SKRIPSI
Oleh:
FAIRDANA VIANI
41183507180004
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ul dengan prestasi tak terhitung dan lain sebagainya, semua itu merupakan anu
gerah negeri yang tak dapat terbantahkan. Dengan kata lain, Indonesia memili
ki segudang potensi dan peluang untuk tumbuh lebih subur di masa yang akan
datang dengan catatan mampu mengkonversikan peluang serta modal tersebut
ke dalam skema nyata.
Maraknya inovasi dan teknologi yang semakin maju membuat orang ber
lomba-lomba untuk merealisasikan kemampuan yang terdapat dalam diri masi
ng-masing dan hal ini terjadi pada berbagai macam kalangan, salah satunya or
ganisasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan, inovasi dapat menjadi batu lonca
tan baik bagi individu maupun organisasi untuk maju dan berkembang lebih b
esar dan hal ini terlihat melalui strategi organisasi dalam mengoptimalkan kual
itasnya, yakni melalui pengelolaan sumber daya manusia sebagai salah satu fa
ktor yang tidak dapat dilepaskan dari dinamika industri dan organisasi. Persain
gan global dan pembaharuan dalam organisasi seringkali ditemui, terlebih pad
a jaman yang menekankan individu untuk berkembang mengikuti arus waktu s
ehingga organisasi mengharuskan masing-masing anggotanya untuk lebih inisi
atif dan inovatif. Daya saing yang semakin tinggi antar organisasi tidak hanya
berdampak pada dinamika komunitas saja, akan tetapi juga berdampak pada a
nggotanya secara individu. Tak heran, banyak perusahaan yang menciptakan s
erangkaian inovasi guna mengembangkan kualitas organisasi di jaman serba a
da seperti ini.
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 memberik
an dampak serius terhadap status perekonomian negara. Sebagaimana dilansir
melalui situs suara.com (09/09/2021), sebanyak 1.298 perusahaan telah menga
jukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan pailit selama tiga
semester terakhir dikarenakan dampak yang timbul setelah adanya ancaman vi
rus Covid-19. Hal ini tentunya menjadi perhatian publik terutama para pengam
at ekonomi, bahwasannya pandemi ini memiliki perumpamaan seperti benalu
yang sedikit demi sedikit menghisap sari dan nutrisi dari inangnya, yakni orga
nisasi. Meskipun demikian, tidak semua musibah yang datang lantas hanya me
mbawa petaka. Pepatah “selalu ada hikmah dalam setiap kejadian” juga ternya
3
ta berlaku di kondisi pandemi yang runyam seperti ini. Tidak sedikit masyarak
at yang melihat wabah Covid-19 sebagai tantangan sekaligus peluang untuk m
engembangkan ide-ide inovatifnya sehingga mereka mampu melawan situasi s
ulit yang terjadi dan enggan tunduk pada keterpurukan yang dialami oleh ham
pir seluruh penduduk di berbagai belahan negara di dunia.
Singkatnya, baik individu maupun organisasi sedikit demi sedikit berupa
ya menggali celah yang dapat dijajaki di masa pandemi guna mencegah terjadi
nya krisis. Perilaku inovatif yang sejatinya dimiliki oleh manusia sangat muda
h muncul dan diidentifikasi pada kondisi mencekam seperti ini. Berbagai maca
m keluaran inovatif diperkenalkan dan dipasarkan pada masyarakat luas denga
n iming-iming membantu masyarakat dalam menjalankan skenario kebijakan
new normal yang diagendakan oleh pemerintah. Sebagai contoh, banyak sekali
mitra-mitra kecil yang mengembangkan aplikasi belanja pasar seperti sayur da
n buah-buahan di masa pandemi dikarenakan keterbatasan masyarakat untuk b
erpergian sehingga produknya menjadi laku di pasaran. Atau meningkatnya ju
mlah perusahaan yang mengoptimalkan SIM-nya guna memfasilitasi karyawa
n dalam meningkatkan produktivitasnya. Jangan lupakan kreativitas dalam bid
ang pendidikan yang memanfaatkan layanan jejaring sosial sebagai media pem
belajaran peserta didik. Inovasi-inovasi kreatif tersebut timbul karena adanya
perilaku inovatif yang mendorong manusia untuk lebih maju dan berkembang
sehingga mencegahnya terperangkap dalam situasi rumit.
Perilaku inovatif, di mana mengacu kepada sikap kreatif yang tumbuh p
ada diri individu sehingga individu mampu menciptakan pemikiran-pemikiran
inovatif dimulai dari tahap pengembangan ide, penjualan ide, hingga ide terse
but diaplikasikan dalam lingkungan organisasi, merupakan sikap yang secara
masif berkontribusi pada kehadiran gebrakan baru dunia industri 4.0. Kemunc
ulan perilaku inovatif kerap kali dipicu oleh situasi yang menekan kondisi indi
vidu untuk tetap stabil meskipun sedang berada di dalam kesulitan sehingga in
dividu mampu menumbuhkan dorongan dan hasrat naluriah untuk melakukan
perubahan sebagai solusi pemecanah masalah yang efektif dan efisien. Sebaga
imana yang diungkapkan oleh Janssen (Aditya & Ardana, 2016), bahwa perila
4
Aji Kebab. Pengembangan bisnis ini lebih diprioritaskan pada kualitas produk
dengan cita rasa yang berani sehingga mampu memenuhi keinginan konsumen.
PT. Arabian Mitra Abadi hadir sebagai bisnis yang berkelanjutan dan mampu
bertahan di kondisi krisis, didukung tim yg profesional, siap menerima tantang
an transformasi dan terus berinovasi sehingga menghadirkan model usaha yan
g memberikan keuntungan seluruh mitranya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan terhadap 3 respond
en pada Selasa, 14 Desember 2021 di kantor PT. Arabian Mitra Abadi, peneliti
menemukan beberapa masalah terkait dengan perilaku kerja inovatif karyawan.
Responden berinisal WT mengungkapkan bahwa masih terdapat kebuntuan id
e-ide dalam berinovasi, terutama pada divisi bussiness development. Hal ini m
enjadikan perusahaan harus menggali lebih dalam ide-ide apa saja yang munc
ul dari pemikiran karyawannya. Meskipun demikian, ide-ide yang disampaika
n pada perusahaan dapat muncul melalui operator-operator lapangan secara tid
ak sengaja. Penyampaian ide yang dilakukan oleh karyawan pun tidak secara l
angsung, melainkan menggunakan majas sehingga terasa kurang efektif dan ef
isien. Selanjutnya berdasarkan pemaparan responden berinisial BA, masalah te
rdapat pada keberanian untuk mengungkapkan dan menyampaikan ide-ide yan
g ada. Kendala lain dalam berinovasi pun kerap terjadi dikarenakan faktor ke
mampuan karyawan yang belum mumpuni untuk menyampaikan ide, serta pen
didikan karyawan yang masih rendah. Kesulitan karyawan untuk menyampaik
an gagasan secara langsung pun dikeluhkan oleh responden. Sementara itu ber
dasarkan penjelasan responden berinisial RK, terdapat masalah pada kondisi
mitra yang sudah terlalu nyaman dengan kondisi yang telah berjalan sehingga
enggan melakukan perubahan dan inovasi.
Berdasarkan hasil yang didapat melalui pemaparan responden 1, 2, dan 3
diindikasikan bahwa masalah terkait perilaku kerja inovatif yang ada pada per
usahaan mencakup kebuntuan ide-ide berinovasi, di mana hal ini merupakan b
entuk idea generalization, masalah pada cara penyampaian gagasan yang kura
ng efektif, kemampuan karyawan dalam beropini, dan kurangnya keberanian d
alam menyampaikan ide-ide di mana hal ini merupakan wujud dari idea prom
6
otion, lalu permasalahan terkait income dan juga kondisi mitra yang sudah terl
alu nyaman dengan keadaan yang berjalan sehingga enggan melakukan peruba
han di mana hal ini merupakan gambaran dari idea implementation. Hal ini era
t kaitannya dengan kepentingan perilaku inovatif sebagai pondasi perusahaan
untuk terus bertahan di tengah maraknya persaingan global. Sebagaimana yan
g dipaparkan oleh Nardo dkk. (2018) bahwa karyawan yang memiliki perilaku
inovatif sangat diperlukan agar perusahaan selalu dinamis untuk mencapai targ
et yang telah ditentukan perusahaan. Maka setiap karyawan selalu dituntut unt
uk menciptakan ide-ide inovatif sehingga pekerjaan yang dihasilkan mampu m
encapai target perusahaan serta memiliki nilai lebih dari pesaing (Nardo dkk.,
2018).
Perilaku inovatif dapat dilatar-belakangi oleh beberapa faktor salah satu
nya adalah modal psikologis atau psychological capital. Mishra dkk. (Hasanah
dkk., 2019) menjelaskan bahwa perilaku kerja inovatif dapat diprediksi melalu
i modal psikologis (psychological capital). Hal ini didasari pada pengertian Lu
thans, Youssef, & Avolio (Rulevy & Parahyanti, 2016) mengenai psychologic
al capital yang merupakan suatu keadaan psikologis yang positif pada individ
u, yang berkontribusi pada kemajuan dirinya dan terdiri dari beberapa kompon
en seperti memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi dan memberikan usah
a yang diperlukan untuk menyelesaikan pada tugas yang menantang, memiliki
atribusi positif untuk kesuksesan masa kini dan masa mendatang, tekun dalam
mencapai tujuan, dan mengarahkan langkah menuju tujuan guna mencapai kes
uksesan, dan ketika dilanda masalah dan kesulitan, individu dapat menyeimba
ngkan dan bangun kembali untuk mencapai kesuksesan.
Psychological capital berguna untuk meningkatkan manajemen sumber
daya manusia dalam rangka meningkatkan kinerja dan daya saing organisasi, d
an dapat meningkatkan persaingan dalam mencapai keuntungan organisasi den
gan mengidentifikasi potensi penuh dari sumber daya manusia dalam organisa
si (Luthans dkk., dalam Sasmita & Mustika, 2019). Hal ini diartikan bahwa pe
ran individu untuk berinovasi dapat membantu organisasi ataupun perusahaan
dalam mengembangkan potensinya secara utuh dengan memanfaatkan modal
7
rikan rasa otonomi yang kuat agar seseorang merasa terpenuhi secara lahiriah
dan menghasilkan ide-ide yang kreatif.
Ningrum & Abdullah (2021) mengenai tinjauan literaturnya menjelaska
n bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku inovatif guru adalah self e
fficacy, keterlibatan kerja, kreativitas, kecerdasan emosi, supervisi kolaboratif,
kepemimpinan, saling ketergantungan tugas, orientasi tujuan pembelajaran, oc
cupational self efficacy, motivasi instrinsik, kepribadian proaktif, pemberdaya
an psikologis, kapabilitas, kebahagiaan di tempat kerja, iklim organisasi, afekti
f komitmen, kepemimpinan transformasional, komitmen guru, budaya organis
asi, mutu pendidikan, dan pertukaran pemimpin-anggota. Pengetahuan yang di
peroleh dari hasil kajian literature akan menambah pengetahuan yang ada men
genai perilaku inovatif guru. Hal tersebut juga dapat digunakan sebagai pedom
an untuk mendukung guru dalam mengembangkan perilaku inovatif dalam upa
ya meningkatkan efektivitas profesi pengajaran dan pendidikan berkualitas.
Selain itu, pada temuan penelitian Gozukara dkk. (2016) terhadap 276 p
artisipan dari sebuah industri penerbangan, didapatkan hasil terkait dengan per
kembangan kultural dan pemberdayaan psikologis yang memiliki pengaruh ter
hadap perilaku inovatif. Temuan serupa juga diketahui melalui penelitian Mar
ane (2012) terhadap 245 manager, di mana pemberdayaan psikologis dapat di
mediasi oleh kepercayaan organisasi sehingga dapat mempengaruhi munculny
a perilaku inovatif. Tak hanya itu, temuan terbaru dengan hasil yang sama jug
a didapatkan melalui penelitian oleh Ismi dkk. (2021) terhadap 217 responden
perusahaan dengan jabatan leader dan karyawan di mana hasil yang didapatka
n adalah adanya implikasi yang diberikan oleh pemberdayaan psikologis terha
dap perilaku kerja inovatif karyawan PT. Supra Matra Abadi Kebun Aek Naba
ra yang pada akhirnya akan meningkatkan kreatifitas karyawan.
Maka, berdasarkan uraian fenomena lapangan dan juga studi-studi terda
hulu yang telah dijabarkan, diduga terdapat kesinambungan baik dari psycholo
gical capital maupun psychological empowerment yang dapat memberikan ko
ntribusi terhadap kemunculan perilaku kerja inovatif sehingga peneliti tertarik
16
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yan
g penulis jabarkan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran mengenai psychological capital dan psychological e
mpowerment terhadap perilaku kerja inovatif?
2. Bagaimana hubungan antara psychological capital dengan perilaku kerja i
novatif?
3. Bagaimana hubungan antara psychological empowerment dengan perilaku
kerja inovatif?
4. Bagaimana pengaruh psychological capital dan psychological empowerme
nt terhadap perilaku kerja inovatif?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian yan
g penulis jabarkan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran mengenai psychological capital dan psychological
empowerment terhadap perilaku kerja inovatif.
2. Mengetahui hubungan antara psychological capital dengan perilaku kerja i
novatif.
3. Mengetahui hubungan antara psychological empowerment dengan perilaku
kerja inovatif.
4. Mengetahui pengaruh psychological capital dan psychological empowerm
ent terhadap perilaku kerja inovatif.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ditinjau secara teoritis adalah untuk memberikan
sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan di bidang psikologi terutama yang
17
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan peng
alaman mengenai penerapan ilmu pengetahuan psikologi terutama dala
m penelitian di bidang industri dan organisasi, serta dapat memberikan
gambaran mengenai psychological capital, psychological empowerme
nt, dan perilaku kerja inovatif.
b. Organisasi
Bagi organisasi, diharapkan penelitian ini mampu memberikan re
komendasi kepada pihak-pihak yang berkaitan mengenai usaha-usaha a
pa saja yang dapat ditempuh guna meningkatkan psychological capital
dan psychological empowerment karyawan yang harapannya adalah un
tuk menumbuhkan perilaku inovatif yang baik pada karyawaan saat be
kerja.
c. Pembaca
Bagi pembaca diharapkan penelitian ini dapat memberikan infor
masi dan sumber referensi pendukung lainnya yang berkaitan dengan p
sychological capital, psychological empowerment, dan perilaku kerja i
novatif.
d. Penelitian selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bah
an perbandingan sekaligus sebagai referensi penelitian dan bahan perti
mbangan untuk lebih memperdalam penelitian terkait gambaran psych
ological capital, psychological empowerment, dan perilaku kerja inova
tif sehingga dapat dikembangkan lebih luas lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Definisi Psychological Capital
Menurut Luthans, Youssef, & Avolio (2007), psychological capital
merupakan suatu keadaan psikologis yang positif pada individu yang berk
ontribusi pada kemajuan dirinya dan terdiri dari beberapa komponen seper
ti memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi dan memberikan usaha ya
ng diperlukan untuk menyelesaikan pada tugas yang menantang, memiliki
atribusi positif untuk kesuksesan masa kini dan masa mendatang, tekun dal
am mencapai tujuan, dan mengarahkan langkah menuju tujuan guna menc
apai kesuksesan, dan ketika dilanda masalah dan kesulitan, individu dapat
menyeimbangkan dan bangun kembali untuk mencapai kesuksesan. Defini
si teori ini merupakan definisi yang diacu dalam rujukan jurnal Rulevy &
Parahyanti (2016).
Masih dengan teori oleh Luthans dkk. (Sasmita & Mustika, 2019), p
sychological capital berguna untuk meningkatkan manajemen sumber day
a manusia dalam rangka meningkatkan kinerja dan daya saing organisasi,
dan dapat meningkatkan persaingan dalam mencapai keuntungan organisas
i dengan mengidentifikasi potensi penuh dari sumber daya manusia dalam
organisasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Luthans dkk. (Pramono dkk.,
2021) menambahkan bahwa modal psikologis berfokus pada aspek positif
dan kekuatan individu dan melabeli mereka secara kolektif sebagai sumber
psikologis positif untuk proses inovatif.
Wu (Hasanah dkk., 2019) berpendapat bahwa modal psikologis berf
okus pada pembentukan kekuatan dan kebajikan yang akan memungkinka
n individu untuk puas dengan diri mereka dan pekerjaan mereka. Park (Ab
dullah dkk., 2020) mengartikan modal psikologi sebagai potensi dan keupa
yaan psikologi yang penting dibangunkan untuk pembaikan prestasi kerja
yang menyumbang kepada kesejahteraan pekerja. Sementara itu menurut
18
19
get yang tinggi bagi dirinya dan mengerjakan tugas-tugas yang sulit, m
enerima tantangan secara senang dan terbuka, memiliki motivasi diri y
ang tinggi, melakukan berbagai usaha untuk mencapai target yang tela
h dibuat, dan gigih dalam menghadapi hambatan. Dengan adanya kara
kteristik tersebut, individu dengan self efficacy yang tinggi akan dapat
mengembangkan dirinya secara mandiri dan mampu menjalankan tuga
s secara efektif.
b. Optimism
Merupakan suatu cara menginterprestasikan kejadian-kejadian p
ositif sebagai suatu hal yang terjadi akibat diri sendiri, bersifat menetap
dan dapat terjadi dalam berbagai situasi; serta menginterpretasikan kej
adian-kejadian negatif sebagai suatu hal yang terjadi akibat hal-hal di l
uar diri, bersifat sementara, dan hanya terjadi pada situasi tertentu saja.
Optimism juga diartikan sebagai harapan masa depan yang positif dan t
erbuka pada perkembangan diri yang menetap. Seseorang yang optimis
menjadi lebih realistik dan fleksibel. Sebab, optimism dalam psycholog
ical capital tidak hanya digambarkan sebagai perasaan positif tetapi ju
ga suatu pembelajaran yang kuat dalam hal disiplin diri, analisa kesala
han masa lalu, dan perencanaan pencegahan terjadinya hal yang buruk.
Individu dengan optimism yang tinggi akan mampu merasakan implika
si secara kognitif dan emosional ketika mendapat kesuksesan.
c. Hope
Merupakan bentuk dari positive motivational state dengan dua ko
mponen penting, yaitu agency atau energi fisik dan mental untuk menc
apai tujuan, dan pathway atau kemampuan dalam mengidentifikasi kes
empatan dan alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan. Hal yang me
mbedakan istilah hope dalam kehidupan sehari-hari dan hope dalam ps
ychological capital ialah adanya istilah pathway yaitu perencanaan unt
uk mencapai tujuan tertentu, sedangkan pada istilah hope yang digunak
an sehari-hari hanya terdapat istilah agency saja. Seseorang dengan ho
pe yang tinggi memiliki karakteristik pemikir yang independen, memili
21
b. Optimism
Merupakan suatu cara menginterprestasikan kejadian-kejadian p
ositif sebagai suatu hal yang terjadi akibat diri sendiri, bersifat menetap
22
diri mereka sendiri dan orang lain untuk memaksimalkan kualitas hidup m
ereka. Seiring dengan teori tersebut, Amabile (Sa’adah & Etikariena, 202
0) memaparkan bahwa psychological empowerment membuat karyawan m
erasa memiliki kekuatan lebih daripada yang lain untuk melakukan sesuatu
yang baru.
Conger (Daromes & Ng, 2014) mendefinisikan psychological empo
werment sebagai suatu perilaku manajerial yang menyediakan suatu atmos
fer emosi positif, mengekspresi kan rasa percaya diri, mendorong inisiatif
dan tanggung jawab. Berkaitan dengan teori tersebut, Heathfield (Dewi &
Anshori, 2014) mengatakan bahwa pemberian wewenang pada karyawan a
dalah bentuk yang tepat bagi sebuah manajemen atau organisasi dalam me
mbuat karyawannya melakukan pekerjaan secara bebas, mampu mengontr
ol sendiri pekerjaannya dan menggunakan seluruh kemampuan dan keahlia
nnya untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan maupun dirinya sen
diri, di mana empowerment ini juga berarti bahwa seseorang akan mampu
untuk berperilaku secara mandiri dan penuh tanggung jawab.
