Anda di halaman 1dari 10

PASAR MODAL

TUGAS INDIVIDU TM 5

Disusun Oleh:
Adinda Naurah Illona
042011233063

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
DEFINISI PERUSAHAAN EFEK

Perusahaan efek adalah sebuah badan usaha yang bergerak di bidang pasar modal dan
memiliki izin usaha sebagai perantara perdagangan efek, baik itu saham, obligasi, maupun
instrumen keuangan lainnya. Tugas utama perusahaan efek adalah membantu investor dalam
membeli atau menjual efek di pasar modal, serta memberikan layanan investasi dan informasi
yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan efek.

Perusahaan efek dapat berupa perusahaan broker, dealer, atau underwriter yang memiliki izin
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjalankan kegiatan di pasar modal. Perusahaan
efek bertanggung jawab atas transaksi efek yang dilakukan oleh investor dan harus
memastikan bahwa kegiatan perdagangan efek yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di pasar modal.

JENIS PERUSAHAAN EFEK BERDASARKAN KEPEMILIKAN

Berdasarkan kepemilikannya, perusahaan efek dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Perusahaan Efek Perseroan Terbatas (PT)
Perusahaan efek PT adalah perusahaan efek yang kepemilikannya terbatas pada
pemegang saham. Dalam hal ini, modal perusahaan efek PT berasal dari penjualan
saham kepada investor. Perusahaan efek PT beroperasi dengan tujuan untuk mencari
keuntungan bagi pemegang sahamnya, dengan mengambil keuntungan dari komisi
dan biaya transaksi yang dikenakan pada kliennya.
2. Perusahaan Efek Koperasi
Perusahaan efek koperasi adalah perusahaan efek yang dimiliki oleh koperasi.
Koperasi adalah badan usaha yang dimiliki dan dioperasikan oleh anggota dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan anggota melalui usaha bersama. Dalam hal ini,
perusahaan efek koperasi dimiliki oleh anggota koperasi dan dioperasikan untuk
kepentingan bersama. Keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan efek koperasi
dibagi sesuai dengan persentase kepemilikan anggota koperasi.

Perusahaan efek PT dan perusahaan efek koperasi memiliki persyaratan dan aturan yang
berbeda dalam pengelolaannya, namun keduanya harus memenuhi persyaratan dan peraturan
yang sama yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjalankan kegiatan
di pasar modal.

SYARAT PERMODALAN PERUSAHAAN EFEK

Syarat permodalan perusahaan efek diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Nomor 51/POJK.04/2017 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Efek. Berikut
adalah beberapa persyaratan permodalan perusahaan efek:
1. Modal Minimum
Setiap perusahaan efek wajib memiliki modal yang cukup untuk menjalankan
kegiatan usahanya. Persyaratan modal minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan
efek tergantung pada jenis izin usaha yang dimilikinya. Sebagai contoh, perusahaan
efek yang bergerak di bidang penjaminan emisi efek wajib memiliki modal minimal
sebesar Rp 5 miliar, sementara perusahaan efek yang bergerak di bidang broker dealer
wajib memiliki modal minimal sebesar Rp 2,5 miliar.
2. Komposisi Modal
Modal perusahaan efek harus bersumber dari pemegang saham yang sah dan
dinyatakan dalam bentuk uang atau aset yang dapat dijadikan uang. Modal yang
dimiliki oleh pemegang saham harus dinyatakan dalam bentuk saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan efek.
3. Penyertaan Saham
Pemegang saham perusahaan efek harus memiliki setidaknya 51% saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan efek. Pemegang saham minoritas hanya dapat memegang
maksimum 49% saham.
4. Penempatan Modal
Modal yang dimiliki perusahaan efek harus ditempatkan pada rekening bank di
Indonesia dan tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
5. Kepemilikan Asing
Perusahaan efek yang kepemilikannya dimiliki oleh asing, baik secara langsung
maupun tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan kepemilikan saham oleh
pemegang saham domestik.
6. Peningkatan Modal
Perusahaan efek wajib melakukan peningkatan modal apabila modalnya berada di
bawah batas minimum yang ditetapkan oleh OJK.

Persyaratan permodalan perusahaan efek bertujuan untuk menjaga stabilitas keuangan


perusahaan efek, sehingga dapat memberikan jaminan dan kepercayaan bagi para investor
dan masyarakat umum.

