Anda di halaman 1dari 71

PANDUAN

PLPG 2014

MATERI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


RAYON 122 UNIVERSITAS MATARAM
2014
DAFTAR ISI
BAGIAN I SKENARIO KEGIATAN ...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
TUJUAN ......................................................................................................................................... 3
PETUNJUK UMUM......................................................................................................................... 3
SUMBER/BAHAN/ALAT ................................................................................................................ 3
ALOKASI WAKTU .......................................................................................................................... 4
SKENARIO PEMBELAJARAN ......................................................................................................... 4
RINCIAN LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN ................................................................................. 4
BAGIAN II ISI MODUL ....................................................................................................................... 8
BAB I HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS ......................................................................... 8
STANDAR KOMPETENSI ............................................................................................................ 8
KOMPETENSI DASAR ................................................................................................................ 8
INDIKATOR ................................................................................................................................ 8
LATIHAN .................................................................................................................................. 12
BAB II PENYUSUNAN PROPOSAL PTK ...................................................................................... 13
STANDAR KOMPETENSI .......................................................................................................... 13
KOMPETENSI DASAR .............................................................................................................. 13
INDIKATOR .............................................................................................................................. 13
LATIHAN .................................................................................................................................. 28
BAB III SISTEMATIKA PROPOSAL PTK ...................................................................................... 32
STANDAR KOMPETENSI .......................................................................................................... 32
KOMPETENSI DASAR .............................................................................................................. 32
INDIKATOR .............................................................................................................................. 32
LATIHAN .................................................................................................................................. 40
BAB IV SISTEMATIKA LAPORAN PTK ........................................................................................ 41
STANDAR KOMPETENSI .......................................................................................................... 41
KOMPETENSI DASAR .............................................................................................................. 41
INDIKATOR .............................................................................................................................. 41
LATIHAN .................................................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 45
Lampiran Contoh Proposal PTK .............................................................................................. 47

2
BAGIAN I SKENARIO KEGIATAN
PENDAHULUAN
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam rangka menjadikan guru
sebagai profesi yang bermartabat, pemerintah mencanangkan program
sertifikasi guru.Sertifikasi bagi guru dalam jabatan merupakan salah satu upaya
peningkatan mutu guru.Sertifikasi diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan pada satuan pendidikan formal secara berkelanjutan.
Salah satu wujud nyata kinerja guru profesional adalah dapat
menghasilkan karya ilmiah.Karya ilmiah yang paling dekat dengan aktivitas guru
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Oleh karena itu, guru professional
dituntut mampu merancang, melaksanakan, dan melaporkan PTK.Dalam rangka
mempersiapkan guru professional yang nantinya mampu melaksanakan PTK,
melalui PLPG disiapkan kegiatan berupa Workshop PTK.Melalui kegiatan
workshop PTK ini, setiap peserta diharapkan mampu menghasilkan proposal
PTK.Atas dasar pemikiran inilah, pedoman workshop PTK ini menjadi penting
untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan PLPG ini.

TUJUAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar, karakteristik, dan sistematika proposal PTK.
2. Menyususn proposal PTK berbasis masalah pembelajaran yang terjadi di
sekolah masing-masing.

PETUNJUK UMUM
1. Dalami dan kuasai kembali materi untuk sesi ini. Gunakan bahan-bahan
terlampir untuk mempermudah melakukan proses workshop PTK.
2. Buatlah beberapa slide power point untuk menyajikan tujuan dan materi
pokok untuk sesi ini.
3. Lakukan pembelajaran secara berkelompok dan atau individu dengan
mengedepankan prinsip pembelajaran PAIKEM.
4. Tegaskan sepanjang sesi bahwa hasil workshop ini merupakan hal yang dapat
digunakan sebagai instrument untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran
di sekolah masing-masing sehingga harus diselesaikan dengan baik oleh
semua peserta.

SUMBER/BAHAN/ALAT
1. Modul/Handout Pedoman Workshop PTK.
2. LCD Proyektor.
3
3. Laptop atau personal computer untuk presentasi

ALOKASI WAKTU
Waktu yang digunakan untuk sesi ini adalah 8JPpelajaran (400 menit),
dengan pembagian: 2 JP (100 menit) analisis komponen proposal PTK dan 6 JP (300
menit) menyusun proposal PTK.

SKENARIO PEMBELAJARAN

Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3


Introduction Connection Aplication

Menjelaskan Urun Rembuk Mengembangkan


latar belakang Penyamaan Persepsi Proposal PTK sesuai
dan tujuan sesi terkait Komponen masalah
Proposal PTK sekaligus pembelajaran yang
mengidentifikasi terjadi di sekolah
masalah pembelajaran masing-masing
yang terjadi di sekolah
masing-masing

Kegiatan 5 Kegiatan 4
Extension Reflection

Peserta diminta selalu Melakukan refleksi,


peka terhadap masalah mengecek pencapaian
pembelajaran dan tujuan sesi, dan
berupaya mencari membahas hal-hal yang
alternative solusi masih membingungkan
perbaikannya

RINCIAN LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


1. Kegiatan 1/Introduction
 Instruktur menyampaikan latar belakang materi untuk sesi ini.
 Menyajikan tujuan materi pada sesi ini melalui tayangan dalam bentuk
power point.
 Menyajikan garis besar skenario kegiatan untuk sesi ini.

4
2. Kegiatan 2/Connection
 Menyajikan hal-hal pokok terkait produk/proposal yangakan dihasilkan
melalui tanyangan dalam bentuk power point.
 Peserta diminta mendiskusikan hakikat PTK pada materi yang telah
disiapkan. Dalam hal ini, peserta diminta mengungkapkan pemahamannya
terkait hal-hal berikut.
- pengertian PTK
- manfaat PTK
- ciri-ciri PTK
- perbedaan PTK dan non-PTK
- keterbatasan PTK
- sistematika proposal PTK

 Instruktur mereview pemahaman peserta terkait hakikat PTK dan


sistematika proposal PTK menggunakan power point.

3. Kegiatan 3/Aplication
 Peserta dipandu menghasilkan proposal PTK dengan menampilkan contoh
atau model dengan menggunakan tayangan power point melalui tahapan
sebagai berikut.
o Menetapkan fokus masalah
o Menentukan alternatif perbaikan
o Merumuskan masalah PTK dan cara pemecahannya
o Menformulasikan judul PTK
o Merumuskan hipotesis
o Merumuskan tujuan dan manfaat PTK
o Menyusun rancangan penelitian
o Merumuskan indikator kinerja
 Peserta menyusun sendiri proposal PTK sesuai dengan sistematika proposal
PTK yang benar berdasarkan hasil tahapan kegiatan di atas.

CATATAN INSTRUKTUR:

 Awalilah dengan menyajikan sistematika proposal PTK yang benar (sesuai


komponen penilaian proposal PTK dalam PLPG) melalui tayangan power
point.
 Mintalah semua peserta berlatih menghasilkan isi masing-masing
komponen proposal PTK melalui pemodelan (pemberian contoh yang
dapat ditiru).
 Gunakan tahapan latihan/tugas yang terdapat pada materi PTK yang
telah disiapkan.

5
6
4. Kegiatan 4/Refelection (20 menit)
 Jika sudah mendapatkan unjuk kerja peserta, lakukan kegiatan refleksi
terhadap keseluruhan pembelajaran untuk sesi ini.

CATATAN INSTRUKTUR:

 Awalilah dengan memberikan penghargaan kepada semua kebenaran


kinerja dan pemikiran peserta.
 Mintalah komentar peserta berdasarkan fakta yang dialami selama proses
pembelajaran/praktik/workshop.
 Fokuskan komentar pada cara belajar atau praktik peserta.
 Gunakan kata-kata pembelajaran “kita” buka peserta.
 Upayakan berikan komentar yang positif.
 Sampaikan pengalaman berharga hasil kegiatan praktik/workshop.

 Lanjutkan dengan menyimpulkan butir-butir penting pembelajaran sesuai


dengan tujuan sesi ini. Lakukanlah dengan meminta masukan atau
pendapat dari peserta sehingga hasil pembelajaran merupakan kesimpulan
bersama.
 Tanyakan bagian mana yang masih membingungkan

5. Kegiatan 5/Extention
 Mintalah peserta untuk terus berlatih mengidentifikasi masalah
pembelajaran yang terjadi di sekolah masing-masing sekaligus berupaya
mencari alternative perbaikannya.

7
BAGIAN II ISI MODUL
BAB I HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS
STANDAR KOMPETENSI
Merencanakan, melaksanakan, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)

KOMPETENSI DASAR
1. Memahami konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

INDIKATOR
1.1 Menjelaskan pengertian PTK
1.2 Menjelaskan manfaat PTK
1.3 Menjelaskan ciri-ciri PTK
1.4 Menjelaskan perbedaan PTK dan non-PTK
1.5 Menjelaskan keterbatasan PTK

1.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


PTK merupakan salah cara inovasi guru dalam menyelesaikan masalah-
masalah pembelajaran secara cermat dan terkendali. PTK akan memberi
berbagai dampak positif berupa meningkatnya kemampuan guru dalam
menyelesaikan masalah pembelajaran dan meningkatnya kualitas masukan,
proses, dan hasil belajar sebagai dampak meningkatnya kemampuan
penyelesaian masalah pembelajaran.
PTK merupakan jenis penelitian kualitatif-deskriptive yang melibatkan guru
sebagai pengajar sekaligus sebagai peneliti dengan menitik beratkan pada
penyelesaian permasalahan pembelajaran yang dialami sehari-hari.Akhir-akhir
ini PTK semakin mendapat perhatian para pakar dan praktisi pendidikan baik di
negara maju maupun negara berkembang. Jenis penelitian ini telah dirasakan
mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih berdampak
langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam
pengelolaan pembelajaran di kelas dan/atau peningkatan berbagai program
sekolahPTK tidak sama dengan penelitian eksperimen yang lebih menekankan
pada pengujian teori. PTK bukan termasuk jenis penelitian baru.Penelitian ini
sudah mulai berkembang sejak perang dunia kedua, dengan demikian, definisi
yang berkembang sampai saat ini sangat variatif. Berikut ini beberapa definis
yang dicetuskan oleh para ahli:
1. The First International Handbook of Action Research for Indonesian Educators
(Basrowi & Suwandi, 2008): Classroom Action Research (CAR) adalah bentuk
partisipasi, kolaborasi terhadap penelitian tentang pendidikan yang
dilakukan di sekolah dan di ruang kelas oleh sekelompok guru, kepala
sekolah, dan karyawan yang bertindak sebagai fasilitator, dalam rangka

8
memperoleh pandangan dan pemahaman baru tetang belajar mengajar untuk
peningkatan sekolah secara menyeluruh.
2. Ebbuts (dalam Basrowi & Suwandi, 2008): PTK merupakan studi yang
sitematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki pratik-praktik dalam
pendidikan dengan melakukan tindakan-tindakan praktis serta refleksi dari
tindakan tersebut.
3. Kemmis & McTaggart (1992): PTK merupakan suatu proses yang dinamis
dimana keempat aspek (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi)
harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah statis , terselesaikan dengan
sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang
menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu definisi
operasional dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk
memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek pembelajaran.Dari definisi
tersebut dapat dijelaskan bahwa kegitan ini merupakan suatu bentuk
penelitian, yang harus mengikuti prosedur ilmiah dalam perencanaan,
pelaksanaan dan analisisnya.Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan
guru itu sendiri melalui hasil refleksi dan tujuan akhir dari penelitian ini
adalah untuk memperbaiki praktek pembelajaran di kelas.
Metodologi dalam PTK bersifat (a) inovatif, yaitu penerapan dan/atau
penemuanstrategi, teknik, sarana pembelajaran, sistem asesmen yang lebih
baik untuk menyelesaikan masalah pembelajaran; (b) kolaboratif, yaitu
melibatkan teman sejawat atau dosen dari perencanaan samapi penyusunan
laporan; (c) reflektif, yaitu Refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran
secara terus menerus; dan (d) siklusistis, yaitumengikuti daur yang berulang
sampai permasalahan pembelajaran teratasi.

1.2 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru memiliki beberapa manfaat.
Secara umum manfaat dari PTK, antara lain, untuk:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan dari setiap pembelajaran
adalah untuk meningkatkan kualitas proses maupun hasil. Melalui
kegiatan PTK yang dirancang dengan baik, guru akan mampu
meningkatkan kualitas pembelajarannya yang akan bermanfaat untuk
dirinya sendiri, untuk siswa dan juga untuk teman sejawat.
2. Meningkatkan profesionalisme guru. Tuntutan guru masa depan adalah
guru yang memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik dan pengajar. Guru profesional tidak hanya memiliki kompetensi
pedagogis, kompetensi profesional (akademis), kompetensi sosial dan
komptensi kepribadian tetapi juga dituntut untuk mampu melihat,
menilai, dan memperbaiki kinerjanya sendiri terkait dengan kegiatan
pembelajaran yang dikelolanya. Dengan melakukan kajian-kajian yang
menghasilkan PTK, guru terlatih untuk mengembangkan diri menjadi lebih
baik dan selalu terpancing untuk melakukan perubahan-perubahan
menuju arah guru yang profesional. [Dengan PTK guru mampu mengenali
kelemahan dan kekuatannya dan mampu mengembangkan alternatif

