Anda di halaman 1dari 5

Lampiran Materi Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti KD 1.

Menyembah Allah Swt. Sebagai Ungkapan Rasa Syukur

Pertemuan Kesatu

A. Tadarus al-Qurān 5-10 Menit sesuai Tema


Kewajiban untuk tadarus al-Quran dengan sebenar-benarnya (Q.S.al-Baqarah/ 2:121) bertujuan
menumbuhkan keinginan peserta didik untuk mentadabburi dan mengetahui manfaatnya, yaitu
paham makna al-Quran dan mengetahui rahasia keagungan-Nya. Dengan mengetahui
manfaatnya, peserta didik diharapkan dapat melaksanakan dan mengikutinya karena al-Quran
sudah membekas dalam jiwa (Q.S. Thaha/20:112-113, Q.S. al-Baqarah/2:38), sehingga peserta
didik aka memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan (Q.S.Taha/20:2-3).Sebelum kalian
memulai pembelajaran, lakukan tadarus al-Quran secara tartil selama 5-10 menit di kelompok
kalian masing-masing dipimpin oleh ketua kelompok. Ayat-ayat yang dibaca akan ditentukan
oleh Bapak/Ibu guru kalian.
B. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Luqman/31:13-14 dan Hadis tentang
Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt.
Bacalah Q.S. Luqman/31:13-14 kemudian pelajari baik-baik isi kandungan dan
tafsir terkait!
1. Membaca Q.S. Luqmãn/31:13-14.
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah Swt.,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah Swt.) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu,
hanya kepada-Ku lah kembalimu” (Q.S.Luqman/31:13-14).
2. Penerapan Tajwid
3. Kosakata Baru
4. Penjelasan surat
Surat Luqman adalah surah yang turun sebelum Nabi Muhammad saw. berhijrah
ke Madinah. Semua ayat-ayatnya Makiyah. Demikian pendapat mayoritas ulama. Di-
nama kan surat ini dengan Luqman dikarena- kan surat itu mengandung berbagai wasiat
dan nasehat yang disampaikan Luqman kepada anaknya. Luqman yang disebut oleh surah
ini adalah seorang tokoh yang diperselisihkan identitasnya. Orang Arab mengenal dua
tokoh yang bernama Luqman. Pertama, Luqman Ibn A’d. Tokoh ini mereka agungkan
karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan, dan kepandaiannya. Ia kerap kali
dijadikan sebagai pemisalan dan perumpamaan. Tokoh kedua adalah Luqman al-Hakim
yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaan-perumpamaannya. Sepertinya
dialah yang dimaksud oleh surat ini. Diriwayatkan bahwa Suwayd ibn ash-Shamit suatu
ketika datang ke Mekah. Ia adalah seorang yang cukup terhormat di kalangan
masyarakatnya. Lalu Rasulullah saw. mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Suwayd
berkata kepada Rasulullah saw., ”Mungkin apa yang ada padamu itu sama dengan apa
yang ada padaku” Rasulullah saw. Bersabda, ”Apa yang ada padamu?” Ia menjawab,
”Kumpulan Hikmah Luqman” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, ”Tunjukkanlah
kepadaku” Suwayd pun menunjukkannya, lalu Rasulullah saw. bersabda, ”Sungguh
perkataan yang amat baik! Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah
al-Quran yang diturunkan Allah Swt. kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya”.
Rasulullah saw. kemudian membacakan al-Quran kepadanya dan
mengajaknya memeluk Islam. Dalam ayat ini, Luqman memulai nasihatnya dengan
menekankan perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah Swt.. Larangan ini
sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Allah Swt. Pesannya
merupakan larangan jangan mempersekutukan Allah Swt. Untuk menekankan perlunya
meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.
5. Tafsir/Penjelasan Ayat
Dalam ayat di atas Allah Swt. menginformasikan tentang wasiat Luqman kepada
anaknya. Wasiat pertama adalah agar menyembah Allah Swt. Yang Maha Esa
tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Luqman memperingatkan
bahwa tindakan syirik adalah bentuk kezaliman terbesar. l-Bukhari meriwayatkan dari
Abdullah, dia berkata, ketika turun ayat: “orang-orang yang beriman dan tidak
mencampurkan keimanan mereka dengan kezaliman’, hal itu terasa amat berat bagi para
sahabat Rasulullah saw. dan bertanya: ‘siapakah di antara kami yang tidak
mencampur keimanannya dengan kezaliman?’, Rasulullah saw. menjawab: ‘maksudnya
bukan begitu, apakah kalian tidak mendengar perkataan Luqman: ‘Hai anakku
janganlah kamu menyekutukan Allah Swt., sesungguhnya syirik itu merupakan
kezaliman yang besar”. (HR. Muslim) Kemudian, nasihat untuk menyembah Allah Swt.
dibarengkan dengan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua, “dan Kami wasiatkan
kepada manusia supaya mereka berbuat baik kepada kedua orang tua, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah”. Firman-Nya, “da
menyapihnya selama dua tahun”, yaitu mendidik dan menyusuinya. Pada ayat yang
