NIM : 2123006
KELAS : ADP1A
SOAL TERTULIS
JAWABAN
1. Penilaian kinerja (performance appraisal), juga disebut tinjauan kinerja, evaluasi kinerja,
atau penilaian karyawan, adalah upaya menilai prestasi dengan tujuan meningkatkan
produktivitas karyawan maupun Perusahaan. Penilaian kinerja biasanya merupakan proses
tahunan di mana kinerja dan produktivitas karyawan dievaluasi dengan serangkaian standar
yang telah ditentukan. Penilaian kinerja sangat penting, tidak hanya karena merupakan
faktor penentu kenaikan dan promosi upah karyawan tetapi juga karena dapat
mengevaluasi keterampilan, kekuatan, dan kekurangan karyawan secara akurat.
Penilaian kinerja dapat memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil
tindakan-tindakan perbaikan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback
yang diberikan oleh perusahaan. Hasil dari penilaian kinerja nantinya dapat digunakan
sebagai informasi dalam menentukan kompensasi secara layak sehingga karyawan dapat
termotivasi. Hasil dari penilaian kinerja tersebut tentunya dapat digunakan untuk
menentukan program pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif bagi karyawan
C:\Users\User\Downloads\pentingnya-penilaian-kinerja-untuk-karyawan-dan-
perusahaan.html
2. Penilaian kinerja digunakan untuk memberitahukan pada karyawan sejauh mana kinerja
mereka dan imbalan yang akan mereka dapatkan. Penilaian kinerja juga bertujuan untuk
mengevaluasi dan memberikan umpan balik pada karyawan yang akan mengembangkan
karyawan dan juga keefektifan organisasi. Menurut Mangkuprawira (2002), tujuan
penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan prestasi kerja. Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan,
manajer, dan departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka
untuk memperbaiki prestasi.
2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi. Evaluasi kinerja membantu para pengambil
keputusan untuk menentukan kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk
kompensasi lainnya.
3. Keputusan-keputusan penempatan. Promosi, transfer, dan demosi biasanya
didasarkan pada kinerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan
bentuk penghargaan terhadap kinerja masa lalu.
4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Kinerja yang jelek mungkin menunjukan
kebutuhan akan latihan demikian juga prestasi yang baik, mungkin mencerminkan
potensi yang harus dikembangkan.
5. Perencanaan dan pengembangan karier. Umpan balik prestasi mengarahkan
keputusan-keputusan karier yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.
6. Penyimpangan proses staffing. Kinerja yang baik atau jelek mencerminkan
kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
7. Ketidakakuratan informasional. Potensi kerja yang jelek mungkin menunjukan
kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber
daya manusia atau komponen-komponen sistem informasi manajemen personalia.
8. Kesalahan-kesalahan dalam desain pekerjaan. Kinerja yang jelek mungkin
merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi
membantu diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
9. Kesempatan kerja yang adil. Penilaian kinerja secara akurat akan menjamin
keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
10. Tantangan-tantangan eksternal. Terkadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor
diluar lingkungan kerja seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah
pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi kerja, departemen personalia mungkin
dapat menawarkan bantuan.
C:\Users\User\Downloads\penilaian-kinerja-pengertian-tujuan-kriteria-dan-
metode.html
4. Menurut Mondy & Noe(2005) masalah yang berkaitan dengan penilaian kinerja adalah:
• Kurangnya objektivitas
Salah satu kelemahan metode penilain kinerja tradisional adalah kurangnya objektivitas.
Dalam metode rating scale, misalnya, faktor-faktor yang lazim digunakan seperti sikap,
loyalitas dan kepribadian adalah faktor-faktor yang sulit diukur. Penggunaan faktor-
faktor yang terkait dengan pekerjaan (job related factors) dapat meningkatkan
objektivitas.
• Bias “Hallo error”
Bias “Hallo error” terjadi bila penilai mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria yang
paling penting dan memberikan penilaian umum baik atau buruk berdasarkan faktor
tunggal ini.
• Terlalu “longggar” / terlalu “ketat”
Penilai terlalu “longggar” (leniency) kecenderungan memberi nilai tinggi kepada yang
tidak berhak, penilai memberi nilai lebih tinggi dari seharusnya.
• Penilai terlalu “ketat” (strictness) terlalu kritis atas kinerja seorang pekerja (terlalu
“ketat” dalam memberikan nilai). Penilaian yang terlalu ketat biasanya terjadi bila
manajer tidak mempunyai definisi atau batasan yang akurat tentang berbagai faktor
penilaian.
• Kecenderungan memberikan nilai tengah
Kecenderungan memberi nilai tengah (Central tendency), terjadi bila pekerja di beri nilai
rata-rata secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala penilaian, Biasanya, penilai
memberi nilai tengah karena ingin menghindari kontroversi atau kritik.
• Bias perilaku terbaru
Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku atau kinerja yang paling akhir akan
lebih mudah diingat daripada perilaku yang telah lama. Penilai cenderung lebih banyak
menilai kinerja yang tampak menjelang atau pada saat proses penilaian dilakukan.
Seharusnya penilaian kinerja mencakup periode waktu tertentu.
• Bias pribadi(stereotype)
Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki bias yang berkaiatan dengan
karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama, gender atau usia. Meskipun ada
peraturan atau undang-undang yang melindugi pekerja, diskriminasi tetap menjadi
masalah dalam penilain kinerja.
C:\Users\User\Downloads\masalah yang berkaitan dengan penilaian kinerja.htm