9
untuk mengatasi kelemahannya. Kemudian ia belajar dari tindakan yang
dilakukan untuk mengadakan perbaikan dan tindak lanjut]
3. Meningkatkan rasa percaya diri guru. Terkait dengan penjelasan di atas
bahwa PTK mampu meningkatkan profesionalisme, konsekuensinya adalah
PTK juga mampu menumbuhkan rasa percaya diri. PTK menunut
kejujuran dari guru sebagai peneliti dalam hal mengakui kelemahan
dirinya dalam melaksanakan pembelajaran. Sebelum melakukan PTK,
guru harus melakukan refleksi terhadap pembelajarannya untuk
menentukan kekuatan yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan dan
kelemahan yang perlu dicarikan solusinya ke arah perbaikan. Rasa
percaya diri tumbuh manakala guru mampu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi melalui PTK. Lebih-lebih kalau hasil PTK ini berhasil
dipublikasikan dan dibaca oleh teman seprofesi.
4. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan guru secara aktif dan
berkesinambungan. Sebagai guru profsional, tidaklah cukup hanya
menerima pembaharuan pembelajaran dari orang lain. Guru juga perlu
melakukan inovasi dalam pembelajarannya dan menemukan solusi
terhadap permasalahan pembelajarannya. Ada kecendrungan bahwa
keberhasilan satu inovasi akan menggugah inovasi yang lain. Dari inivasi-
inovasi inilah yang akan memunculkan teori-teori yang lebih dikenal
dengan istilah theorizing by practioners, yang membangun sendiri
pengetahuan (self-constructed knowledge) berupa personal theory atau
theory-in-use (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998).
Sementara itu, secara khusus PTK bemanfaat untuk: (a) Meningkatkan inovasi
guru dalam pembelajaran; (b) Menumbuhkan kebiasaan menulis; (c)
Menumbuhkan kemampuan analitis dan ilmiah; dan (d)
Menumbuhkembangkan budaya meneliti. Selain manfaat untuk guru yang
disebutkan di atas, PTK juga bermanfaat untuk siswa dan sekolah.

1.3 Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Ciri-ciri PTK yang sekaligus membedakan antara PTK dan non-PTK adalah
antara lain (1) an inquiry from within, (b) self-reflective inquiry, (c) fokus
penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (d) bertujuan memperbaiki
pembelajaran (PGSM, 1999; Wardhani & Wihardit, 2007). Secara rinci dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya (an inquiry from within)
Kegiatan PTK merupakan kegiatan yang benar-benar berangkat dari
permasalahan-permasalahan praktis guru dalam mengelola pembelajaran
di kelas.PTK bersifat practice-driven dan action-driven, yaitu PTK dipicu
oleh praktik pembelajaran dan secara langsung diselesaikan saat itu
juga.Artinya, PTK memusatkan perhatian pada permasalahan spesifik-
kontekstual sehingga mengabaikan generalisasi hasil karena memang
subyek yang diteliti bukan merupakan sampel.
2. Metode utama adalah refleksi diri (self-reflective inquiry)
PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri
melalui refleksi. Guru mencoba merenungkan dan mengingat kembali apa
yang telah dilakukan dalam program pembelajarannya dan apa dampak
yang diakibatkannya dari tindakan yang dilakukan tersebut dan mengapa
10
dampaknya seperti itu. Guru mencoba untuk mengkaji kelebihan dan
kelemahannya dalam bertindak. Kelebihannya dipertahankan bila perlu
ditingkatkan dan kekurangan inilah yang menjadi sumber inspirasi dalam
PTK.Jadi sumber permasalahan berasal dari praktik pembelajaran di kelas
dan diseelsaikan juga oleh guru yang berperan sebagai guru sekaligus
peneliti.
3. Fokus penelitian adalah kegiatan pembelajaran
Kegiatan PTK dilaksanakan dalam kelas sehingga fokus penelitian adalah
kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan
interaksi.Namun perlu disadari tidak semua permasalahan kelas
memerlukan kegiatan PTK sebagai solusi.Sehingg perlu analisis kelayakan
masalah penelitian.
4. Bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran (Problem-solving)
Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki pembelajaran.Dan sekaligus
tujuan ini merupakan pembeda utama antara PTK dengan penelitian
eksperimental.dalam PTK kalau belum terjadi peningkatan sesuai dengan
yang ditetapkan dalam indikator kinerja maka penelitian belum dikatakan
berhasil atau selesai. Perbaikan dilakukan secara bertahap (siklusistis)
dan terus menerus sampai adanya perbaikan yang diinginkan.

1.4 PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK


PTK sering disalahkaprahkan dengan Penelitian Eksperimen karena sama-
sama memberikan perlakuan (treatment) pada peserta didik.Perbedaan yang
mendasar antara PTK dan Penelitian Eksperimen terletak pada tujuan yang
ingin dicapai.Penelitian Eksperimen bertujuan untuk menguji tindakan,
sedangkan PTK bertujuan untuk menyelesaikan masalah
pembelajaran.Penelitian Eksperimen mengenal istilah populasi dan sampel,
sedangkan PTK, karena bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam
konteks tertentu dan terbatas, tidak ada istilah populasi dan sampel, tetapi
digunakan istilah „subyek penelitian‟. Karena prosedur itu, maka hasil
Penelitian Eksperimen dapat digeneralisasi dari sampel ke populasi,
sedangkan hasil PTK hanya berlaku untuk kelas yang dikaji saja, kecuali kelas
lain memiliki karakteristiks yang hampir sama dengan kelas yang diteliti.
Secara details, perbedaan antara PTK dan Penelitian Kelas non-PTK
dijabarkan sebagai berikut:

Perbedaan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK (Wardhani & Wihardit, 2007)
No. Aspek PTK Penelitian Kelas
Non-PTK
1. Peneliti Guru Orang luar atau Guru
2. Rencana Oleh Guru (bisa dibantu Oleh Peneliti/Guru
Penelitian oleh orang luar (guru
lain/dosen)
3. Munculnya Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang
Masalah (mungkin dengan luar
dorongan orang luar (guru

11
lain/dosen)
4. Ciri Utama Ada tindakan untuk Belum tentu ada
perbaikan yang berulang tindakan perbaikan
5. Peran Guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai guru (objek
penelitian)
6. Tempat Kelas Kelas
Penelitian
7. Proses Oleh guru sendiri atau Oleh peneliti
Pengumpulan bantuan orang lain
Data
8. Hasil Penelitian Langsung dimanfaatkan Menjadi milik
oleh guru dan dirasakan peneliti, belum tentu
oleh kelas dimanfaatkan oleh
guru

1.5 Keterbatasan Penelitian Tindakan Kelas


Beberapa pakar penelitian menganggap PTK sebagai penelitian yang kurang
ilmiah.Anggapan ini terutama dikaitkan dengan validitas dan generalisasi
hasil PTK.Validitas PTK sebagai karya ilmiah masih sering
diragukan.Metodologi yang agak longgar, langkah-langkah pembelajarannya
dapat berubah di tengah-tenganh berlangsungnya PTK masih menimbulkan
keraguan walaupun peneliti dengan kolaboratornya telah berusaha untuk
mempertahankan keobjektifannya. Kecurigaan lain terkait dengan validitas
ini adalah keraguan akan kejujuran peneliti dalam mengumpulkan data.
Selain validitas, yang banyak disorot dalam PTK adalah masalah generalisasi
hasil penelitian. Berbeda dengan penelitian eksperimen yang samplenya
merupakan representasi dari populasi sehingga hasil yang diperoleh dalam
sampel akan berlaku untuk populasi, PTK hanya mengkaji kasus pada kelas
tertentu maka apa yang dihasilkan belum tentu berlaku untuk kelas lain,
kecuali kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan subyek PTK.

