Anda di halaman 1dari 33

KRITIK SASTRA OLEH: DWI ASTUTI, S. Pd.

PENGERTIAN KRITIK SASTRA


 Kritik sastra yaitu salah satu cabang ilmu sastra yang menganalisis, menafsir, dan
menilai karya sastra, baik bentuk prosa, puisi, maupun drama.

 Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik adalah kecaman atau
tanggapan, serta kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap
suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.

 Kritik sastra adalah analisis terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau
menilai baik dan buruknya suatu karya secara objektif. (Ruangguru)

 Widyamartaya dan Sudiati berpendapat bahwa kritik sastra adalah


pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, dan pertimbangan yang adil
terhadap baik dan buruknya kualitas, nilai, serta kebenaran suatu karya sastra.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM MENGKRITIK SASTRA

1. Mengkritik berarti menganalisis unsur-unsur pembangun karya sastra dan


hubungan antarunsur tersebut.

2. Mengkritik karya sastra berarti menafsir berupa keunggulan karya sastra yang
tersembunyi agar dapat dinikmati secara utuh.

3. Mengkritik karya sastra berarti juga menilai kualitas baik-buruknya karya sastra
berdasarkan analisis dan tafsiran tadi. Seorang kritikus harus menunjukkan hal-hal
yang bernilai atau tidak bernilai dari karya sastra tersebut berdasarkan teori
sastra yang dianutnya.
CIRI-CIRI KRITIK SASTRA
Ciri-Ciri Kritik Sastra
Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.
Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan) sebuah
karya sastra.
Pertimbangan bersifat objektif.
Memaparkan kesan pribadi kritikus terhadap sebuah karya sastra.
Memberikan alternatif perbaikan atau penyempurnaan.
Tidak berprasangka.
Tidak terpengaruh siapa penulisnya.
JENIS-JENIS KRITIK SASTRA
Jenis kritik berdasarkan penerapannya:
UNSUR-UNSUR KRITIK
SASTRA
1. informasi singkat tentang karya yang dikritik (judul dan pengarang)
2. tentang pengarang
3. tentang isi buku (sinopsis)
4. analisis
5. penafsiran (interpretasi)
6. penilaian (evaluasi) erhadap karya sastra
SISTEMATIKA KRITIK SASTRA
1. Judul
2. Pembuka: informasi tentang karya, kepengarangan, sinopsis
3. Isi: analisis, penafsiran
4. Penutup: penilaian, simpulan
UNSUR-UNSUR KEBAHASAAN
KRITIK SASTRA
1. Menggunakan istilah sastra, contohnya: tema, penokohan, setting, alur, dst.
2. Menggunakan kata atau kelompok sifat,, contohnya: bagus, baik, sangat menarik,
dst.
3. Menggunakan kata rujukan, contohnya: ini, itu, tersebut, dst.
4. Menggunakan pronominal (kata ganti orang), contohnya: beliau
5. Menggunakan bahasa santun
6. Menggunakan kalimat efektif
MENYUSUN KRITIK SASTRA
1. Memilih karya sastra
Pilihlah salah satu judul cerpen, novel, puisi, atau drama yang menurut kalian menarik dan layak untuk
dikritik, terutama karya sastra yang baru terbit atau yang sedang menjadi perhatian umum.
2. Menguasi isi
Bacalah karya sastra dengan saksama, jika perlu berulang kali untuk menguasasi isinya agar
memperoleh
gambaran secara umum. Kenalilah karya sastra tersebut lebih detail, seperti judul, pengarang, penerbit, tahun
terbit, fisik karya sastra, jumlah halaman, dan isi ceritanya. Tandailah bagian-bagian yang menjadi perhatian
kita.
3. Membuat sinopsis
Yaitu membuat rekonstruksi cerita yang sangat ringkas.
4. Menganalisis
Yaitu menguraikan unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut dan bagaimana
hubungan antarunsurnya. Unsur-unsur yang dimaksud adalah unsur-unsur instrinsik dan estrinsik.
Dengan menguraikan unsur-unsur tersebut kalian sudah mulai mengkritik sastra.
5. Menafsir
Yaitu menjelaskan makna karya sastra tersebut, baik yang tersurat maupun tersirat.
Kalian
ungkapkan apa saja bagian-bagian yang memiliki kelebihan karya tersebut: apa saja
kekurangannya jika ada.
6. Menilai
Setelah mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangannya, kalian dapat menilai
kualitas karya sastra tersebut dengan mengatakan karya ini sangat bermutu, berbobot, maupun
bagus, menarik, cukup unik, buruk, tidak memenuhi harapan, atau tidak bermutu. Kalian dapat
membandingkan karya tersebut dengan karya yang sejenis.
7 Menyimpulkan
Langkah terakhir adalah membuat simpulan dengan memberikan rekomendasi berupa
pertimbangan-pertimbangan layak tidaknya karya tersebut dinikmati dan menentukan sasaran
pembaca yang tepat membaca karya tersebut.
KAIDAH KEBAHASAAN KRITIK DAN ESAI

 Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif. Misalnya, dalam kritik kamu akan


menemukan kalimat seperti “Bukankah sebaiknya alur linear lebih baik digunakan
dalam cerita seperti ini?” Sementara dalam esai, contohnya adalah “Lebih baik
mencegah daripada mengobati.”
 Banyak menyisipkan pernyataan berupa fakta untuk mendukung dan membuktikan
kebenaran argumentasi penulis. Biasanya penulis akan mengutip pendapat ahli atau
mencantumkan data resmi dari penelitian yang berkaitan dengan topik yang
dibahasnya. Misalnya, dalam kritik karya sastra, penulis mengutip ahli filsafat dalam
analisanya atau dalam teks esai, penulis mengutip data yang sudah dihimpun oleh
pihak berwenang mengenai kondisi COVID-19 saat ini di Indonesia.
 Banyak menggunakan ungkapan dan pernyataan yang bersifat mengomentari atau
menilai. Misalnya, dalam teks kritik sastra penulis memuji kemampuan pengarang
dalam mewacanakan tema yang diangkat dalam novelnya. Sementara dalam teks esai,
contohnya adalah “Sepertinya pemerintah masih belum serius menangani kasus
COVID-19 yang semakin meningkat di Indonesia.”
 Banyak menggunakan istilah teknis yang berkaitan dengan topik yang sedang
dibahas. Misalnya dalam kritik sastra terdapat beberapa istilah seperti stilistika,
diksi, majas, konflik, alur alinear, dan lain sebagainya. Sementara dalam esai
mengenai COVID-19 akan terdapat beberapa istilah seperti virus, COVID-19,
mutasi virus, mahkota (crown) virus, vaksin, dan lain sebagainya.
 Menggunakan kata kerja mental. Penggunaan kata kerja ini digunakan karena pada
dasarnya teks kritik dan teks esai adalah teks eksposisi yang bersifat argumentatif.
Contoh penggunaan kata kerja mental ini adalah memendam, mengidentifikasi,
mengingatkan, menegaskan, menentukan, dan mengandalkan.
NOVEL LELAKI HARIMAU
KARYA EKA KURNIAWAN
CONTOH KRITIK SASTRA 2

Anda mungkin juga menyukai