumlah bahan dan material yang masuk,
e. Keadaan cuaca dan lain-lain termasuk hambatan-hambatan yang terjadi
selama proyek berlangsung.
f. Menyediakan pekerja proyek, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan
alat pendukung lain yang digunakan sesuai dengan spesifikasi dan gambar
yang telah ditentukan dengan memperhatikan beberapa faktor penting yaitu
waktu, biaya, kualitas, keamanan, dan kenyamanan pekerjaan,
g. Bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan pembangunan konstruksi dan
metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan,
h. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal atau time schedule yang telah
disetujui bersama,
8
i. Merawat dan menjaga semua peralatan, material, dan pekerjaan terhadap
kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan akhir pekerjaan,
j. Menjaga dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap kerusakan jalan
yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang mengangkut peralatan dan
bahan ke tempat pekerjaan,
k. Kontraktor berhak meminta tambahan waktu kepada Owner dikarenakan
keterlambatan waktu penyelesaian pembangunan dan memberikan alasan
logis dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan,
l. Bertanggungjawab untuk semua ganti rugi yang disebabkan oleh kecelakaan
pada waktu pekerjaan proyek, serta harus menyediakan perlengkapan first aid
maid pada kecelakaa.
Staf-staf yang berada dalam struktur organisasi kontraktor adalah sebagai
berikut:
9
9. Menjamin keterlambatan dengan sebab yang sama tidak akan terjadi lagi
di lain waktu,
10. Membentuk organisasi K3 & Safety dan bertanggungjawab terwujudnya
prosedur dan cara kerja yang aman sesuai Program K3 & Safety,
11. Memimpin dan mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan Proyek, Sub
Proyek dan Bagian Proyek dalam mencapai sasaran usaha yang
ditetapkan serta bertanggung jawab baik dari segi keuangan maupun fisik
atas pelaksanaan proyek yang bersangkutan,
12. Meningkatkan efisiensi kerja dan pengendalian mutu secara teliti karena
produknya akan dimanfaatkan oleh masyarakat banyak,
13. Monitoring dan kontrol tahapan pelaksanaan untuk memastikan
pencapaian sasaran kerja sesuai dengan Rencana Kerja Proyek (RKP),
14. Menjamin pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan sumber daya
semaksimal mungkin sehingga pelaksanaan proyek dapat diselesaikan
dengan tepat waktu sesuai perencanaan,
15. Membahas pelaksanaan proyek yang sesuai dengan rencana pelaksanaan
proyek,
16. Menyelesaikan permasalahan yang umum terjadi selama pelaksanaan
proyek,
17. Bertanggung jawab penuh untuk tercapainya target proyek.
b. Site Manager
Tugas dan wewenang Site Manager Adalah:
1. Mempersiapkan informasi dan data penyusunan untuk RAB, 2.
Menyusun rencana biaya pengeluaran proyek
2. mingguan dan mengoreksi bukti pengeluaran biaya
afrekeningstaat,
3. Mengkoordinasi Laporan RAB dan Real tepat waktu dan
Afrekeningstaat
4. Mempersiapkan perhitungan rencana final Account dan
pekerjaan Tambah Kurang,
5. Mempersiapkan target kerja yang akan dipenuhi,
6. Melakukan test & inspeksi terhadap target kerja,
7. Menjamin tahapan pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan,
8. Mencatat hasil pelaksanaan yang tidak sesuai rencana,
9. Menyusun Schedule Man Power, Master Schedule, bahan dan
peralatan,
10
10. Mengendalikan kegiatan pelaksanaan proyek agar sesuai dengan
jadwal yang sudah direncanakan,
11. Mengoreksi seluruh pembayaran upah borong, pembelian bahan,
Subkontraktor dan pengeluaran yang rutin lainnya.
12. Menyiapkan informasi penyusunan untuk RAB.
c. Engineer
Tugas dan wewenang Engineer adalah
1. Menyusun metoda pelaksanaan pekerjaan yang murah dan efektif
sesuai Spesifikasi,
2. Mengumpulkan informasi ketidaksesuaian pelaksanaan
pekerjaan dan Site Instruction yang memiliki efek terhadap
waktu dan biaya,
3. Menginspeksi data kebutuhan biaya untuk pembayaran gaji 2
mingguan dan membandingkannya dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) upah,
4. Mempersiapkan prosedur pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan
memastikan pencapaian target kerja.
5. Monitoring pelaksanaan pekerjaan yang sesuai persyaratan mutu
dan mengelola dokumen pengendalian mutu,
6. Meyiapkan data/informasi untuk penyusunan jadwal
pekerjaan/schedule,
7. Melaporkan dan mengawasi secara intens terhadap pelaksanaan
baik bulanan/mingguan/harian,
8. Merevisi jadwal pelaksanaan serta menyusun proposal teknis
untuk mencegah keterlambatan pekerjaan
9. Membuat Pedoman K3 & keselamatan kerja,
d. Pelaksana Lapangan
Tugas dan wewenang Pelaksana Lapangan adalah
1. Mengkoordinasi para kepala tukang dan monitoring pekerjaan
setiap hari,
2. Membuat laporan hasil pekerjaan yang Akan diteruskan ke site
manager untuk arsip pelaksanaan proyek.