LATIHAN
1. Jelaskan pengertian PTK secara operasional!
2. Jelaskan manfaat PTK!
3. Jelaskan ciri-ciri PTK!
4. Apa perbedaan antara Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Kelas
Non-PTK!
5. Jelaskan keterbatasan PTK!

12
BAB II PENYUSUNAN PROPOSAL PTK

STANDAR KOMPETENSI
Merencanakan, melaksanakan, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)

KOMPETENSI DASAR
2. Menyusun proposal PTK secara bertahap.

INDIKATOR
2.1 Menetapkan fokus masalah
2.2 Menentukan alternatif perbaikan
2.3 Merumuskan masalah PTK
2.4 Menformulasikan judul PTK
2.5 Merumuskan hipotesis
2.6 Merumuskan tujuan dan manfaat PTK
2.7 Menyusun rancangan penelitian
2.8 Merumuskan indikator kinerja

2.1 Penetapan Fokus Masalah PTK


Penelitian Tindakan Kelas (PTK, sebagaimana halnya dengan penelitian
lainnya, tidak akan terjadi kalau guru tidak merasakan adanya masalah.
Keresahan guru tentang adanya masalah dalam kelas (pembelajaran)
merupakan pemicu dari kegiatan PTK. Guru merasakan ada sesuatu yang
tidak beres dengan pembelajaran yang jika dibiarkan akan mengganggu
pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Permasalahan tersebut
mungkin disebabkan oleh guru, siswa, proses pembelajaran, hasil belajar,
pemanfaatan sumber-sumber belajar, kurikulum.

Sebagai penuntun awal dalam perumusan permasalahan dalam PTK,


Sudarsono, 1996) menyarankan peneliti untuk mengajukan beberapa
pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah yang menjadi keprihatinan guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran?
2. Mengapa hal tersebut menjadi sumber keprihatinan?
3. Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan keprihatinan tersebut?
4. Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk dapat membantu
mengungkap apa yang terjadi?
5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?

Pertanyaan-pertanyaan ini akan mengasilkan opini-opini awal tentang


permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Pemilihan masalah harus
didasarkan pada permasalahan yang bersifat klasikal daripada masalah
individu atau hanya sekelompok siswa.

13
Dalam kaitannya dengan penggalian masalah PTK, profesi guru sering
diidentikan dengan praktek profesi dokter dalam menangani pasien. Dokter
mengobati penyakit pasien melalui rangkaian diagnose untuk mengetahui
penyakit dan sumber penyakitnya. Kalau pasien terdiagnose dengan baik
maka akan gampang bagi dokter untuk menentukan obatnya dan pasien akan
cepat sembuh. Guru dalam menetapkan permasalahan yang akan
diselesaikan juga harus melalui serangkaian diagnose terhadap permasalahan
yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas. Diperlukan kecermatan
guru dalam melakukan diagnose dan analisis, karena tidak semua
permasalahan di kelas perlu diselesaikan dengan PTK. Seorang anak
pegunungan yang terpaksa harus sekolah di kecamatan dengan jarak tempuh
3 jam dengan jalan kaki. Anak harus bangun pagi-pagi tanpa sarapan yang
berdampak pada kesiapan siswa dalam belajar (siswa sering ngantuk, dan
lapar ketika berada di kelas).Ini memang permasalahan tapi tidak perlu
sampai penelitian untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Langkah selanjutnya dalam identifikasi masalah adalah menentukan fokus


masalah dengan mengambil salah satu masalah dari sekian banyak
permasalahan yang teridentifikasi yang paling urgen untuk diteliti.Dari
masalah tersebut, kemudian perlu diidentifikasi sumber-sumber yang
menyebabkan terjadinya masalah.Misalnya, prestasi belajar siswa dalam
berbicara rendah disebabkan oleh kurangnya latihan, kurangnya media yang
diterapkan guru, kurangnya pemodelan guru, dan lain-lain.

Contoh fokus dan sumber/penyebab masalah


No Bidang Fokus Masalah Sumber/Penyebab Masalah
Studi
1 Matematika Kemampuan  Kurangnya penggunaan media
menghitung konkret dalam pembelajaran
pembagian pembagian
siswa rendah  Kurangnya model dalam
pembelajaran pembagian
 Kurangnya umpan balik dari guru
 Kurangnya partisifasi aktif siswa
 dll

2 IPA Penguasaan  Dari internal siswa: siswa pasif,


konsep dalam penguasaan konsep partial,
mapel IPA penguasaan konsep cepat hilang
rendah dari ingatan,
 Dari eksternal siswa:
pembelajaran kurang menantang,
guru terlalu monoton
menggunakan media, kegiatan
pembelajaran didominasi guru,
14
penggunaan media sangat jarang

3 Bahasa Kemampuan  Kurang maksimalnya proses dalam


Indonesia berbicara siswa pembelajaran berbicara
rendah  Kurangnya penggunaan model
dalam pembelajaran berbicara
 Kurangnya umpan balik dari guru

4 IPS Keaktifan dan  Dari internal siswa: siswa pasif,


prestasi belajar belajar konsep secara
siswa rendah parsial/kurang mampu
menghubungkan antar konsep,
motivasi belajar rendah,
cendrung menghafalkan konsep
 Dari eksternal siswa: kurangnya
media pembelajaran, metode
pembelajaran yang kurang
variatif, bahan yang ajar yang
kurang, kemampuan guru, dan
lainnya
 Sarana-prasarana pembelajaran
di sekolah kurang

5 PKn Kemampuan  Kurangnya model dalam


mengaplikasikan pembelajaran nilai-nilai
nilai-nilai kepahlawanan
kepahlawanan  Kurangnya umpan balik dari guru
siswa rendah  Kurangnya sarana pendukung
pembelajaran
 Kurangnya partisifasi aktif siswa
 dll

2.2 Menentukan Alternatif Solusi/Tindakan Perbaikan


Setelah ditetapkan permasalahan yang akan diteliti beserta sumber
masalahnya, langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan yang tepat
untuk menyelesaikan masalah. Solusi harus bersifat inovatif.Dalam hal ini,
inovatif perlu diberikan makna yang lebih luas dari penciptaan sendiri
(kreasi).Inovasi dapat diartikan sebagai (a) adopsi, yaitu menggunakan tanpa
15
perubahan teori-teori yang telah ada. Peneliti hanya menggunakan sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi; (b) adaptasi, yaitu peneliti
menggunakan teori-teori yang telah dikembangkan oleh orang lain dengan
melakukan perubahan-perubahan disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi
penelitian; dan (c) kreasi, yaitu peneliti menciptakan sendiri solusi-solusi
pembelajaran. Kreasi merupakan inovasi yang paling tinggi dan menuntut
kepakaran dan kreativitas yang tinggi untuk mampu menciptakan solusi
pembelajaran.Bagi peneliti pemula, bisa memulai dengan inovasi pada
tingkat adopsi dan adaptasi dulu baru sedikit demi sedikit menuju inovasi
yang bersifat kreatif. Penentuan solusi dapat dilakukan melalui (a) kolaborasi
antara guru dengan guru, guru dengan dosen atau pakar pendidikan lainnya,
(b) kajian teori-teori pembelajaran, (c) hasil-hasil penelitian, dan (d) hasil
refleksi diri mengenai pengalaman menjadi guru.