lain Allah Swt. berfirman, “dan para ibu menyusui anaknya selama dua tahun. Alla Swt.
menyebut-nyebut penderitaan, kepayahan, dan kerepotan ibu dalam mendidik anak siang
dan malam, untuk mengingatkannya tentang ihsan (kebaikan dan ketulusan) seorang
ibu kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, Allah Swt. berfirman,” bersyukurlah kepada-
Ku dan kepada kedua orang tuamu. Dalam hadits di atas kita temukan betapa Rasulullah
saw. sangat memuliakan seorang ibu, bahkan seakan-akan jasanya berlipat tiga dibanding
ayah. Dalam hadis lain yang sangat populer juga terdapat penegasan Rasulullah saw.
bahwa surga itu di bawah telapak kaki ibu. Itu semua adalah penekanan dari Allah Swt.
dan Rasul-Nya tentang pentingnya berterima kasih kepada kedua orang tua, terutama ibu.
Berterima kasih kepada manusia (termasuk kepada orang tua) merupakan bagian dari
ungkapan syukur kepada Allah Swt. karena barang siapa yang tidak berterima kasih
kepada manusia, dia tidak akan dapat bersyukur kepada Allah Swt. Perwujudan syukur
kepada Allah Swt. itu tidak lain adalah dengan menjalankan perintah-Nya, baik dalam
bentuk ibadah ritual seperti salat, maupun dalam bentuk ibadah umum, seperti menjaga
kesehatan. Secara tegas, bagaimana ibadah itu hanya sekadar mensyukuri nikmat Allah
Swt.
C. Kaitan antara Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. Dalam Q.S. Luqman/31: 13-
14
Syukur dapat diartikan sebagai ungkapan terima kasih kepada pihak yang telah berjasa kepada
kita baik dalam bentuk moril maupun materiil. Ibadah adalah proses mendekatkan diri kepada
Allah Swt. dengan melakukan segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang
dilarang-Nya, serta melakukan sesuatu yang diizinkan-Nya. Bersyukur dapat ditujukan kepada
Allah Swt. dan kepada manusia. Perwujudan dari syukur kepada manusia adalah
dengan cara membalas perbuatan baik dengan yang lebih baik (ihsan) atau setidaknya sama
baiknya, walaupun dalam konteks bersyukur kepada orang tua, tidak ada perbuatan yang dapat
setimpal dengan kebaikan mereka, apalagi melebihi. Begitupun bersyukur kepada Allah Swt.
perwujudannya tidak lain adalah dengan beribadah, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya, meskipun tidak ada amal yang dapat mencukupi untuk sekadar
berterima kasih atas segala limpahan nikmat-Nya kepada kita. Jika untuk mensyukuri nikmat-
Nya saja tidak cukup, apalagi untuk “membeli” surga-Nya. Jadi, kalaupun Allah Swt.
memberikan kita surga, tentu bukan karena ibadah kita, tetapi karena besarnya kasih sayang
(rahmat) Allah Swt. kepada kita.
Ibadah meliputi aspek ritual, seperti salat dan sejenisnya, dan aspek sosial, yaitu yang mencakup
segala aktivitas hidup sehari-hari, dari persoalan yang paling sepele. Seperti bersin, sampai yang
paling dianggap besar, apapun bentuknya.
Dalam ayat ke14 surah Luqman, Allah Swt. memerintahkan manusia agar berbuat
baik kepada kedua orang tua. Kemudian Allah Swt. menyebutkan jasa-jasa sang
ibu yang telah mengandungnya dalam keadaan menderita. Setelah lahir pun
bukan berarti akhir dari penderitaan seorang ibu, karena ia harus merawat,
menyusui, hingga menyapihnya pada saat cukup usia. Bahkan setelah disapihpun,
anak-anak masih terus merepotkan orang tua dalam banyak hal, kesehatannya,
pendidikannya, dan hal-hal lain. Kemudian, Allah Swt. menutup ayat-Nya dengan perintah
bersyukur kapada-Nya dan kepada kedua orang tua. Sementara pada ayat sebelumnya, Allah
Swt. melalui lisan Luqman mengingatkan bahaya perbuatan syirik. Melarang berbuat syirik
berarti juga melarang menyembah apapun kecuali hanya Allah Swt. yang Esa. Dari sisi caranya,
bersyukur meliputi tiga aspek, yaitu hati, lisan, dan perbuatan. Bersyukur dengan hati dilakukan
dengan cara mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal
dari Allah Swt. bersyukur dengan lisan dilakukan dengan cara mengungkapkan secara lisan rasa
syukur itu dengan mengucapkan tahmid, yaitu “alhamdulillah”, sedangkan bersyukur dengan
perbuatan adalah dengan cara melakukan semua perbuatan yang baik dan diridloi Allah swt.,
serta bermanfaat, baik bagi diri maupun bagi sesama, Sebagai perwujudan dari rasa syukur
tersebut. Dengan kata lain, perwujudan nyata dari syukur kepada Allah Swt. adalah dengan
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah Swt., dan itulah ibadah.
Lebih dari itu, bersyukur kepada Allah Swt. atas nikmat yang diberikan-Nya merupakan
kewajiban manusia, di mana manusia yang tidak bersyukur berarti berbuat maksiat/dosa dan
akan mendapat balasan siksa, seperti ditegaskan dalam salah satu firman-Nya, “... jika kalian
bersyukur, niscaya akan Kami tambah nikmat baginya, dan jika kalian kufur (mengingkari
nikmat-Ku) maka sesungguhnya siksa-Ku itu teramat pedih” ( Q.S. Ibrahim/14:7).

D. Hikmah dan Manfaat Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt.


Tegaknya prinsip “Amar ma’ruf nahi munkar” yaitu perintah atau seruan/ajakan melakukan
yang baik dan meninggalkan yang buruk dan saling menasihati untuk berbuat Hikmah dan
manfaat yang kita dapatkan dari sikap bersyukur dan ketulusan beribadah. Hal itu di antaranya
sebagai berikut.

1. Mendapatkan keberkahan dari setiap rizki yang kita terima, sebagaimana janji-Nya dalam
firman-Nya; “... jika kalian bersyukur, niscaya akan Kami tambah nikmat baginya, dan jika
kalian kufur (mengingkari nikmat-Ku) maka sesungguhnya siksa-Ku itu teramat pedih”
(Q.S. Ibrahim/14:7).
2. Menemukan ketenangan batin dan kedamaian hati dalam menjalani semua aktivitas sehari-
hari karena kerelaannya dalam menyikapi pemberian Allah Swt.
3. Terhindar dari siksa api neraka, karena telah menjadi hamba yang tahu diri dengan selalu
bersyukur atas karunia Allah Swt. sebagaimana yang dijanjikanNy dalam Q.S. Ibrahim/14:7
di atas.

Pertemuan Kedua
Meraih Kasih Allah Swt. dengan Ihsan

E. Tadarus al-Quran 5-10 Menit sesuai Tema


Kewajiban untuk tadarus al-Quran dengan sebenar-benarnya (Q.S.alBaqarah/2:121) bertujuan
Menumbuhkan keinginan Peserta didik untuk mentadabburi dan mengetahui manfaatnya, yaitu
paham maknaal-Quran dan mengetahui rahasia keagunganya. Dengan mengetahui
manfaatnya,pesertadidik diharapkan dapat melaksanakandan mengikutinya karena al-Quran
sudah membekas dalam jiwa (Q.S.Taha/20: 112-113, Q.S. al-Baqarah/2:38),sehingga peserta
didik akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan (Q.S.Taha/20:2-3). Sebelum kalian
memulai pembelajaran, lakukan tadarus al-Quran secara tartil selama 5-10 menit di kelompok
kalian masing-masing dipimpin oleh ketua kelompok. Ayat-ayat yang dibaca akan ditentukan
oleh Bapak/Ibu guru kalian.

F. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. al-Baqarah/2:83 tentang Berbuat Baik


kepada Sesama dan Hadis Terkait
Pengertian Ihsan dari sisi kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-Yahsunu-
Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat tambahan hamzah di depannya, menjadi Ahsana-
Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada
umumnya diberi pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad saw. dengan malaikat
Jibril ketika beliau menjelaskan makna Ihsan

1. Membaca dengan Tartil Ayat al-Quran dan Terjemahnya yang Mengandung Perintah
Berlaku Ihsan
2. Penerapan Tajwid
3. Kosakata Baru
4. Tafsir/Penjelasan Ayat

G. Keterkaitan Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. dengan Berbuat
Baik terhadap Sesama Manusia sesuai Q.S. al-Baqarah/2:83
Kepada siapa kita harus berlaku Ihsan? Dilihat dari objeknya (pihak-pihak yang
berhak mendapat perlakuan baik/Ihsan dari kita), kita harus berbuat Ihsan kepada
Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan juga kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya,
sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut. “Sesungguhnya Allah Swt. telah mewajibkan
berbuat Ihsan atas segala sesuatu…”. (HR. Muslim). Secara lebih rinci, pihak-pihak yang
berhak mendapatkan Ihsan ialah sebagai berikut.
1. Ihsan kepada Allah Swt.
Yaitu berlaku Ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah Swt., baik dalam bentuk
ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritual), seperti salat, puasa, dan
sejenisnya, ataupun ibadah umum yang disebut engan ibadah gairu mahdah (ibadah sosial),
seperti belajar-mengajar, berdagang, makan, tidur, dan semua perbuatan manusia yang
tidak bertentangan dengan aturan agama. Berdasarkan hadis tentang Ihsan di atas, Ihsan
kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini.
a. Beribadah kepada Allah Swt. seakan-akan melihat-Nya. Keadaan ini merupakan
tingkata Ihsan n yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan,
harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya..
b. Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt. melihatnya. Kondisi ini lebih
rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap Ihsannya
didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman. Kedua jenis Ihsan inilah yang
akan mengantarkan pelakunya kepada puncak keikhlasan dalam beribadah kepada
Allah Swt., jauh dari motif riya’.
2. Ihsan kepada Sesama Makhluk Ciptaan Allah Swt
Dalam Q.S al-Qassash/28:77 Allah berfirman:
“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Dari berbagai ayat dan hadis,
berbuat kebajikan (Ihsan) kepada sesame makhluk Allah Swt. meliputi seluruh alam raya
ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya seperti penjelasan berikut:
1. Ikhsan kepada Kedua Orang Tua
Allah Swt. berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak
menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekalikali janganlah kamu mengataka kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap Mereka
berdua dengan penuh kesayangan .” dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik aku di waktu kecil.” (Q.S.
al-Isr±’/17:24) Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirm³z³, dari Abdullah bin Umar,
Rasulullah saw. bersabda (artinya): “Keridaan Allah Swt. berada pada keridaan orang
tua, dan kemurkaan Allah Swt. berada pada kemurkaan orang tua.” (HR. at-Tirm³z³).
Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan
menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka
selama tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt.. Mereka telah berkorban untuk
kepentingan anak mereka sewaktu masih kecil dengan perhatian penuh dan belas
kasihan. Mereka mendidik dan mengurus semua keperluan anak-anak ketika masih
lemah. Selain itu, orang tua memberian kasih sayang yang tidak ada tandingannya.
Jika demikian, apakah tidak semestinya orangtua mendapat perlakuan yang baik pula
sebagai imbalan dari budi baiknya yang tulus itu? Sedangkan Allah Swt. telah
menegaskan dalam firmanNya, “Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan
(pula)” (Q.S. arRahman/55:60).

2. Ihsan kepada Kerabat Karib


Menjalin hubungan baik dengan karib kerabat adalah bentuk Ihsan kepada mereka,
bahkan Allah Swt. menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silaturahmi
dengan perusak di muka bumi. Allah Swt. berfirman: “Maka apakah kiranya jika
kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan?” (Q.S. Muhammad/47:22). Silaturahmi merupakan kunci
mendapatkan keridaan Allah Swt. Sebab paling utama terputusnya hubungan seorang
hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi. Dalam
hadis qudsi, Allah Swt. berfirman: “Aku adalah Allah Swt., Aku adalah Rahman, dan
Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku. Maka,
barangsiapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula baginya dan
barangsiapa yang memutuskannya, akan Kuputuskan hubunganKu dengannya.” (HR.
at-TirmÔzÔ).

3. Ihsan kepada Anak Yatim


Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara
hak-haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di
antaranya adalah sabda Rasulullah saw.: “Aku dan orang yang memelihara anak
yatim di surga kelak akan seperti ini… (seraya menunjukkan jari telunjuk jari
tengahnya).” (HR. al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirm³z³).
4. Ihsan kepada Fakir Miskin
5. Ihsan kepada tetangga
6. Ihsan kepada Tamu
7. Ihsan kepada Karyawan/Pekerja
8. Ihsan kepada Karyawan/Pekerja
9. Ihsan kepada Sesama Manusia
10. Ihsan kepada Binatang
11. Ihsan kepada Alam Sekitar
H. Hikmah dan Manfaat Ihsan
Kebaikan akan berbalas kebaikan”, adalah janji Allah Swt. dalam al-Qur±n. Berbuat Ihsan
adalah tuntutan kehidupan kolektif. Karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, maka
Allah Swt. menjadikan saling berbuat baik sebagai sebuah keniscayaan. Berbuat baik (Ihsan)
kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan.
Demikianlah, Allah Swt. membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua
manusia diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas budi baik.
Peristiwa di samping hanya sedikit dari percikan hikmah Ihsann. Simak dan renungkanlah!

Anda mungkin juga menyukai