e. Surveyor
Tugas dan wewenang surveyor adalah
1. Melakukan pengukuran bowplank, pagar keselamatan proyek, as
tiang pancang, as kolom, as balok, dan pengukuran lainnya untuk
memudahkan pekerja dalam berkerja,
11
2. Melakukan pengecekan kembali terhadap hasil pekerjaan pekerja
apakah sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar rencana,
3. Melakukan survei ke lapangan untuk memperoleh informasi
keadaan lapangan real yang Akan berpengaruh pada penetapan
keputusan untuk metode pekerjaan yang tepat dan penentuan
strategi yang dianggap paling tepat untuk keadaan tersebut.
f. Mekanik
Tugas dan wewenang mekanik adalah
1. Menyiapkan informasi peralatan yang akan digunakan,
2. Membuat detail permintaan pengeluaran penggunaan alat dan
peralatan selama 2 mingguan
3. Mengusulka target kerja yang akan dipenuhi dalam hal perbaikan
dan perawatan peralatan,
4. Melakukan program perbaikan alat, tset & inspeksi terhadap alat
yang digunakan di dalam pembangunan proyek tersebut,
5. Inspeksi alat dan peralatan secara teratur,
6. Mempersiapkan data alat dan peralatan yang akan dipergunakan
dan Menjamin peralatan siap dipakai dan tersedia untuk
digunakan,
7. Mengoreksi jadwal service alat secara teratur.
g. Administrasi dan Logistik
Tugas dan wewenang Administrasi dan Logistik adalah
12
1. Melaksanakan proses pemancangan dari tiang pancang
dimasukkan dalam alat Hydraulic Static Pile Driver sampai
selesai pemancangan,
2. Membaca dan mencatat tekanan psi pada manometer di setiap
meter kedalaman tiang pancang sampai dengan maksimum
kedalaman dalam laporan pemancangan tiang pancang.
i. Security Proyek
Tugas dan wewenang keamanan proyek adalah:
1. menjaga keamanan di lingkungan proyek,
2. Membuat daftar tamu yang datang dan melaporkan kepada
kepala proyek setiap seminggu sekali.
13
dilaksanakan sebenarnya apabila terjadi perubahan gambar yang sebelumnya telah
disepakati)
d. Hubungan kerja pelaksana dengan perencana,
Pihak pelaksana wajib berkonsultasi dengan pihak perencana, jika terjadi
kekeliruan atau kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja,
ataupun jika terjadi ketidakjelasan gambar kerja.
e. Hubungan kerja pengawas dengan pelaksana,
Pihak pengawas bertugas memantau pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan secara
langsung yang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana proyek. Jika terjadi
penyimpangan pelaksanaan, maka pihak pengawas berwenang memperingatkan dan
meminta pihak pelaksana untuk memperbaikinya.
f. Hubungan kerja pengawas dengan perencana.
Pihak pengawas dapat menghubungi pihak perencana untuk meminta kejelasan
atau kepastian gambar kerja, jika dalam proses pengawasan di lapangan terdapat
kekurangan pada gambar kerja. Hal ini dimaksudkan agar bestek dan kontrak yang
telah ditetapkan dapat dipraktekkan sebagaimana mestinya oleh pihak pelaksana.
14
STRUKTUR ORGANISASI STUDENT DORMITORY UMY
Project Manager
Sri Atma P. Rosyidi., ST., MSc.Eng., Ph.D
Construction Management
Ir. Mandiyo Priyo, MT
Drafter Surveyor
Riyan Mahmud Khaq Agus Prihatin
Asisten Surveyor
Ferdi Setyawan
15
BAB III
SUMBER DAYA PROYEK
16
lapangan sehingga dapat memikul beban dengan suatu faktor keamanan yang memadai.
Kemajuan – kemajuan telah diperoleh terhadap informasi mengenai perilaku tiang bor
dengan adanya instrumentasi pada tiang bir yang diuji. Pondasi tiang bor mempunyai
karakteristik khusus karena cara pelaksanaannya yang dapat mengakibatkan perbedaan
perilakunya I bawah pembebanan dibandingkan pondasi tiang pancang. Hal – hal yang
mengakibatkan perbedaan tersebut diantaranya adalah :
Tiang bor dilaksanakan dengan menggali lubang bor dan mengisinya dengan
material beton, sedangkan pondasi tiang pancang dimasukkan ke tanah dengan
mendesak tanah disekitarnya.
Beton dicor dalam keadaan basah dan mengalami masa curing di bawah
permukaan tanah.
Terkadang digunakan casing untuk mejaga stabilitas dinding lubang bor dan
dapat pula casing tersebut tidak tercabut karena kesulitan di lapangan.
Terkadang digunakan slurry untuk menjaga stabilitas lubang bor yang dapat
membentuk lapisan lumpur pada dinding galian serta mempengaruhi
mekanisme gesekan tiang dengan tanah.
Cara penggalian lubang bor disesuaikan dengan kondisi tanah.