Menurut Meyerson dkk. (Sumiarsih, 2017), psychological empower
ment menitikberatkan terhadap pemberdayaan karyawan pada keadaan psi
kisnya sehingga seorang karyawan akan mampu memahami kompetensi da
n meningkatkan kapabilitasnya. Berkaitan dengan teori tersebut, Sulistyani
(Dewi & Anshori, 2014) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dar
i empowerment adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi
mandiri yang berarti kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir,
bertindak dan mengendalikan apa yang dilakukan karyawan.
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, peneliti menyimpulka
n definisi dari psychological empowerment, bahwa psychological empowe
rment merupakan serangkaian konstruk motivasional yang dibutuhkan ole
h individu untuk mendorong dan mengendalikan dirinya ketika bekerja seh
ingga individu merasa bahwa ia berdaya, memiliki kuasa atas pekerjaanny
a, dan membuat individu merasa bahwa ia berada di dalam kontrol peran p
ekerjaannya. Dengan begitu, individu mampu mengidentifikasi tujuan pek
25
bangkan ide-ide. Munculnya ide atau gagasan baru dianggap sebagai kreati
vitas, sedangkan mengimplementasikan ide baru disebut inovasi (Agustina,
dalam Ismi dkk., 2021).
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, peneliti menyimpulka
n definisi dari perilaku kerja inovatif, bahwa perilaku kerja inovatif merup
akan tindakan atau dorongan penciptaan, pembaharuan, serta pengembang
an ide-ide yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan organisasi, dan memi
liki tujuan dasar untuk mencari solusi atas permasalahan-permasalahan ya
ng terjadi sehingga memicu kemunculan inovasi-inovasi terbaru yang akan
meningkatkan kualitas organisasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengguna
kan definisi dari teori dasar yang dikemukakan oleh Janssen (2000), yang t
ercantum dalam rujukan Maitri & Purba (2018) mengenai perilaku kerja in
ovatif, yang merupakan upaya terencana individu dalam perilaku inovatif,
yang mencakup pembangkitan ide, promosi gagasan dan realisasi gagasan,
dengan tujuan menghasilkan inovasi sebagai acuan karena menurut penelit
i, teori tersebut sesuai dengan fenomena yang ditemukan di lapangan.
a. Organizational Tenure
Merupakan keseluruhan waktu yang dihabiskan oleh individu unt
uk pekerjaannya, yang dilakukan dalam batas waktu tertentu terhitung
sejak ia masuk ke dalam sebuah perusahaan. Capaian masa kerja karya
wan dihitung berdasarkan perjanjian yang telah disepakati baik oleh in
dividu maupun organisasi.
b. Ambidextrous Leadership
Maksud dari ambidextrous organization adalah organisasi yang s
elalu melakukan inovasi, tetapi di satu sisi tidak akan meninggalkan at
au mengabaikan bisnis yang telah ada. Ini mengacu pada kebutuhan pe
rusahaan yang memerlukan basis pemimpin atau leader yang memiliki
kemampuan ambidextrous, namun tetap memiliki kemampuan untuk m
engembangkan bisns yang telah ada dalam satu waktu bersamaan, seka
ligus mampu menciptakan peluang baru yang profitable.
c. Psychological Empowerment
Dikatakan sebagai pemberdayaan psikologis yang memiliki tujua
n utama untuk memberikan daya dan kendali kepada individu sehingga
ia merasa mampu untul menyelesaikan tugasnya. Karyawan yang mem
iliki pemberdayaan secara psikologis cenderung memiliki perasaan lebi
h percaya diri ketika berpikir kreatif, bertindak proaktif, memiliki peril
aku inisiatif, dan mampu bekerja secara independen.
d. Transformational Leadership
Ini merupakan sebuah konsep baru di mana beberapa individu m
emiliki dampak tertentu sehingga mampu mengubah keadaan sebuah o
rganisasi, sehingga individu tersebut mampu berkembang seiringan de
ngan pemimpinnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahw
a perilaku kerja inovatif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaran
ya adalah komitmen organisasi, psychological capital, suasana inovatif org
anisasi, kepemimpinan, social capital, karakteristik pekerjaan, organizatio
34
B. Kerangka Berpikir
Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai fakt
or yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Pada bagian ini, pe
neliti akan mengkaji lebih dalam mengenai keterkaitan antar masing-masing v
ariabel yang terkandung dalam penulisan sehingga terbentuk suatu gambaran
konsep dari pokok pemikiran yang peneliti gunakan sebagai dasar pengambila
n topik. Dalam hal ini variabel yang peneliti amati adalah Psychological Capi
tal sebagai variabel X1, Psychological Empowerment sebagai variabel X2, da
n Perilaku Kerja Inovatif sebagai variabel Y.
Inovasi memiliki kedudukan penting dalam sebuah organisasi yakni seb
agai bibit dari pembaharuan, perubahan, dan pengembangan bagi sistem yang
sedang berjalan, yang tujuannya adalah untuk memberikan solusi atas permas
alahan-permasalahan pada lingkup organisasi dengan menggunakan cara-cara
yang lebih efektif dan efisien sehingga organisasi mampu mencapai tujuannya.
Kemunculan inovasi adakalanya didasari oleh berkembangnya kebutuhan-ke
butuhan manusia seiring dengan kemajuan jaman. Terlebih lagi persaingan gl
obal yang semakin ketat mau tidak mau memaksa individu ataupun organisasi
untuk menguasai kemampuan menciptakan terobosan baru yang mampu mem
enuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Budihardjo (Maitri & Purba, 2018) men
yatakan bahwa salah satu strategi yang efektif bagi organisasi agar dapat tetap
eksis dan efektif untuk memainkan peranannya di tengah maraknya kompetisi
adalah melalui inovasi organisasi.
Inovasi lahir melalui pemikiran-pemikiran yang dituangkan dalam tingk
ah laku secara nyata, dinamakan dengan perilaku kerja inovatif. Perilaku kerja
inovatif menurut Janssen (Kusumaningrum, 2019) merupakan upaya yang sen
gaja dilakukan untuk menghasilkan ide baru yang lebih menguntungkan dan b
ermanfaat bagi individu maupun kelompok. Sementara itu West & Farr (Sury
35
ani dkk., 2020) mendefinisikan perilaku kerja inovatif sebagai hasil dari impl
ementasi ide-ide kreatifitas. Getz & Robinson (Putri dkk., 2020) mengungkap
kan bahwa 80% ide-ide baru dalam berinovasi dimunculkan oleh karyawan.
Meskipun demikian, perilaku inovatif berkaitan dengan impelementasi ide bar
u yang tentunya berkaitan dengan keberhasilan maupun resiko kegagalan. Unt
uk itu diperlukan individu yang memiliki keyakinan yang kuat untuk mencipt
akan inovasi yang sukses (Michael dkk., dalam Helmy & Pratama, 2018).
Psychological capital atau yang dapat disebut sebagai modal psikologis
menjadi salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai modal pemicu timbul
nya perilaku inovatif. Hal ini didasari oleh pendapat Peretz dkk. (Rulevy & P
arahyanti, 2016) bahwasannya kondisi positive psychological, seperti konsep
psychological capital dalam ruang lingkup kerja dapat meningkatkan motivas
i karyawan yang dapat menanamkan keterikatan pada perilaku kerja inovatif.
Wu (Hasanah dkk., 2019) juga berpendapat bahwa modal psikologis berfokus
pada pembentukan kekuatan dan kebajikan yang akan memungkinkan individ
u untuk puas dengan diri mereka dan pekerjaan mereka. Mishra dkk. (Hasana
h dkk., 2019) juga menjelaskan bahwa perilaku kerja inovatif diprediksi oleh
modal psikologis (psychological capital). Berdasarkan pendapat tersebut mak
a dapat disimpulkan bahwa psychological capital mampu membuat individu t
angguh, kuat, dan berkeyakinan terhadap kemampuan dirinya sendiri sehingg
a motivasi berinovasinya pun muncul.
Psychological capital sendiri dijabarkan oleh Luthans dkk. (Suroso dkk.,
2021) sebagai konstruksi yang diambil dari konsep psikologi positif, dan per
hatian “siapa kamu” sebagai pribadi dalam artian psychological capital berfo
kus pada aspek positif dan kekuatan individu dan melabeli mereka secara kole
ktif sebagai sumber psikologis positif untuk proses inovatif. Psychological ca
pital berguna untuk meningkatkan manajemen sumber daya manusia dalam ra
ngka meningkatkan kinerja dan daya saing organisasi, dan dapat meningkatka
n persaingan dalam mencapai keuntungan organisasi dengan mengidentifikasi
potensi penuh dari sumber daya manusia dalam organisasi (Luthans dkk., dala
m Sasmita & Mustika, 2019).
36
Komponen ketiga yakni hope, yang mengacu pada usaha dan tindakan n
yata terhadap harapan individu pada masa depan yang lebih baik. Luthans dkk.
(Yunianto, 2016) menjabarkan hope sebagai gabungan antara harapan, dan se
kaligus rajutan jalan yang konkrit untuk mewujudkan harapan menjadi kenyat
aan. Harapan positif yang muncul dari dalam diri individu mencakup keyakin
an bahwa perilaku inovatif akan membawa perbaikan pada kinerja. Harapan-h
arapan positif tersebut akan diwujudkan dengan perilaku inovatif. Harapan da
n usaha yang dimiliki oleh seseorang membuatnya tekun untuk menggeluti id
e-ide yang dimilikinya karena individu mampu mengkonstruksikan bayangan
masa depannya, di mana hal tersebut berkaitan dengan kegiatan pembaharuan.
Adanya harapan terhadap masa depan akan menekan keinginan individu untu
k menyerah mengingat untuk menciptakan inovasi tentunya membutuhkan ba
nyak “trial and error” di mana individu menghadapi berbagai tantangan dan
masalah (Sameer, dalam Dewi & Syarifah, 2018).
Komponen keempat yakni resilliency, yang mengacu pada ketangguhan
diri individu terhadap tantangan dan hambatan-hambatan yang menyertai. Wa
gnild & Young (D. K. Dewi & Syarifah, 2018) mengartikan resilliency sebag
ai stamina emosional yang digunakan untuk menjelaskan individu yang menu
njukkan keberanian dan kemampuan untuk beradaptasi di tengah situasi sulit
atau kemalangan yang dialaminya. Hal ini berkaitan dengan pencapaian penci
ptaan inovasi melalui perilaku inovatif yang seringkali dihampiri oleh ketidak
pastian dan risiko kegagalan, sehingga menjadi pemicu timbulnya tekanan per
sonal pada diri individu. Mengingat individu perlu menghadapi situasi sulit ya
ng tidak diharapkan dengan risiko-risiko yang mungkin muncul selama proses
pengembangan ide, resilliency dianggap memiliki peran penting dalam kondis
i tersebut. Resilliency dinilai dapat menyediakan mekanisme yang dibutuhkan
individu untuk dapat bertahan menghadapi tantangan, perubahan dan kebutuh
an untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan proses tersebut (Luthans
dkk., dalam Dewi & Syarifah, 2018).
Berkaitan dengan pendapat tersebut, penelitian terdahulu oleh Dewi &
Syarifah (2018) terhadap karyawan industri pariwisata di Bali mendapatkan te
39
muan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara resilliency da
n perilaku kerja inovatif dengan arah hubungan yang positif. Hal ini menunju
kkan bahwa semakin tinggi tingkat resilliency individu maka semakin inovati
f individu tersebut. Pun begitu dengan temuan penelitian oleh Ratnaningsih d
kk. (2016) terhadap karyawan non-manajerial di industri manufaktur bahwasa
nnya individu yang lebih resilien menghasilkan motivasi yang kuat untuk me
ncari cara alternatif mencapai kesuksesan di lingkungan kerjanya, untuk itu m
ereka cenderung berjuang dan tidak mudah menyerah.
Selain psychological capital, psychological empowerment menjadi fakt
or lain yang dapat menyumbang pengaruh terhadap timbulnya perilaku kerja i
novatif. Hal ini didasari oleh pendapat Eturk (Helmy & Pratama, 2018), bahw
asannya faktor internal lain yang berpengaruh terhadap perilaku inovatif adala
h pemberdayaan psikologis. Putri dkk. (2020) dalam tulisannya memaparkan
bahwa faktor penting selain leader-member exchange, yang juga mempengar
uhi perilaku kerja inovatif adalah psychological empowerment atau pemberda
yaan psikologis. Spreitzer (Putri dkk., 2020) menjelaskan bahwa pemberdaya
an psikologis bertujuan untuk memberikan daya dan kendali kepada individu
sehingga ia merasa mampu menyelesaikan pekerjaannya. Sejalan dengan pen
dapat tersebut, Amabile (Putri dkk., 2020) menjelaskan bahwa psychological
empowerment membuat individu merasa mereka memiliki kekuatan lebih dari
pada yang lain untuk melakukan sesuatu yang baru. Seibert dkk. (Sa’adah &
Etikariena, 2020) pada penelitian meta-analisisnya berpendapat bahwa pembe
rdayaan psikologis pada studi-studi sebelumnya memiliki hubungan dengan ti
ngkah laku kerja inovatif.
Jung dkk. (Amalia & Handoyo, 2018) menguraikan bahwa ketika karya
wan merasa diberdayakan dalam organisasi, mereka cenderung menampilkan
perilaku kerja inovatif karena mereka merasa bahwa peran pekerjaan mereka
berharga. Individu yang memperoleh pemberdayaan secara psikologis akan m
erasa lebih percaya diri dalam berpikir kreatif, bertindak proaktif, berlaku inis
iatif dan mampu bekerja secara mandiri di mana hal ini berkaitan dengan peril
aku pembaharuan. Kapabilitas individu akan semakin meningkat seiring deng
40
esempatan pada mereka untuk memilih dan menentukan tindakan yang dilaku
kan untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut memberikan individu sebuah per
ngalaman dan perasaan bahwa ia memegang kendali atas pekerjaannya tanpa
adanya campur tangan dari orang lain, sehingga individu merasa bebas untuk
mengeksplorasi ide-idenya. Komponen ini juga berarti bahwa seorang pekerja
memiliki tujuan diri yang kuat akan pekerjaan yang digelutinya. Seseorang ak
an merasakan bahwa ketetapan diri yang dimiliki cukup kuat untuk melakuka
n pekerjaannya (Suryani dkk., 2020).
Self determination tujuannya adalah untuk memberdayakan individu. K
etika karyawan merasa bahwa pekerjaan mereka berarti dan penting untuk diri
mereka sendiri, mereka mengeluarkan usaha lebih pada pemahaman masalah
dari berbagai sudut pandang, dan mengadopsi berbagai sumber informasi unt
uk mengidentifikasi solusi (Gilson, dalam Sahara, 2016). Perasaan tersebut na
ntinya mendorong karyawan untuk mengatasi gaya berpikir yang ada, sehingg
a, menampilkan tingkat tinggi perilaku inovatif. Selain itu, karyawan yang per
caya diri dalam pelaksanaan dan memiliki determinasi diri yang cukup untuk
menyelesaikan tugas-tugas mereka mungkin mengeluarkan usaha lebih dan te
rus memecahkan masalah yang mungkin mereka hadapi (Sahara, 2016). Oleh
karena itu, penentuan nasib dalam psychological empowerment membuat indi
vidu lebih percaya diri dalam pekerjaan mereka dan dapat memperkuat kreati
vitas mereka dan pemecahan masalah kemampuan sehingga menampilkan per
ilaku inovatif yang tinggi (Kelley dkk., dalam Sahara, 2016).
Komponen keempat yakni impact, yang mencacu pada dampak atau seb
ab-akibat yang ditinjau melalui gambaran personal individu terhadap perubah
an yang ia yakini telah diberikan olehnya pada perusahaan. Spreitzer (Sukraja
p, 2016) menjabarkan mengenai impact yang menggambarkan tingkatan seora
ng karyawan bisa mempengaruhi hasil strategis, administrasi atau operasi pek
erjaanya. Impact berbeda dengan locus of control internal karena locus of con
trol internal merupakan karateristik kepribadian umum, sementara impact me
rupakan hasil work contexts. Sederhananya, unsur impact akan membuat indi
vidu menyadari bahwa hasil dari pekerjaannya memiliki dampak yang signifi
44
kan baik dalam kehidupan personal, organisasi, maupun masyarakat luas. Per
asaan berdaya atas keyakinan terhadap perubahan tersebut akan memicu timb
ulnya motivasi instristik yang mampu menyeret individu ke dalam tindakan p
enciptaan inovasi yang lebih baik.
Selain itu terdapat faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yang d
apat mendorong timbulnya perilaku kerja inovatif yaitu faktor pribadi yang kr
eatif. Pribadi yang kreatif adalah adanya sifat yang melekat pada individu yan
g dapat menyesuaikan diri dan bereaksi terahadap dunia nyata, yang ditunjuk
kan dengan adanya nilai intelaktual dan artistik, tertarik pada kompleksitas, p
eduli pada pekerjaan dan pencapaian, tekun, pemikiran yang mandiri, toleran
terhadap ambiguitas, otonorn, percaya diri dan siap mengambil resiko (Hutah
aean, 2005). Lahirnya inovasi melalui perilaku inovatif yang berarti merupak
an hasil dari implementasi ide-ide kreatifitas (West & Farr, dalam Suryani dk
k., 2020). Menurut Hutahaean (2005), orang-orang dengan pribadi kreatif aka
n cenderung tertarik untuk menyelesaikan masalah-masalah sulit dan rumit un
tuk memahami sepenuhnya atau mendapatkan solusi atas masalah tersebut. H
al ini merujuk pada proses pengembangan ide-ide inovatif yang membutuhka
n banyak uji coba dan rentan mengalami kegagalan. Para ahli menyimpulkan
bahwa inovasi adalah langkah kedua setelah kreativitas terjadi yang menunju
kkan perilaku komplek dalam menciptakan hasil dari ide kreatif (Janssen, dal
am Suryani dkk., 2020).
Terakhir, motivasi intrinsik turut menjadi salah satu faktor penting dala
m perilaku kreatif seseorang dalam bekerja (Amabile dkk., dalam Nadliroh, 2
020). Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseora
ng yang dapat meningkatkan level kenikmatan dalam melakukan sebuah kegi
atan (Deci & Ryan, dalam Suryani dkk., 2020). Deci & Ryan (Suryani dkk., 2
020) mengungkapkan bahwa perilaku inovatif akan didukung dengan motivas
i intrinsik yaitu dorongan untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan anggapa
n bahwa mereka dapat melakukan pekerjaan itu dengan baik, dengan hal-hal y
ang kreatif dan tidak biasa, serta dapat berkonsentrasi dengan pekerjaannya d
engan baik. Perasaan senang dan bahagia yang dialami nantinya akan membu
45
C. Hipotesis
Zikmund (Khoerunnisa, 2019) mengartikan hipotesis sebagai proposisi a
tau dugaan belum terbukti bahwa tentatif menjelaskan fakta atau fenomena, se
rta kemungkinan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Berdasarkan
pernyataan tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Ha1: Terdapat hubungan yang positif signifikan antara psychological c
apital dengan perilaku kerja inovatif karyawan PT. Arabian Mitra Aba
di.
H01: Tidak terdapat hubungan yang positif signifikan antara psychologi
cal capital dengan perilaku kerja inovatif karyawan PT. Arabian Mitra
Abadi.
