Anda di halaman 1dari 3

1. Mengapa ulasan terhadap sebuah karya seni disebut kritik sastra.

jawab:

Istilah "kritik" (sastra) berawal dari bahasa Yunani crites, yang berarti "menghakimi", sama halnya dengan kritik yang berasal
dari krinein "menghakimi"; Criterion berarti"penilaian dasar" dan Criticism berarti "hakim kasus" (Baribin, 1993).
Pradotokusumo (2005) menjelaskan bahwa kritik sastra dapat didefinisikan sebagai salah satu objek studi Abrams (1981)
menjelaskan bahwa kritik sastra adalah cabang ilmu yang mempelajari perumusan, klasifikasi, penjelasan, dan evaluasi karya
sastra.Kata kritis dalam arti yang paling tajam adalah penghakiman, dan dalam pengertian ini ia cenderung menyusun
penggunaan istilah kita, bahkan ketika digunakan dalam arti yang paling luas. Oleh karena itu, kritikus sastra pada awalnya
dipandang sebagai seorang ahli dengan keterampilan dan pendidikan khusus untuk menggarap sebuah karya seni sastra,
yang karyanya mengkaji kelebihan dan kekurangan serta mengemukakan pendapatnya (Pradopo,Definisi kritik sastra, seperti
yang sebelumnya, tidak mutlak, karena saat ini tidak ada kesepakatan umum tentang makna sastra. Namun pada dasarnya
kritik sastra adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk mencari dan menentukan nilai intrinsik karya sastra melalui sistem
pemahaman dan interpretasi kritis dalam bentuk tulisan. Atau kritik sastra adalah ilmu sastra untuk menilai karya sastra
dengan memberikan penilaian dan memutuskan apakah karya tersebut berkualitas yang dikritik atau tidak. Kritik sastra sejati
bukan hanya tentang menilai, mash ada aktivitas kritis.

2. Sebutkan contoh sastra yang sudah pernah dikirik oleh orang lain.

jawab:

Judul: Motivasi Kezia dalam Cerpen “Carmen”

1. Ringkasan

Cerpen “Carmen” telah dibagikan secara online di narasastra.wixsite.com pada


tahun 2016 dan situs kumparan.com pada tahun 2018. Cerpen ini menceritakan
seseorang yang berusaha menyelami, memahami, dan menemani diri sendiri.

Tokoh yang diciptakan Kezia Alaia di dalam cerpen “Carmen” adalah satu orang,
tetapi disebut seolah-olah ada dua orang tokoh. Pada akhir cerita, dua orang
tersebut disimpulkan sebagai satu tokoh, yaitu Carmen, yang berbicara dengan
dirinya sendiri. Hal itu merupakan keunikan tersendiri di dalam cerpen Carmen.

Catatan dari gue tentang contoh di atas: Seperti yang elo baca barusan, bagian
ringkasan cukup pendek aja. Elo mesti tahu tema karya sastra yang bakal elo kritik.

1. Pembahasan

Teori ini dikembangkan berdasarkan teori pendekatan ekspresif pengarang. Teori


tersebut menegaskan bahwa pengarang memiliki kuasa penuh atas karyanya.
Pengarang diberi kebebasan menyampaikan kondisi tertentu dengan kelihaian
imajinasi sehingga terbentuk sebuah karya.

Berdasarkan hasil wawancara dan refleksi cerpen “Carmen”, peneliti dapat melihat
bahwa Kezia mengalami permasalahan psikologis. Ia mengalami berbagai
pengalaman buruk saat bekerja hingga merasa tertekan dengan pekerjaan tersebut.

Perasaan tertekan itu membuatnya tidak percaya diri. Ia juga tidak memiliki orang
untuk berbagi cerita sehingga ia akhirnya bicara dengan dirinya sendiri. Lewat
cerpen “Carmen”, Kezia memberikan pemahaman kepada pembaca untuk
memahami kondisi kejiwaan mereka.

Kezia berharap, setelah membaca cerpen “Carmen”, pembaca mengetahui


bagaimana cara menghargai usaha yg telah dilakukan oleh diri sendiri sehingga kita
dapat memberikan penghargaan pada diri kita.

Catatan dari gue tentang contoh di atas: Pembahasan tergantung pada


pendekatan yang mau elo ambil. Elo bisa analisa dulu keseluruhan isinya, terus pilih
pendekatan yang cocok dengan karya tersebut. Kalau elo merasa kebahasaannya
bagus, elo pilih stilistika. Kalau elo banyak nemuin simbol atau tanda, elo pilih
semiotika. Sedangkan, kalau elo merasa related banget sama apa yang diceritain,
elo bisa pilih pendekatan ekspresi pengarang, seperti contoh yang gue kasih ini.

Dalam pembahasan ini, penulis kritik mau menyelami kondisi kejiwaan Kezia
sebagai penulis cerpen. Dia wawancara langsung sama Kezia. Dari hasil wawancara
itu, penulis jadi tahu alasan Kezia menulis cerpen “Carmen”. Ternyata, Kezia
ngalamin hal-hal yang nggak mengenakkan saat bekerja. Dia mengalami pergolakan
batin, yang bikin dia akhirnya ingin menulis cerpen tersebut. So, penulis kritik jadi
tahu gimana segi batin dan emosi Kezia saat menulis “Carmen”.

1. Penilaian

Dari hasil pengkajian, dapat diperoleh kesimpulan bahwa setiap penulis memiliki
motivasi dan latar belakang sendiri untuk memproyeksikan dirinya lewat karya
sastra. Kezia berhasil memproyeksikan pengalaman hidupnya melalui cerpen
“Carmen”, sehingga pembaca dapat mengambil hikmahnya. Dengan kata lain, Kezia
dapat menunjukkan fungsinya sebagai pengarang bagi penikmat karya secara
signifikan.

Catatan dari gue tentang contoh di atas: Dari penilaian di atas, penulis kritik
nunjukin kalau Kezia punya misi tertentu dalam cerpennya, yaitu mengekspresikan
pengalaman buruk dan pergolakan batin yang dialami. Dengan pengalaman itu,
pembaca bisa memetik nilai dari karyanya.
Btw, pada bagian penilaian, penulis kritik sastra sebenarnya perlu nulis kelebihan
dan kekurangan karya sastra yang dikritik. Tapi, penulis kritik sastra pada contoh di
atas nggak nyantumin kekurangan pada cerpen “Carmen”. Penulis cuma nyebut
kelebihannya, yang menganggap Kezia berhasil memproyeksikan hidupnya melalui
cerpen.

Anda mungkin juga menyukai