17
3.2.3. Kelemahan Pemakaian Pondasi Bored pile
a. Metode Kering
Metode kering cocok digunakan pada tanah di atas muka air tanah
yang ketika dibor dinding lubangnya tidak longsor, seperti lempung kaku
homogen. Metode kering juga dapat dilakukan pada tanah-tanah di bawah
muka air tanah jika tanahnya mempunyai permeabilitas rendah, sehingga
ketika dilakukan pengeboran air tidak masuk ke dalam lubang bor saat
lubang masih terbuka. Pada metode kering lubang dibuat dengan
menggunakan mesin bor tanpa pipa pelindung (casing). Setelah itu dasar
lubang bor yang kotor oleh rontokan tanah dibersihkan. Tulangan yang telah
dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor dan kemudian dicor beton.
b. Metode Basah
18
Metode basah umumnya dilakukan bila pengeboran melewati
muka air tanah sehingga lubang bor selalu longsor bila dindingnya tidak
ditahan. Agar lubang tidak longsor, di dalam lubang bor diisi dengan larutan
tanah lempung/bentonite atau larutan polimer. Jadi pengeboran dilakukan di
dalam larutan. Jika kedalaman yang diinginkan telah tercapai, lubang bor
dibersihkan dan tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang
bor yang masih berisi cairan bentonite. Adukan beton dimasukan ke dalam
lubang bor dengan pipa tremie. Larutan bentonite akan terdesak dan
terangkut ke atas oleh adukan beton. Larutan yang ke luar dari lubang bor
ditampung dan dapat digunakan lagi untuk pengeboran di lokasi selanjutnya.
c. Metode Casing
Metode ini digunakan bila lubang bor sangat mudah longsor,
misalnya tanah di lokasi adalah pasir bersih di bawah muka air tanah. Untuk
menahan agar lubang tidak longsor digunakan pipa selubung baja (casing).
Pemasangan casing ke dalam lubang bor dilakukan dengan cara memancang,
menggetarkan atau menekan pipa baja sampai kedalaman yang ditentukan.
Sebelum sampai menembus muka air tanah, pipa selubung (casing)
dimasukkan. Tanah di dalam pipa selubung dikeluarkan saat penggalian
atau setelah pipa selubung sampai kedalaman yang diinginkan.
19
Gambar 3.3 Metode Casing
20
Bar ASTM A615 : New Billet Steel Bars, kekuatan yield minimal
4.000 kg / sq.cm
ASTM A36 : Pelat Baja
ASTM C94 : Beton Ready Mix
1. Beton Ready Mix
Ready mix concrete adalah beton Segar yang telah dicampur serta sesuai
dengan mix design dengan mutu beton tertentu di lokasi batching plant. Beton
ready mix biasanya dibuat dengan jumlah yang besar. Pembuatan beton ready
mix dilakukan di luar lokasi proyek serta menjadi tanggung jawab dari sub
kontraktor. Pertimbangan pemakaian beton ready mix salah satunya adalah
efisiensi waktu, biaya serta tenaga kerja. Pekerjaan ready mix concrete pada
proyek ini dikerjakan oleh PT.Holcim Yogyakarta Batching Plant. Mutu beton
yang digunakan adalah K-250 Pengangkutan dari tempat pembuatan beton
ready mix (batching plant) ke proyek menggunakan concrete truck mixer yang
disediakan oleh pihak pembuat. Untuk pengecoran digunakan bantuan concrete
bucket serta tadano. Adapun keuntungan menggunakan beton ready mix adalah:
a) Menghindari kotoran dari proyek karena penimbunan material.
b) Mempercepat pekerjaan pembetonan.
c) Mengurangi jumlah pekerja.
d) Bila terjadi jumlah pengurangan mutu beton, maka kontraktor berhak
meminta supplier untuk bertanggung jawab.
e) Menjamin mutu hasil pengecoran sesuai persyaratan.
Beberapa kerugian pemakaian beton ready mix adalah:
a) Bila terjadi kelebihan beton akibat pemesanan, maka terjadi tanggung
jawab pihak kontraktor.
b) Jika pada saat pengecoran terjadi pembatalan akibat cuaca seperti hujan
lebat atau hal lain, maka adukan harus dibuang karena terlalu lama
disimpan dalam mixer (melebihi waktu yang ditentukan). Tidak tepatnya
waktu penyimpanan adukan menjadi tanggung jawab kontraktor sebagai
pemesan.
c) Terjadinya keterlambatan pengecoran akibat terlambatnya transportasi
pengangkutan pada saat perjalanan atau karena jarak yang sangat jauh
antara lokasi supplier dengan tempat proyek tersebut.
21
Gambar 3.1 Beton Ready Mix
2. Nilai slump yang dianjurkan diatur pada SNI 7656:2012 sesuai dengan tabel
berikut:
Slump yang digunakan untuk keperluan Bored Pile bernilai ± 17 cm. Bahan
beton ready mix sebelum beton didatangkan ke proyek, beton dibuat terlebih
dahulu di batching plant. Alat yang berfungsi untuk mencampur atau
memproduksi beton ready mix dalam produksi yang besar sering kita sebut
dengan batching plant. Di batching plant dapat dilihat proses dari pembuatan
beton sampai dengan bahan yang digunakan pada beton tersebut.