46
D. Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa penelitian ter
dahulu yang memiliki karakteristik relatif sama dalam hal tema kajian, meskip
un memiliki perbedaan dalam jumlah dan posisi variabel yang diteliti, kriteria
dan jumlah subjek, setting waktu dan tempat penelitian, serta metode analisa y
ang digunakan. Penelitian yang dilakukan ini terkait dengan pengaruh psychol
ogical capital dan psychological empowerment terhadap perilaku kerja inovati
f, di mana beberapa penelitian terdahulu memiliki karakteristik hampir sama te
rutama dalam tema kajian namun memiliki perbedaan di beberapa hal di antar
anya:
1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rulevy & Parahyanti (2016) berju
dul “Hubungan Psychological Capital dan Perilaku Kerja Inovatif di I
ndustri Kreatif: Studi pada Karyawan Perusahaan Xyz” terhadap 398 r
esponden karyawan dari salah satu industri kreatif ranah penerbitan da
n percetakan di perusahaan XYZ pada tingkat managerial dan staff, per
bedaan terdapat pada jumlah responden dan kriteria tempat atau setting
penelitian. Jika penelitian oleh Rulevy & Parahyanti tahun 2016 dilaku
kan pada 398 subjek di dalam perusahaan XYZ dengan menggunakan
47
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebuah rencana, struktur penelitian, dan ko
nsep pemikiran yang disusun sedemikian rupa oleh peneliti guna memperoleh
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam penelitinya. Desain penelitian pada
hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang te
lah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada selu
ruh proses penelitian (Alsa, dalam Siyoto & Sodik, 2015). Desain penelitian m
erupakan dasar perencanaan dalam pembuatan objek, sistem, komponen atau s
truktur yang menentukan pola atau bentuk penelitian sebagaimana diinginkan
oleh peneliti. Mulyadi (2012) memaparkan mengenai fungsi dari desain peneli
tian yakni sebagaimana berikut:
1. Desain memberikan pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam
melakukan penelitiannya. Misalnya, bila kita ingin membuat sebuah ba
ju perlu kita buat desainnya tentang bentuk, ukuran, bahan dan biaya y
ang diperlukan, tenaga kerja, lama pelaksanaannya dan sebagainya. Ta
npa desain itu pekerjaan itu tidak akan dapat dilakukan secara efisien d
an efektif. Demikian pula dalam tiap penelitian, suatu desain merupaka
n syarat mutlak agar dapat kita ramalkan kegiatan apa saja yang akan k
ita lakukan dalam penelitian.
2. Desain itu juga menentukan batas-batas penelitian yang bertalian deng
an tujuan penelitian. Bila tujuan tidak dirumuskan dengan jelas, maka
penelitian itu seakan-akan tidak ada ujung pangkalnya. Desain selalu b
erhubungan erat dengan tujuan. Dengan tujuan yang jelas dapat pula di
susun suatu desain yang menentukan batas-batas penelitian yang tegas,
sehingga peneliti dapat memusatkan perhatian dan usahanya kearah tuj
uan yang nyata secara lebih efektif. Peneliti itu akan tahu pula bila man
a pekerjaannya selesai dan berakhir.
50
51
3. Desain penelitian selalu memberi gambaran yang jelas tentang apa yan
g harus dilakukan juga memberi gambaran tentang macam-macam kes
ulitan yang akan dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi oleh para
peneliti lain. Dengan demikian lebih dahulu dapat kita pikirkan cara-ca
ra mengatasinya.
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yan
g berarti gambaran fenomena dari penelitian ini disajikan dalam bentuk angka-
angka, dan masalah yang diteliti lebih umum pada wilayah yang luas, tingkat
variasi yang kompleks, namun berlokasi dipermukaan (Mulyadi, 2011). Hal in
i berkaitan dengan pendapat Arikunto (Siyoto & Sodik, 2015) yang memapark
an bahwa penelitian kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang banyak ditu
ntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap da
ta yang diperoleh, serta tampilan hasil datanya. Fakta yang diungkap dalam pe
nelitian ini merupakan paparan data yang diambil sesuai dengan data yang terk
umpul, yakni berdasarkan data penelitian yang dilakukan di PT. Arabian Mitra
Abadi Kranji, Bekasi Selatan. Peneliti juga menyampaikan perizinan sekaligus
rancangan penelitian yang dilaksanakan kepada narasumber utama sebagai key
person, dan membuat kesepakatan antar karyawan mengenai kuesioner yang d
ibagikan selama pelaksanaan penelitian. Dengan demikian, penelitian ini telah
disetujui oleh pihak perusahaan untuk dilaksanakan guna mengungkapkan hub
ungan dari varibel-variabel yang diteliti.
2. Definisi Konseptual
Definisi konseptual menurut Azwar (Bayu dkk., 2018) yakni merupa
kan suatu definisi yang masih berupa konsep dan maknanya masih sangat
abstrak walapun secara intuitif masih bisa dipahami maksudnya. Sementar
a itu menurut Widiyanto (2013), definisi konseptual adalah mendefinisika
n atau memberi pengertian terhadap variabel penelitian dengan mengacu p
ada gejala-gejala yang menjadi karakteristik variabel tersebut. Adapun defi
nisi konseptual variabel dalam penelitian ini antara lain:
a. Psychological Capital (X1)
Menurut Luthans, Youssef, & Avolio (2007), psychological capi
tal adalah suatu keadaan psikologis yang positif pada individu yang be
rkontribusi pada kemajuan dirinya.
b. Psychological Empowerment (X2)
Menurut Spreitzer (1995), psychological empowerment (pemberd
ayaan psikologis) adalah motivasi intrinsik individu terhadap tugas ata
u pekerjaannya.
c. Perilaku Kerja Inovatif (Y)
Menurut Janssen (2000) perilaku kerja inovatif adalah upaya tere
ncana individu dalam perilaku inovatif, yang mencakup pembangkitan
ide, promosi gagasan dan realisasi gagasan, dengan tujuan menghasilk
an inovasi.
54
3. Definisi Operasional
Menurut Indrawati (2015) operasional variabel adalah suatu proses
menurunkan variabel-variabel yang terkandung didalam masalah penelitia
n menjadi bagian-bagian terkecil sehingga dapat diketahui klasifikasi ukur
annya sehingga mempermudahkan data yang diperlukan bagi penelitian. S
ementara itu menurut Sarwono (Karundeng, 2013), definisi operasional me
rupakan suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobs
ervasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep
yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku ata
u gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenaran
nya oleh orang lain”. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitia
n ini antara lain:
a. Psychological Capital (X1)
Psychological capital adalah suatu keadaan psikologis yang posit
if pada individu yang berkontribusi pada kemajuan dirinya, yang diuku
r melalui self efficacy, optimism, hope, dan resilliency.
b. Psychological Empowerment (X2)
Psychological empowerment (pemberdayaan psikologis) adalah
motivasi intrinsik individu terhadap tugas atau pekerjaannya, yang diu
kur melalui meaning, competence, self determination, dan impact.
c. Perilaku Kerja Inovatif (Y)
Perilaku kerja inovatif adalah upaya terencana individu dalam pe
rilaku inovatif, yang mencakup pembangkitan ide, promosi gagasan da
n realisasi gagasan, dengan tujuan menghasilkan inovasi, yang diukur
melalui idea generation, idea promotion, dan idea implementation.
tian dilakukan kurang lebih selama 7 bulan, terhitung dari bulan Desember
2021 sampai dengan Juli 2022. Adapun jadwal penelitian yang sudah terla
ksana adalah sebagaimana berikut:
mahan yang terkandung oleh skala lima tingkat yang membuat data penelit
ian menjadi banyak yang hilang (Arikunto, 2010). Favorable merupakan b
entuk pernyataan pendukung indikator yang dimodifikasikan dalam pengg
unaan skala likert sehingga pemberian skornya bergerak dari angka 4-3-2-
1, sementara unfavorable merupakan bentuk pernyataan pendukung indika
tor yang dimodifikasikan dalam penggunaan skala likert sehingga pemberi
an skornya bergerak dari angka 1-2-3-4. Penelitian ini menggunakan tiga s
kala yang terdiri atas dua variabel bebas, yaitu psychological capital (X1),
psychological empowerment (X2), dan skala variabel terikat yaitu perilaku
kerja inovatif (Y). Bentuk pilihan jawaban yang disajikan adalah sebagaim
ana berikut:
E. Instrumen Pengukuran
1. Perencanaan Instrumen Pengukuran
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah pen
elitian, tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama jika pe
neliti menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjekti
f peneliti (Siyoto & Sodik, 2015). Instrumen yang digunakan pada variabel
X1 penelitian ini adalah skala psychological capital yang dimodifikasi berd
asarkan alat ukur Luthans dkk. (2007), yang tercantum pada jurnal peneliti
an Monico (2014) yakni PCQ-24. Setelah itu peneliti menambahkan 7 aite
m lain ke dalam skala pengukuran. Untuk variabel X 2 menggunakan skala
psychological empowerment yang dimodifikasi berdasarkan alat ukur Spre
itzer (1995), yang tercantum pada jurnal penelitian Sun dkk. (2011) yakni
PES-12. Setelah itu peneliti menambahkan 8 aitem lain ke dalam skala pen
gukuran. Sementara untuk variabel Y menggunakan skala perilaku kerja in
59
ovatif yang dimodifikasi berdasarkan alat ukur Janssen (2000), yang tercan
tum pada jurnal penelitian Mete (2017) yakni IWBS. Setelah itu peneliti m
enambahkan 24 aitem lain ke dalam skala pengukuran. Penambahan aitem
dilakukan guna menyesuaikan fenomena yang terjadi di lapangan serta unt
uk melengkapi data yang ingin peneliti gali. Sebelum instrument digunaka
n, instrument tersebut harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
ini memiliki empat pilihan jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju),
TS (Tidak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Rentang nilai at
au skor yang diberikan adalah 4 dari yang sangat setuju hingga 1 yang
sangat tidak setuju. Berikut merupakan tabel blueprint psychological e
mpowerment yang digunakan pada penelitian ini:
Skala yang diukur dalam penelitian ini variabel bebas atau indep
endent yaitu skala psychological capital (X1), psychological empower
ment (X2), serta variabel terikat atau dependent yaitu perilaku kerja ino
vatif (Y). Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan TO (try out) t
erpakai untuk uji validitasnya. Setiadi dkk. (Dewi & Valentina, 2013)
mengungkapkan try out terpakai merupakan istilah yang digunakan unt
uk proses penelitian yang menggunakan sampel yang sama dengan sa
mpel yang digunakan untuk menguji reliabilitas dan validitas alat ukur.
Dengan menggunakan try out terpakai artinya peneliti hanya menyebar
kan skala sebanyak satu kali. Hal ini dilakukan mengingat peneliti men
ggunakan studi populasi sebagai teknik pengambilan sampelnya, sehin
gga populasi target yang diambil oleh peneliti sebagai responden meru
pakan populasi spesifik dengan kriteria yang sama dan relevan sesuai d
engan tujuan dan masalah penelitian. Selain itu, jumlah responden pen
elitian yang terhingga pun menjadi alasan bagi peneliti untuk menggun
akan data yang sama pada saat melakukan putaran uji validitas. Penelit
i melakukan dua kali putaran pada saat menggunakan SPSS, di mana p
utaran pertama sebagai uji coba dan putaran kedua sebagai hasil validit
as.
1. Psychological Capital
Hasil uji reliabilitas instrumen psychological capital mengg
unakan bantuan komputer melalui program IBM SPSS versi 23.0
for Windows 10 adalah sebagaimana berikut:
2. Psychological Empowerment
Hasil uji reliabilitas instrumen psychological empowerment
menggunakan bantuan komputer melalui program IBM SPSS vers
i 23.0 for Windows 10 adalah sebagaimana berikut:
data yang sudah terkumpul, maka dilakukan beberapa analisis data yaitu analis
is deskriptif, uji asumsi, dan uji hipotesis.
b. Uji Linearitas
Menurut Latipah (2014), uji linearitas bertujuan untuk mengetah
ui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier secara signifi
kan atau tidak. Data yang baik seharusnya terdapat hubungan yang lini
er antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Uji linearitas
dilakukan dengan menggunakan teknik test for linearity yang digunaka
n untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel beb
as (psychological capital), (psychological empowerment) dan variabel
tergantung (perilaku inovatif) memiliki hubungan linear. Uji linearitas
pada penelitian ini menggunakan bantuan program aplikasi komputer I
BM SPSS versi 23.0 for Windows 10. Latipah (2014) menjabarkan das
ar pengambilan keputusan dalam uji lineritas dapat dilakukan dengan c
ara:
1. Jika nilai signifikan > 0,05, maka kesimpulannya terdapat hubu
ngan linear secara signifikan antara variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y).
2. Jika nilai signifikan < 0,05, maka kesimpulannya tidak terdapat
hubungan linear secara signfikan antara variabel bebas (X) den
gan variabel terikat (Y).
Nilai Sig. Linearity menunjukkan sejauh mana variabel bebas ber
banding tepat di garis lurus. Apabila nilai Sig. Linearity lebih kecil dari
tingkat signifikansi (α), maka regresi linier dapat dipergunakan untuk
menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel yang ada. Sedangkan ni
lai Sig. Deviation from Linearity menunjukkan selinier apa data yang d
ipergunakan. Apabila nilai Sig. Deviation from Linearity lebih besar da
ri tingkat signifikansi (α), maka regresi linier dapat dipergunakan untu
75
3. Jika nilai F hitung > F tabel dengan Alpha tertentu maka model
persamaan regresi tersebut signifikan.
Tabel 22. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Psychological Capital dan Psycholo
gical Empowerment dengan Perilaku Kerja Inovatif
Model Koefisien B T Sig.
Constans -10,776 -1,338 0,187
Psychological Capi
0,451 2,927 0,005
tal
Psychological Emp
1,118 4,669 0,000
owerment
Uji F 83,066 0,000b
R 0,871
Koefisien Determi
0,758
nasi (R2)
Adjusted R2 0,749
G. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 10 bulan, dimulai
sejak bulan Oktober 2021 sampai dengan bulan Agustus 2022 sebagaimana ya
ng dirincikan pada jadwal di bawah ini:
79
80
81
ulatif
16-29 tahun 38 68%
30-39 tahun 9 16%
40-49 tahun 5 9%
100%
50-59 tahun 3 5%
60+ 1 2%
Total 56 100%
f yang tinggi atau sangat baik dalam melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan tingkah laku inovatif.
Tabel 34. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Psychological Capital dan Psycholo
gical Empowerment dengan Perilaku Kerja Inovatif
Model Koefisien B T Sig.
Constans -10,776 -1,338 0,187
Psychological Capi
0,451 2,927 0,005
tal
Psychological Emp
1,118 4,669 0,000
owerment
Uji F 83,066 0,000b
R 0,871
Koefisien Determi
0,758
nasi (R2)
Adjusted R2 0,749
E. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di PT. Arabian Mitra Abadi, Jalan Pemuda Kran
ji No. 98, RT.004/RW.004, Kranji, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jaw
a Barat 17135, terhitung sejak bulan Desember 2021 sampai dengan Juli 2022,
dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 56 karyawan yang terdiri dari 28 re
sponden perempuan, dan 28 responden laki-laki. Penelitian ini dilakukan untu
k menguji dan membuktikan kebenaran hipotesis peneliti yang mengungkap v
ariabel Psychological Capital, Psychological Empowerment, dan Perilaku Kerj
a Inovatif. Analisis data yang digunakan untuk membuktikan kebenaran hipote
sis adalah uji korelasi Rank Spearman dan uji Regresi Linear Berganda.
Berdasarkan analisis data usia, diketahui mayoritas karyawan yang beker
ja di PT. Arabian Mitra Abadi berada dalam rentang usia 16-29 tahun, di mana
usia ini merupakan usia individu berkembang dengan banyak melakukan kegia
tan-kegiatan produktif, salah satunya adalah upaya berinovasi. Di usia ini, indi
vidu pun cenderung lebih mudah memahami bagaimana cara memanfaatkan as
pek-aspek positif dari segi psikologisnya baik itu psychological capital maupu
n psychological empowerment sehingga individu mampu memanfaatkan aspek
tersebut menjadi perilaku kerja inovatif. Masa dewasa awal adalah masa untuk
bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sed
ikit waktu untuk hal lainnya, dan masa muda merupakan periode kesementaraa
n ekonomi dan pribadi, dan perjuangan antara ketertarikan pada kemandirian d
an menjadi terlibat secara sosial (Santrock, dalam Ornay, 2018). Hal ini juga b
erkaitan dengan pendapat Perry (Claudia & Tjandra, 2018), bahwa manusia ya
ng sudah menginjak usia dewasa muda memiliki aspek intelegensi yang matan
g, dan dapat melihat berbagai perspektif dari sebuah masalah, sehingga kajian
mengenai solusi masalah tersebut lebih variatif.
Berdasarkan analisis data jenis kelamin, diketahui bahwa jumlah karyaw
an berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bekerja di PT. Arabian Mitr
91
a Abadi seimbang. Sementara itu, berdasarkan analisis data latar belakang pen
didikan, diketahui bahwa terdapat beragam latar belakang pendidikan karyawa
n, dengan latar belakang pendidikan SMA/K/sederajat mendominasi. Jika dika
ji melalui hasil deskripsi variabel, perilaku inovatif karyawan PT. Arabian Mit
ra Abadi berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa latar belaka
ng pendidikan karyawan tidak menjadi satu-satunya faktor dalam menentukan
tinggi dan rendahnya perilaku kerja inovatif sebagaimana yang dipaparkan ole
h salah satu responden penelitian pada saat wawancara. Perilaku kerja inovatif
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah komitmen organisa
si, suasana inovatif organisasi, kepemimpinan, social capital, psychological ca
pital, karakteristik pekerjaan (Zheng, dalam Ecsita, 2020), organizational tenu
re, ambidextrous leadership, psychological empowerment, dan transformation
al leadership (Pratiwi & Salendu, 2021).
Berdasarkan analisis data departemen kerja, diketahui mayoritas respond
en berasal dari karyawan bagian business development PT. Arabian Mitra Aba
di, yang berarti cakupan pekerjaannya lebih banyak bergerak di bidang penge
mbangan ide-ide bisnis perusahaan, sekaligus bergelut dalam kegiatan berkaita
n dengan identifikasi masalah-masalah perusahaan. Sujana (2012) menyatakan
bahwa kesesuaian peran dan kompetensi membuat karyawan merasakan tangg
ung jawab yang besar atas pekerjaannya, sehingga menyebabkan kenyamanan
karyawan dalam bekerja yang akan berdampak pada maksimalnya kinerja yan
g dicapai, dan dalam hal ini adalah perilaku kerja inovatif. Hal ini dapat menye
babkan tingginya perilaku kerja inovatif karyawan di PT. Arabian Mitra Abadi
karena karyawan memiliki tuntutan untuk terus menerus menerapkan pola piki
r inovatif sehingga karyawan menjadi terbiasa menerapkan tingkah laku inovat
if dalam kesehariannya.
Berdasarkan analisis data masa kerja, diketahui bahwa mayoritas karyaw
an telah bekerja selama 1 sampai 3 tahun. Dari hasil penelitian, diketahui peril
aku kerja inovatif karyawan PT. Arabian Mitra Abadi berada pada kategori tin
ggi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh lama masa kerja karyawan PT. Arabia
n Mitra Abadi. Hal ini didukung oleh penelitian Anjani & Gatari (2019) bahwa
92
pada masa kerja yang lebih pendek, konsistensi dan keterbukaan akan sikap po
sitif yang tinggi diasosiasikan dengan perilaku kerja inovatif yang tinggi, seme
ntara pada masa kerja yang lebih panjang, konsistensi dan keterbukaan akan si
kap-sikap positif yang tinggi diasosiasikan dengan perilaku kerja inovatif yang
rendah. Hal ini selaras dengan penjabaran Setyowati, Salahuiah & Widjasena
(2014) mengenai masa kerja dengan konsistensi karyawan. Konsistensi terus
menerus mengakibatkan kelelahan kerja, dipengaruhi juga oleh masa kerja kar
ena secara tidak langsung masa kerja akan menentukan durasi paparan faktor-f
aktor penyebab kelelahan kerja sehingga perilaku kerja inovatif karyawan men
urun. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan jika status pendidikan ya
ng lebih tinggi menyebabkan tingginya perilaku kerja inovatif karyawan. Hal i
ni dapat dijelaskan bahwa pengalaman seseorang ketika mengenyam pendidika
n memberikan banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dan wawasan b
erpikir inovatifnya (Etikariena, 2018).