KEGIATAN YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN EFEK

Perusahaan efek memiliki berbagai macam kegiatan dalam menjalankan bisnisnya di pasar
modal, antara lain:
1. Perantara perdagangan efek
Perusahaan efek berfungsi sebagai perantara antara investor dengan emiten dalam
melakukan transaksi jual beli saham, obligasi, reksadana, dan instrumen keuangan
lainnya di pasar modal.
2. Underwriting
Perusahaan efek dapat bertindak sebagai underwriter dalam penawaran umum saham
atau obligasi yang diterbitkan oleh emiten. Underwriter bertanggung jawab untuk
menjamin penjualan seluruh saham atau obligasi yang diterbitkan oleh emiten.
3. Penjamin emisi efek
Perusahaan efek juga dapat bertindak sebagai penjamin emisi efek. Tugas penjamin
emisi adalah menjamin bahwa seluruh saham atau obligasi yang diterbitkan oleh
emiten akan terjual dan mencari investor yang tertarik untuk membeli efek yang
diterbitkan.
4. Manajemen portofolio
Perusahaan efek dapat menawarkan jasa manajemen portofolio untuk investor yang
ingin menanamkan dananya dalam berbagai instrumen keuangan di pasar modal.
Perusahaan efek akan membantu investor dalam memilih instrumen keuangan yang
tepat untuk diperdagangkan dan memberikan informasi terkait kinerja portofolio
investasi.
5. Konsultasi investasi
Perusahaan efek dapat memberikan konsultasi investasi kepada investor terkait
investasi di pasar modal. Konsultasi ini mencakup analisis pasar, risiko investasi, dan
rekomendasi investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi investor.
6. Penyediaan informasi pasar modal
Perusahaan efek juga menyediakan informasi terkait perkembangan pasar modal,
termasuk informasi mengenai perusahaan yang terdaftar di bursa saham, harga saham,
dan rilis data keuangan perusahaan. Informasi ini akan membantu investor dalam
membuat keputusan investasi yang tepat.

Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan efek harus mematuhi peraturan yang
berlaku di pasar modal, termasuk aturan mengenai transaksi efek, tata kelola perusahaan, dan
perlindungan investor.

PERIZINAN

Perusahaan efek harus memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan
kegiatan di pasar modal. Izin tersebut dikeluarkan sesuai dengan jenis kegiatan yang akan
dilakukan oleh perusahaan efek. Berikut adalah beberapa jenis izin yang dikeluarkan oleh
OJK untuk perusahaan efek:
1. Izin Usaha Perusahaan Efek (IUPE)
IUPE diberikan kepada perusahaan efek yang akan melakukan kegiatan sebagai
perantara perdagangan efek. Izin ini diperlukan agar perusahaan efek dapat
memperdagangkan efek secara legal di pasar modal.
2. Izin Penjamin Emisi Efek (IPEE)
IPEE diberikan kepada perusahaan efek yang akan bertindak sebagai penjamin emisi
efek. Perusahaan efek yang telah memiliki izin ini dapat menjamin keberhasilan
penjualan efek yang diterbitkan oleh emiten.
3. Izin Manajer Investasi (IMI)
IMI diberikan kepada perusahaan efek yang akan melakukan kegiatan sebagai
manajer investasi. Perusahaan efek dengan izin ini dapat mengelola portofolio
investasi nasabah, termasuk dalam bentuk reksa dana.
4. Izin Penyelenggara Pemeringkatan Efek (IPPE)
IPPE diberikan kepada perusahaan efek yang akan melakukan kegiatan sebagai
penyelenggara pemeringkatan efek. Perusahaan efek dengan izin ini dapat
memberikan penilaian kredit dan risiko terhadap suatu efek.
5. Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Asing (WPPEA)
WPPEA diberikan kepada perusahaan efek yang akan melakukan kegiatan sebagai
wakil perantara pedagang efek asing. Izin ini diperlukan agar perusahaan efek dapat
melakukan perdagangan efek asing di bursa efek Indonesia.

Perusahaan efek juga harus mematuhi aturan dan persyaratan yang ditetapkan oleh OJK
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Jika perusahaan efek melanggar aturan atau
persyaratan tersebut, OJK dapat memberikan sanksi atau mencabut izin yang diberikan
kepada perusahaan efek tersebut.