22
Gambar 3.2 Uji Slump
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan Beton Ready Mix sebagai
berikut:
a. Air
Air adalah bahan yang sangat penting dan vital pada pelaksanaan suatu
proyek pembangunan, air mempunyai fungsi :
1) Mencuci material bangunan seperti : batu kali, kerikil, pasir dan lain lain
2) Pembuatan adukan beton.
3) Pembuatan adukan spesi (pasta semen) untuk finishing dan plesteran.
4) Perawatan beton setelah pengecoran dan kegiatan penunjang lainnya.
5) Memudahkan dalam pengolahan dan pencampuran beton serta dalam
pengecoran dan mempercepat reaksi semen sebagai bahan pengikat.
Syarat-syarat air dapat digunakan sebagai pencampur beton menurut SNI
7974 -2013 antara lain:
1) Air pencampur dapat meliputi :
Air untuk pengadukan (air yang ditimbang atau diukur dibatching
plant).
Es.
Air yang ditambahkan oleh operator truk.
Air bebas pada agregat-agregat, dan
Air yang masuk dalam bentuk bahan-bahan tambhan, apabila air dapat
meningkatkan rasio air semen lebih dari 0, 01.
2) Air minum boleh digunakan sebagai air pecampur beton tanpa diuji apakah
sesui standar persyaratn ini.
23
3) Air pecampur yang seluruh atau sebagian terdiri dari sumber-sumber air
yang tidak dapat diminum atau air dari produksi beton boleh digunakan
dalam setiap proposi dengan batas kualitas yang memenuhi persyaratan:
Tabel 2. Batas kualitas Air pecampur
Batasan Metode Uji
Persentase (%) 90 ASTM C31/C31M,
kekuatan tekan, ASTM
minimum terhadap C39/C403M
kontrol pada umur 7
hari
Deviasi waktu Lebih awal 1:100 ASTM C403/C403M
pengikat terhadap Lebih lambat 1:30
kontrol, jam:menit
4) Bila air dari sumber yang tidak bisa diminum dicampur dengan air dari
sumber yang bisa diminum, kualifikasi air campuran ditentukan oleh
kemungkinan persentase tertinggi air dari sumber yang tidak diminum.
5) Air kombinasi harus memenuhi syarat kandungan bahan padat tertinggi
yang diantisipasi dalam air campuran total selama produksi. Air
campuran yang mengandung bahan padat Sama atau kurang dari tingkat
yang diisyaratkan oleh pengujian harus diizinkan.
6) Air mempunyai Ph 4, 5 – 7.
7) Air yang tidak mengandung debu atau koloid.
Proyek pembangunan gedung Student Dormitory UMY ini menggunakan
air tanah yang terdapat di lokasi proyek yang diambil dengan menggunakan
pompa air untuk memenuhi kebutuhan air selama proyek berlangsung.
24
mempunyai butiran lebih kecil dari 4,75 mm. Pasir yang digunakan dalam
pembuatan Beton Ready Mix adalah pasir Progo.
Menurut SNI 03 2834:2000, agregat halus untuk beton bertulang harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%.
3) Agregt halus tidak boleh menggandung zat organik terlalu banyakynag
harus dibuktikan dengan percobaan dari Abrams-harder (dengan larutan
NaOH).
4) Agrega halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam dan melewati
ayakan sebesar 4,75 mm.
5) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk dari lembaga bahan yang diakui.
25
Gambar 3.4 Pasir
c. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang butirannya anatara 4 – 40 mm. Sifat dari
agregat mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahan terhadap
disintegrasi beton, cuaca, dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar mineral
ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan yang
baik dengan gel semen.
Agregat kasar yang dicampur sebagai adukan beton harus memenuhi syarat-
syarat mutu yang telah ditetapkan, persyaratn mutu agregat kasar menurut SNI
03 2834:2000 yaitu:
1) Agregat kasar terdiri dari butiran-butiran yang keras dna tidak berpori.
2) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, yang
diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang melawati ayakan 0,30
mm.
3) Keausan dan butiran agregat diperiksa dengan mesin los angelos dengan
syarat-syarat tertentu.
4) Agregat kasar terdiri dari butiran yang beraneka macam dan tidak lolos
saringan 5 mm.
Tabel 4. Analisa ayakan Agregat Kasar
26
Gambar 3.5 Kerikil
d. Semen Portland
Portland cement adalah bahan pengikat yang sangat penting,teriutama
dalam pembuatan konstruksi beton bertulang.Semen yang di gunakan harus
memenuhi syarat SK SNI 03 2834:2000. Adapun persyaratan semen yang
tercantum dalam syarat-syarat spesifikasi teknis proyek adalah sebagai brikut :
1) Semen Portland harus memenuhi persyarat standart Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan SNI 03 2834:2000 Untuk butir pengikat awal
kekekalan bentuk,kekuatan tekan adukan dan susunan kimia. Semen yang
cepat mengeras hanya boleh di pergunakan dimana jika tersebut di setujui
secara tertulis secara tegas oleh direksi lapangan.
2) Jika mempergunakan semen portlan pozolan (Campuran sement Portland
dan bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan
SII.0132 Mutu dan cara uji semen Portland atau spesifikasi untik semen
campuran.
3) Didalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus di cantumkan dengan
jelas jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen harus sesuai dengan
jenis semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (semen tipe
1). Semen jenis ini mempunyai sifat-sifat antara lain :
Kehalusan butir, semakin halus permukaan butiran semakin luas
permukaan butiran semen tersebut, sehingga semakin sempurna
pengikat dan pengerasnya.
Pengikat awal baru dimulai 1 jam setelah dicampur dengan air.
Tenggang waktu ini dipergunakan untuk mengolah, mengangkut dan
menempatkan adukan semen.
Kekuatan adukan setelah mengeras mempunyai nilai tertentu.
27
Dalam pelaksanaan di lapangan untuk mencegah tewrjadinya kerusakan
semen maka dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Pada saat didantangkan ke lokasi proyek pembangunan, semen potland
tersebut herus terlindung dari hujan.
b) Semen harus diimpan dalam Gudang yang kering, terlindung dari
pangaruh cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah.
c) Semen harus didatangkan dalam keadaan baru dan asli, keadaan sak yang
tidak pecah (keadaan utuh), tidak terdapat kekurangan berat dari apa yang
dicantumkan pada sak, dan dikirim dalam sak masih disegel serta jumlah
bagian yang mulai mengeras ini tidak lebih dari 5% berat semen.
d) Setiap pengiriman, semen yang baru dipisahkan dari yang lama dengan
maksud agar pemakaian semen dilakukan sesuai dengan urutan
penyimpanan. Semen lebih dahulu masuk Gudang maka harus dipakai
terlebih dahulu.
pada proyek pembuatan pondasi Bored Pile semen yang digunakan yaitu
semen gresik. Contoh semen dapat dilihat pada Gambar 3.6.
28
e. Baja Tulangan
Baja tulangan merupakan material yang sangat penting bagi struktur
berfungsi sebagai bahan yang tahan terhadap kuat Tarik karena kuat Tarik baja
sekitar 200.000 Mpa yang akan dipadukan dengan beton sehingga akan
menghasilkan konstruksi beton bertulang yang kokoh.
Semua baja tulangan yang dapat digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
1) Peraturan Baja Tulanagn Beton Indonesia SNI 2052:2017.
2) Bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas) serta mempunyai penampang yang sama rata.
3) Mutu dan jenis baja harus sesuai dengan table SNI 03 2847:2002.
4) Menahan gaya tekan yang terjadi pada beton.
5) Mencegah penyusutan beton segar saat mengeras guna mencegah retak-
retak susut.
6) Membagi tulangan supaya mudah dalam pelaksanaannya dengan cara
memegangi tulangan pokok diatasnya supaya tidak bergeser melalui kawat
bendrat.
7) Membentuk dudukan tulangan (mengatur jarak vertikal tulangan plat).
8) Kaitan untuk menahan jungkitan balok kayu yang dipasang secara
kantilever guna menyokong bekisting kolom-kolom tepi.
Dalam pelaksanaan di lapangan ada beberapa hal yang harus dipertikan
seperti :
1) Tulangan yang digunakan bersih dari kotoran, gemuk, karat dan
bahan-bahan lain yang dapat menurunkan kelekatan beton terhadap
keranjang tulangan.
2) Pekerjaan penulangan dilaksanakan oleh engineer dengan mengikuti
rencana penulangan, menghindari dari pergerakan ataupun perubahan
bentuk dari tulangan pada waktu pengecoran beton.
3) Kawat pengikat terbuat dari baja lunak.
4) Mutu baja tulangan yang digunakan pada pelaksanaan pondasi Bored
Pile yaitu :
D 13 mm BJTD 40, Fy minimal = 400 240 Mpa
Berat 1,04 kg/m
D 19 mm BJTD 40, Fy minimal = 400 kN MPa
Berat 2,23 kg/m
29
Gambar 3.7 Baja tulangan
f. Kawat Pengikat (Bendrat)
Kawat bendrat adalah kawat yang terbuat dari baja lunak
berdiamater minimum 1 mm yang memiliki fungsi untuk mengikat
rangkaian baja tulangan agar kedudukannya tidak berubah dan kawat
bandrat juga berfungsi memperkuat hubungan antar sambungan tulangan
sehingga sambungan dapat bekerja ama menahan beban yang bekerja.
30
Bisa dibilang untuk membuat selimut beton, sehingga besi tulangan Akan selalu
diselimuti beton yang cukup, hingga didapatkan kekuatan yang maksimal dari
bangunan yang dibuat. Selain itu, selimut beton juga menjaga agar tulangan
pada beton tidak berkarat (korosi).
Tahun beton adalah adukan pasir dan semen yang dibentuk mirip tahu
dengan ketebalan tertentu. Tahu beton adalah adukan beton yang dibuat dengan
perbandingan campuran 1: 2 (semen: pasir) sedangkan air secukupnya.tahu
beton digunakan untuk menjaga agar selimut beton pondasi. Dimensi tahu beton
yang digunakan sesuai syatar SNI 03-2847-2002 sebagai berikut:
50 mm untuk kondisi beton yang langsung berhubungan dengan tanah.
40 mm untuk kondisi beton yang tidak langsung berhubungan dengan
tanah.
20 mm untuk plat lantai, dinding beton atau wall.
70 mm untuk fondasi.
31
Gambar 3.10 Excavator
b. Mesin Bor Bored Pile (Boring Rig)
Suatu unit mesin untuk menggali lubang untuk keperluan Bored Pile yang
dilengkapi dengan pembangkit daya dan perlengkapan lainnya (sebuah elemen
berat yang disebut batang pembenam disambung tepat di atas alat bor dengan
menggunakan unit wins kabel) untuk dipasang Kelly, alat bor atau sling. Mesin
bored pile pada pengerjaannya harus tegak lurus maka untuk mengecek kelurusan
pada mesin bored pile kita dapat menggunakan alat Bantu seperti theodolit dan
waterpass. Boring Rig yang digunakan adalah jenis Zoomlion atau serupa sebanyak
1 unit pada pelaksanaan proyek ini.
32
digunakan 2 sekaligus pemakaian yang dibuat memanjang sesuai kedalaman panel
yang dibor.
33
Gambar 3.14 Temporary Casing
f. Cleaning Bucket
Cleaning bucket merupakan salah satu jenis mata bor yang berbentuk
keranjang dari baja yang digunakan untuk membersihkan dasar lubang Bored Pile
dari endapan lumpur setelah kedalaman pengeboran telah tercapai.
34
h. Roller
Roller adalah alat untuk menggulung tulangan spiral jarak / sengkang
spiral. Biasanya digunakan untuk spiral adalah tulangan polos dan ulir karena baja
tulangan ini memiliki sifat elastis. Diameter roller dibuat lebih kecil dari diameter
bored pile sehingga didapat selimut / penutup beton yang tebalnya sekitar 5 – 7,5
cm. Untuk pemotongan dan pembengkok baja tulangan biasa digunakan mesin
potong atau gunting tulangan konvensional. Untuk mengikat baja tulangan
digunakan kawat beton dengan memakai alat gegep atau tang.
35
beton tidak mengeras. Selama pengangkutan, tabung truck mixer harus selalu
berputar searah jarum jam agar tidak terjadi pengerasan atau pemisahan agregrat
dengan air yang dapat mengakibatkan mutu beton yang dibawa berubah dan tidak
sesuai dengan nilai slump yang dipesan oleh proyek ini.
36
Gambar 3.21 Genset
3.5. Tenaga kerja, Waktu kerja, dan Upah Kerja
Pada umumnya pengaturan tenaga kerja pada semua kontraktor hampir Sama dari
segi waktu kerja. Hanya saja mengenai sistem pengupahan masing-masing mempunyai
peraturan tersendiri. Tetapi pada prinsipnya pengaturan tenaga kerja ini mengenai jam
kerja, jam lembur, upah minimum dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalalah ketenagakerjaan.
3.3.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah karyawan yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek,
maka di perlukan tenaga kerja yang terampil. Tenaga kerja yang terampil dan
rajin sangat di butuhkan dalam suatu proyek pembangunan. Oleh karena itu,
dalam pemakaiann tenaga kerja suatu proyek harus di perhatikan. Tenaga kerja
merupakan faktor yang memegang peranan penting dan sangat menentukan
dalam keberhasilan pelaksanaan proyek. Alokasi tenaga kerja yang baik dan
benar untuk tiap jenis pekerja dalam proyek sangat i perlukan. Pemilihan tenaga
kerja yang tepat Akan memperlancar suatu proyek, menghemat biaya proyek dan
Akan berpengaruh pada mutu dan kualitas pekerjaan. Dalam menentukan prestasi
suatu proyek, unsur ketenagakerjaan memegang peranan yang sangat penting, hal
ini disebabkan oleh:
1) Tenaga kerja sebagai pemikir yang menghasilakan ide mengenai pengadaan
dan pengatur sumber daya lainnya.
2) Tenaga kerja sebagai oprator atau penggerak peralatan dan mesin-mesin
Bantu lainnya.
3) Tenaga kerja sebagai pengelolah material.
Tenaga kerja yang terdapat pada proyek ini sebagai berikut:
37
1) Tenaga tetap, merupakan tenaga kerja atau karyawan pada saat kontraktor
atau pemborong mendapatkan gaji tetap dari Kantor misalnya pengawas
lapangan.
2) Tenaga harian, merupakan tenga kerja atau karyawan pada saat kontaraktor
atau pembororng mendapatkan pekerjaan. Jenis tenaga kerja ini mendapat
kerja upah berdasarkan hari kerja, misalnya: kepala tukang atau tukang.
3) Tenaga kerja Borongan, merupakan tenaga kerja atau karyawan yang
mendapatkan upah berdasarkan prestasi pekerjaan yang dilakukan misalnya
tenaga kerja gali tanah. Jenis pekerjaan ini hanya dikontrak pada saat
pekerjaan galian dilakukan, setelah itu tidak terikat sebagai tenaga borongan
3.3.2. Waktu Kerja
Waktu kerja selama proyek berlangsung tetap mengacu pada peraturan
hari dan waktu kerja yang berlaku di Indonesia. Pekerjaan lembur tidak dapat
dilakukan tanpa izin dari pihak pengawas, antara lain:
1. Hari kerja
Hari kerja senin sampai sabtu
2. Jam kerja
Jumlah jam kerja yang berlaku dalam satu hari kerja adalah delapan jam
kerja, dengan satu jam istrahat. Apabila ada kelebihan jam kerja tersebut
dianggap jam lembur.
3. Waktu kerja
Waktu kerja biasa yaitu Haris senin sampai sabtu pukul 08.00-17.00
Waktu istirahat kerja Setiap hari pukul 12.00-13.00
3.3.3. Upah Kerja
Pelaksanaan pembayaran upah pada karyawan yang bekerja pada proyek
ini adalah sebagai berikut:
1. Upah tenagah harian dibayarkan setiap akhhir pekan sabtu.
2. Upah mandor dibayarkan setiap hari Sabtu melalui bagian administrasi
proyek.
3. Upah tenaga borongan dibayarkan setiap minggunya melalui mandor,
tepatnya hari Sabtu setelah mandor mendapat dari bagian administrasi
proyek.
3.3.4. Rencana Kerja
a. Time Schedule
Time schedule adalah suatu bentuk rencana kerja yang berupa tabel,
berisi jenis-jenis pekerjaan di sertai waktu di mulainya sampai dengan
berakhirnya setiap jenis pekersjaan tersebut. Namun demikian, pada
38
umumnya time schedule tidak memperhatikan masalah biaya dan kurang
jelas menunjukan ketergantungan antara jenis pekerjaan yang satu dengan
yang lainnya.
b. Kurfa S
Kurva S merupakan grafik yang menyatakan hubungan antara bobot
kumulatif kemajuan pekerjaan dalam persen dengan waktu pelaksana
pekerjaan dalam satuan waktu. Dengan adanya kurva S, dapat diikuti
perkembangan kemajuan pekerjaan setiap saat sehingga dapat diketahui
dengan cepat apabila proyek mengalami keterlambatan/kemunduran. Kurva
S juga dapat di pakai untuk menilai presentasi kerja kontraktor sampai
dengan waktu yang ditinjau. Dalam kenyataan dilapangan, meskipun setiap
tahapan kegiatan dalam proyek sudah direncanakan dengan baik, masih
sering dijumpai timbulnya permasalahan yang dapat menghambat
keberlangsungan pekerjaan proyek yang pada akhirnya Akan mengakibatkan
keterlambatan dalampenyelesaian proyek itu sendiri. Permasalahan yang
timbul dapat berupa masalah teknis maupun non teknis yang sulit
diputuskan.
39
karena terluka atau suatu kematian pada para pekerja. Dalam hal ini misalnya
terjatuh dari suatu ketinggian, kebakaran mesin dan kendaraan yang bergerak,
bshsn peledak, arus listrik serta benda yang terjatuh.
Menurut filosofinya K3 merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasilkarya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan Makmur sedangkan Menurut keilmuannya K3
merupakan semua ilmu dan penerapan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
karja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
Syarat Dasar K3 Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja Pasal 3 Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.
1. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
2. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
3. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
4. Memberi P3K.
5. Memberi APD pada tenaga kerja.
6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban,
debu, kotoran, ASAP, uap, gas, radiasi, kebisingan dan getaran.
7. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.
8. Penerangan yang cukup dan sesuai.
9. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
10. Menyediakan ventilasi yang cukup.
11. Memelihara kebersihan, kesehatan dan kebersihan.
12. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, dan Cara proses kerja.
13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan manusia, binatang,
tanaman, dan barang.
14. Mengamankan dan memlihara segala jenis bangunan.
15. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
16. Mencegah terkena aliran listrik berbahaya.
40
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS
(PELAKSANAAN PEKERJAAN FONDASI BORED PILE)
41
Dasar lubang bor, dibersihkan dari bekas-bekas pengeboran dengan
menggunakan cleaning bucket dan siap untuk dilakukan pekerjaan
pemasangan besi.
c. Pekerjaan Pembesian
Perakitan tulangan dilakukan di workshop sesuai dengan gambar shop
drawing.
Produktivitas Tukang Besi
1) Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu Anyaman Besi
sekitar 1 – 1,5 jam
2) Volume Besi dalam 1 unit rangkaian tiap titik Bore Pile!
- Volume Tulangan Utama : 0,068 M³
- Volume Spiral : 0,016 M³
Karena dibutuhkan 2 Anyaman Besi untuk 1 titik Bore Pile maka:
2(0,068 + 0,016) M³ = 0,168 M³
3) Jumlah Besi Spiral dalam 1 unit rangkaian tiap titik Bore Pile adalah
10 Spiral
4) Jumlah rangkaian Besi diselesaikan dalam sehari yaitu 8 – 10
Rangkaian Besi
5) Tukang Besi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1 unit
rangkaian Besi Bored Pile yaitu 5 – 6 Orang
42
Gambar 4.2 Perakitan Tulangan
43
d. Pekerjaan pengecoran
Begitu selesai pembersihan dasar lubang kemudian dilaksanakan
pemasangan tulangan besi beton disusul pemasangan pipa tremie. Bila
didalam lubang terdapat volume air yang
Maka pengecoran dilaksanakan melalui pipa tremie yang ditutup pada
ujung bawahnya, menggunakan plat baja yang dinamakan end plate atau
dengan menggunakan plastic foam sebagai pemisah antara beton dan air.
Pipa tremie dipasang sepanjang lubang yang dibor dengan ujungnya
bertumpu pada dasar lubang untuk mencegah terjadinya segregasi beton
dimana terjadinya pemisahan komponen material dalam campuran beton
Segar yang terjadinya pengendapan agregat yang lebih berat di dasar
campuran beton Segar, atau pemisahan agregat kasar dari kesatuan
campuran beton akibat pemadatan yang berlebihan.
Beton Ready mix dituangkan ke dalam tremie hingga pipa tersebut terisi
penuh. Pipa lalu ditarik sehingga end plate terlapas dan beton mengalir.
Beton dituangkan lagi kedalam pipa tremie dan dengan demikian
pengecoran tiang dilanjutkan hingga permukaan beton mencapai
ketinggian yang diinginkan. Selama pengecoran berlangsung ujung
bawah pipa tremie harus terbenam didalam beton. Pipa tremie dibuat naik
turun agar campuran beton merata sampai memenehu lubang.
Casing yang masih terdapat di lubang bor lalu dicabut perlahan-lahan dan
pengukuran terakhir dilakukan terhadap beton untuk memeriksa apakah
ketinggian permukaan beton berada diatas rencana dasar poer untuk
menjamin mutu beton yang baik pada elevasi dasar poer. Apabila perlu,
casing sementara di cor beton sampai penuh sehingga ketinggian
permukaan beton yang diinginkan tercapai. Bilamana tidak ada air di
dalam lubang bor, pengecoran beton dilakukan dengan pipa tremie (yang
memeiliki ukuran berbeda) dan corong saja. Pipa tremie pendek ini
berfungsi agar beton yang dituangkan jatuh ditengah-tengah lubang serta
merata.
44
Gambar 4.4 Pengecoran
alur dan waktu salah satu titik pada saat pengerjaan pondasi!
a) Alur waktu Pengeboran dan Pengecoran!
Pengeboran : 13.30-14.21 WIB
Pengeluaran lumpur : 14.22-14.42 WIB
Pemasangan Casing : 14.43-14.47 WIB
Pemasangan Tulangan : 14.48-14.55 WIB
Pemasangan Pipa Termy : 14.56-15.01 WIB
Pemasangan Corong : 15.01-15.02 WIB
Pengecoran : 15.02-15.09 WIB
15.15-15.24 WIB
45
4.2. Pembuangan Limbah
46
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama kerja praktek proyek pembangunan Student
Dormitory serta sesuai dengan uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat
mengambil keputusan sebagai berikut :
1. Pada pengerjaan fondasi terbagi atas empat tahap yaitu : tahap pekerjaan persiapan,
tahap pekerjaan boring, tahap pekerjaan pembesian, dan tahap pengecoran.
2. Pada pengerjaan fondasi terdapat dua dimensi fondasi bored pile yang berbeda yaitu
D 80 cm dan D 100 cm, menggunakan besi tulangan D 13 dan D19 dengan mutu
beton K250.
3. Penggunaan alat berat yang lengkap sangat membantu proses pengerjaan proyek
sehingga dapat selesei tepat waktu.
4. Penggunaan beton ready mix sangat efektif terhadap proyek yang tidak memiliki
lahan kosong serta memiliki standar kualitas beton yang baik.
5. Pembuangan limbah tanah dan lumpur bertujuan untuk menghindari penumpukan
limbah dilokasi proyek yang dapat mengganggu proses pekerjaan.
6. Proyek pembangunan Student Dormitory yang dilaksanakan oleh pihak terkait sudah
sesuai dengan standar K3, serta kualitas pekerjaan yang baik dan efisien.
5.2. Saran
Adapun saran yang bisa dijadikan masukan, yaitu:
1. Perlu ketegasan yang lebih petugas K3 terhadap para tukang, para kuli untuk selalu
menggunakan APD dalam setiap aktivitas di lingkungan proyek.
2. Perlu kesadaran moral yang tinggi, baik diantara pekerja atau pihak yang terkait,
sehingga tidak perlu pengawasan yang berlebihan untuk pekerjaan non striktural.
3. Ketepatan mengenai waktu kerja dan waktu istrahat harus menjadi perhatian khusus
sehingga kemoloran kerja tidak terjadi dalam setia pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
47
Murphy, D., 2017, Laporan kerja Praktek Pelaksanaa Pekerjaan Struktur Kolom Proyek
Pembangunan Hotel Malioboro Jogja, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Anwar, C., dan Nirwanto, J., 2016, Laporan Kerja Praktek Pekerjaan Pondasi Bored
Pile Pada Proyek Apartemen Roseville Soho and Suite, Universitas Mercu Buana.
Pranantyia, Dwi, N., 2016, Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Hotel Ibis Style
Candiland. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
48
LAMPIRAN 1
Dokumentasi Proyek
49
50
51
LAMPIRAN 2
Gambar Kerja
52