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menggunakan korelasi Rank S
pearman, diperoleh hasil ρ = 0,000 sesuai dengan tabel acuan, yang dapat diart
ikan bahwa terdapat hubungan dan terdapat signnifikansi antara psychological
capital dengan perilaku kerja inovatif pada karyawan PT. Arabian Mitra Abadi,
dengan koefisien korelasi sebesar 0,765 (tingkat koefisien kuat). Hal ini dapat
diartikan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara psychological capital denga
n perilaku kerja inovatif yakni sebesar 76,5%. Arah korelasi psychological cap
ital dengan perilaku inovatif menunjukkan hasil searah atau positif. Kuatnya h
ubungan tersebut dapat disebabkan oleh adanya upaya perusahaan untuk saling
menguatkan mental karyawannya ketika dilanda kesulitan dengan cara membe
rikan edukasi mengenai penguatan kondisi mental, sehingga karyawan mampu
menghadapi rintangan di tengah-tengah krisis terutama dalam berperilaku inov
atif sebagaimana telah dijelaskan pada hasil wawancara. Apabila karyawan ma
mpu mengatasi segala kesulitan dengan memanfaatkan aspek psikologis positi
fnya, maka karyawan mampu menumbuhkan perilaku kerja inovatif yang mem
ang membutuhkan sikap-sikap positif di dalam prosesnya.
93
Menurut Luthans, Youssef, & Avolio (Rulevy & Parahyanti, 2016), psyc
hological capital adalah suatu keadaan psikologis yang positif pada individu y
ang berkontribusi pada kemajuan dirinya. Psychological capital berguna untuk
meningkatkan manajemen sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan
kinerja dan daya saing organisasi, dan dapat meningkatkan persaingan dalam
mencapai keuntungan organisasi dengan mengidentifikasi potensi penuh dari s
umber daya manusia dalam organisasi (Luthans dkk., dalam Sasmita & Mustik
a, 2019). Hal ini diartikan bahwa peran individu untuk berinovasi dapat memb
antu organisasi ataupun perusahaan dalam mengembangkan potensinya secara
utuh dengan memanfaatkan modal psikologis berupa aspek-aspek positif yang
dimiliki, yang nantinya mampu menekan dan mengatasi hambatan-hambatan d
alam berinovasi. Menurut West & Farr (Rulevy & Parahyanti, 2016), faktor int
ernal yang berasal dari karyawan secara individu dipelajari memiliki peran pali
ng penting sebagai faktor perilaku kerja inovatif, dan salah satu aspek individu
al yang sangat membantu munculnya perilaku inovatif pada individu, dan ini d
apat dipelajari melalui perspektif modal psikologis yang merupakan faktor inte
rnal.
Apabila ditinjau berdasarkan penelitian terkait dengan psychological cap
ital dengan perilaku kerja inovatif oleh Rulevy & Parahyanti (2016) di perusah
aan XYZ, menyebutkan bahwa psychological capital memiliki hubungan yang
positif dan signifikan dengan perilaku kerja inovatif di industri kreatif. Hal ini
pun berkaitan dengan temuan yang dilakukan oleh Hasanah dkk. (2019) pada
widyaiswara Kementrian Kesehatan, bahwa ditemukan hubungan positif antar
a psychological capital dan perilaku kerja inovatif dan hal ini dapat memperlih
atkan adanya koneksivitas dari psychological capital yang dapat membantu wi
dyaiswara dalam mengatasi berbagai tantangan terkait dengan perilaku kerja in
ovatif. Hasil tersebut selaras dengan hasil pada penelitian ini. Hal ini menjelas
kan bahwa semakin tinggi psychological capital yang dimiliki oleh individu di
PT. Arabian Mitra Abadi, semakin meningkat juga perilaku kerja inovatifnya.
Semakin banyak karyawan yang memiliki psychological capital, maka semaki
n mudah bagi perusahaan untuk mencari solusi inovatif atas permasalahan-per
94
vatif. Oleh karena itu, psychological capital karyawan yang berada pada kateg
ori sedang dapat diakibatkan oleh keseragaman masa kerja karyawan. Berdasar
kan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa psychological capital karyawan dap
at ditumbuhkan melalui masa kerja yang lebih lama sehingga karyawan mamp
u memanfaatkan psychological capital tersebut menjadi bentuk perilaku kerja i
novatif.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan melalui hipotesis pert
ama bahwa psychological capital memiliki hubungan positif dan saling berkait
an erat dengan perilaku kerja inovatif. Uji Rank Spearman yang dilakukan dala
m penelitian ini mengungkapkan hasil adanya hubungan yang positif antara ps
ychological capital dengan perilaku kerja inovatif dalam kategori yang kuat. P
sychological capital berbanding lurus dengan perilaku kerja inovatif, yang arti
nya jika individu memiliki psychological capital yang tinggi, maka akan meni
ngkat juga perilaku inovatifnya. Jika individu memiliki psychological capital
yang rendah, maka akan menurun juga perilaku inovatifnya.
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menggunakan korelasi Rank Spe
arman, diperoleh hasil ρ = 0,000 sesuai dengan tabel acuan, yang dapat diartik
an bahwa terdapat hubungan dan terdapat signnifikansi antara psychological e
mpowerment dengan perilaku kerja inovatif pada karyawan PT. Arabian Mitra
Abadi, dengan koefisien korelasi sebesar 0,839 (tingkat koefisien sangat kuat).
Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara psychological
empowerment dengan perilaku kerja inovatif yakni sebesar 83,9%. Arah korela
si psychological empowerment dengan perilaku inovatif menunjukkan hasil se
arah atau positif. Kuatnya hubungan tersebut dapat disebabkan oleh adanya up
aya perusahaan untuk memberikan arahan kepada karyawan terhadap kepentin
gan tugas-tugasnya agar karyawan mengerti alasan mereka melakukan pekerja
an tersebut, sekaligus upaya perusahaan menguatkan motivasi karyawannya ag
ar mampu bangkit ketika mengalami kesulitan dengan cara memberikan gamb
aran-gambaran mengenai mitra yang pernah mengalami jatuh-bangun sehingg
a karyawan tidak mudah menyerah dalam berinovasi, sebagaimana telah dijela
skan pada hasil wawancara. Penguatan tim yang diberikan membuat karyawan
96
aman latar belakang pendidikan karyawan. Berdasarkan hal tersebut dapat disi
mpulkan bahwa psychological empowerment karyawan dapat ditumbuhkan me
lalui tingkat pendidikan yang mumpuni sehingga karyawan mampu memanfaa
tkan psychological empowerment tersebut menjadi bentuk perilaku kerja inova
tif.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan melalui hipotesis ked
ua bahwa psychological empowerment memiliki hubungan positif dan saling b
erkaitan erat dengan perilaku kerja inovatif. Uji Rank Spearman yang dilakuka
n dalam penelitian ini mengungkapkan hasil adanya hubungan yang positif ant
ara psychological empowerment dengan perilaku kerja inovatif dalam kategori
yang sangat kuat. Psychological empowerment berbanding lurus dengan perila
ku kerja inovatif, yang artinya jika individu memiliki psychological empower
ment yang tinggi, maka akan meningkat juga perilaku inovatifnya. Jika individ
u memiliki psychological empowerment yang rendah, maka akan menurun jug
a perilaku inovatifnya.
Berdasarkan hasil hipotesis ketiga menggunakan uji Regresi Linear Berg
anda antara psychological capital dan psychological empowerment dengan per
ilaku kerja inovatif, didapatkan hasil nilai F = 83,066 dengan taraf signifikansi
= 0,000b (>0,05) yang berarti variabel bebas (psychological capital dan psycho
logical empowerment) berpengaruh terhadap variabel terikat (perilaku kerja in
ovatif). Diketahui nilai R Square sebesar 0,758. Artinya, 75,8% perilaku kerja i
novatif dipengaruhi oleh psychological capital dan psychological empowerme
nt, sedangkan 24,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam pen
elitian ini. Hasil tersebut diartikan bahwa baik psychological capital dan psych
ological empowerment mampu memberikan sumbangan pengaruh secara bersa
ma-sama terhadap timbulnya perilaku kerja inovatif. Hasil ini sejalan dengan b
eberapa penelitian yang mengungkap adanya hubungan antara psychological c
apital, psychological empowerment, dan perilaku inovatif sebagaimana akan d
isebutkan di bawah ini.
Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dkk. (2019) pada
widyaiswara Kementrian Kesehatan, bahwasanya pada hasil dalam penelitian i
99
n oleh banyaknya individu yang bekerja di bidang tertentu, dan dalam peneliti
an ini adalah business development.
Maka, dapat disimpulkan melalui hipotesis ketiga bahwa baik psycholog
ical capital dan psychological empowerment memiliki hubungan saling berkait
an erat dengan perilaku kerja inovatif. Uji Regresi Linear Berganda yang dilak
ukan dalam penelitian ini mengungkapkan hasil bahwa masing-masing variabe
l independent memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap perilaku ker
ja inovatif. Artinya, semakin tinggi psychological capital dengan psychologica
l empowerment yang dimiliki individu, maka semakin meningkat juga perilaku
inovatifnya. Semakin rendah psychological capital dengan psychological emp
owerment yang dimiliki individu, maka semakin menurun juga perilaku inovat
ifnya. Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan hasil penelitian, kedua vari
abel independent tersebut mampu memberikan pengaruh kepada perilaku kerja
inovatif.
Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang didapatkan, penelitian ini
memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dalam penelitian ini salah satu
nya adalah, karena desain penelitian menggunakan kuantitatif maka penelitian
ini berjalan lebih objektif, spesifik, jelas, dan terperinci. Peneliti juga mampu
memanfaatkan teori-teori yang ada sebagai alat untuk mengukur variabel-varia
bel yang diteliti. Sementara itu keterbatasan dalam penelitian ini di antaranya a
dalah masih terdapatnya kekurangan dalam pengembangan dan penggunaan sk
ala penelitian, adanya kelemahan dalam pengambilan subjek yang dirasa kuran
g efisien terutama pada saat pengambilan data wawancara, dan adanya kelema
han pada peneliti yang tidak melakukan analisis secara mendalam terhadap des
kripsi subjek penelitian untuk melihat tingkatan dari tiap variabel yang diguna
kan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan adanya perbaikan pada penelitian s
elanjutnya dari kekurangan-kekurangan yang dijelaskan tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa penelitian, perhitungan dan pembahasan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagaimana berikut:
1. Karakteristik Psychological Capital, Psychological Empowerment, dan P
erilaku Kerja Inovatif:
a. Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian, didapatkan hasil kategori
psychological capital karyawan PT. Arabian Mitra Abadi sebagian be
sar berada pada kategori sedang.
b. Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian, didapatkan hasil kategori
psychological empowerment karyawan PT. Arabian Mitra Abadi seba
gian besar berada pada kategori sedang.
c. Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian, didapatkan hasil kategori
perilaku inovatif karyawan PT. Arabian Mitra Abadi sebagian besar b
erada pada kategori tinggi.
2. Adapun hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah sebagaimana
berikut:
a. Adanya hubungan positif yang signifikan antara psychological capit
al dengan perilaku kerja inovatif.
b. Adanya hubungan positif yang signifikan antara psychological empo
werment dengan perilaku kerja inovatif.
c. Adanya pengaruh psychological capital dan psychological empower
ment terhadap perilaku kerja inovatif.
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekuran
gan dan kelemahan. Maka dari itu, hal tersebut selayaknya menjadi pembelajar
an bagi peneliti. Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran ya
ng akan peneliti sampaikan sebagaimana berikut:
102
103
1. Bagi perusahaan
Diharapkan bagi perusahaan untuk mampu meningkatkan kualitas
psychological capital dan psychological empowerment karyawan seperti
melalui pelatihan, sesi konseling, maupun seminar, sehingga perilaku ino
vatif yang karyawan miliki turut meningkat.
2. Bagi karyawan
Diharapkan bagi karyawan untuk lebih banyak meningkatkan kema
mpuan dalam memanfaatkan psychological capital dan psychological em
powerment, melalui program-program yang diberikan baik itu oleh perus
ahaan maupun di luar perusahaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk berhati-hati dalam mem
odifikasi atau mengadaptasi instrumen pengukuran yang akan dipakai dal
am penelitian, melakukan riset lebih mendalam mengenai variabel-variab
el penelitian, dan untuk memperhatikan tenggat waktu penelitian sehngg
a penelitian selanjutnya mampu mengkaji variabel-variabelnya lebih dala
m, terutama variabel psychological capital, psychological empowerment,
dan perilaku kerja inovatif.
104
perusahaan?
2. Hambatan apa saja yang Anda alami
ketika Anda ingin
mengimplementasikan ide-ide
inovatif? (probing)
3. Berapa waktu yang anda butuhkan
untuk mengimplementasikan ide yang
sudah dibuat oleh anda sebelumnya?
(probing)
Psychological Self Efficacy 1. Seperti apa gambaran sikap dan
Capital (X1) keyakinan karyawan dalam
mengerjakan tantangan-tantangan sulit
serta memotivasi dirinya?
2. Sejauh ini hal apa saja yang membuat
Anda maupun karyawan merasa
kurang yakin terhadap pekerjaan yang
dilakukan? (probing)
Optimism 1. Seperti apa gambaran sikap Anda
ataupun karyawan dalam memaknai
kegagalan saat bekerja?
2. Apakah mereka mampu bangkit
kembali? Bagaimana caranya?
(probing)
Hope 1. Jelaskan bagaimana karyawan
menghadapi kesulitan-kesulitan yang
dialaminya? Apakah terdapat harapan?
Jelaskan!
2. Sejauh ini seperti apa harapan Anda
terhadap kemajuan perusahaan?
(probing)
Resiliency 1. Seperti apa ketangguhan diri yang
dimiliki oleh karyawan?
2. Menurut Anda, seperti apa pribadi
karyawan yang tidak memiliki
106
Interviewee : WT
Interviewer : Fairdana Viani dan Jory Febrioza
Lokasi Wawancara : Kantor PT. Arabian Mitra Abadi, Kranji
Tanggal : Selasa, 14 Desember 2021
Waktu : 13.00 s/d 14.20 WIB
Yang diungkap : Psychological capital, psychological empowerment, dan perilaku kerja in
ovatif
Narasumber Waalaikumsalamm
5. Pewawancara Ohh oke pak, sebelumnya saya izin untuk merekam Perizinan
suara ya pak.
Narasumber Iya dekk.
Narasumber Iya alhamdulillah yaa. Rejeki nggak ada yang ketebak Perkenalan
hahaha.
8. Pewawancara Berarti kerja di sini sudah lumayan lama ya om?
10. Pewawancara Terus ada shawarma, pizza, taco juga ya kalau gak Introduction
salah? Nah itu bagaimana ya perubahan bisnisnya bisa
ee bisa ngeluarin banyak inovasi?
Narasumber Sebelumnya mau tanya nih, enak kan ya kebabnya?
Narasumber Iyaa betul seperti itu. Tetapi tidak yang emm.. Inovatif)
diperbaharui langsung saat itu karena kita kan pasti
mempertimbangkan juga lebih kurangnya.
15. Pewawancara Nah dalam mengembangkan inovasi itu kan pastinya Idea Generation
banyak banget hambatan-hambatannya ya. Selama ini (Perilaku Kerja
hambatan apa aja sih yang ditemui ketika ee.. ingin Inovatif)
mengeluarkan sebuah produk baru ataupun mungkin
pembaharuan outlet dan segala macamnya?
Narasumber Iyaa, ada beberapa faktor sih salah satunya dari
teknisnya, contohnya kan yang kebab 60 senti itu,
kalau kita pakai gerobak dikhawatirkan ee..
bertumpuk-tumpuk. Nah kita juga memikirkan gimana
caranya biar roti itu masih bisa fresh tanpa harus
ditaruh di wadah yang terbuka dan gak ada kulkas kan
kalau di gerobak jadi inovasi itu belum seratus persen
bisa kita wujudkan. Tapi kalau di kios outlet
alhamdulillahnya sudah berhasil dan lancar.
16. Pewawancara Nah kalau dari karyawannya sendiri pernah nggak Idea Generation
kasih kritik atau saran langsung terhadap atasan? Apa (Perilaku Kerja
saja yang harus dikembangkan? Atau ngasih sarannya Inovatif)
tipis-tipis kayak “kok saus kebabnya akhir-akhir ini
agak berubah ya?”
Narasumber Kalau ide sih banyak pasti mbak, dalam arti pertama
dari sistem penjualannya ya. Dan justru ide-ide itu
kadang muncul dari operator-operator di lapangan
secara nggak sengaja. Misalnya kayak jualnya online
karena kan dulu belom gencar-gencarnya pake online,
nah mereka mau kita pake online gitu. Nah itu dari
operatornya. Ada lagi kan yang menyampaikannya
langsung dari mitra, mereka menyampaikan juga dan
mensosialisasikan. Nanti ada lagi tuh dari operator,
menyampaikannya langsung ke mitra. Nanti mitra
nyampein ke kita, “mau pake ini mau pake itu”. Terus
pernah juga ada yang mengusulkan “pake saosnya
ditambah pake saos ini kek, itu kek, pake mozzarella”,
gitu ada.
17. Pewawancara Oooh iya iyaaa Idea Generation
(Perilaku Kerja
Narasumber Karena kan kita nggak sembarangan. Kita tampung Inovatif)
dulu, bahas dulu, dan kalau kita bisa lakukan, yaudah
kita lakukan.
18. Pewawancara Nah kalau ide-ide yang dikembangkan karyawan itu Idea Promotion
kan ditampung dulu ya seperti yang tadi bapak W dan (Perilaku Kerja
om B sudah katakan. Biasanya ide itu bahasa kasarnya Inovatif)
ee.. ditolak, itu karena apa ya?
Narasumber Banyak faktor sih ahahaha…
22. Pewawancara Okee pertanyaan selanjutnya, biasanya karyawan atau Idea Promotion
mungkin bapak dan om sendiri mempersuasikan dan (Perilaku Kerja
mengungkapkan ide-ide yang dimiliki kepada rekan Inovatif)
ataupun atasan seperti apa caranya?
Narasumber Nah itu tadi, kadang-kadang sarannya itu tipis-tipis.
Pemberian idenya itu langsung tetapi masih secara
kasar seperti “pak kayaknya di tempat lain udah ada
yang pake saus ini deh, gimana kalau kita tambah yang
baru yaa?” nah itu seringkali disampaikan. Jadi
memang ada interaksi dan juga ee.. ajakan karyawan
untuk mengeluarkan inovasi tetapi tidak secara formal.
23. Pewawancara Nah untuk realisasi ide biasanya ditampung dulu dan Idea Promotion
dilaksanakan sepersekian waktu kemudian, atau bisa (Perilaku Kerja
langsung diaplikasikan? Inovatif)
Narasumber Ditampung dulu sih biasanyaa.
24. Pewawancara Ohh iya iya ditampung dulu ya berarti? Idea Promotion
(Perilaku Kerja
Narasumber Iyaa. Inovatif)
25. Pewawancara Untuk kesulitannya apa aja ya yang biasa dialami Idea
kalau ee.. perusahaan ingin merealisasikan hal Implementation
tersebut? Nggak cuma perusahaan sih, dari segi (Perilaku Kerja
karyawan pun ada nggak yang menjadi hambatan pada Inovatif)
saat pengaplikasian ide inovatif?
Narasumber Sebenernya lebih kepada apa yang kita pikirkan
terlebih dahulu sih dalam artian dari sumber dayanya,
dari kondisi pendistribusiannya, teknis
111
berinovasi itu kan pasti ada resiko untuk gagal ya. Nah (Psychological
baik menurut bapak dan om sendiri, makna dari Capital)
kegagalan itu apa sih?
Narasumber Nah setuju dengan pak B, kita nggak ada kegagalan.
Adanya keberhasilan yang tertunda. Dan eee.. kalau
gagal tuh namanya, sempat mencoba terus gagal. Lalu
sesudah gagal, stop. Nah itulah gagal. Jadi kalau kita
mencoba dan mencoba terus, ya sudah tinggal
menunggu saja kata “berhasil”-nya. Yakin kok.
