Di artikel Bahasa Indonesia kelas 12 ini, kita akan mempelajari tentang penulisan kritik
sastra dan esai, mulai dari ciri-ciri, struktur, dan juga contohnya. Yuk kita belajar!
--
Halo teman-teman! Kalian tahu nggak sih, kalau karya sastra itu tidak lantas terlepas dari
berbagai kritik dan saran. Dibalik keindahan karya sastra, sebuah kritik juga dibutuhkan
untuk terus memperindah dan menyempurnakan hal-hal yang masih dirasa kurang tepat.
Nah, dalam melakukan kritik, kalian juga harus paham dulu seperti apa kritik sastra dan
esai itu. Kenapa penting? Sebab, kita harus tahu dasarnya dulu, supaya penilaian kita
objektif, baru deh kita boleh melakukan kritik.
Adapun esai diartikan sebagai karangan singkat yang membahas suatu masalah dari
sudut pandang pribadi penulisnya. Masalah yang dibahas dalam esai merupakan
masalah yang aktual dari berbagai bidang, seperti kesusastraan, kebudayaan, iptek, atau
politik. Kamu pastinya sudah tahu dong ya tentang sejarah esai.
Lebih luasnya, Widyamartaya dan Sudiati berpendapat bahwa kritik sastra adalah
pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, dan pertimbangan yang adil terhadap
baik dan buruknya kualitas, nilai, serta kebenaran suatu karya sastra. Nantinya, kritik
yang sudah diberikan terhadap karya sastra dan esai dapat menjadi panduan yang
memadai kepada pembaca tentang kualitas sebuah karya.
Di samping itu, penulis karya tersebut akan memperoleh masukan yang bersifat
membangun karya tersebut
Berdasarkan isi dan pandangan si penulis, kritik sastra dan esai memiliki beberapa
perbedaan. Di antaranya sebagai berikut:
1. Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas. Hasil ulasannya pun harus
memberikan keterangan atau memperlihatkan sebab-musabab yang berkaitan
dengan suatu peristiwa yang nyata. Jadi, yang terpenting bukan apa yang
diulas, tetapi bagaimana cara penulis memberikan ulasannya.
2. Pendekatan yang digunakan harus jelas, apakah persoalan didekati dengan
pendekatan faktual atau imajinatif.
3. Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukung oleh fakta yang
nyata dan objektif. Penulis tidak boleh mengubah fakta untuk mendukung
pandangannya.
4. Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, tidak samar-samar, harus dapat
dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Dalam penulisan kritik sastra maupun esai, ada beberapa struktur atau sistematika yang
harus dipenuhi. Ada 3 hal penting dalam struktur kritik dan esai, yakni pernyataan
pendapat, argumentasi, dan penegasan ulang atau reiterasi. Pembahasan secara
detailnya antara lain:
1. Pernyataan Pendapat
Dalam esai, pendapat atau tesis menyajikan pandangan penulis terhadap objek atau
fenomena yang disoroti.
2. Argumentasi
Argumen atau pendapat yang disajikan berupa alasan yang logis serta bersifat subjektif.
Penegasan Ulang
3. Reiterasi
Penegasan ulang dalam esai, juga berupa ringkasan atau pengulangan kembali hal yang
sudah disampaikan dan menjadi penegasan dari bagian argumentasi.
Dari segi kebahasaan, kritik sastra dan esai dapat dilihat dari hal berikut:
1. Pernyataan Persuasif
Pernyataan persuasif pada teks berbentuk kritik sastra dan esai, kalimat yang digunakan
tidak secara jelas mencirikan kalimat persuasif secara umum. Pernyataan yang
disampaikan penulis, mengulas hal dengan data atau kalimat yang logis bertujuan agar
menggugah pemikiran pembaca sehingga akhirnya pembaca setuju dengan ide yang
disampaikan penulis.
2. Pernyataan Fakta
Dalam kritik dan esai, pendapat penulis disajikan berdasarkan interpretasi ataupun
penafsiran dari sudut pandang tertentu dengan disertai fakta-fakta pendukung.
Kehadiran fakta berfungsi sebagai sarana untuk memperjelas pendapat.
3. Pernyataan Menilai
4. Istilah Teknis
Istilah teknis merupakan kosakata yang berkaitan pada bidang ilmu pengetahuan
tertentu. Hal ini terkadang perlu dilakukan agar penulis dan pembaca dapat sepaham
pada suatu pembahasan tertentu yang perlu dijelaskan secara detail.
Kata kerja mental adalah kata kerja yang melibatkan perasaan atau respons terhadap
suatu tindakan atau kejadian, bukan berupa tindakan atau aksi yang bisa diamati secara
fisik.
Baca Juga: Mengenal Teks Cerita Sejarah: Pengertian, Struktur, Ciri, dan Contohnya
Seperti jenis teks lainnya, teks kritik sastra memiliki ciri, agar kamu dapat
mengidentifikasi, apakah sebuah teks disebut sebagai kritik sastra.
b. Ciri-Ciri Esai
Berbentuk prosa.
Singkat, dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
Memiliki gaya pembeda.
Selalu tidak utuh.
Memenuhi keutuhan penulisan.
Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal.
Bagaimana? Sampai disini sudah lumayan paham, ‘kan mengenai kritik sastra dan esai.
Supaya lebih memahami, yuk kita lihat satu contoh dari kritik sastra dan esai.
Mimpi adalah bagian kehidupan. Tanpa mimpi kita akan kurang bersemangat untuk
menjalani kehidupan. Novel Sang Pemimpi adalah sebuah novel kedua karya Andrea
Hirata yang merupakan bagian tetralogi Laskar Pelangi.
Sang Pemimpi adalah judul yang tepat untuk novel ini karena memang kisah yang
disajikan membuat pembaca yakin akan kekuatan mimpi. Tentunya, dengan cinta,
pengorbanan, dan rahmat Tuhan, kita akan dapat mewujudkan mimpi yang kita miliki.
Tiga tokohnya, Arai, Ikal, dan Jimbron, yang digambarkan sebagai pemimpi telah
menamatkan SMP dan akan melanjutkan ke SMA. Dari sinilah perjuangan dan mimpi
mereka dimulai.
Tidak tanggung-tanggung, Arai dan Ikal bermimpi untuk kuliah ke Perancis, sedangkan
Jimbron memutuskan untuk menetap di Belitung. Demi impian tersebut, apapun mereka
lakukan.
Impian Arai dan Ikal untuk kuliah di Prancis terwujud, Namun, ini barulah awal
perjuangan yang sesungguhnya.
Kekuatan novel ini terdapat dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pembaca
diajarkan agar menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Walaupun di tengah
kekurangan, jangan mengeluh dan tetap berusaha serta berdoa. Selain itu, dengan
kekuatan mimpi, jangan pernah menyerah dan larut dalam kesedihan. Selain itu, penulis
mengajarkan tentang nilai-nilai untuk path pada perkataan orang tua.
Dalam novel Sang Pemimpi, juga terdapat kekurangan yang dapat menjadi masukan bagi
penulis. Pembaca dapat mengalami kesulitan dalam memahami bahasa yang digunakan
karena ada penggunaan bahasa daerah dan bahasa Inggris yang tidak dijelaskan di
glosarium. Sebaiknya penulis melengkapi kosakata berbahasa daerah dan asing pada
glosarium sehingga pembaca tidak bingung dengan istilah-istilah tersebut. Hal yang
digambarkan lewat kata-kata dari kutipan. "Lalu kami beralih menjadi part time office
boy di kompleks kantor pemerintah. (hal. 69),
Contoh Esai
CANDU. Sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan keterikatan masyarakat kita pada
media sosial. Semua kalangan seakan "terjerat" dalam rutinitas yang sama setiap harinya.
Terlebih lagi kaum remaja. Remaja larut dalam aktivitas yang satu ini hampir sepanjang
hari. Tentunya ada keasikan tersendiri sehingga remaja betah berlama-lama dalam
menggunakannya. Salah satunya, sebagai wadah menuangkan berekspresinya.
Walaupun demikian, kita tidak menampik bahwa media sosial pun memiliki dampak
positif, di antaranya untuk menjaga silaturahmi dengan keluarga ataupun saudara yang
jauh jarak tempat tinggalnya, mendapatkan ilmu pengetahuan baru, sebagai sumber
penyebaran informasi, memperluas jaringan pertemanan, dan sebagai media media
promosi bisnis.
Penggunaan teknologi modern tentunya tidak lepas dari pengaruh positif dan negatif.
Tentu saja hal ini bergantung dari penggunanya, Remaja diharapkan dapat membatasi
diri sendiri serta control dari orang tua sangat diperlukan.
Nah, sekarang kamu sudah tahu kan, bagaimana proses dalam melakukan kritik sastra
dan karya esai? Supaya kritik yang disusun tidak subjektif, maka harus benar-benar
dipahami prinsip-prinsip serta cirinya terlebih dahulu ya. Ciri-ciri dan struktur esai bisa
kalian baca kok di blog ini juga.
Ingin coba menjawab beberapa contoh soal dan menyimak video pembahasan materi
bahasa Indonesia lainnya? Yuk langsung aja cek di ruangbelajar! Ada banyak
rekomendasi video belajar konsep kilat dan video Adapto yang menyesuaikan cara
belajarmu!
Referensi:
Suryaman, Maman dkk. 2018. Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII - Kurikulum
2013 - Edisi revisi 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.