LARANGAN BAGI PERUSAHAAN EFEK

Perusahaan efek memiliki beberapa larangan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya di pasar
modal, antara lain:
1. Menerima uang tunai
Perusahaan efek dilarang menerima pembayaran dalam bentuk uang tunai dari
nasabah. Pembayaran harus dilakukan melalui transfer atau cara pembayaran
elektronik lainnya.
2. Mengambil keuntungan yang tidak wajar
Perusahaan efek dilarang mengambil keuntungan yang tidak wajar atau tidak
proporsional dari nasabahnya. Perusahaan efek harus mematuhi ketentuan tarif dan
biaya yang telah ditetapkan oleh OJK.
3. Memanipulasi harga efek
Perusahaan efek dilarang melakukan manipulasi harga efek dengan cara melakukan
transaksi yang tidak wajar atau mempengaruhi pasar dengan informasi yang tidak
benar.
4. Berkonflik kepentingan
Perusahaan efek dilarang melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan antara perusahaan dengan nasabah atau dengan pihak lain.
5. Melakukan tindakan yang merugikan nasabah
Perusahaan efek dilarang melakukan tindakan yang merugikan nasabahnya, seperti
melakukan transaksi tanpa persetujuan nasabah, menunda penyelesaian transaksi, atau
menyampaikan informasi yang salah atau menyesatkan.
6. Melanggar ketentuan peraturan pasar modal
Perusahaan efek harus mematuhi ketentuan peraturan pasar modal yang telah
ditetapkan oleh OJK. Jika perusahaan efek melanggar aturan tersebut, OJK dapat
memberikan sanksi atau mencabut izin yang diberikan kepada perusahaan efek
tersebut.

Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan efek harus selalu mematuhi peraturan dan
etika bisnis yang berlaku di pasar modal. Perusahaan efek juga harus senantiasa menjaga
kepercayaan nasabah dan memastikan bahwa kegiatan bisnisnya dilakukan secara transparan
dan profesional.

PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN EFEK YANG DISIMPAN OLEH


PERUSAHAAN EFEK

Sebagai perantara perdagangan efek, perusahaan efek bertanggung jawab atas pengendalian
dan perlindungan efek yang disimpan oleh perusahaan efek. Beberapa cara yang dilakukan
perusahaan efek dalam mengendalikan dan melindungi efek yang disimpannya, antara lain:
1. Penyimpanan efek di tempat yang aman dan terkendali
Perusahaan efek harus menyimpan efek yang dikelola di tempat yang aman dan
terkendali, seperti brankas atau gudang penyimpanan efek yang dilengkapi dengan
sistem pengamanan yang memadai.
2. Rekonsiliasi secara berkala
Perusahaan efek harus melakukan rekonsiliasi secara berkala antara data efek yang
disimpan dengan data efek yang tercatat di perusahaan efek dan di bursa efek.
3. Perlindungan terhadap kerugian dan pencurian
Perusahaan efek harus melindungi efek yang disimpan dari kerugian dan pencurian,
seperti mengambil asuransi atau melakukan tindakan pengamanan lainnya, seperti
pemasangan CCTV atau sistem keamanan elektronik.
4. Pengelolaan risiko
Perusahaan efek harus melakukan pengelolaan risiko dalam pengelolaan efek yang
disimpan, seperti meminimalisir risiko kehilangan atau kerusakan efek.
5. Pelaporan secara berkala
Perusahaan efek harus melaporkan secara berkala kepada nasabah dan otoritas yang
berwenang tentang status dan kondisi efek yang disimpan, seperti laporan
kepemilikan efek dan laporan hasil rekonsiliasi.
6. Penyelesaian transaksi secara tepat waktu
Perusahaan efek harus menyelesaikan transaksi pembelian dan penjualan efek secara
tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pasar modal.

Dengan mengendalikan dan melindungi efek yang disimpan dengan baik, perusahaan efek
dapat memastikan bahwa efek yang dikelola dalam kegiatan bisnisnya dapat terjaga
keamanannya dan memberikan kepercayaan bagi nasabah dan pasar modal.