Dalam hal ini, alternatif solusi/tindakan perbaikan dapat berupa: (1) Teori
Belajar: Humanisme, Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme; (2)
Pendekatan pembelajaran: CBSA, CTL, Cooperative Learning (CL) dengan
berbagai Model; (3) Strategi pembelajaran: Inquiry, Mastery Leaning; (4)
Metode pembelajaran: Ceramah, Diskusi, Penugasan, Studi Kasus, CALL,
Demonstrasi, Praktikum, dll.; (5) Teknik pembelajaran: Remedial Teaching,
Pengayaan, Tanya Jawab; dan (6) Media pembelajaran: Hand Out, LKS, Buku
Ajar, Audio Visual, Audio Lingual, dll.

Solusi yang bisa diadopsi dan diadaptasi untuk disesuaikan dengan berbagai
situasi dan jenjang pendidikan antara lain:

 Pembelajaran secara Terintegrasi:


o Teaching and Learning Cycles (TLC)
o Contextual Teading and Learning (CTL)
o Cooperative Learning (dengan berbagai model seperti Jigsaw, Group
Investigation, Examples-Non-Examples, Picture and Picture,
Membered Heads Together, Cooperative Script, STAD, PBI, dll.)
o Integrated Language Learning (ILL)
o Whole Language

 Pembelajaran Berbicara
o Information Gaps
o Role Playing
o Simulation
o Discussions
o Story Telling
o Class Survey
o Interview
o Picture Narrating/Picture Describing
o Fanani‟s Technique
o TLC (Spoken Cycles)
o Presentation
o Project Presentation
o Ball Games
16
 Pembelajaran Menyimak
o Total Physical Response (TPR)
o Reading Race
o Note Taking
o Mind Mapping
o Cloze Procedure
o Listen and Retell

 Pembelajaran Membaca
o Mind Mapping
o Note Taking
o SQ3R/SQ4R (Survey, Question, Read, Recite, Record, Review)
o Cloze Test Procedure
o REAP (Reading, Ecoding, Annotating, Pondering)
o SRR (Survey, Read, Review)
o PQ4R (Preview, Question, Read, Recite, Review, Rewrite)
o Reading Race
o Summary Translation
o Comics

 Pembelajaran Menulis
o Mind mapping
o Series Pictures
o Summarizing
o Guided Composition
o Journal/Diary Writing
o Project Report
o Graph/Picture/Table/Data Translation
o TLC (Written Cycles)
o Deconstruction-Construction Model (DCM)
o Modelling
o Blind Pragraph (Editing)
o Comics

Dalam pembelajaran IPS dan IPA, solusi yang dapat diadopsi dan diataptasi
dari berbagai pendekatan, strategi, metote, teknik, model dan media yang
telah banyak diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan/atau melakukan
kreativitas untuk menciptakan sendiri solusi-solusi pembelajaran.
 VCT (Value Clarification Technique)
 Pembelajaran berbasis portofolio
 Pembelajaran berbasis masalah
 CTL (Contextual Teaching and Learning)
 Inquiry
 Cooperative learning
 Role playing
 Kontrak pembelajaran
 Pembelajaran Beregu
 Studi Kasus
17
 Peta Konsep
 Active knowledge sharing
 True or false
 Inquiring minds what to know
 Pemecahan masalah
 Giving question and getting answers
 Grossword puzzle
 Phisycal self-assessment
 Modeling the way
 Dan beberapa model pembelajaran inovatif lainnya

2.3 Perumusan Masalah


Masalah bisa dirumuskan minimal setelah ada permasalahan yang urgent
untuk diselesaikan dan solusi perbaikan yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
masalah penelitian yaitu jelas, spesifik dan operasional (PGSM, 1999) dengan
memperhatikan beberapa aspek, yaitu:
 aspek substansi (bobot manfaat dari tindakan yang dipilih),
 aspek orisinalitas (apakah tindakan yang dipilih merupakan hal yang baru
atau belum pernah dikerjakan orang lain),
 aspek formulasi (dinyatakan dengan kalimat tanya (pada umumnya) dan
tidak bermakna ganda), dan
 aspek teknis (mempertimbangkan kemampuan peneliti dalam
melaksanakan inovasi tersebut).

Secara spesifik, rumusan masalah harus memperhatikan hal-hal berikut:


 Rumusan masalah harus jelas dan tidak memiliki makna ganda.
 Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
 Rumusan masalah menunjukkan hubungan antara permasalahan dan
tindakan.
 Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik
 Rumusan masalah menunjukkan secara jelas subyek dan/atau lokasi
penelitian.
 Rumusan masalah menunjukkan secara jelas tindakan yang
diimplementasikan.

Terkait dengan formulasi bahasa yang digunakan dalam rumusan masalah,


ada kubu yang memperbolehkan menggunakan kata “apakah”, atau “sejauh
mana” dan ada juga yang secara tegas menyatakan harus menggunakan kata
“bagaimana”. Kata “apakah” dan “sejauh mana” menurut kelompok pertama
bisa digunakan dengan alasan bahwa jawaban dari pertanya tersebut tidak
berupa “ya” atau “tidak”, tetapi ada elaborasi dari proses. Sedangkan
kelompok kedua berangkat dari perumpamaan di atas bahwa dalam hal
penelitian guru identik dengan dokter dalam proses penyelesaian masalah
(penyembuhan) yaitu melalui diagnosis permasalahan dan pemilihan solusi
(obat) yang cermat. Dengan demikian, mempertanyakan kembali dengan

18
kata “apakah” dalam rumusan masalah akan melemahkan posisi solusi.
Dengan terpilihnya solusi dari permasalahan berarti peneliti harus merasa
yakin bahwa solusi tersebut mampu menyelesaikan masalah dan tinggal
menjelaskan bagaimana solusi itu bekerja untuk menyelesaikan masalah.Jadi
kata “bagaimana” dianggap lebih tepat.Ini sekaligus membedakan antara
PTK dengan penelitian eksperimen yang sering dikacaukan dalam penelitian.
Contoh-Contoh Rumusan Masalah PTK

1. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berbicara dengan


menggunakan strategi pemodelan pada siswa kelas V SDN Maju Jaya
Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana penerapan motode Jigsaw untuk meningkatkan prestasi
belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Maju Jaya Tahun Pelajaran
2010/2011?
3. Bagaimana peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa Kelas
VI SDN 1 Maju Jaya melalui penggunaan media peta timbul Tahun
Pelajaran 2010/2011?
4. Bagiamana upaya meningkatkan kemampuan mengalikan pecahan
dalam pembelajaran Matematika siswa Kelas V SDN Maju Jaya melalui
penggunaan media barang bekas?
5. Bagaimana penngkatan hasil belajar PKn melalui penerapan
pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IV SDN Maju Jaya
Tahun Pelajaran 2011/2012?

2.4 Formulasi Judul PTK


Berbeda dengan penelitian formal yang sering dilakukan oleh mahasiswa
untuk menyelesaikan tugas akhir yang berangkat dari judul penelitian, judul
dalam PTK baru bisa diformulasikan setelah ditentukan fokus masalah yang
akan diteliti dan solusi perbaikan serta lokasi penelitian (lokasi termasuk
dalam masalah). Sebagai penelitian yang bersifat Problem-Solving, judul PTK
sangat khas dan dengan mudah dikenali apakah PTK atau non-PTK. Dalam
judul PTK tergambar paling tidak 3 (tiga) komponen:
 Variable harapan, yaitu keinginan/harapan peneliti terhadap masalah
yang sedang dihadapi seperti meningkatkan, memaksimalkan,
meminimalkan ....
 Variable tindakan, yaitu penyelesaian/solusi terhadap masalah yang
dihadapi. Solusi bisa bersumber dari teori belajar, pendekatan
pembelajaran, strategi, metode, teknik, media, permainan, dll.
 Setting/Lokasi penelitian, yaitu lokasi dimana penelitian ini
dilaksanakan. Dalam PTK, subyek penelitian harus spesifik (cukup satu
kelas yang dianggap bermasalah), tidak dikenal adanya populasi dan
sample penelitian.

Dalam penelitian yang dibuat untuk hibah, panjangnya judul dibatasi antara
15 - 20 kata.Berikut disajikan contoh judul PTK berdasarkan rumusan
masalah pada contoh di atas.

19
Contoh rumusan judul PTK
No Contoh Rumusan Masalah Contoh Judul PTK
1 Bagaimana upaya meningkatkan Upaya Meningkatkan kemampuan
kemampuan berbicara dengan berbicara dengan menggunakan
menggunakan strategi pemodelan strategi pemodelan pada siswa
pada siswa kelas V SDN Maju Jaya kelas V SDN Maju Jaya Tahun
Tahun Pelajaran 2010/2011? Pelajaran 2010/2011

2 Bagaimana penerapan motode Penerapan motode Jigsaw untuk


Jigsaw untuk meningkatkan meningkatkan prestasi belajar IPA
prestasi belajar IPA pada siswa pada siswa kelas IV SDN Maju Jaya
kelas IV SDN Maju Jaya Tahun Tahun Pelajaran 2010/2011.
Pelajaran 2010/2011?

3 Bagaimana peningkatkan Peningkatkan keaktifan dan


keaktifan dan prestasi belajar prestasi belajar IPS siswa Kelas VI
IPS siswa Kelas VI SDN 1 Maju SDN 1 Maju Jaya melalui
Jaya melalui penggunaan media penggunaan media peta timbul
peta timbul Tahun Pelajaran Tahun Pelajaran 2010/2011.
2010/2011?

4 Bagiamana upaya meningkatkan Meningkatkan kemampuan


kemampuan mengalikan pecahan mengalikan pecahan dalam
dalam pembelajaran Matematika pembelajaran Matematika siswa
siswa Kelas V SDN Maju Jaya Kelas V SDN Maju Jaya melalui
melalui penggunaan media penggunaan media barang bekas
barang bekas?

5 Bagaimana peningkatan hasil Peningkatan hasil belajar PKn


belajar PKn melalui penerapan melalui penerapan pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah berbasis masalah pada siswa kelas
pada siswa kelas IV SDN Maju IV SDN Maju Jaya Tahun Pelajaran
Jaya Tahun Pelajaran 2011/2012? 2011/2012

2.5 Perumusan Hipotesis Tindakan


Berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal yang cendrung melihat
perbedaan pengaruh atau hubungan, PTK percaya bahwa solusi yang diambil
akan dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian tersebut.
Secara operasional, rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang
diusulkan untuk memecahkan masalah yang diinginkan. Harus “diingat”
bahwa hipotesis dalam PTK bukan untuk diuji seperti halnya hipotesis dalam
penelitian lain, tetapi berfungsi untuk memberikan keyakinan kepada
peneliti bahwa apa yang dilakukan akan berhasil”. Hubungan masalah dan
tindakan dalam rumusan hipotesis tindakan sering digambarkan sebagai
berikut: “Tindakan X akan mengakibatkan Y pada Z atau “Dengan melakukan

20
X, maka Y pada Z akan berubah.” atau “jika menggunakan X, …maka Y dan
Z akan meningkat”
Contoh rumusan hipotesis tindakan
Judul PTK Contoh Rumusan Hipotesis Tindakan
Peningkatan hasil Penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan
belajar PKn melalui maksimal akan mampu menngkatkan hasil belajar
penerapan PKn siswa kelas IV SDN Maju Jaya Tahun Pelajaran
pembelajaran 2011/2012.
berbasis masalah atau
pada siswa kelas IV Dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah
SDN Maju Jaya dengan maksimal, hasil belajar PKn siswa kelas IV
Tahun Pelajaran SDN Maju Jaya Tahun Pelajaran 2011/2012 akan
2011/2012 meningkat.
atau
Jika dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah dapat
dilaksanakan dengan maksimal, hasil belajar PKn
siswa Kelas V SDN Maju Jaya tahun pelajaran
2010/2011 akan meningkat.

2.6 Perumusan Tujuan PTK


Tujuan PTK harus sesuai dengan rumusan masalah dan tindakan
perbaikan.Perlu dibedakan antara tujuan penelitian dan tujuan perbaikan
(Wardani dan Wihardit, 2008).Sejakan dengan formulasi rumusan masalah
(bagaimana melakukan sesuatu dengan tindakan tertentu), PTK pada
umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan atau mengumpulkan informasi
atau menguji hipotesis. PTK bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan
hasil perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain, tujuan PTK adalah mencari
jawaban tentang bagaimana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki
proses dan hasil pembelajaran.

Selain tujuan penelitian yang disebutkan di atas, ada kecendrungan peneliti


menempatkan tujuan perbaikan sebagai tujuan penelitian, misalnya untuk
meningkatkan kemampuan siswa, meningkatkan partisipasi siswa, untuk
meningkatkan kemampuan berbicara, dll.Dalam hal ini perlu kiranya adanya
tujuan umum dan tujuan khusus dari PTK.Tujuan umum terkait dengan
tujuan penelitian dengan makna di atas (mendeskripsikan, menggambarkan,
dll.) dan tujuan khusus adalah tujuan yang terkait secara langsung dengan
tujuan perbaikan.Perlu penegasan bahwa terkadang para ahli berbeda
pendapat tentang perumusan tujuan PTK, namun demikian perbedaan
tersebut dapat ditolerir selama tidak menghilangkan substansi.Berikut
beberapa contoh rumusan tujuan PTK untuk dicermati.
Contoh rumusan tujuan PTK
N
Contoh Judul PTK Contoh Tujuan Penelitian
o

21
1 Upaya meningkatkan Tujuan Umum: untuk menggambarkan upaya
kemampuan meningkatkan kemampuan berbicara
berbicara dengan dengan menggunakan strategi
menggunakan strategi pemodelan pada siswa kelas V SDN Maju
pemodelan pada Jaya Tahun Pelajaran 2010/2011
siswa kelas V SDN Tujuan Khusus: untuk meningkatkan kemampuan
Maju Jaya Tahun berbicara siswa kelas V SDN Maju Jaya
Pelajaran 2010/2011 Tahun Pelajaran 2010/2011

2 Penerapan motode Tujuan umum: untuk memperoleh gambaran


Jigsaw untuk penerapan motode Jigsaw untuk
meningkatkan meningkatkan prestasi belajar IPA pada
prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Maju Jaya Tahun
pada siswa kelas IV Pelajaran 2010/2011.
SDN Maju Jaya Tahun Tujuan khusus: untuk meningkatkan prestasi
Pelajaran 2010/2011. belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Maju
Jaya Tahun Pelajaran 2010/2011.
3 Peningkatan hasil Tujuan umum: untuk mendeskripsikan
belajar PKn melalui peningkatan hasil belajar PKn melalui
penerapan penerapan pembelajaran berbasis
pembelajaran masalah pada siswa kelas IV SDN Maju
berbasis masalah Jaya Tahun Pelajaran 2011/2012
pada siswa kelas IV Tujuan khusus: untuk meningkatkan hasil
SDN Maju Jaya Tahun belajar PKn siswa kelas IV SDN Maju Jaya
Pelajaran 2011/2012 Tahun Pelajaran 2011/2012

2.7 Perumusan Manfaat PTK


Penelitian yang baik adalah penelitian yang mampu memberikan kontribusi
kepada masyarakat luas.Rumusan kontribusi penelitian didasarkan pada
masalah yang diteliti dan menguraikan lebih lanjut dampak dari ketercapaian
tujuan PTK. Kontribusi dalam PTK tentu diarahkan pada bagaimana inovasi
yang dilakukan mampu meberikan sumbangan pada masyarakat sekolah dan
instansi lain yang terkait (seperti perguruan tinggi) dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran yang berujung pada peningkatan
kompetensi siswa/peserta didik dan lahirnya budaya berinovasi pada guru.
Kontribusi PTK dijabarkan secara detail terkait dengan pelibat penelitian dan
lembaganya seperti untuk siswa, guru, dan sekolah.Berikut disajikan contoh
rumusan manfaat penelitain PTK
Contoh rumusan manfaat PTK

Judul: Upaya meningkatkan kemampuan berbicara dengan menggunakan


strategi pemodelan pada siswa kelas V SDN Maju Jaya Tahun Pelajaran
2010/2011
Contoh Rumusan Manfaat PTK:
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan kontribusi sebagai
berikut:

22
1. Untuk guru. Penelitian ini diharapkan dapat (a) memberikan masukan
tentang inovasi pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan strategi pemodelan; (b) memberikan motivasi kepada
guru untuk selalu berkreasi menerapkan berbagai model pembelajaran
seperti strategi pemodelan; (c) mendorong guru untuk dapat
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran keterampilan berbicara
dengan cermat.
2. Untuk siswa. Penelitian ini diharapkan dapat (a) meminimalisir
permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa dalam berbicara; (b)
meningkatkan keaktifan dan keberanian siswa dalam berbicara; (c)
melatih siswa untuk terampil berbicara.
3. Untuk sekolah: Penelitian ini diharapkan dapat (a) membuat sekolah
selalu memberi ksempatan kepada semua guru untuk melakukan inovasi
pembelajaran termasuk pembelajaran keterampilan berbicara; (b)
mengatasi permasalahan pembelajaran yang terjadi di sekolah
terutama yang terkait dengan permasalahan pembelajaran bahasa
Indonesia; dan (c) meningkatkan akreditasi sekolah.

2.8 Kajian Pustaka


Kajian Pustaka memuat teori-teori dan penelitian-penelitian yang relevan
dengan permasalahan yang sedang diselesaikan. Teori-teori tersebut dapat
digunakan (i) untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diteliti,
(ii) sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah, (iii) sebagai dasar untuk menyusun instrumen-instrumen penelitian,
dan (iv) membangun kerangka berfikir atau konsep yang akan digunakan
dalam penelitian. Kajian Pustaka dapat berupa kutipan teori-teori dan
definisi-difinisi, prosedur-prosedur pembelajaran atau variabel yang relevan
dari berbagai ahli.Namun demikian, yang menjadi catatan penting adalah
PTK pada dasarnya buka bermaksud menguji teori.Tinjauan pustaka dalam
PTK bersifat mengarahkan dan membantu peneliti dalam melaksanakan PTK.
Oleh karenanya, dalam tinjauan pustaka cukup menjawab 2 pertanyaan,
yaitu: Varibel tindakan berupa apa dan bagaimana langkah penerapannya?
(misalnya apa strategi pemodelan dan bagaimana langkah pembelajarannya).
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti mengembangkan rencana
tindakannya. Sedangkan variabel harapan juga cukup menjawab apa dan
bagaimana indikatornya? (misalnya apa yang dimaksud kemampuan berbicara
dan indikatornya apa saja). Hal ini dimaksudkan untuk memudah peneliti
merumuskan instrument pengumpulan datanya.

Kajian Pustaka juga mengemukakan tentang temuan-temuan yang pernah


dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Kajian teori dan penelitian sebelumnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merumuskan Hipotesis Tindakan. Sehingga pada penelitian yang lengkap,
komponen Tinjauan Pustaka berisi (i) Kajian Teori, (ii) Penelitian yang
Pernah Dilakukan, (iii) Kerangka Berfikir, dan (iv) Hipotesis Tindakan.

23
Secara singkat dapat dikatakan bahwa manfaat dari Kajian Pustaka antara
lain:
1. Untuk menjawab permasalahan PTK secara teoritis.
2. Untuk menemukan variabel-variabel penyebab terjadinya masalah PTK.
3. Untuk mengoperasionalkan variabel-variabel tersebut.
4. Untuk menyusunan jawaban sementara dari permasalahan PTK
(hipotesis).
5. Untuk menemukan metode yang paling tepat untuk menyelesaikan
permasalahan

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun Tinjauan


Pustaka dalam PTK yang akan memberikan nilai lebih pada PTK yang sedang
dikerjakan antara lain:
1. Relevansi. Kesesuaian antara sumber rujukan (buku, jurnal, dll.) dengan
topik permasalahan penelitian. Kutipan-kutipan yang diambil benar-benar
harus sesuai dan merujuk langsung pada topik permasalahan. Kadang-
kadang peneliti ingin membuat penelitiannya tebal dengan menulis
panjang lebar pada Tinjauan Pustaka. Yang dipentingkan dalam PTK
adalah kualitas rujukan bukan pada kuantitas sumber bahan.

2. Kekinian. Sumber rujukan diusahakan yang up-to-date. Secara umum,


sedapat mungkin rujukan yang digunakan adalah buku terbitan tekini (5
tahun ke bawah), tergantung pada ketersediaan referensi di daerah kita.
Di daerah tertentu, referensi 10 tahun masih dianggap up-to-date karena
kelangkaan sumber. Untuk referensi-referensi yang sifatnya monumental
(cikal bakal teori tertentu), sepanjang teori tersebut masih digunakan
sebagai dasar keilmuan masih dianggap up-to-date, karena lebih baik
menggunakan sumber asli daripada membaca dari pengutip.