31. Pewawancara Oooh seperti ituu. Lalu untuk membangkitkan rasa Optimism
percaya diri atas kegagalan yang terjadi, bahwa (Psychological
kegagalan itu telah lewat, itu bagaimana caranya? Capital)
Narasumber Yang jelas kita kan bekerja di sini dengan hati, mbak.
Di mana seluruh tim ini saya ibaratkan sebagai
keluarga. Jadi jika ada realita yang tidak sesuai dengan
ekspektasi, di mana kegagalan tadi saya artikan
sebagai strategi yang kurang tepat. Jadi kita sendiri
tidak pernah membicarakan bahwa strategi ini gagal.
Hanya saja kita berbicara bagaimana mencapai tujuan
tersebut dengan strategi yang tepat.
32. Pewawancara Nahh adanya kegagalan itu kan pasti memicu masing- Optimism &
masing untuk bertindak ya pak. Dalam bertindak Hope
ee..pastinya harapan itu ada kan untuk memperbaiki (Psychological
strategi yang kurang tepat tersebut. Ada gak harapan Capital)
yang dimiliki baik oleh bapak maupun om terhadap
kemajuan perusahaan ini?
Narasumber Nah betul, seperti yang disampaikan bahwa kita
berbicara mengenai target yang belum tercapai.
Banyak sebetulnya, bahwa setiap wilayah dan daerah
itu berbeda-beda kan dan distribusi wilayahnya dari
ee.. outlet kita pun belum sepenuhnya tersebar merata
jadi strategi yang diluncurkan pun masih ada
amblasnya. Jadi masing-masing daerah pun yang
memang belum kita tahu latar belakangnya seperti apa,
kita pelajari agar bisa menyesuaikan taste-nya
Otomatis kita punya bank data sehingga kita jadi tahu
di wilayah tersebut budayanya apa, pernah terjadi apa-
apa saja, begitu.
33. Pewawancara Nah kalau menurut bapak maupun om sendiri, Resilliency
mayoritas karyawan di sini memiliki ketangguhan diri (Psychological
terhadap tugas-tugas yang diberikan atau tidak? Capital) & Self
Narasumber Kalau untuk ketangguhan sih mayoritas pastinya Determination
memiliki ketangguhan ya karena kan dari awal (Psychological
memang itu sebuah keharusan dan eem.. tuntutan gitu Empowerment)
ya. Kembali lagi pada peraturan perusahaan di mana
semua karyawan harus mengikuti peraturan
perusahaan. Di mana salah satunya adalah mengikuti
instruksi dari atasan. Jadi mau tidak mau mereka harus
mengikuti peraturannya, sehingga dari awal harus siap.
Terlepas dari apa saja yang mereka alami, jika itu
113
49. Pewawancara Ohh seperti ituu. Baik om B dan pak W, itu tadi Penutup
mungkin pertanyaan terakhir. Kami benar-benar
mengucapkan terima kasih sekali atas kesediaannya
karena emm.. telah kami pinjam waktunya. Terima
kasih juga karena telah bersedia menjawab pertanyaan
seputar perusahaan ini, Saya turut berdoa agar semua
cita-cita perusahaan ini tercapai di kemudian hari.
Narasumber Aminnn kita berterima kasih juga yaaa.
50. Pewawancara Insyaallah pak nanti habis ini pulang kita langsung beli Penutup
kebab hahaha.
Narasumber Ahahaha siap siap siap.
51. Pewawancara Baik pak, om, saya akhiri wawancaranya sampai sini Penutup
yaa, terima kasih banyak karena telah memberikan
kami kesempatan untuk melakukan penelitian di sini.
Kurang lebihnya mohon maaf, wassalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakaatuh.
117
Variabel Kesimpulan
Psychological Capital 1. Perusahaan telah memberikan edukasi kepada karyawan, namun masi
h terdapat karyawan yang merasa bahwa dirinya ingin menyerah.
Psychological Empowerment 1. Masih terdapat karyawan yang belum sepenuhnya berkomitmen, hany
a bekerja berdasarkan tuntutan, dan bekerja dilandasi dengan penghara
pan gaji.
2. Perusahaan berupaya memberikan pandangan pada karyawan dengan
menggunakan contoh-contoh mitra yang pernah mengalami jatuh-ban
gun sebagai penguat mental karyawan.
3. Meskipun begitu, masih terdapat karyawan yang merasa berkecil hati
dan tidak percaya diri terhadap kontribusinya pada perusahaan.
Perilaku Kerja Inovatif 1. Masih terdapat kebuntuan ide-ide dalam berinovasi, terutama pada div
isi marketing. Hal ini menjadikan perusahaan harus menggali lebih dal
am ide-ide apa saja yang muncul dari pemikiran karyawannya.
2. Penyampaian ide yang dilakukan oleh karyawan tidak secara langsun
g, melainkan menggunakan majas.
Baris Pelaku Uraian Wawancara Keterangan
Narasumber Waalaikumsalamm
54. 55. Pewawancara Sebelumnya, perkenalkan nama kami Fairdana Viani Perkenalan
dan Jory Febrioza dari Unisma Bekasi jurusan
Psikologi.
Narasumber Iyaaa
56. 57. Pewawancara Emm.. Saya berterima kasih atas kesediaan bapak Perkenalan
untuk meluangkan waktunya untuk kami
Narasumber Iyaa kebertulan lagi luang kokk hahaha
60. 61. Pewawancara Ohh oke pak, sebelumnya saya izin untuk merekam Perizinan
suara ya pak.
Narasumber Iya dekk.
62. 63. Pewawancara Bapak bisa perkenalkan terlebih dahulu ee.. nama Perkenalan
sama jabatan posisinya? Perkenalan
Narasumber Iya. Nama saya WT, saya direktur utama PT Arabian
Mitra Abadi. Ituu ee.. dari tahun 2017. Yahh nggak
terlalu lama sih masih baru ya hahaha.
64. 65. Pewawancara Aahaha itu hebat banget loh pak.
Narasumber Iya alhamdulillah yaa. Rejeki nggak ada yang ketebak Perkenalan
hahaha.
118
66. 67. Pewawancara Berarti kerja di sini sudah lumayan lama ya om?
68. 69. Pewawancara Oh iya, PT. Arabian ini kan memang mengeluarkan Introduction
banyak inovasi makanannya ya? Kebab contohnya.
Narasumber Iyaa.
70. 71. Pewawancara Terus ada shawarma, pizza, taco juga ya kalau gak Introduction
salah? Nah itu bagaimana ya perubahan bisnisnya bisa
ee bisa ngeluarin banyak inovasi?
Narasumber Sebelumnya mau tanya nih, enak kan ya kebabnya?
Narasumber Dan salah satunya juga ee.. diviralkan begitu. (Perilaku Kerja
Inovatif)
78. 79. Pewawancara Jadi ide-ide itu untuk yang di gerobak sama yang kios Idea Generation
pasti diperbaharui yaa? (Perilaku Kerja
Narasumber Iyaa betul seperti itu. Tetapi tidak yang emm.. Inovatif)
diperbaharui langsung saat itu karena kita kan pasti
mempertimbangkan juga lebih kurangnya.
80. 81. Pewawancara Nah dalam mengembangkan inovasi itu kan pastinya Idea Generation
banyak banget hambatan-hambatannya ya. Selama ini (Perilaku Kerja
hambatan apa aja sih yang ditemui ketika ee.. ingin Inovatif)
mengeluarkan sebuah produk baru ataupun mungkin
pembaharuan outlet dan segala macamnya?
Narasumber Iyaa, ada beberapa faktor sih salah satunya dari
teknisnya, contohnya kan yang kebab 60 senti itu,
kalau kita pakai gerobak dikhawatirkan ee..
bertumpuk-tumpuk. Nah kita juga memikirkan gimana
caranya biar roti itu masih bisa fresh tanpa harus
ditaruh di wadah yang terbuka dan gak ada kulkas kan
kalau di gerobak jadi inovasi itu belum seratus persen
bisa kita wujudkan. Tapi kalau di kios outlet
alhamdulillahnya sudah berhasil dan lancar.
82. 83. Pewawancara Nah kalau dari karyawannya sendiri pernah nggak Idea Generation
kasih kritik atau saran langsung terhadap atasan? Apa (Perilaku Kerja
saja yang harus dikembangkan? Atau ngasih sarannya Inovatif)
tipis-tipis kayak “kok saus kebabnya akhir-akhir ini
agak berubah ya?”
Narasumber Kalau ide sih banyak pasti mbak, dalam arti pertama
dari sistem penjualannya ya. Dan justru ide-ide itu
kadang muncul dari operator-operator di lapangan
secara nggak sengaja. Misalnya kayak jualnya online
karena kan dulu belom gencar-gencarnya pake online,
nah mereka mau kita pake online gitu. Nah itu dari
operatornya. Ada lagi kan yang menyampaikannya
langsung dari mitra, mereka menyampaikan juga dan
mensosialisasikan. Nanti ada lagi tuh dari operator,
menyampaikannya langsung ke mitra. Nanti mitra
nyampein ke kita, “mau pake ini mau pake itu”. Terus
pernah juga ada yang mengusulkan “pake saosnya
ditambah pake saos ini kek, itu kek, pake mozzarella”,
gitu ada.
84. 85. Pewawancara Oooh iya iyaaa Idea Generation
(Perilaku Kerja
Narasumber Karena kan kita nggak sembarangan. Kita tampung Inovatif)
dulu, bahas dulu, dan kalau kita bisa lakukan, yaudah
kita lakukan.
86. 87. Pewawancara Nah kalau ide-ide yang dikembangkan karyawan itu Idea Promotion
kan ditampung dulu ya seperti yang tadi bapak W dan (Perilaku Kerja
om B sudah katakan. Biasanya ide itu bahasa kasarnya Inovatif)
ee.. ditolak, itu karena apa ya?
120
94. 95. Pewawancara Okee pertanyaan selanjutnya, biasanya karyawan atau Idea Promotion
mungkin bapak dan om sendiri mempersuasikan dan (Perilaku Kerja
mengungkapkan ide-ide yang dimiliki kepada rekan Inovatif)
ataupun atasan seperti apa caranya?
Narasumber Nah itu tadi, kadang-kadang sarannya itu tipis-tipis.
Pemberian idenya itu langsung tetapi masih secara
kasar seperti “pak kayaknya di tempat lain udah ada
yang pake saus ini deh, gimana kalau kita tambah yang
baru yaa?” nah itu seringkali disampaikan. Jadi
memang ada interaksi dan juga ee.. ajakan karyawan
untuk mengeluarkan inovasi tetapi tidak secara formal.
96. 97. Pewawancara Nah untuk realisasi ide biasanya ditampung dulu dan Idea Promotion
dilaksanakan sepersekian waktu kemudian, atau bisa (Perilaku Kerja
langsung diaplikasikan? Inovatif)
Narasumber Ditampung dulu sih biasanyaa.
98. 99. Pewawancara Ohh iya iya ditampung dulu ya berarti? Idea Promotion
(Perilaku Kerja
Narasumber Iyaa. Inovatif)
100. 101. Pewawancara Untuk kesulitannya apa aja ya yang biasa dialami Idea
kalau ee.. perusahaan ingin merealisasikan hal Implementation
121
perusahaan ini?
Narasumber Minimal itu D3 kalau di sini. Dan ya kita taruh mereka
sesuai dengan kemampuan mereka. Misalnya yang
lihai dalam bentuk gambar-gambar kita taruh di bagian
desain, seperti itu.
134. 135. Pewawancara Kalau menurut om dan bapak sendiri ya, kompetensi Competence
itu di dalam diri Anda itu artinya apa? (Psychological
Narasumber Kalau untuk om B nggak usah dipertanyakan lagi lahh, Empowerment)
bussiness man dia nih hahaha. Dia kan sudah
membangun bisnis ini dari yang tadinya bener-bener
hanya satu, menjadi ribuan. Jadi jelas kompetensi itu
termasuk juga artinya jiwa bisnis. Kompetensi kami
bisa dibilang adalah seorang bussiness man. Kalau
menurut saya sendiri karena saya itu mainnya di
analisa, maka kompetensi saya adalah di analitika,
kemudian improvement, development, itulah yang
membuat saya bersama om B ini membangun bisnis
yang lebih besar lagi, seperti itu.
136. 137. Pewawancara Terus apa saja sih yang membuat karyawan inisiatif Self
dalam kerjanya? Misalnya rajin dateng pagi padahal ga Determination
disuruh jadi dia bisa mengontrol tujuannya dia gitu (Psychological
dalam bekerja. Empowerment)
Narasumber Itu emm intergrity ya jatuhnya. Kalau intergrity sendiri
kami nggak menuntut banyak hanya saja memang
teman-teman kami di sini mengupayakan usaha
mereka untuk bekerja secara profesional sehingga
upaya mereka bisa meghasilkan proses yang lebih
mudah contohnya dari yang suatu pekerjaan
membutuhkan 3 kali proses, mereka bisa kerjakan
dalam 2 kali proses. Dari yang resikonya tadinya
besar, bisa kita usulkan agar resikonya minim. Kalau
ada yang kurang aktif, kita gembor gimana biar dia
bisa push to the limits tapi kadang kan orang semakin
diteken malah semakin ga betah ya. Jadi memang
seperti itu sih.
138. 139. Pewawancara Nah ini pertanyaan terakhir nih, cita-citanya untuk Self
perusahaan ini tuh apa? Keinginan yang belum Determination
tercapai? (Psychological
Narasumber Emm lebih mengembangkan sayap lagi ya dalam Empowerment)
artian kita dapat lebih di kenal di Asia tenggara aja,
dan juga untuk penerus perusahaan pun karena umur
kita sudah umur-umur pensiun maka dari itu kita butuh
orang-orang kepercayaan yang memang kompeten
sekali. Terlebih pengalaman pandemi kan, bisnis di
mana-mana pasti bangkrut. Jadi memang kita akui
regenerasi itu penting sekali. Kayak orang-orang
kompeten, misalnya kan Jori ya nih namanya?
Misalnya Jori dan Via nih kan bisa bahasa Inggris, nah
itu kan bisa perantara antara satu sama yang lainnya
kan. Kalau om B ini kan medok ya om hahaha.
126
148. 149. Pewawancara Ohh seperti ituu. Baik om B dan pak W, itu tadi Penutup
mungkin pertanyaan terakhir. Kami benar-benar
mengucapkan terima kasih sekali atas kesediaannya
karena emm.. telah kami pinjam waktunya. Terima
kasih juga karena telah bersedia menjawab pertanyaan
seputar perusahaan ini, Saya turut berdoa agar semua
cita-cita perusahaan ini tercapai di kemudian hari.
Narasumber Aminnn kita berterima kasih juga yaaa.
150. 151. Pewawancara Insyaallah pak nanti habis ini pulang kita langsung beli Penutup
kebab hahaha.
Narasumber Ahahaha siap siap siap.
127
152. 153. Pewawancara Baik pak, om, saya akhiri wawancaranya sampai sini Penutup
yaa, terima kasih banyak karena telah memberikan
kami kesempatan untuk melakukan penelitian di sini.
Kurang lebihnya mohon maaf, wassalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakaatuh.
Narasumber Wa’alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Variabel Kesimpulan
Psychological Capital 2. Perusahaan telah memberikan edukasi kepada karyawan, namun masi
h terdapat karyawan yang merasa bahwa dirinya ingin menyerah.
Psychological Empowerment 4. Masih terdapat karyawan yang belum sepenuhnya berkomitmen, hany
a bekerja berdasarkan tuntutan, dan bekerja dilandasi dengan penghara
pan gaji.
5. Perusahaan berupaya memberikan pandangan pada karyawan dengan
menggunakan contoh-contoh mitra yang pernah mengalami jatuh-ban
gun sebagai penguat mental karyawan.
6. Meskipun begitu, masih terdapat karyawan yang merasa berkecil hati
dan tidak percaya diri terhadap kontribusinya pada perusahaan.
Perilaku Kerja Inovatif 3. Masih terdapat kebuntuan ide-ide dalam berinovasi, terutama pada div
isi marketing. Hal ini menjadikan perusahaan harus menggali lebih dal
am ide-ide apa saja yang muncul dari pemikiran karyawannya.
4. Penyampaian ide yang dilakukan oleh karyawan tidak secara langsun
g, melainkan menggunakan majas.
Baris Pelaku Uraian Wawancara Keterangan
154. 155.156. Pewawancara Assalamu’alaikum pak.. Perkenalan
Narasumber Waalaikumsalamm
157. 158.159. Pewawancara Sebelumnya, perkenalkan nama kami Fairdana Viani Perkenalan
dan Jory Febrioza dari Unisma Bekasi jurusan
Psikologi.
Narasumber Iyaaa
160. 161.162. Pewawancara Emm.. Saya berterima kasih atas kesediaan bapak Perkenalan
untuk meluangkan waktunya untuk kami
Narasumber Iyaa kebertulan lagi luang kokk hahaha
163. 164.165. Pewawancara Aahaha iya pak.. Perkenalan
Narasumber Sok hayuk mau tanya apa.
166. 167.168. Pewawancara Ohh oke pak, sebelumnya saya izin untuk merekam Perizinan
suara ya pak.
Narasumber Iya dekk.
169. 170.171. Pewawancara Bapak bisa perkenalkan terlebih dahulu ee.. nama Perkenalan
sama jabatan posisinya? Perkenalan
Narasumber Iya. Nama saya WT, saya direktur utama PT Arabian
Mitra Abadi. Ituu ee.. dari tahun 2017. Yahh nggak
terlalu lama sih masih baru ya hahaha.
172. 173.174. Pewawancara Aahaha itu hebat banget loh pak.
Narasumber Iya alhamdulillah yaa. Rejeki nggak ada yang ketebak Perkenalan
hahaha.
175. 176.177. Pewawancara Berarti kerja di sini sudah lumayan lama ya om?
Narasumber Iyaaa bisa dibilang begitu hahaha.
178. 179.180. Pewawancara Oh iya, PT. Arabian ini kan memang mengeluarkan Introduction
128
hambatan apa aja sih yang ditemui ketika ee.. ingin Inovatif)
mengeluarkan sebuah produk baru ataupun mungkin
pembaharuan outlet dan segala macamnya?
Narasumber Iyaa, ada beberapa faktor sih salah satunya dari
teknisnya, contohnya kan yang kebab 60 senti itu,
kalau kita pakai gerobak dikhawatirkan ee..
bertumpuk-tumpuk. Nah kita juga memikirkan gimana
caranya biar roti itu masih bisa fresh tanpa harus
ditaruh di wadah yang terbuka dan gak ada kulkas kan
kalau di gerobak jadi inovasi itu belum seratus persen
bisa kita wujudkan. Tapi kalau di kios outlet
alhamdulillahnya sudah berhasil dan lancar.
199. 200.201. Pewawancara Nah kalau dari karyawannya sendiri pernah nggak Idea Generation
kasih kritik atau saran langsung terhadap atasan? Apa (Perilaku Kerja
saja yang harus dikembangkan? Atau ngasih sarannya Inovatif)
tipis-tipis kayak “kok saus kebabnya akhir-akhir ini
agak berubah ya?”
Narasumber Kalau ide sih banyak pasti mbak, dalam arti pertama
dari sistem penjualannya ya. Dan justru ide-ide itu
kadang muncul dari operator-operator di lapangan
secara nggak sengaja. Misalnya kayak jualnya online
karena kan dulu belom gencar-gencarnya pake online,
nah mereka mau kita pake online gitu. Nah itu dari
operatornya. Ada lagi kan yang menyampaikannya
langsung dari mitra, mereka menyampaikan juga dan
mensosialisasikan. Nanti ada lagi tuh dari operator,
menyampaikannya langsung ke mitra. Nanti mitra
nyampein ke kita, “mau pake ini mau pake itu”. Terus
pernah juga ada yang mengusulkan “pake saosnya
ditambah pake saos ini kek, itu kek, pake mozzarella”,
gitu ada.
202. 203.204. Pewawancara Oooh iya iyaaa Idea Generation
Narasumber Karena kan kita nggak sembarangan. Kita tampung (Perilaku Kerja
dulu, bahas dulu, dan kalau kita bisa lakukan, yaudah Inovatif)
kita lakukan.
205. 206.207. Pewawancara Nah kalau ide-ide yang dikembangkan karyawan itu Idea Promotion
kan ditampung dulu ya seperti yang tadi bapak W dan (Perilaku Kerja
om B sudah katakan. Biasanya ide itu bahasa kasarnya Inovatif)
ee.. ditolak, itu karena apa ya?
Narasumber Banyak faktor sih ahahaha…
208. 209.210. Pewawancara Aahahha Idea Promotion
Narasumber Yaa.. kalau dari saya mungkin lebih ke (Perilaku Kerja
implementasinya kali ya. Jadi apakah bisa Inovatif)
diimplementasikan ide tersebut atau nggak. Tapi
biasanya sih gak serta merta kita tolak ide itu. Pasti
disaring dulu, implementasinya ee.. di lain waktu.
211. 212.213. Pewawancara Ohh gituu. Idea Promotion
Narasumber Jadi lebih kepada masukan ini kita bahas dulu di (Perilaku Kerja
internal, nah yang dapat dijadikan inovasi akan kita Inovatif)
jalankan. Tapi memang saat implementasinya ini ada
130
Narasumber Yang jelas kita kan bekerja di sini dengan hati, mbak.
Di mana seluruh tim ini saya ibaratkan sebagai
keluarga. Jadi jika ada realita yang tidak sesuai dengan
ekspektasi, di mana kegagalan tadi saya artikan
sebagai strategi yang kurang tepat. Jadi kita sendiri
tidak pernah membicarakan bahwa strategi ini gagal.
Hanya saja kita berbicara bagaimana mencapai tujuan
tersebut dengan strategi yang tepat.
247. 248.249. Pewawancara Nahh adanya kegagalan itu kan pasti memicu masing- Optimism &
masing untuk bertindak ya pak. Dalam bertindak Hope
ee..pastinya harapan itu ada kan untuk memperbaiki (Psychological
strategi yang kurang tepat tersebut. Ada gak harapan Capital)
yang dimiliki baik oleh bapak maupun om terhadap
kemajuan perusahaan ini?
Narasumber Nah betul, seperti yang disampaikan bahwa kita
berbicara mengenai target yang belum tercapai.
Banyak sebetulnya, bahwa setiap wilayah dan daerah
itu berbeda-beda kan dan distribusi wilayahnya dari
ee.. outlet kita pun belum sepenuhnya tersebar merata
jadi strategi yang diluncurkan pun masih ada
amblasnya. Jadi masing-masing daerah pun yang
memang belum kita tahu latar belakangnya seperti apa,
kita pelajari agar bisa menyesuaikan taste-nya
Otomatis kita punya bank data sehingga kita jadi tahu
di wilayah tersebut budayanya apa, pernah terjadi apa-
apa saja, begitu.
250. 251.252. Pewawancara Nah kalau menurut bapak maupun om sendiri, Resilliency
mayoritas karyawan di sini memiliki ketangguhan diri (Psychological
terhadap tugas-tugas yang diberikan atau tidak? Capital) & Self
Narasumber Kalau untuk ketangguhan sih mayoritas pastinya Determination
memiliki ketangguhan ya karena kan dari awal (Psychological
memang itu sebuah keharusan dan eem.. tuntutan gitu Empowerment)
ya. Kembali lagi pada peraturan perusahaan di mana
semua karyawan harus mengikuti peraturan
perusahaan. Di mana salah satunya adalah mengikuti
instruksi dari atasan. Jadi mau tidak mau mereka harus
mengikuti peraturannya, sehingga dari awal harus siap.
Terlepas dari apa saja yang mereka alami, jika itu
tuntutan pekerjaan seberat apapun, mereka sudah
commit untuk menjalankan tugas tersebut. Seperti itu.
Tetapi kadang terlihat sih mana yang memang dia
berkomitmen, dan mana yang memang kerjanya asal
ee kasarnya digaji.
253. 254.255. Pewawancara Oooh seperti ituu. Resilliency
Narasumber Iya seperti itu. (Psychological
Capital)
256. 257.258. Pewawancara Nah cara untuk menentukan peluang yang baik untuk
konsumen itu menurut bapak dan om seperti apa ya?
Jadi untuk mencocokkan kondisi antara peluang yang
ada dengan keinginan konsumen itu seperti apa?
133
311. 312.313.
314. Pewawancara Sebelumnya, perkenalkan nama kami Fairdana Viani Perkenalan
dan Jory Febrioza dari Unisma Bekasi jurusan
Psikologi.
Narasumber Iyaaa
315. 316.317.
318. Pewawancara Emm.. Saya berterima kasih atas kesediaan bapak Perkenalan
untuk meluangkan waktunya untuk kami
Narasumber Iyaa kebertulan lagi luang kokk hahaha
319. 320.321.
322. Pewawancara Aahaha iya pak.. Perkenalan
Narasumber Sok hayuk mau tanya apa.
323. 324.325.
326. Pewawancara Ohh oke pak, sebelumnya saya izin untuk merekam Perizinan
suara ya pak.
Narasumber Iya dekk.
327. 328.329.
330. Pewawancara Bapak bisa perkenalkan terlebih dahulu ee.. nama Perkenalan
sama jabatan posisinya? Perkenalan
Narasumber Iya. Nama saya WT, saya direktur utama PT Arabian
Mitra Abadi. Ituu ee.. dari tahun 2017. Yahh nggak
terlalu lama sih masih baru ya hahaha.
331. 332.333.
334. Pewawancara Aahaha itu hebat banget loh pak.
Narasumber Iya alhamdulillah yaa. Rejeki nggak ada yang ketebak Perkenalan
hahaha.
335. 336.337.
338. Pewawancara Berarti kerja di sini sudah lumayan lama ya om?
Narasumber Iyaaa bisa dibilang begitu hahaha.
339. 340.341.
342. Pewawancara Oh iya, PT. Arabian ini kan memang mengeluarkan Introduction
banyak inovasi makanannya ya? Kebab contohnya.
Narasumber Iyaa.
343. 344.345.
346. Pewawancara Terus ada shawarma, pizza, taco juga ya kalau gak Introduction
salah? Nah itu bagaimana ya perubahan bisnisnya bisa
ee bisa ngeluarin banyak inovasi?
Narasumber Sebelumnya mau tanya nih, enak kan ya kebabnya?
347. 348.349.
350. Pewawancara Banget pak hahaha. Introduction
Narasumber Iya jadi itu salah satu strategi kita, memperkenalkan ke
orang banyak dari satu orang lalu ke customer lain,
lalu ke customer selanjutnya dan terus seperti itu. Dari
awal kita sudah berinovasi. Ngeliat dulu apa peluang
yang ada di daerah itu, kemudian kita pertimbangkan,
Seperti saus kan, saus contohnya kita keluarkan
banyak variasi. Nggak hanya itu-itu aja tapi ada
barberque, keju, dan tadi ya, ada shawarma dan
sebagainya.
351. 352.353.
354. Pewawancara Nah tadi kan udah ada kayak shawarma, kebab, burger Idea Generation
dan taco juga ya. Nah ada nggak pak dan om, ide-ide (Perilaku Kerja
yang ee.. belum terealisasikan tetapi sudah pernah Inovatif)
tercetus dan dicoba untuk kembangkan? Kayak oh ada
ide gini, gini, gini, tapi belom terealisasikan.
Narasumber Kalau yang belom terealisasikan pasti mah banyak ya
tapi ee.. karena ini bisnisnya om B ya, dulu pas kita
jualan pertama pake gerobak roti kita ya. Tapi kita
mencoba untuk sedikit demi sedikit tuh ambil resiko
untuk melakukan ee.. inovasi yang lebih mudah seperti
138
435. 436.437.
438. Pewawancara Nah kalau menurut bapak maupun om sendiri, Resilliency
mayoritas karyawan di sini memiliki ketangguhan diri (Psychological
terhadap tugas-tugas yang diberikan atau tidak? Capital) & Self
Narasumber Kalau untuk ketangguhan sih mayoritas pastinya Determination
memiliki ketangguhan ya karena kan dari awal (Psychological
memang itu sebuah keharusan dan eem.. tuntutan gitu Empowerment)
ya. Kembali lagi pada peraturan perusahaan di mana
semua karyawan harus mengikuti peraturan
perusahaan. Di mana salah satunya adalah mengikuti
instruksi dari atasan. Jadi mau tidak mau mereka harus
mengikuti peraturannya, sehingga dari awal harus siap.
Terlepas dari apa saja yang mereka alami, jika itu
tuntutan pekerjaan seberat apapun, mereka sudah
commit untuk menjalankan tugas tersebut. Seperti itu.
Tetapi kadang terlihat sih mana yang memang dia
berkomitmen, dan mana yang memang kerjanya asal
ee kasarnya digaji.
439. 440.441.
442. Pewawancara Oooh seperti ituu. Resilliency
Narasumber Iya seperti itu. (Psychological
Capital)
443. 444.445.
446. Pewawancara Nah cara untuk menentukan peluang yang baik untuk
konsumen itu menurut bapak dan om seperti apa ya?
Jadi untuk mencocokkan kondisi antara peluang yang
ada dengan keinginan konsumen itu seperti apa?
Narasumber Nah ini kembali lagi ke kaitannya pada harapan yang
tadi di sampaikan, bahwa kita bisa membuka cabang di
lain wilayah seperti palembang, surabaya, yang mana
kita melihat kapasitas dan kapabilitas gitu kan.
Misalnya kita survey dulu mulai dari pendapatan per-
kapitanya seperti apa, budayanya seperti apa, taste-nya
seperti apa, itu kita pelajarin Jadi kita melalui data
yang diterima kita langsung ke lapangan untuk melihat
apakah wilayahnya bagus, strategis, gitu. Jadi setelah
survey itu kita kumpulkan, kita diskusikan kelebihan
wilayah-wilayah tersebut, nantinya akan kita tentukan
akan seperti apa strategi yang terbaik untuk
diaplikasikan di wilayah tersebut.
447. 448.449.
450. Pewawancara Nah tadi kan kayak di palembang, bangka, nah itu ada
gak kendala terhadap ciri khas rasa misalnya
bumbunya khas bangka, khas belitung?
Narasumber Untuk kendala itu alhamdulillah tidak ada ya karena
taste kita ini memang sudah disesuaikan dengan lidah
orang indonesia dalam arti orang indonesia bisa
menerima semuanya. Memang kadang ada yang suka
pedes banget, ya kita tambahin sambelnya. Ada yang
suka manis banget, kita sesuaikan sehingga
masyarakat di wilayah-wilayah tertentu bisa
menerima.
451. 452.453.
454. Pewawancara Nah kalau untuk inisiatif karyawan itu seperti apa pak,
apakah misalnya mereka mampu angkat barang
143
begitu.
467. 468.469.
470. Pewawancara Oh iya seperti apa sih standar dan kriteria karyawan Competence
yang ada untuk di PT ini? Dan apakah mereka (Psychological
memiliki kompetensi yang bermanfaat untuk Empowerment)
perusahaan ini?
Narasumber Minimal itu D3 kalau di sini. Dan ya kita taruh mereka
sesuai dengan kemampuan mereka. Misalnya yang
lihai dalam bentuk gambar-gambar kita taruh di bagian
desain, seperti itu.
471. 472.473.
474. Pewawancara Kalau menurut om dan bapak sendiri ya, kompetensi Competence
itu di dalam diri Anda itu artinya apa? (Psychological
Narasumber Kalau untuk om B nggak usah dipertanyakan lagi lahh, Empowerment)
bussiness man dia nih hahaha. Dia kan sudah
membangun bisnis ini dari yang tadinya bener-bener
hanya satu, menjadi ribuan. Jadi jelas kompetensi itu
termasuk juga artinya jiwa bisnis. Kompetensi kami
bisa dibilang adalah seorang bussiness man. Kalau
menurut saya sendiri karena saya itu mainnya di
analisa, maka kompetensi saya adalah di analitika,
kemudian improvement, development, itulah yang
membuat saya bersama om B ini membangun bisnis
yang lebih besar lagi, seperti itu.
475. 476.477.
478. Pewawancara Terus apa saja sih yang membuat karyawan inisiatif Self
dalam kerjanya? Misalnya rajin dateng pagi padahal ga Determination
disuruh jadi dia bisa mengontrol tujuannya dia gitu (Psychological
dalam bekerja. Empowerment)
Narasumber Itu emm intergrity ya jatuhnya. Kalau intergrity sendiri
kami nggak menuntut banyak hanya saja memang
teman-teman kami di sini mengupayakan usaha
mereka untuk bekerja secara profesional sehingga
upaya mereka bisa meghasilkan proses yang lebih
mudah contohnya dari yang suatu pekerjaan
membutuhkan 3 kali proses, mereka bisa kerjakan
dalam 2 kali proses. Dari yang resikonya tadinya
besar, bisa kita usulkan agar resikonya minim. Kalau
ada yang kurang aktif, kita gembor gimana biar dia
bisa push to the limits tapi kadang kan orang semakin
diteken malah semakin ga betah ya. Jadi memang
seperti itu sih.
479. 480.481.
482. Pewawancara Nah ini pertanyaan terakhir nih, cita-citanya untuk Self
perusahaan ini tuh apa? Keinginan yang belum Determination
tercapai? (Psychological
Narasumber Emm lebih mengembangkan sayap lagi ya dalam Empowerment)
artian kita dapat lebih di kenal di Asia tenggara aja,
dan juga untuk penerus perusahaan pun karena umur
kita sudah umur-umur pensiun maka dari itu kita butuh
orang-orang kepercayaan yang memang kompeten
sekali. Terlebih pengalaman pandemi kan, bisnis di
mana-mana pasti bangkrut. Jadi memang kita akui
regenerasi itu penting sekali. Kayak orang-orang
145
Interviewee : BAS
Interviewer : Fairdana Viani dan Jory Febrioza
Lokasi Wawancara : Kantor PT. Arabian Mitra Abadi, Kranji
Tanggal : Selasa, 14 Desember 2021
Waktu : 13.00 s/d 14.20 WIB
Yang diungkap : Psychological capital, psychological empowerment, dan perilaku kerja in
ovatif
4. Pewawancara Iya soalnya kan setahu kami kan ee.. di sini tuh lekat Perkenalan
banget ya om bidangnya sama food and beverage yang
mana butuh inovasi terus menerus. Nah makanya kami
mau tanya-tanya sedikit nih om soal perilaku-perilaku
karyawannya seperti apa.
Narasumber Okeee.
5. Pewawancara Oh iya om, sebelumnya via izin merekam yaa. Boleh Perkenalan
perkenalkan diri beserta jabatannya apa saja?
Narasumber Iya Via, silakan. Nama om BSA. Yang kayak Via tau
ya, om owner sekaligus CEO PT. Arabian Mitra Abadi
di sini.
6. Pewawancara Om udah berapa lama merintis usaha nih kalau boleh Perkenalan
tahu? Sehingga ee.. bisa mendirikan perusahaan
dengan kalau gak salah sudah ada 500 cabang ya?
Narasumber Untuk resminya, itu om rintis dari tahun 2008 sampe
sekarang jadi PT. Nah kalau emm.. untuk nggak
resminya, via tau pas om masih di kontrakan, masih
gerobak, itu dari tahun 2006.
7. Pewawancara Waaahhh hebat banget berarti om. Salut banget om. Perkenalan
148
Narasumber Nah nah om mau tanya dulu nih, via dulu tau orang
australia yang ngontrak di jalan Nangka Raya?
10. Pewawancara Ooohh iya iya tauuu. Perkenalan
Narasumber Nah itu mereka seringnya nyari burger. Kan emang itu
lebih familiar ya di lidah mereka. Hotdog, burger,
dibandingkan kebab. Jadinya mereka nyari, eh adanya
kebab aja. Yasudah saya coba mengeluarkan
dagingnya dalam bentuk lain. Jadi kalau ada temen
mereka yang nanya burger atau hotdog, oh di tempat
itu ada. Terus temennya lagi nyari, oh disitu ada. Jadi
terus menerus dari mulut ke mulut.
11. Pewawancara Oooohhh iya iya betul jadi strategi marketingnya Perkenalan
memang dari mulut ke mulut ya om?
Narasumber Iyaaa.
12. Pewawancara Nah tadi kan udah ada kayak shawarma, kebab, burger Idea Generation
dan taco juga ya. Nah ada nggak pak dan om, ide-ide (Perilaku Kerja
yang ee.. belum terealisasikan tetapi sudah pernah Inovatif)
tercetus dan dicoba untuk kembangkan? Kayak oh ada
ide gini, gini, gini, tapi belom terealisasikan.
Narasumber Kalau dari saya, yang belum terealisasikan itu betul
kata pak W, banyak sekali ya. Tapi PR kita sekarang
kan eemm.. bagaimana caranya untuk berani dulu nih,
ngungkapin inovasinya mau kayak gimana. Beraniin
aja dulu. Nanti ketika sudah terkonsep, tau akan seperti
apa produk barunya, baru kita kembangkan lebih jauh
sampe akhirnya bisa dipasarkan ke masyarakat.
13. Pewawancara Oooohh iya jadi memang harus berani dulu ya untuk Idea Generation
bertindak. (Perilaku Kerja
Narasumber Iyaa bener. Inovatif)
14. Pewawancara Nah dalam mengembangkan inovasi itu kan pastinya Idea Generation
banyak banget hambatan-hambatannya ya. Selama ini (Perilaku Kerja
hambatan apa aja sih yang ditemui ketika ee.. ingin Inovatif) &
mengeluarkan sebuah produk baru ataupun mungkin Competence
pembaharuan outlet dan segala macamnya? (Psychological
149
Narasumber Eeee ada beberapa faktor sih biasanya dari karyawan Empowerment)
atau dari ee.. income juga. Kalau karyawan biasanya
memang belum memiliki kemampuan untuk itu, seperti
kan kayak karyawan lapangan itu mohon maaf,
pendidikannya tidak tinggi. Jadi untuk memberikan
opini atau pikiran inovasi baru tuh ee.. agak susah.
15. Pewawancara Nah kalau dari karyawannya sendiri pernah nggak Idea Promotion
kasih kritik atau saran langsung terhadap atasan? Apa (Perilaku Kerja
saja yang harus dikembangkan? Atau ngasih sarannya Inovatif)
tipis-tipis kayak “kok saus kebabnya akhir-akhir ini
agak berubah ya?”
Narasumber Nah ini, memang mereka tipis-tipis kadang. Tapi ya
seperti yang tadi bapak W katakan, bahwa ada yang
nggak segan-segan menyampaikan idenya, kadang
kreatif saking kreatifnya kita sampai bingung mau
nampung yang mana dulu.
16. Pewawancara Nah kalau ide-ide yang dikembangkan karyawan itu Idea Promotion
kan ditampung dulu ya seperti yang tadi bapak W dan (Perilaku Kerja
om B sudah katakan. Biasanya ide itu bahasa kasarnya Inovatif)
ee.. ditolak, itu karena apa ya?
Narasumber Yaa. iya banyak faktor sih ahahaha…
32. Pewawancara Nah cara untuk menentukan peluang yang baik untuk
konsumen itu menurut bapak dan om seperti apa ya?
Jadi untuk mencocokkan kondisi antara peluang yang
ada dengan keinginan konsumen itu seperti apa?
Narasumber Kalau dari saya sendiri memang melihat peluang itu
harus dari kelemahan di wi,ayah itu ya. Kurangnya di
mana, jadi nanti kita berusaha untuk apa.. emm.. untuk
mengisi kekurangan tersebut dengan produk kita yang
sekiranya bisa diterima oleh konsumen.
33. Pewawancara Nah tadi kan kayak di palembang, bangka, nah itu ada
gak kendala terhadap ciri khas rasa misalnya
bumbunya khas bangka, khas belitung?
Narasumber Yaa kendala paling sedikit aja kali ya kayak misalnya
di daerah Jogja, mayoritas suka manis jadi saya
perhatikan penggunaan sausnya. Kalau secara umum
sih ga ada terlalu perbedaan, jadi kalau taste kita punya
banyak.
34. Pewawancara Nah kalau untuk inisiatif karyawan itu seperti apa pak, Self
apakah misalnya mereka mampu angkat barang sendiri, Determination
atau kalau ada apa-apa langsung telepon? Misalnya (Psychological
mereka mesen berapa banyak dan apa aja? Empowerment)
Narasumber Nah iya jadi untuk inisiatif sendiri mereka memang
mandiri karena emm tanpa disuruh pun kadang
langsung telepon. Apa-apanya itu mereka pasti selalu
lapor. Tapi ada juga yang kayaknya sih yaa.. om
lihatnya itu seperti dia lagi ada masalah, jadi seperti
eee linglung ya bahasanya ahahah.
35. Pewawancara Okee kalau sejauh ini resiko besar yang pernah om dan
bapak ambil itu seperti apa? Maksudnya yang mau
tidak mau harus diambil dan dilakuin selama bekerja di
sini?
Narasumber Ya benar ya, membuka usaha di tengah pandemi ini
juga menjadi salah satu resiko terbesar. Karena dampak
yang ada itu meskipun cuma berpengaruh ke satu hal
katakanlah roti, penjualan roti yang emang turun kan
otomatis bikin roti basi. Nanti ngaruhnya ke produk,
masa burger ga pake roti gitu kan. Nah itu salah satu
resiko yang memang emm saya rasakan.
36. Pewawancara Pernah gak ngerasa kalau pendapatannya kok turun ya?
Kok ini ya? Itu ya? Nah untuk meyakinkan bahwa “ah
gapapa ini nanti balik lagi kok pendapatannya”, itu
gimana? Jadi gimana caranya untuk meyakinkan?
Narasumber Ohhh hahaha biar yakin yaaa okeoke
44. Pewawancara Insyaallah pak nanti habis ini pulang kita langsung beli Penutup
kebab hahaha.
Narasumber Ahahaha siap siap siap.
45. Pewawancara Baik pak, om, saya akhiri wawancaranya sampai sini Penutup
yaa, terima kasih banyak karena telah memberikan
kami kesempatan untuk melakukan penelitian di sini.
Kurang lebihnya mohon maaf, wassalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakaatuh.
Narasumber Wa’alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Variabel Kesimpulan
Psychological Capital 1. Perusahaan masih memiliki tugas untuk meningkatkan rasa percaya diri
karyawan dalam bekerja sehingga karyawan dapat berkembang dan maj
u.
2. Perusahaan telah berupaya memberikan edukasi dan dukungan terhadap
kesehatan mental karyawannya.
Psychological Empowerment 1. Tugas karyawan sudah seharusnya dilakukan dengan berlandaskan tunt
utan pekerjaan.
2. Meskipun demikian, karyawan masih perlu diarahkan dan diberikan dor
ongan agar mengerti alasan mereka melakukan pekerjaan tersebut.
3. Kendala lain dalam berinovasi pun kerap terjadi dikarenakan faktor ke
mampuan karyawan yang belum mumpuni untuk menyampaikan ide, se
rta pendidikan karyawan yang masih rendah.
Perilaku Kerja Inovatif 1. Masalah terdapat pada keberanian untuk mengungkapkan dan menyam
paikan ide-ide yang ada.
2. Kendala lain dalam berinovasi pun kerap terjadi dikarenakan faktor ke
mampuan karyawan yang belum mumpuni untuk menyampaikan ide, se
rta pendidikan karyawan yang masih rendah.
3. Kesulitan karyawan untuk menyampaikan gagasan secara langsung pun
dikeluhkan.
Baris Pelaku Uraian Wawancara Keterangan
155
48. 49. Pewawancara Om sebelumnya Via dan Jory mau berterima kasih Perkenalan
karena sudah meluangkan waktunya untuk
diwawancarai perihal kebutuhan penelitian.
Narasumber Iyaaa tema wawancaranya apa nih?
52. 53. Pewawancara Iya soalnya kan setahu kami kan ee.. di sini tuh lekat Perkenalan
banget ya om bidangnya sama food and beverage yang
mana butuh inovasi terus menerus. Nah makanya kami
mau tanya-tanya sedikit nih om soal perilaku-perilaku
karyawannya seperti apa.
Narasumber Okeee.
54. 55. Pewawancara Oh iya om, sebelumnya via izin merekam yaa. Boleh Perkenalan
perkenalkan diri beserta jabatannya apa saja?
Narasumber Iya Via, silakan. Nama om BSA. Yang kayak Via tau
ya, om owner sekaligus CEO PT. Arabian Mitra Abadi
di sini.
56. 57. Pewawancara Om udah berapa lama merintis usaha nih kalau boleh Perkenalan
tahu? Sehingga ee.. bisa mendirikan perusahaan
dengan kalau gak salah sudah ada 500 cabang ya?
Narasumber Untuk resminya, itu om rintis dari tahun 2008 sampe
sekarang jadi PT. Nah kalau emm.. untuk nggak
resminya, via tau pas om masih di kontrakan, masih
gerobak, itu dari tahun 2006.
58. 59. Pewawancara Waaahhh hebat banget berarti om. Salut banget om. Perkenalan
Narasumber Nah nah om mau tanya dulu nih, via dulu tau orang
australia yang ngontrak di jalan Nangka Raya?
64. 65. Pewawancara Ooohh iya iya tauuu. Perkenalan
156
Narasumber Nah itu mereka seringnya nyari burger. Kan emang itu
lebih familiar ya di lidah mereka. Hotdog, burger,
dibandingkan kebab. Jadinya mereka nyari, eh adanya
kebab aja. Yasudah saya coba mengeluarkan
dagingnya dalam bentuk lain. Jadi kalau ada temen
mereka yang nanya burger atau hotdog, oh di tempat
itu ada. Terus temennya lagi nyari, oh disitu ada. Jadi
terus menerus dari mulut ke mulut.
66. 67. Pewawancara Oooohhh iya iya betul jadi strategi marketingnya Perkenalan
memang dari mulut ke mulut ya om?
Narasumber Iyaaa.
68. 69. Pewawancara Nah tadi kan udah ada kayak shawarma, kebab, burger Idea Generation
dan taco juga ya. Nah ada nggak pak dan om, ide-ide (Perilaku Kerja
yang ee.. belum terealisasikan tetapi sudah pernah Inovatif)
tercetus dan dicoba untuk kembangkan? Kayak oh ada
ide gini, gini, gini, tapi belom terealisasikan.
Narasumber Kalau dari saya, yang belum terealisasikan itu betul
kata pak W, banyak sekali ya. Tapi PR kita sekarang
kan eemm.. bagaimana caranya untuk berani dulu nih,
ngungkapin inovasinya mau kayak gimana. Beraniin
aja dulu. Nanti ketika sudah terkonsep, tau akan seperti
apa produk barunya, baru kita kembangkan lebih jauh
sampe akhirnya bisa dipasarkan ke masyarakat.
70. 71. Pewawancara Oooohh iya jadi memang harus berani dulu ya untuk Idea Generation
bertindak. (Perilaku Kerja
Narasumber Iyaa bener. Inovatif)
72. 73. Pewawancara Nah dalam mengembangkan inovasi itu kan pastinya Idea Generation
banyak banget hambatan-hambatannya ya. Selama ini (Perilaku Kerja
hambatan apa aja sih yang ditemui ketika ee.. ingin Inovatif) &
mengeluarkan sebuah produk baru ataupun mungkin Competence
pembaharuan outlet dan segala macamnya? (Psychological
Narasumber Eeee ada beberapa faktor sih biasanya dari karyawan Empowerment)
atau dari ee.. income juga. Kalau karyawan biasanya
memang belum memiliki kemampuan untuk itu, seperti
kan kayak karyawan lapangan itu mohon maaf,
pendidikannya tidak tinggi. Jadi untuk memberikan
opini atau pikiran inovasi baru tuh ee.. agak susah.
74. 75. Pewawancara Nah kalau dari karyawannya sendiri pernah nggak Idea Promotion
kasih kritik atau saran langsung terhadap atasan? Apa (Perilaku Kerja
saja yang harus dikembangkan? Atau ngasih sarannya Inovatif)
tipis-tipis kayak “kok saus kebabnya akhir-akhir ini
agak berubah ya?”
Narasumber Nah ini, memang mereka tipis-tipis kadang. Tapi ya
seperti yang tadi bapak W katakan, bahwa ada yang
nggak segan-segan menyampaikan idenya, kadang
kreatif saking kreatifnya kita sampai bingung mau
nampung yang mana dulu.
76. 77. Pewawancara Nah kalau ide-ide yang dikembangkan karyawan itu Idea Promotion
157
kan ditampung dulu ya seperti yang tadi bapak W dan (Perilaku Kerja
om B sudah katakan. Biasanya ide itu bahasa kasarnya Inovatif)
ee.. ditolak, itu karena apa ya?
Narasumber Yaa. iya banyak faktor sih ahahaha…
84. 85. Pewawancara Ohh iya iya ditampung dulu ya berarti? Idea
Implementation
Narasumber Iyaa gituu. (Perilaku Kerja
Inovatif)
86. 87. Pewawancara Untuk kesulitannya apa aja ya yang biasa dialami kalau Idea
ee.. perusahaan ingin merealisasikan hal tersebut? Implementation
Nggak cuma perusahaan sih, dari segi karyawan pun (Perilaku Kerja
ada nggak yang menjadi hambatan pada saat Inovatif)
pengaplikasian ide inovatif?
Narasumber Kalau saya sendiri memang biasanya bentrok
pemikiran dari orang-orangnya ketika berdiskusi. Ada
yang kasih masukan misalnya masukannya itu yang
nggak biasa, nanti pasti ada aja minimal satu yang
nggak setuju sama ide itu. Jadi lebih ke arah sulit untuk
menyatukan pikirannya ya.
88. 89. Pewawancara Ooooh seperti itu. Pertanyaan selanjutnya, untuk Self Efficacy
mayoritas karyawan sini, gambaran keyakinan mereka (Psychological
terhadap tantangan itu bagaimana ya? Maksudnya Capital)
apakah dalam kesehariannya mereka yakin bahwa
mereka bisa mengatasi masalah yang ada baik itu dari
158
132. 133. Pewawancara Insyaallah pak nanti habis ini pulang kita langsung beli Penutup
kebab hahaha.
162
134. 135. Pewawancara Baik pak, om, saya akhiri wawancaranya sampai sini Penutup
yaa, terima kasih banyak karena telah memberikan
kami kesempatan untuk melakukan penelitian di sini.
Kurang lebihnya mohon maaf, wassalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakaatuh.
Narasumber Wa’alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Variabel Kesimpulan
Psychological Capital 3. Perusahaan masih memiliki tugas untuk meningkatkan rasa percaya diri
karyawan dalam bekerja sehingga karyawan dapat berkembang dan maj
u.
4. Perusahaan telah berupaya memberikan edukasi dan dukungan terhadap
kesehatan mental karyawannya.
Psychological Empowerment 4. Tugas karyawan sudah seharusnya dilakukan dengan berlandaskan tunt
utan pekerjaan.
5. Meskipun demikian, karyawan masih perlu diarahkan dan diberikan dor
ongan agar mengerti alasan mereka melakukan pekerjaan tersebut.
6. Kendala lain dalam berinovasi pun kerap terjadi dikarenakan faktor ke
mampuan karyawan yang belum mumpuni untuk menyampaikan ide, se
rta pendidikan karyawan yang masih rendah.
Perilaku Kerja Inovatif 4. Masalah terdapat pada keberanian untuk mengungkapkan dan menyam
paikan ide-ide yang ada.
5. Kendala lain dalam berinovasi pun kerap terjadi dikarenakan faktor ke
mampuan karyawan yang belum mumpuni untuk menyampaikan ide, se
rta pendidikan karyawan yang masih rendah.
6. Kesulitan karyawan untuk menyampaikan gagasan secara langsung pun
dikeluhkan.
Baris Pelaku Uraian Wawancara Keterangan
136. 137.138. Pewawancara Assalamu’alaikum om.. Perkenalan
Narasumber Waalaikumsalam Via dan Jory…
139. 140.141. Pewawancara Om sebelumnya Via dan Jory mau berterima kasih Perkenalan
karena sudah meluangkan waktunya untuk
diwawancarai perihal kebutuhan penelitian.
Narasumber Iyaaa tema wawancaranya apa nih?
142. 143.144. Pewawancara Perilaku inovatif om.. Perkenalan
Narasumber Ohhh iya iya
145. 146.147. Pewawancara Iya soalnya kan setahu kami kan ee.. di sini tuh lekat Perkenalan
banget ya om bidangnya sama food and beverage yang
mana butuh inovasi terus menerus. Nah makanya kami
mau tanya-tanya sedikit nih om soal perilaku-perilaku
karyawannya seperti apa.
Narasumber Okeee.
148. 149.150. Pewawancara Oh iya om, sebelumnya via izin merekam yaa. Boleh Perkenalan
perkenalkan diri beserta jabatannya apa saja?
Narasumber Iya Via, silakan. Nama om BSA. Yang kayak Via tau
ya, om owner sekaligus CEO PT. Arabian Mitra Abadi
di sini.
163
151. 152.153. Pewawancara Om udah berapa lama merintis usaha nih kalau boleh Perkenalan
tahu? Sehingga ee.. bisa mendirikan perusahaan
dengan kalau gak salah sudah ada 500 cabang ya?
Narasumber Untuk resminya, itu om rintis dari tahun 2008 sampe
sekarang jadi PT. Nah kalau emm.. untuk nggak
resminya, via tau pas om masih di kontrakan, masih
gerobak, itu dari tahun 2006.
154. 155.156. Pewawancara Waaahhh hebat banget berarti om. Salut banget om. Perkenalan
Narasumber Hehehehe memang gak mudah, tapi emm.. apa saja
kalau dilakukan sepenuh hati pasti terjadi. Bob Sadino
yang jadi acuan om.
157. 158.159. Pewawancara Oh iya, PT. Arabian ini kan memang mengeluarkan Perkenalan
banyak inovasi makanannya ya? Kebab salah satunya
ya om?
Narasumber Iyaa. Dari dulu kan saya sudah mulai berinovasi ya,
seperti yang orang-orang tau kalau jual kebab ya kebab
aja. Tapi saya menambahkan burger. Itu awal-awalnya
2008 walaupun sebelumnya sudah jualan, tapi saya kan
melihat peluang. Oh ternyata di sini burger lebih
diminati nih.
160. 161.162. Pewawancara Iyaa bener bener. Perkenalan
Narasumber Nah nah om mau tanya dulu nih, via dulu tau orang
australia yang ngontrak di jalan Nangka Raya?
163. 164.165. Pewawancara Ooohh iya iya tauuu. Perkenalan
Narasumber Nah itu mereka seringnya nyari burger. Kan emang itu
lebih familiar ya di lidah mereka. Hotdog, burger,
dibandingkan kebab. Jadinya mereka nyari, eh adanya
kebab aja. Yasudah saya coba mengeluarkan
dagingnya dalam bentuk lain. Jadi kalau ada temen
mereka yang nanya burger atau hotdog, oh di tempat
itu ada. Terus temennya lagi nyari, oh disitu ada. Jadi
terus menerus dari mulut ke mulut.
166. 167.168. Pewawancara Oooohhh iya iya betul jadi strategi marketingnya Perkenalan
memang dari mulut ke mulut ya om?
Narasumber Iyaaa.
169. 170.171. Pewawancara Nah tadi kan udah ada kayak shawarma, kebab, burger Idea Generation
dan taco juga ya. Nah ada nggak pak dan om, ide-ide (Perilaku Kerja
yang ee.. belum terealisasikan tetapi sudah pernah Inovatif)
tercetus dan dicoba untuk kembangkan? Kayak oh ada
ide gini, gini, gini, tapi belom terealisasikan.
Narasumber Kalau dari saya, yang belum terealisasikan itu betul
kata pak W, banyak sekali ya. Tapi PR kita sekarang
kan eemm.. bagaimana caranya untuk berani dulu nih,
ngungkapin inovasinya mau kayak gimana. Beraniin
aja dulu. Nanti ketika sudah terkonsep, tau akan seperti
apa produk barunya, baru kita kembangkan lebih jauh
sampe akhirnya bisa dipasarkan ke masyarakat.
172. 173.174. Pewawancara Oooohh iya jadi memang harus berani dulu ya untuk Idea Generation
bertindak. (Perilaku Kerja
Narasumber Iyaa bener. Inovatif)
164
175. 176.177. Pewawancara Nah dalam mengembangkan inovasi itu kan pastinya Idea Generation
banyak banget hambatan-hambatannya ya. Selama ini (Perilaku Kerja
hambatan apa aja sih yang ditemui ketika ee.. ingin Inovatif) &
mengeluarkan sebuah produk baru ataupun mungkin Competence
pembaharuan outlet dan segala macamnya? (Psychological
Narasumber Eeee ada beberapa faktor sih biasanya dari karyawan Empowerment)
atau dari ee.. income juga. Kalau karyawan biasanya
memang belum memiliki kemampuan untuk itu, seperti
kan kayak karyawan lapangan itu mohon maaf,
pendidikannya tidak tinggi. Jadi untuk memberikan
opini atau pikiran inovasi baru tuh ee.. agak susah.
178. 179.180. Pewawancara Nah kalau dari karyawannya sendiri pernah nggak Idea Promotion
kasih kritik atau saran langsung terhadap atasan? Apa (Perilaku Kerja
saja yang harus dikembangkan? Atau ngasih sarannya Inovatif)
tipis-tipis kayak “kok saus kebabnya akhir-akhir ini
agak berubah ya?”
Narasumber Nah ini, memang mereka tipis-tipis kadang. Tapi ya
seperti yang tadi bapak W katakan, bahwa ada yang
nggak segan-segan menyampaikan idenya, kadang
kreatif saking kreatifnya kita sampai bingung mau
nampung yang mana dulu.
181. 182.183. Pewawancara Nah kalau ide-ide yang dikembangkan karyawan itu Idea Promotion
kan ditampung dulu ya seperti yang tadi bapak W dan (Perilaku Kerja
om B sudah katakan. Biasanya ide itu bahasa kasarnya Inovatif)
ee.. ditolak, itu karena apa ya?
Narasumber Yaa. iya banyak faktor sih ahahaha…
184. 185.186. Pewawancara Aahahha Idea Promotion
Narasumber Ya memang sebenarnya pada dasarnya kan kita sangat (Perilaku Kerja
senang dapat masukan, dapat saran, dapet kritikan pada Inovatif)
saat kita terbiasa dengan diskusi. Tapi ide itu nggak
diterima biasanya karena waktu. Mungkin waktunya
belum tepat, atau mungkin kayak sekarang kan
jamannya pandemi ya, karena jujur aja income kita
sempat turun 70 persen dari biasanya. Wah karyawan
mau dikasih makan apa gitu kan. Kita mikir-mikir juga
mau nyaring pemikiran yang mana nih. Gitu.
187. 188.189. Pewawancara Okee pertanyaan selanjutnya, biasanya karyawan atau Idea Promotion
mungkin bapak dan om sendiri mempersuasikan dan (Perilaku Kerja
mengungkapkan ide-ide yang dimiliki kepada rekan Inovatif)
ataupun atasan seperti apa caranya?
Narasumber Nah betul ya seperti yang tadi dikatakan oleh pak W
bahwa karyawan memang memberi ide-idenya secara
aktif tetapi ee.. lebih diperhalus ya pak bahasanya? Jadi
nggak yang dia sampai bikin proposal segala
macemnya, lebih ke melihat bentuk realita di
lapangannya kayak gimana.
190. 191.192. Pewawancara Nah untuk realisasi ide biasanya ditampung dulu dan Idea
dilaksanakan sepersekian waktu kemudian, atau bisa Implementation
langsung diaplikasikan? (Perilaku Kerja
Narasumber Ditampung dulu sih biasanyaa. Inovatif)
165
193. 194.195. Pewawancara Ohh iya iya ditampung dulu ya berarti? Idea
Narasumber Iyaa gituu. Implementation
(Perilaku Kerja
Inovatif)
196. 197.198. Pewawancara Untuk kesulitannya apa aja ya yang biasa dialami kalau Idea
ee.. perusahaan ingin merealisasikan hal tersebut? Implementation
Nggak cuma perusahaan sih, dari segi karyawan pun (Perilaku Kerja
ada nggak yang menjadi hambatan pada saat Inovatif)
pengaplikasian ide inovatif?
Narasumber Kalau saya sendiri memang biasanya bentrok
pemikiran dari orang-orangnya ketika berdiskusi. Ada
yang kasih masukan misalnya masukannya itu yang
nggak biasa, nanti pasti ada aja minimal satu yang
nggak setuju sama ide itu. Jadi lebih ke arah sulit untuk
menyatukan pikirannya ya.
199. 200.201. Pewawancara Ooooh seperti itu. Pertanyaan selanjutnya, untuk Self Efficacy
mayoritas karyawan sini, gambaran keyakinan mereka (Psychological
terhadap tantangan itu bagaimana ya? Maksudnya Capital)
apakah dalam kesehariannya mereka yakin bahwa
mereka bisa mengatasi masalah yang ada baik itu dari
segi beban pekerjaan ataupun konflik eksternal
lainnya?
Narasumber Kalau saya lihat secara gambaran kasar sih memang
mayoritas karyawan pun memiliki emm apa ya
bahasanya, mereka kalau ada masalah teknis atau
operasional itu, mereka pasti cerita dan kita selalu
kasih arahan maunya mereka gimana, maunya
karyawan yang baik itu gimana. Ambil jalan tengah
sambil kita pantau apakah ada penurunan ee..
kinerjanya gitu.
202. 203.204. Pewawancara Nah untuk karyawannya sendiri pernah menyampaikan Self Efficacy
nggak bahwa mereka itu kurang yakin dan kurang (Psychological
mampu untuk menjalankan tugas tersebut? Capital)
Narasumber Nah bagus nih pertanyaannya. Di awal-awal iya, dan
bener banget kita memberikan edukasi pada mereka
agar support juga kondisi mentalnya. Dari yang tadinya
pesimis ya, kita coba taruh misalnya di bagian creative
design, kita edukasi dan latih, perlahan mentalnya jadi
nggak se-pesimis kemarin gitu.
205. 206.207. Pewawancara Ohhh begituuu, jadi kalau dilihat-lihat mereka punya Self Efficacy
cara tersendiri atau nggak untuk membangkitkan (Psychological
semangat tersebut? Capital)
Narasumber Adaaa pastinya adaaa.
208. 209.210. Pewawancara Pastinya ada yaaa. Self Efficacy
Narasumber Adaa. (Psychological
Capital)
211. 212.213. Pewawancara Okeokee pertanyaan selanjutnya ya pak dan om. Untuk Optimism
berinovasi itu kan pasti ada resiko untuk gagal ya. Nah (Psychological
baik menurut bapak dan om sendiri, makna dari Capital)
166
247. 248.249. Pewawancara Oh iya seperti apa sih standar dan kriteria karyawan Competence
yang ada untuk di PT ini? Dan apakah mereka (Psychological
memiliki kompetensi yang bermanfaat untuk Empowerment)
perusahaan ini?
Narasumber Iya, D-3 kalau di sini. Tapi untuk karyawan lapangan
biasanya minimal SMA pun sudah bisa. Yang
komunikasinya bagus, itu mereka bermanfaat untuk
perusahaan ini. Dan punya semangat pastinya.
250. 251.252. Pewawancara Kalau menurut om dan bapak sendiri ya, kompetensi Competence
itu di dalam diri Anda itu artinya apa? (Psychological
Narasumber Dari sisi keuangannya perlu diperhatikan. Kemampuan Empowerment)
pengelolaan keuangannya. Yah, kompetensi jiwa
pebisnis seperti yang pak W bilang ya hahaha.
253. 254.255. Pewawancara Terus apa saja sih yang membuat karyawan inisiatif Self
dalam kerjanya? Misalnya rajin dateng pagi padahal ga Determination
disuruh jadi dia bisa mengontrol tujuannya dia gitu (Psychological
dalam bekerja. Empowerment)
Narasumber Kalau dari pandangan saya, rajin di sini memang
dorongan dari mereka ya akan tetapi beberapa hal
memang perlu di arahkan agar mereka ini punya tujuan
sendiri. Dan mereka ngerti kenapa mereka harus
ngelakuin ini itunya. Nggak yang tiba-tiba mereka itu
bisa ngerjain semuanya. Kayak gitu sih.
256. 257.258. Pewawancara Nah ini pertanyaan terakhir nih, cita-citanya untuk Self
perusahaan ini tuh apa? Keinginan yang belum Determination
tercapai? (Psychological
Narasumber Ohh iya iya, satu, membuka outlet di seluruh Empowerment)
Indonesia. Nah itu belum tercapai. Yang kedua,
meningkatkan emm.. up scale yang tadinya skalanya
itu PT kecil bisa menjadi kios-kios besar gitu.
Walaupun memang kita sudah membuka banyak
cabang hampir em.. ribuan, tetapi jika kita mau
bandingannya dengan Indomaret, lalu KFC, kita masih
tertinggal. Dan juga harapannya agar berkembang ke
Asia Tenggara lah, seperti itu.
259. 260.261. Pewawancara Oh iya om B dan om W, ini sih pertanyaannya Impact &
memang mungkin agak menggelitik ya, tetapi bisa Meaning
dikatakan bisnis ini kan sudah besar ya. Nah ada atau (Psychological
tidak perasaan bahwa om B dan om W ini telah Empowerment)
memberikan kontribusi yang besar? Dan apakah peran
yang anda semua pegang itu memang ee.. sangat
penting adanya bagi perusahaan?
Narasumber Ahahahaha okeoke intinya saya sendiri memang
merasa seperti itu, jadi sebelum seperti sekarang,
mimpi saya dulu seperti ini. “Nanti kalau sudah besar,
saya akan menyiapkan pondasi.” 10 tahun awal yang
saya gunakan itu kan merupakan pondasi. Sampai saya
berpikir, bahwa yang tadinya kecil saya tidak
menyangka akan bisa membangun PT, membuka
cabang di mana-mana, lalu juga pasti eee.. dibantu oleh
169
Interviewee : RK
Interviewer : Fairdana Viani dan Jory Febrioza
Lokasi Wawancara : Kantor PT. Arabian Mitra Abadi, Kranji
Tanggal : Selasa, 14 Desember 2021
Waktu : 15.00 s/d 15.45 WIB
Yang diungkap : Psychological capital, psychological empowerment, dan perilaku kerja in
ovatif
6. Pewawancara Ini tidak apa kita langsung aja mulai wawancaranya Perkenalan
pak?
Narasumber Boleh-boleh kita mulai...
bapak siapa?
Narasumber Nama saya RK.
9. Pewawancara Baik pak, kalau boleh tahu bapak kerja di bagian apa Perkenalan
ya?
Narasumber Saya kerja di PT ini dibagian Bussines Development.
13. Pewawancara Nah untuk mempertahankan suatu brand itu kan Perkenalan
pastinya ada strategi-strategi tertentu salah satunya
juga adalah perilaku inovatif?
Narasumber Ahhh iya betul...
15. Pewawancara Berarti untuk sejauh ini ada gak sih pak ide-ide atau Idea Generation
inovatif-inovatif yang memang sudah ada nih dan (Perilaku Kerja
sudah tercetus, tapi belum terleasasikan. tapi juga Inovatif)
belum mengembangkan ide-idenya aja?
Narasumber Memang seperti kita ketahui bahwa kebab bang Aji ini
sudah ada sejak dari 2007 terus 14 tahun lalu juga
mitra-mitra kita yang sudah banyak dan gabung udah
cukup lama. Artinya mitra kita itu cukup royal yang
udah ikut dari awal. Oleh karena itu divisi ini belum
terlalu lama baru 1 setengah tahun. Dan kita juga harus
mengikuti apa yaa aaahhh menjajaki dulu lah
menjajaki mitra, karena kita gak bisa serta-merta
mengeluarkan prodak, kemudia meminta mitra-mitra
untuk melakukan eehh apa yang kita minta. Minta
dijual, minta dijalankan, itu agak sulit. Oleh karena itu
saya kalau kita nih di divisi ini, melakukan tahapan-
tahapn dulu nih sebelum ngasih ke mitra kita ini.
Ibaratnya kalau kita ini kan management prioritas kita
adalah mitra, karena mitra akan langsung ke user.
Langkahnya masih banyak, cuma salah satu
pendekatan dulu, memberikan support sama
compresion support supaya mereka eehh,,, kenal
dengan kita dan mau menjalankan produk kita gitu.
Sejauh ini sih hanya prodak-prodak yang sudah
dijalankan, tetapi lambat laun kita akan meng-refresh
mitra gitu sih.
16. Pewawancara Nah kalau untuk hambatan-hambatan sendiri dengan Idea Generation
terkait inovasi itu apa ya pak? &
Narasumber Ehhmmm banyak seperti ada yang tidak setuju juga. Implementation
Karena pada dasarnya mitra itu udah bisa dibilang lama (Perilaku Kerja
tuh ngikut ini sehingga mereka merasa sudah nyaman Inovatif)
dengan kondisi yang sedang berjalan, sedangkan yang
kita pikirkan, kita tahu dan kita analisa market yang
saat inii terjadi sekarang ini bahwa kita butuh inovasi
yang bisa memberikan sedikit perubahan yang kita
takutkan keseleruhan, cuma kami mitra itu mungkin
mereka kan. Eerhhmmm hanya sibuk di tahap yang
paling akhir yaitu cuma jualan dan mereka tidak
sampai ke analisa dan melihat kondisi secara global,
173
32. Pewawancara Jadi, masih harus pembaharuan lagi dan lagi, baik pak Penutup
mungkin cukup sekian pertanyaan dari kami. Kurang
lebihnya mohon maaf, terimakasih. Wassalamualaikum
wr wb .
Narasumber Waalaikumsallam wr wb.
Variabel Kesimpulan
Psychological Capital 1. Terdapat masalah pada rasa kekhawatiran karyawan mitra.
2. Meskipun begitu perusahaan mengupayakan untuk saling menguatkan s
atu sama lain agar karyawan mampu bangkit.
3. Permasalahan juga ditemukan pada karyawan dengan resistensi kerja ya
ng kecil sehingga mengajukan diri untuk resign.
Psychological Empowerment 1. Karyawan masih butuh diberikan dorongan yang lebih terutama dalam
perasaan memiliki, tanggung jawab, dedikasi, dan sinergi terhadap peru
sahaan.
Perilaku Kerja Inovatif 1. Terdapat masalah pada kondisi mitra yang sudah terlalu nyaman denga
n kondisi yang telah berjalan sehingga enggan melakukan perubahan da
n inovasi.
Baris Pelaku Uraian Wawancara Keterangan
37. 38. Pewawancara Ada jurusan psikologi bidang psikologi industri dan Perkenalan
organisasi, psikologi sosial dan ada psikologi
pendidikan pak.
Narasumber Nah kalau kalian ini ?
39. 40. Pewawancara Kita berdua psikologi industri dan organisasi pak. Perkenalan
43. 44. Pewawancara Ini tidak apa kita langsung aja mulai wawancaranya Perkenalan
pak?
Narasumber Boleh-boleh kita mulai...
49. 50. Pewawancara Baik pak, kalau boleh tahu bapak kerja di bagian apa Perkenalan
ya?
Narasumber Saya kerja di PT ini dibagian Bussines Development.
57. 58. Pewawancara Nah untuk mempertahankan suatu brand itu kan Perkenalan
pastinya ada strategi-strategi tertentu salah satunya
juga adalah perilaku inovatif?
Narasumber Ahhh iya betul...
59. 60. Pewawancara Berarti bapak juga berkecimpung di bidang bagaimana Perkenalan
memasarkan dan mengembangkan ide-ide inovatif
seperti itu
Narasumber Iyaaa iyaa seperti itu.
61. 62. Pewawancara Berarti untuk sejauh ini ada gak sih pak ide-ide atau Idea Generation
inovatif-inovatif yang memang sudah ada nih dan (Perilaku Kerja
sudah tercetus, tapi belum terleasasikan. tapi juga Inovatif)
belum mengembangkan ide-idenya aja?
Narasumber Memang seperti kita ketahui bahwa kebab bang Aji ini
sudah ada sejak dari 2007 terus 14 tahun lalu juga
mitra-mitra kita yang sudah banyak dan gabung udah
cukup lama. Artinya mitra kita itu cukup royal yang
udah ikut dari awal. Oleh karena itu divisi ini belum
terlalu lama baru 1 setengah tahun. Dan kita juga harus
mengikuti apa yaa aaahhh menjajaki dulu lah
menjajaki mitra, karena kita gak bisa serta-merta
180
kita.. gituuu
67. 68. Pewawancara Ooohh seperti itu, berarti dari kesulitan-kesulitan yang Self Efficacy
terjadi. Apa yang bapak lihat dari karyawan, mereka (Psychological
memiliki keyakinan bahwa bisa untuk bangkit atau Capital)
justru mereka pesimis?
Narasumber Sebetulnya, eehh kekhekawatiran di semua mitra ada,
pasti ada tetapi di satu pihak dimanajemen untuk
menguatkan mental. Salah satunya kita tetap eksis di
digital marketing dan kita share ke mitra untuk bangkit
dikala banyak perusahaan yang bangkrut dan kita tetap
menjalankan operasiaonal. Malah manajemen bang Aji
justru menambah mitra, menambah grobaknya dalam
kurun dari 2020 kita menambah grobak sekitar 100
lebih di masa pandemi yang luar biasa itu. Dan kita
share pengalaman kita bahwa bisa nih. karena
perusahaan yang merumahkan karyawan ya tiarap,
malah kita justru tampil di tv swasta, kita endorsment
artis, influencer, food vlogger. Jadi itulah salah satu
upaya kita agar mereka tetap semangat.
69. 70. Pewawancara Dan tetap bertahan gitu ya pak. Self Efficacy
(Psychological
Narasumber Ya tetap bertahan. Capital)
71. 72. Pewawancara Nah terus namanya kita berinovasi kan pasti akan ada Optimism
resiko kegagalan ya pak, nah menurut bapak sendiri (Psychological
kegagalan itu maknanya apa? Capital)
Narasumber Jadiii, ya kita sebetulnya bahwa kita gak pernah tahu
target kedepannya apa. Bisa jadi bagus ada penjualan,
tapi kita setidaknya mempunyai nilai hasil dari
research and development ini. Kita melakukan
research and development ini dan let say kebetulan kita
punya standar. Karena dari kegagalan itu kita harus
punya rencana dong, dan berbeda ke tahap-tahap
selanjutnya yang mana standar itulah menjadi standar
operasional yang ada dipakai dan kita tidak pakai. Nah
itulah maknanya, jadi yang tadinya gak mau harus bisa
mau dan beradaptasi karena harus balik lagi ke SOP
dari sini dan itu sebetulnya jadi aset serta research and
develompent ini tetap menjadi aset kita. gituuu..
73. 74. Pewawancara Nah terus kalau dilihat-lihat, menurut bapak sendiri Resilliency
karyawan disini itu memiliki ketangguhan beban kerja (Psychological
yang mereka peroleh atau tidak? Seperti banyak Capital) & Self
mengeluh atau mungkin menolak ketika diberikan Determination
sebuah pekerjaan gitu? (Psychological
Narasumber Okee, jadi pasti ada resistensi terhadap pekerjaan Empowerment)
dengan perarutan yang sudah dibuat perusahaan. Yang
arti disatu pihak kita memberikan penjelasan "kita
melakukan ini untuk ini loh". Dan juga kita
berkomunikasi antara manajemen dengan yang
bawahnya jajarannya. Ya resistensi ada kecil, walaun
182
77. 78. Pewawancara Ehkmm, misalnya di masa pandemi seperti ini kan
dimana emang banyak banget kan dampak-dampak
yang diberikan. Pasti disitu ada peluang bagaimana nih
perusahaan bertahan gituu.
Narasumber Pada setiap masalah ya pasti ada peluang, nah disini
kita ambil contoh. bang aji ini kan produk UMKM
yang sejenis, brand, tampilan, rasa dan yang sama. Jadi
kita mempunyai nilai endurance, nah sejauhnya mana
ketahanan mereka ini dan kita punya mitra yang loyal
dari belasan tahun lalu dan mereka menjadi tahu dan
kuat. Malah justru dari kompetitor diluar sana banyak
yang tumbang, nah kita ngambil peluangnya adalah
yaudah kita tampil dikondisi yang sedang susah itu,
disaat perusahaan lain mengencangkan ikat pinggang
kan karena irit dan khawatir dan takut pemasukanya
kurang. Malah kita justru tampil, bahwa brand bang aji
ini kuat nih. gittuuu.
79. 80. Pewawancara Nah untuk gambaran dari inisiatif karyawan itu kuat
atau tidak?
Narasumber Inisiatif itu ya....
95. 96. Pewawancara Jadi, masih harus pembaharuan lagi dan lagi, baik pak Penutup
mungkin cukup sekian pertanyaan dari kami. Kurang
lebihnya mohon maaf, terimakasih. Wassalamualaikum
wr wb .
Narasumber Waalaikumsallam wr wb.
Variabel Kesimpulan
Psychological Capital 4. Terdapat masalah pada rasa kekhawatiran karyawan mitra.
5. Meskipun begitu perusahaan mengupayakan untuk saling menguatkan s
atu sama lain agar karyawan mampu bangkit.
6. Permasalahan juga ditemukan pada karyawan dengan resistensi kerja ya
ng kecil sehingga mengajukan diri untuk resign.
Psychological Empowerment 2. Karyawan masih butuh diberikan dorongan yang lebih terutama dalam
perasaan memiliki, tanggung jawab, dedikasi, dan sinergi terhadap peru
sahaan.
Perilaku Kerja Inovatif 2. Terdapat masalah pada kondisi mitra yang sudah terlalu nyaman denga
n kondisi yang telah berjalan sehingga enggan melakukan perubahan da
n inovasi.
Baris Pelaku Uraian Wawancara Keterangan
97. 98. 99. Pewawancara Oke pak kita mulai yaa Perkenalan
Narasumber Jurusan apa ini?
100. 101. 102. Pewawancara Jurusan Psikologi pak Perkenalan
Narasumber Hmm jurusan psikologi apa nih kira-kira?
103. 104. 105. Pewawancara Ada jurusan psikologi bidang psikologi industri dan Perkenalan
organisasi, psikologi sosial dan ada psikologi
pendidikan pak.
Narasumber Nah kalau kalian ini ?
106. 107. 108. Pewawancara Kita berdua psikologi industri dan organisasi pak. Perkenalan
Narasumber Oh jadi kamu dari psikologi industri dan kamu dari
psikologi organisasi gitu.
109. 110. 111. Pewawancara Kita psikologinya jadi 1 (satu) pak. jadi digabung gitu Perkenalan
psikologi industri dan organisasi.
Narasumber Oohh digabungin psikologinya. oke oke oke...
112. 113. 114. Pewawancara Ini tidak apa kita langsung aja mulai wawancaranya Perkenalan
pak?
Narasumber Boleh-boleh kita mulai...
115. 116. 117. Pewawancara Assalamualaikum wr wb, sebelumnya saya Perkenalan
mengucapkan terima kasih atas ketersediaan bapak
untuk kami wawancarai.
Narasumber Waalaikumsallam wr wb, iya tidak apa malah saya
cukup senang dikulik gini. hehe
118. 119. 120. Pewawancara Hehehe baik pak, sebelumnya perkenalkan nama saya Perkenalan
Fairdana Viani dan disebelah saya Jory Febrioza. Kami
berdua adalah mahasiswa jurusan psikologi di
Universitas Islam "45" Bekasi. Sebelumnya nama
bapak siapa?
Narasumber Nama saya RK.
121. 122. 123. Pewawancara Baik pak, kalau boleh tahu bapak kerja di bagian apa Perkenalan
ya?
186