PENGENDALIAN INTERNAL PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN


KEGIATAN USAHA SEBAGAI PERANTARA PEDAGANG EFEK

Sebagai perantara pedagang efek, perusahaan efek harus memiliki sistem pengendalian
internal yang baik dalam menjalankan kegiatan usahanya. Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh perusahaan efek dalam melakukan pengendalian internal, antara lain:
1. Struktur organisasi yang jelas
Perusahaan efek harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan terorganisir dengan
baik, sehingga setiap bagian atau divisi dalam perusahaan dapat beroperasi secara
efektif dan efisien.
2. Pembagian tugas dan tanggung jawab
Perusahaan efek harus membagi tugas dan tanggung jawab secara jelas dan sesuai
dengan kompetensi dan kewenangan masing-masing bagian atau divisi.
3. Kebijakan dan prosedur yang terstandarisasi
Perusahaan efek harus memiliki kebijakan dan prosedur yang terstandarisasi untuk
setiap kegiatan bisnisnya, sehingga dapat mengurangi risiko kesalahan dan
pelanggaran.
4. Penerapan sistem pengendalian internal
Perusahaan efek harus menerapkan sistem pengendalian internal yang memadai,
seperti kontrol dokumen, kontrol akses, pemisahan tugas, verifikasi ulang, dan
monitoring.
5. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia
Perusahaan efek harus memberikan pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi karyawan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
6. Evaluasi dan penilaian kinerja
Perusahaan efek harus melakukan evaluasi dan penilaian kinerja secara berkala untuk
mengevaluasi keefektifan sistem pengendalian internal dan mengevaluasi kinerja
karyawan.
7. Audit internal dan eksternal
Perusahaan efek harus melakukan audit internal dan eksternal secara berkala untuk
menilai keefektifan sistem pengendalian internal dan mengevaluasi risiko dan
kepatuhan.

Dengan menerapkan sistem pengendalian internal yang baik, perusahaan efek dapat
memastikan bahwa setiap kegiatan bisnisnya berjalan secara efektif dan efisien, serta dapat
meminimalkan risiko kesalahan dan pelanggaran yang dapat merugikan nasabah dan merusak
reputasi perusahaan.

PRINSIP MENGENAL NASABAH (PMN) OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI


SEKTOR PASAR MODAL INDONESIA

Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) adalah suatu sistem yang diterapkan oleh penyedia jasa
keuangan, termasuk di sektor pasar modal Indonesia, dalam melakukan identifikasi dan
verifikasi identitas nasabah sebagai upaya pencegahan tindakan kejahatan, seperti pencucian
uang, pembiayaan terorisme, dan tindakan kejahatan lainnya. Prinsip ini bertujuan untuk
mengenal nasabah secara lebih mendalam dan memastikan bahwa nasabah yang dilayani
merupakan nasabah yang sah dan memiliki kepentingan yang jelas dalam melakukan
transaksi keuangan.

Beberapa prinsip yang terkait dengan PMN yang harus dipatuhi oleh penyedia jasa keuangan
di sektor pasar modal Indonesia antara lain:
1. Pendataan Nasabah
Penyedia jasa keuangan harus melakukan pendataan secara lengkap dan akurat
terhadap identitas nasabah, baik individu maupun badan usaha.
2. Verifikasi Identitas Nasabah
Penyedia jasa keuangan harus melakukan verifikasi identitas nasabah dengan
mengumpulkan dokumen identitas yang sah dan mengkonfirmasi kebenaran data
dengan sumber yang terpercaya.
3. Pengkajian Risiko
Penyedia jasa keuangan harus melakukan pengkajian risiko terhadap nasabah yang
dilayani, untuk menilai risiko pencucian uang dan pembiayaan terorisme.
4. Monitoring Transaksi
Penyedia jasa keuangan harus melakukan monitoring transaksi secara cermat dan
terus-menerus, untuk mendeteksi dan mencegah tindakan pencucian uang atau
pembiayaan terorisme.
5. Pendidikan dan Pelatihan
Penyedia jasa keuangan harus memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
karyawan tentang prinsip PMN dan cara mengidentifikasi nasabah yang
mencurigakan.
6. Pelaporan Transaksi Mencurigakan
Penyedia jasa keuangan harus melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan kepada
pihak yang berwenang, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan kepolisian.

Dalam penerapannya, prinsip PMN menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan tindakan kejahatan di sektor pasar modal Indonesia. Oleh karena itu,
penyedia jasa keuangan di sektor pasar modal Indonesia wajib mematuhi prinsip PMN ini
untuk memastikan keamanan dan integritas pasar modal Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai