Anda di halaman 1dari 4

Cahyani Salsabila

NIM 1202080008

Pendidikan Kimia 5B

TUGAS 5 PERENCANAAN PEMBELAJARAN KIMIA

 Model pembelajaran abad 21 yang sesuai dengan konsep 4C


Pembelajaran abad 21 yaitu pembelajaran yang dirancang untuk generasi abad 21
agar mampu mengikuti arus perkembangan teknologi terbaru. Terutama pada ranah
komunikasi yang telah masuk ke kehidupan, maka dari itu siswa diharuskan untuk bisa
menguasai empat keterampilan belajar (4C), yakni: creativity and innovation, critical
thinking and problem solving, communication dan collaboration. Terdapat enam model
pembelajaran yang bisa menunjuang kapasitas siswa dalam abad 21 ini, diantaranya
adalah:
1. Discovery Learning (penemuan)
2. Inquiry Learning (penyelidikan)
3. Problem Based Learning (berbasis masalah)
4. Project Based Learning (berbasis projek)
5. Production Based Training (pelatihan)
6. Teaching Factory (berbasis industry)

 Production based learning

Model pembelajaran production based learning merupakan pembelajaran berbasis


produksi dimana dalam pembelajarannya diikuti dengan praktik langsung dan
diproduksikan. Dengan model pembelajaran berbasis produksi yang lebih menekankan
pada pembelajaran praktik ini dapat lebih memudahkan siswa dalam memahami dan
menyerap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Melalui penerapan model
pembelajaran berbasis produksi diharapkan siswa belajar secara efektif karena konsep
pendekatan berbasis produksi tidak sekedar siswa mencapai standar kompetensi sesuai
yang telah ditentukan, namun lebih dari itu yaitu siswa di tuntut untuk mencapai standar
kompetensi dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Siswa yang telah terbiasa untuk
menghasilkan produk dengan mempertimbangkan waktu akan bekerja lebih efisien,
dengan demikian terbiasa pula untuk bekerja lebih produktif. Model pembelajaran
production based learning memberikan pengalaman pembuatan barang atau model yang
nyata diperlukan dalam dunia kerja (industri dan masyarakat).

Sintaks production based learning:

1. Menganalisis karakteristik siswa dan kebutuhan praktik.


Menganalisis karakteristik siswa melalui proses pembelajaran yang dilakukan secara
individu dan kelompok. Mengidentifikasi bahan praktik yang sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan pembelajaran berbasis produksi.
2. Identifikasi dan analisis produk.
Mengidentifikasi kemasan yang akan dibuat agar sesuai dengan kebutuhan sosial.
3. Membuat pertanyaan tentang produk.
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang kemasan yang telah dijelaskan
sebelumnya.
4. Pemetaan pertanyaan
Mengklasifikasikan pertanyan dari siswa berdasarkan kebutuhan dan urgensinya
terhadap kemasan.
5. Menganalisis peralatan dan bahan yang dibutuhkan dari produk yang akan dibuat.
Guru menganalisis alat dan bahan yang dibutuhkan berdasarkan pemetaan.
6. Membuat jadwal pelaksaan pembuatan produk
Membuat jadwal pelaksanaan pembuatan kemasan.
7. Proses pembuatan produk.
Guru mengamati dan berperan sebagai fasilitator
8. Melakukan evaluasi
Guru menilai sejak awal pertemuan sampai akhir dalam pembuatan kemasan.
9. Menciptakan rencana bisnis
Mengarahkan kepada siswa agar produk yang telah dibuat dan dikemas untuk dijual
dan dijadikan usaha atau unit produksi sekolah
 Teaching factory
Pembelajaran teaching factory adalah metode pembelajaran berpusat produksi
atau jasa yang menyelaraskan pengajaran dan pelatihan (praktek) yang berdasar pada
prosedur dan standar yang telah ditetapkan di dunia industri, serta disesuaikan dengan
situasi sekarang ini (modern). Teaching factory diterapkan di lingkungan sekolah
kejuruan atau SMK.
Penerapan TEFA teaching factory ada empat model, di mana model tersebut
berupa panduan yang berasal dari TEFA Direktorat PMK. Panduan tersebut
dimanfaatkan sebagai instrumen pemetaan SMK, Berikut modelnya:
a) Model satu, Dual sistem yang bisa dilaksanakan dalam praktik kerja lapangan, alur
belajar yang berlandaskan enterprise based training atau pembelajaran berbasis dunia
kerja.
b) Model dua, CBT competency based training bisa juga disebut praktik berbasis
kompetensi, adalah model yang memfokuskan pada penajaman pengetahuan
dan skill siswa yang disesuaikan dengan keperluan lapangan pekerjaan. Pada
pembelajaran ini siswa dipersiapkan untuk bisa memperoleh pengetahuan
dan skill yang diperlukan dalam setiap bagian kompetensi yang dipelajari.
c) Model tiga, PBET production based education and training adalah model belajar
berbasis produksi. Kemampuan yang sudah dipunyai siswa harus ditingkatkan dan
dikembangkan skillnya agar bisa menciptakan produk yang berkualitas dan sesuai
dengan kebutuhan industri.
d) Model empat, Teaching factory merupakan model yang berlandaskan pada jasa dan
produk dengan kerjasama antara industri dan sekolah untuk menciptakan siswa
(lulusan) yang unggul sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sintaks Opsi 1

1. Mendesain produk, dalam sesi ini siswa akan mengembangkan atau menciptakan
produk baru berupa kebutuhan harian, mendesain sebuah gambar, membuat program
pada komputer dsb.
2. Merancang prototype, merancang sebuah produk contoh atau tester yang sesuai
dengan spesifikasi produk.
3. Mendemonstrasikan dan persetujuan prototype, siswa akan melaksanakan
demonstrasi prototype yang sesuai dengan informasi pada spesifikasi. Ini bertujuan
agar produk prototype yang diciptakan bisa mendapatkan persetujuan dan bisa
menjadi produk yang siap produksi.
4. Menciptakan produk massal, siswa membuat desain schedule dan deadline dari
produk, agar bisa mencapai tenggat waktu yang telah ditetapkan.

Sintaks Opsi 2

Berikut merupakan hasil pengembangan langkah-langkah atau sintaks pembelajaran


teaching factory

1. Menerima order, dalam sesi ini siswa memperoleh order dan bisa berhubungan
langsung dengan pembeli tentang jasa atau produk yang diinginkan. Pada sesi ini
siswa diharuskan untuk berkomunikasi dengan baik, santun, tegas serta menulis
segala masukan positif maupun negative
2. Menganalisa order, dalam tahap ini siswa harus bisa menganalisa segala bentuk
pesanan yang ada, baik berupa produk atau jasa sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan, bahan, harga dan deadline pengerjaan.
3. Kesiapan dalam mengerjakan order, siswa memberikan kejelasan sikap dalam
melaksanakan pekerjaan (order) yang telah dianalisis. Kapabilitas siswa akan diuji
disini, sehingga siswa harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
4. Mengerjakan order, pada sesi ini siswa melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan pada spesifikasi produk dan hasil analisa. Siswa dituntut untuk bisa
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Siswa dituntut
untuk bekerja sesuai dengan aturan agar menghasilkan produk atau jasa yang sesuai
dengan spesifikasi dan hasil analisa.
5. Evaluasi produk atau jasa. Melaksanakan evaluasi hasil produk atau jasa yang telah
dihasilkan dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan
spesifikasi dan analisa yang telah ditetapkan.
6. Mengirim order, siswa mengirim produk atau jasa setelah produk telah melalui tahap
evaluasi yang matang sehingga pelanggan (konsumen) akan puas.

Anda mungkin juga menyukai