Anda di halaman 1dari 3

C.

Tingkatan Tes Kesusastraan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tes ini meliputi dua aspek, yaitu tes kemampuan dan tes
unjuk kerja. Tes pengetahuan sastra dibagi menjadi tes pengetahuan sastra dan tes kemampuan
apresiasi sastra. Pentingnya pengetahuan sastra adalah alat, sehingga tes pengetahuan sastra tidak
boleh digunakan sebagai alat. Tes tingkat kesusastraan yang dimaksud di sini mengacu pada tes level
tes kognitif yang terdiri dari enam level, yaitu level memori atau ingatan (C1) hingga level evaluasi
(C6). Pertama-tama, menulis karya sastra lebih mudah (biasanya hanya mencakup teori dan sejarah),
itulah sebabnya sebagian besar tes sastra di sekolah mencakup tingkat kognitif yang relatif
sederhana. Tes sastra yang lebih tinggi sebenarnya mencerminkan bahwa siswa memiliki
kemampuan apresiasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kurang mendapat perhatian. Berikut ini
akan dicoba untuk membedakan dan mencontohkan klasifikasi tes kesusastraan menjadi enam
tingkatan kognitif. Namun, juga harus dinyatakan sebelumnya bahwa tingkat ketidaksesuaian belum
terselesaikan dengan baik. Perbedaan utama yang ditekankan adalah perbedaan kompleksitas tugas
kognitif yang diperlukan untuk tingkat kognitif yang lebih tinggi.

1. Tes Kesastraan Tingkat Memori

Tes kesastraan pada tingkat memori hanya menuntut siswa untuk dapat mengungkapkan
kemampuan ingatannya terkait dengan fakta, konsep, pemahaman, definisi, deskripsi atau nama
benda. Contoh tes tingkat memori ini adalah sebagai berikut.

Apa yang dimaksud dengan alur!

Sebutkan pembagian generasi sastra Indonesia modern!

Siapakah pelopor penciptaan puisi generasi ke-45?

Sebutkan tiga novel karya Mochtar Lubis!

2. Tes Kesastraan Tingkat Pemahaman

Tes kesastraan pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami, membedakan,
dan menjelaskan hubungan antara fakta, konsep, dan lain-lain, tidak hanya sekadar mengingat.
Kemampuan pemahaman meliputi kemampuan menangkap isi prosa atau puisi yang dibacanya,
meringkas atau membuat sinopsis novel atau cerpen, dan menarik kesimpulan bahwa cerita novel
secara teoretis membedakan prosa dari puisi, berima dengan puisi. dan satu sama lain generasi,
menurut legenda, dll. Misalnya, contoh proyek adalah sebagai berikut.

Buatlah rangkuman cerita pendek (rangkuman) untuk Cerpen Gajus Siagian!

Tema apa yang ingin dikemukakan Chairil Anwar dalam puisinya yang berjudul Diponegoro?

Jelaskan persamaan dan perbedaan antara sajak dan soneta!

Jelaskan karakteristik perbedaan kelas Pujangga Baru dan Angkatan '45!

3. Tes Kesastraan Tingkat Penerapan

Tes kesastraan pada tingkat penerapan menuntut siswa untuk dapat menerapkan pengetahuan
teoretisnya pada kegiatan praktis tertentu. Artinya, siswa sangat perlu memperlakukan karya sastra
sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kemampuan dalam menerapkan mencakup kemampuan untuk
mengubah, memodifikasi, mendemonstrasikan, mengoperasikan, dan menerapkan sesuatu atau
kemampuan. 
Misalnya, mengubah bentuk naratif cerita (cerpen, novel) menjadi dialog (drama), mengubah gaya
"saya" menjadi gaya "dia", dan sebaliknya, melafalkan puisi atau parafrasa dengan kata-kata Anda
sendiri, dan menunjukkan hubungan dalam puisi. Jeda (baca) dalam slogan untuk menunjukkan hal-
hal atau lingkungan tertentu dalam karya, misalnya berbagai gaya bahasa, pengaturan, proses, dll.
Berikut adalah contoh masalah tingkat aplikasi. Contohnya adalah tugas yang diberikan kepada
siswa. Siswa diminta untuk membaca sebuah prosa. Kemudian, mengubah prosa tersebut menjadi
bentuk dialog, dan beberapa pertanyaan menarik lainnya.

4. Tes Kesastraan Tingkat Analisis

Pada tes kesusastraan tingkat analitik, selain mengharuskan siswa untuk benar-benar membaca
karya sastra tertentu, juga diharapkan siswa dapat menganalisanya. Kegiatan membaca karya sastra
tidak hanya untuk memahami isi cerita (jika berbentuk novel), tetapi juga memiliki sikap kritis
terhadap isi novel pendukung dan keseluruhan karya sastra. Adanya sikap kritis dan analisis rinci
lebih lanjut berupaya membedakannya dari uji tingkat penerapan di atas. Namun, perlu ditekankan
bahwa analisis karya sastra bertujuan untuk memberikan pemahaman yang baik tentang karya yang
dimaksud.

