Anda di halaman 1dari 6

Struktur dan Contoh Kritik Sastra – Materi Bahasa Indonesia Kelas 12

Kritik sastra adalah ulasan atau tulisan yang merespon sebuah karya sastra dan tidak hanya
membahas tentang negatifnya saja, tapi juga positifnya.

Karya sastra itu dibagi menjadi tiga, yaitu drama, puisi, dan prosa. Jadi, kritik sastra mengulas lebih
dalam di antara ketiga jenis itu.

“Seberapa penting sih, kritik sastra itu?”

Pertama, kritik sastra itu penting karena bisa menjadi jembatan untuk mengenalkan karya sastra dan
penulisnya kepada pembaca umum.

Contoh, Hans Bague Jassin atau H.B. Jassin adalah kritikus sastra dan esai yang legend di Indonesia.
H.B Jassin menjadi orang pertama yang mempopulerkan kritik sastra dan esai sejak tahun 1950-
1960-an. Beliau juga merupakan orang pertama yang mengenalkan karya-karya Chairil Anwar
kepada publik melalui kritik sastranya. Waktu itu, belum banyak orang yang tahu karya-karya Chairil
Anwar. Tapi, semenjak Jassin mengomentari puisi-puisinya, banyak orang yang membaca dan
mengapresiasi karya-karya Chairil Anwar.

Kedua, kritik sastra juga bisa membantu pembaca membuat lebih memahami isi karya sastra. Ada
sastrawan yang sering mepakai bahasa-bahasa kiasan atau simbol-simbol untuk menyampaikan
pikirannya dalam karya sastra. Dengan kritik sastra, kritikus sastra harus bisa menjelaskan makna
kiasan atau simbol-simbol itu, supaya pembaca paham apa maksudnya.

Ada beberapa hal yang perlu Kalian perhatikan sebelum menulis kritik sastra, antara lain:

1. Fokus ke karyanya, bukan ke penulisnya. Tujuannya, supaya komentar Kalian bersifat objektif,
tidak subjektif.

2. Pahami unsur karya sastra sebelum menulis kritik. Tadi dijelaskan, karya sastra ada tiga macam,
yaitu prosa, puisi, dan drama. Kalau Kalian akan menganalisis puisi, Kalian tidak mungkin
menganalisis dari segi penokohan, setting, dan alur, karena tidak sesuai dengan unsur puisi. Karena
Kalian akan mengkritik puisi, Kalian pasti membahas unsur intrinsik puisi, seperti diksi, rima, bait,
majas, topografi, dan imaji. Sedangkan, novel sama drama mempunyai unsur intrinsiknya sendiri.

3. Supaya kritik sastra bisa mendalam, Kalian juga dapat memasukkan unsur ekstrinsik. Unsur
ekstrinsik adalah unsur luar yang ikut membangun karya sastra. Contoh unsur ekstrinsik adalah
kondisi sosial dan politik yang ada dalam karya sastra.

4. Tentukan pendekatan kritik sastra. Kalian perlu menentukan pendekatan apa yang akan Kalian
gunakan dalam menulis kritik sastra. Dengan adanya pendekatan yang jelas, Kalian menjadi mudah
menggunakan teori apa dalam menulisnya. Kritik sastra yang Kalian tulis pun akan jelas arahnya ke
mana.
Ada beberapa pendekatan kritik sastra yang bisa Kalian pilih, antara lain:

Pendekatan Stilistika

Pendekatan ini meninjau karya sastra dari segi kebahasaan. Kalian pernah mendengar lagunya grup
band Letto yang judulnya “Sandaran Hati” nggak? Yang liriknya begini: “Teringat ku teringat pada
janjimu ku terikat. Hanya sekejap ku berdiri, kulakukan sepenuh hati…” Kalau dikaji dari pendekatan
stilistika, penggalan lirik tersebut ternyata membahas kedekatan seorang hamba dengan Tuhan.

Pendekatan Semiotika

Pendekatan ini berkaitan dengan tanda-tanda dan simbol. Tidak hanya di lingkup karya sastra saja,
pendekatan semiotika juga digunakan dalam ilmu komunikasi.

Contoh penggunaan pendekatan ini adalah ketika Kalian melihat iklan. Ada iklan yang menggunakan
warna merah, biru, simbol A, simbol B, tanda ini, dan tanda itu. Dengan pendekatan semiotika,
pembaca jadi tahu apa makna dibalik warna, simbol, dan tanda yang digunakan dalam karya
tersebut.

Pendekatan Ekspresif Pengarang

Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai pernyataan dunia batin pengarang. Maksudnya
bagaimana ?

Kan ada, pengarang yang menulis karya berdasarkan kondisi emosi dan apa yang sedang dirasakan.
Ibarat Kalian lagi patah hati, terus Kalian nulis status galau di Insta Story. Dengan menggunakan
pendekatan ini, pembaca jadi tahu kondisi jiwa pengarang dalam karyanya. Pembaca jadi bisa
memahami apa yang terjadi sama pengarang, kondisi sosial di sekitarnya seperti bagaimana, dan
lain-lain.

Struktur Kritik Sastra

Sebagai sebuah tulisan, kritik sastra harus punya struktur. Ibarat kalau Kalian akan membangun
rumah, Kalian harus membuat dulu pondasinya, modelnya bagaimana, biar nyaman dihuni.

Nah, supaya kritik sastra yang Kalian buat arahnya jelas dan enak dibaca, Kalian perlu menulisnya
berdasarkan struktur berikut:

1. Ringkasan, yaitu rangkuman cerita atas karya sastra yang akan Kalian kritik. Kalian juga bisa
menyebutnya sebagai sinopsis cerita. Cukup ditulis sedikit saja sinopsisnya, yang penting pembaca
paham tentang ceritanya.

2. Pembahasan, yaitu poin-poin yang akan dibahas dalam kritik. Dalam pembahasan, saatnya Kalian
menggunakan teori-teori pendekatan yang sudah dijelasin tadi. Kalian akan menganalisis karya
sastra tersebut berdasarkan pendekatan yang sudah Kalian pilih. Cukup pilih satu pendekatan saja
ya!
3. Penilaian, yaitu pendapat kalian tentang karya sastra tersebut berdasarkan analisis dan argumen
yang sudah Kalian buat di pembahasan. Kalian boleh memberi pendapat apa pun, asalkan objektif
dan berlandaskan teori pendekatan yang Kalian pilih. Secara garis besar, struktur ini kayak simpulan
dari pembahasan.

Contoh Kritik Sastra

Contoh pertama: Kritik sastra yang menggunakan pendekatan ekspresif pengarang.

Contoh 1

Judul: Motivasi Kezia dalam Cerpen “Carmen”

Ringkasan

Cerpen “Carmen” telah dibagikan secara online di narasastra.wixsite.com pada tahun 2016 dan situs
kumparan.com pada tahun 2018. Cerpen ini menceritakan seseorang yang berusaha menyelami,
memahami, dan menemani diri sendiri.

Tokoh yang diciptakan Kezia Alaia di dalam cerpen “Carmen” adalah satu orang, tetapi disebut
seolah-olah ada dua orang tokoh. Pada akhir cerita, dua orang tersebut disimpulkan sebagai satu
tokoh, yaitu Carmen, yang berbicara dengan dirinya sendiri. Hal itu merupakan keunikan tersendiri
di dalam cerpen “Carmen”.

Pembahasan

Teori ini dikembangkan berdasarkan teori pendekatan ekspresif pengarang. Teori tersebut
menegaskan bahwa pengarang memiliki kuasa penuh atas karyanya. Pengarang diberi kebebasan
menyampaikan kondisi tertentu dengan kelihaian imajinasi sehingga terbentuk sebuah karya.

Berdasarkan hasil wawancara dan refleksi cerpen “Carmen”, peneliti dapat melihat bahwa Kezia
mengalami permasalahan psikologis. Ia mengalami berbagai pengalaman buruk saat bekerja hingga
merasa tertekan dengan pekerjaan tersebut.

Perasaan tertekan itu membuatnya tidak percaya diri. Ia juga tidak memiliki orang untuk berbagi
cerita sehingga ia akhirnya bicara dengan dirinya sendiri. Lewat cerpen “Carmen”, Kezia memberikan
pemahaman kepada pembaca untuk memahami kondisi kejiwaan mereka.

Kezia berharap, setelah membaca cerpen “Carmen”, pembaca mengetahui bagaimana cara
menghargai usaha yang telah dilakukan oleh diri sendiri sehingga kita dapat memberikan
penghargaan pada diri kita.

Catatan dari contoh di atas: Pembahasan tergantung pada pendekatan yang akan Kalian ambil.
Kalian bisa analisa dulu keseluruhan isinya, terus pilih pendekatan yang cocok dengan karya
tersebut. Kalau Kalian merasa kebahasaannya bagus, Kalian pilih stilistika. Kalau kalian banyak
menemukan simbol atau tanda, Kalian pilih semiotika. Sedangkan, kalau kalian merasa ada
hubungan dari pengalaman Kalian dengan apa yang diceritain, Kalian bisa pilih pendekatan ekspresi
pengarang.

Dalam pembahasan ini, penulis kritik akan menyelami kondisi kejiwaan Kezia sebagai penulis cerpen.
Dia wawancara langsung sama Kezia. Dari hasil wawancara itu, penulis jadi tahu alasan Kezia menulis
cerpen “Carmen”. Ternyata, Kezia ngalamin hal-hal yang tidak mengenakkan saat bekerja. Dia
mengalami pergolakan batin, yang bikin dia akhirnya ingin menulis cerpen tersebut. Akhirnya,
penulis kritik jadi mengetahui bagimana segi batin dan emosi Kezia saat menulis “Carmen”.

Penilaian

Dari hasil pengkajian, dapat diperoleh kesimpulan bahwa setiap penulis memiliki motivasi dan latar
belakang sendiri untuk memproyeksikan dirinya lewat karya sastra. Kezia berhasil memproyeksikan
pengalaman hidupnya melalui cerpen “Carmen”, sehingga pembaca dapat mengambil hikmahnya.
Dengan kata lain, Kezia dapat menunjukkan fungsinya sebagai pengarang bagi penikmat karya secara
signifikan.

Catatan dari contoh di atas: Dari penilaian di atas, penulis kritik menunjukan kalau Kezia punya misi
tertentu dalam cerpennya, yaitu mengekspresikan pengalaman buruk dan pergolakan batin yang
dialami. Dengan pengalaman itu, pembaca bisa memetik nilai dari karyanya.

Pada bagian penilaian, penulis kritik sastra sebenarnya perlu menulis kelebihan dan kekurangan
karya sastra yang dikritik. Tapi, penulis kritik sastra pada contoh di atas tidak menyebutkan
kekurangan pada cerpen “Carmen”. Penulis hanya menyebutkan kelebihannya, yang menganggap
Kezia berhasil memproyeksikan hidupnya melalui cerpen.

Contoh 2

Baru saja Kalian membaca contoh kritik sastra yang penilaiannya cuma menjelaskan kelebihannya,
sekarang baca contoh kritik sastra yang menyebut kelebihan dan kekurangan karya yang dikritik.

Kali ini, kritik sastra yang akan diangkat berjudul Semiotika dalam Novel “Love Is” karya Navika
Anggun. Perlu Kalian perhatikan, bahwa judul kritik sastra mencakup pendekatan yang digunakan
dan karya yang dikritik. Jadinya ya…Semiotika dalam Novel “Love Is” karya Navika Anggun.
Pendekatannya adalah semiotika, dan karya yang dikritik adalah novel “Love Is” karya Navika
Anggun.