Tugas keterampilan analitis antara lain mengidentifikasi dan menganalisis unsur internal dan
eksternal karya sastra, menganalisis unsur bentuk dan isi; membedakan, memilih, menyeleksi, dan
lebih menyempurnakan unsur-unsur karya sastra, misalnya cocok untuk dianggap sebagai konflik
utama dengan klimaks konflik lainnya, subjek dengan sub-tema (utama), baris utama dengan baris
tambahan, keunggulan teknis lukisan karakter dan teknik lain yang digunakan, dll. Tentu saja, semua
analisis ini perlu disertai dengan bukti spesifik yang terkandung (atau bahkan dikutip) dalam karya
yang relevan. Berikut ini adalah contoh item tingkat analisis.

Bagaimanakah cara pengarang melukiskan perwatakan para tokoh dalam novel Belenggu?

Bagaimanakah karakter tokoh-tokoh utama novel Belenggu?

Jelaskan cara pengarang mengembangkan alur novel Belenggu!

Jelaskan apa tema dan sub-tema, alur pokok, dan alur tambahan novel Maut dan Cinta!

5. Tes Kesastraan Tingkat Sintetis

Tes kesastraan pada tataran sintetis atau komprehensif, sebagai kelanjutan pemikiran analitis,
menuntut siswa untuk mampu mengelompokkan, menghubungkan dan menggabungkan,
menjelaskan dan memprediksi hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur karya sastra. Tugas dari
kemampuan komprehensif ini meliputi kemampuan untuk mengklasifikasikan fitur atau situasi
serupa, seperti puisi, cerpen, atau novel dengan elemen umum tertentu (seperti gaya, tema, plot,
dan setting), menunjukkan dan menjelaskan satu karya atau beberapa karya. hubungan antara
beberapa hal dalam pekerjaan. Berikut ini adalah contoh soal tes yang digunakan untuk mengukur
kapabilitas komprehensif.

Jelaskan bahwa antara tokoh Hasan dalam Novel “Atheis” dan Hanafi dalam Novel “Salah Asuhan”
mempunyai persamaan!

Secara struktural Novel “Atheis” sama sekali tidak baru, melainkan hanya mengikuti struktur Novel
“Di Bawah Lindungan Kakbah”. Jelaskan pernyataan tersebut!

Jelaskan benarkah kaitan antara karakteristik latar, penokohan, dan tema dalam Novel “Harimau!
Harimau! Harimau!” bersifat padu dan wajar!
6. Tes Kesastraan Tingkat Penilaian

Tes sastra pada tingkat evaluasi menuntut siswa untuk mampu mengevaluasi berbagai soal sastra,
termasuk karya sastra dengan berbagai unsur dan keseluruhan kehidupan sastra. Analisis karya
sastra biasanya mengevaluasinya. Di antaranya, data dan bukti yang diperoleh melalui kerja analitik
menjadi dasar penelitian. Pertanyaan ini bisa dibenarkan atau tidak dievaluasi dalam literatur,
apalagi dari sudut pandang fundamental, kekuatan dalil itu sendiri harus didukung oleh bukti yang
kuat.

Kemampuan berpikir pada tataran evaluasi meliputi kemampuan menilai hal-hal tertentu, seperti
ketepatan pemilihan kata dan makna keseluruhan rima, ketepatan alur, ciri, tatanan, corak, tema,
dan unsur lain yang membentuk sebuah kesatuan dalam novel. Berikut ini adalah contoh item tes
yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan evaluasi.

Jelaskan mengapa penokohan dalam novel Layar Terkembag sering dianggap lemah!

Tokoh Yah dalam Novel “Belenggu” bukan merupakan tokoh konkret, melainkan hanya tokoh
khayalan Tono. Setujukah Saudara dengan pendapat itu? Beri penjelasan seperlunya!

Jelaskan unsur-unsur kebaruan yang terdapat dalam Novel Telegram!

D. Model Soal dalam Tes Kesusastraan

Secara umum, masalah sastra dapat berupa pengetahuan tentang sastra dan kemampuan
mengapresiasi karya sastra. Soal yang membutuhkan data teoretis dan historis digolongkan sebagai
soal pengetahuan sastra, sedangkan soal yang menguji kemampuan mengapresiasi karya sastra
tertentu digolongkan sebagai soal kemampuan sastra. Menurut Damaianti (2007: 11), ujian sastra
harus mengutamakan kemampuan apresiasi sastra, antara lain sebagai berikut:

Soal sastra pada tingkat informasi. Soal formulir ini dirancang untuk mengungkap kemampuan siswa
terkait data karya sastra, yang kemudian digunakan untuk menginterpretasikan karya sastra.

Soal sastra pada tingkat konseptual. Pertanyaan bentuk ini melibatkan persepsi tentang bagaimana
data atau elemen dalam karya sastra bekerja. Mahasiswa harus mampu mengungkap data yang ada
tentang karya sastra.

Soal sastra pada tingkat sudut pandang. Soal bentuk ini berkaitan dengan bagaimana siswa
memandang karya sastra sebagai pembaca. Dengan memberikan pandangan dan tanggapan
terhadap karya sastra, siswa dituntut untuk memahami karya sastra yang terlibat.

Soal sastra pada tingkat apresiasi sastra. Soal bentuk ini terkait dengan upaya untuk mencoba
mengenali dan memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya, kemudian membandingkannya dengan
keefektifan bahasa lisan

Anda mungkin juga menyukai