Sekarang, kita masuk ke dalam struktur kritik sastra.

Ringkasan

Jangan lupa, ketika membuat ringkasan, usahakan menulis sinopsisnya jangan panjang-panjang,
yang penting mencakup tema karya yang Kalian kritik dan jelas ceritanya.

Berikut contoh ringkasannya:

Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang wanita yang memiliki perusahaan besar.
Namun sayangnya, dia sedang sakit keras. Selama sakit, dia terngiang-ngiang akan memorinya di
masa lalu. Memori-memori ini berlanjut hingga bab-bab berikutnya. Ada masa ketika dia
meninggalkan rumah orang tuanya, hingga ketika dia bertemu dengan cinta pertama dan
terakhirnya. Ceritanya berakhir hingga akhirnya dia bertemu lagi dengan cintanya tersebut.

2. Pembahasan

Novel ini terdapat banyak unsur semiotik yang memiliki makna yang tersirat. Semiotik adalah
ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda. Unsur semiotika dalam
novel “Cinta” karya Anggun adalah:

1. Ikon

Tanda ikon yang sering ditemui di novel ini adalah kata “Rembulan” yang merupakan benda langit
yang bersinar pada malam hari. Ikon ini menandakan perasaan karakter utama terhadap
pasangannya. Dia merasa bahwa lelaki itu seperti rembulan yang menyinarinya.

2. Indeks

Tanda indeks banyak ditemukan di bab tiga melalui kata “Bersinar”, mempunyai arti
memancarkan cahaya. Indeks ini menandakan perasaan bahagia sang karakter utama.

3. Simbol

Tanda simbol yang terdapat di bagian dua ialah kata “Pesta Awal Tahun” yang mempunyai makna
perayaan momen pergantian tahun yang biasanya diiringi oleh banyak kembang api. Tanda ini
menandakan letupan-letupan kebahagiaan oleh pasangan kekasih.

Catatan dari contoh di atas: Ketiga unsur di atas merupakan poin-poin penting dari pembahasan.
Tinggal menentukan pendekatan semiotika, terus memasukkan tanda-tanda yang ada dalam
novel ke dalam unsur-unsur semiotika.

3. Penilaian

Dari hasil pengkajian, dapat diperoleh sebuah kesimpulan bahwa unsur semiotik dalam Novel
“Cinta” yaitu baik ikon, indeks, maupun simbol yang digunakan mengacu pada objek, kegiatan,
atau sifat yang berkaitan erat dengan cahaya dan warna. Kelebihan dari novel ini adalah
penggunaan unsur-unsur semiotik yang senada, sehingga arti tersiratnya lebih mudah dicerna
oleh pembaca. Namun, unsur-unsur tersebut terkesan membosankan, karena terdapat
pengulangan kata-kata yang sama. Secara garis besar, penulis banyak menggunakan unsur-unsur
semiotik untuk mempertegas suasana hati para karakter dalam novel ini.

Penjelasan dari contoh di atas: Penulis kritik sudah memaparkan kesimpulan yang diambil dari
pembahasannya. Selain itu, penulis juga menulis kelebihan novel yang dikritik. Nah, yang beda
dari contoh kritik sastra yang pertama tadi, penulis kritik yang ini menambahkan kekurangan
novel yang dikritik. Menurut dia, novel “Cinta” membosankan karena ada pengulangan kata-kata.
Kemudian, penilaian ini imbang, ada plus dan ada minusnya.

Kalau Kalian akan membuat karya sastra yang menarik, Kalian dapat mengambil dari cerpen,
novel, atau naskah drama apa pun yang Kalian suka. Intinya, mulailah dari karya yang Kalian suka
dulu. Kemudian, kritisi karya sastra tersebut dengan menggunakan pendekatan yang sudah
dipaparkan pada contoh tadi.

Anda mungkin juga menyukai