3. Kejelasan. Kajian-kajian dalam Tinjauan Pustaka harus dikemas


sedemikian rupa sehingga alur pikir antara teori satu dengan yang lain
saling berkait dengan jelas.
Contoh komponen kajian pustaka
N Contoh Judul
Contoh Komponen Kajian Pustaka
o PTK
1 Upaya Variabel harapan: kemampuan berbicara
meningkatkan 1. Pengertian berbicara
kemampuan 2. Jenis-jenis berbicara
berbicara dengan 3. Faktor penunjang keefektifan berbicara
menggunakan 4. Faktor penghambat keefektifan berbicara
strategi 5. Penilaian kemampuan berbicara
pemodelan pada Variabel tindakan: strategi pemodelan
siswa kelas V SDN 1. Pengertian strategi pemodelan
Maju Jaya Tahun 2. Tahap-tahap strategi pemodelan
Pelajaran 3. Kelebihan dan kekurangan strategi pemodelan
2010/2011 4. Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi
pemodelan

2 Penerapan Variabel harapan: prestasi belajar IPA


24
motode Jigsaw 1. Pengertian prestasi belajar
untuk 2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
meningkatkan 3. Pembelajaran IPA
prestasi belajar Variabel tindakan: metode Jigsaw
IPA pada siswa 1. Pengertian metode Jigsaw
kelas IV SDN Maju 2. Kelebihan dan kekurangan metode Jigsaw
Jaya Tahun 3. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode
Pelajaran Jigsaw
2010/2011.

2.9 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas


1. Pendekatan Penelitian
Berisi penengasan tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilaksanakan secara
bersiklus.
2. Subyek dan Setting Penelitian
Subyek dalam PTK adalah siswa pada kelas yang akan diteliti. Subyek
penelitian sudah melekat pada saat menggali masalah sehingga tidak
ditentukan belakangan. Ketika brainstorm masalah sudah termasuk di
dalamnya subyek penelitian dan setting penelitian. Setting penelitian
memuat tentang tempat/sekolah penelitian ini dilaksanakan dan waktu
pelaksanaannya.
Jangan lupa bahwa tidak ada istilah populasi dan sampel dalam PTK
karena penelitian ini merupakan penelitian untuk menyeselesaikan
permasalahan siswa pada kelas tertentu yang bersifat klasikal.
3. Tahapan Pelaksanaan PTK
PTK merupakan penelitian bersiklus. Lewin (dalam Kemmis & McTaggart
(1992) merumuskan 4 tahapan dalam PTK: (1) Planning (Perencanaan), (2)
Action (Tindakan), (3) Observation (Pengamatan), dan (4) Reflection
(Refleksi).
a. Planning (Perencanaan)
Sebelum melakukan tindakan, peneliti harus melakukan persiapan
dengan merancang semua keperluan yang diperlukan selama dan
pasca-tindakan sehingga pencapaian tujuan yaitu memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku bisa dicapai secara efektif dan
efisien. Yang perlu dirancang adalah RPP (Lesson Plan), Materi, Media
(jika diperlukan), lembar observasi, lembar penilaian (tes), dll.
b. Action (Tindakan)
Merupakan implementasi dari semua perencanaan yang dilakukan di
atas.Peneliti melakukan upaya-upaya berdasarkan skenario
pembelajaran dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang
dialami, memperbaiki atau perubahan yang diinginkan dari PTK yang
dilaksanakan.
c. Observation (Observasi)
Selama melakukan tindakan, peneliti ditemani oleh kolaborator untuk
mengamati dan mengevaluasi dampak dari tindakan yang
dilakukan.Fokus pengamatan tertuang dalam lembar observasi baik
25
terhadap siswa, guru, interaksi dan segala tingkah laku yang menjadi
fokus penelitian
d. Reflection (Refleksi)
Setelah melakukan tindakan dan observasi, guru peneliti dan
kolaboratornya mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan perbaikan dengan menggunakan berbagai
kriteria.Hasil refleksi ini dikonfirmasi dengan indikator kinerja
penelitian untuk menentukan tingkat ketercapaian penelitian ini. Kalau
belum tercapai maka perlu dianalisis lagi apa kira-kira yang
menyebabkan belum tercapainya tujuan penelitian ini. Guru peneliti
dan kolaboratornya melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.
Perubahan boleh dilakukan pada tingkat skenario pembelajaran bukan
pada model/metode/strateginya.

Keempat langkah di atas disebut dengan 1 siklus.Siklus berbeda dengan


pertemuan.Satu pertemuan tidak selalu bermakna 1 siklus tergantung dari
kompleksitas dan keutuhan sebuah komptetnsi dasar.Satu siklus bisa
ditempuh dan satu pertemuan, bisa juga dalam bebrapa pertemuan (2
atau 3 kali pertemuan).Makna satu siklus adalah ketuntasan
menyeselasikan 1 paket pembelajaran.

Kalau indikator kinerja yang ditetapkan belum tercapai, maka penelitian


ini akan diulang lagi dengan mengikuti 4 alur di atas kembali
(Prencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi). Seandainya, sudah 3
kali siklus sudah dilaksanakan tetapi belum ada tanda-tanda
keberhasilkan maka perlu ditinjau kembali solusi tindakannya.
Kemungkinan terjadi “malpraktek” dalam pembelajaran, yaitu terjadi
ketidaksesuaian antara masalah yang dihadapi dengan solusi yang
diberikan.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Perlu diidentifikasi jenis-jenis data yang diperlukan dalam PTK,
misalnya, data kualitatif berupa aktivitas pembelajaran (guru dan
siswa), data kuantitatif berupa hasil belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotor), dan data pendukung berupa perangkat pembelajaran
(silabus dan RPP)
b. Sumber Data
 Siswa
 Guru
 Dokumen/perangkat pembelajaran
c. Cara Pengumpulan Data
 Observasi
 Tes
 Dokumentasi
 Skala Sikap
 Wawancara
 Catatan Anekdot
 Diskusi

26
 Rekaman dan Foto
d. Instrumen Penelitian
 Lembar Pengamatan (Guru, Siswa, Kelas)
 Tes (Awal, Tengah, Akhir) dan Asesmen Alternatif
 Format Peta Kelas
 Lembar Wawancara
 Angket/Kuesioner
 Alat Rekam visual/Audio/Audio Visual

5. Analisis Data
PTK adalah penelitian yang bersifat kualitatif dan penelitian yang
menekankan pada proses dan baru kemudian didukung dengan hasil
pencapaian siswa. Data dalam PTK pada umumnya dianalisis dengan dua
cara yaitu secara kualitatif dan kuntitatif. Hasil dari pengamatan
cendrung dianalisis secara kualitatif dan data berupa prestasi hasil
belajar dianalisis secara kuantitatif berupa nilai rerata, frekuensi,
rentang dan kuantitatif sederhana lainnya seperti ketuntasan klasikal.

2.10 Indikator Kinerja


Indikator kinerja merupakan tolok ukur keberhasilan PTK dalam rangka
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.Indikator kinerja
harus realistik dan dapat diukur.Indikator ini ditetapkan berdasarkan
analisis dari semua aspek pembelajaran dan tingkat kesiapan peneliti dan
merupakan kontrak peneliti terhadap pekerjaannya.Indikator yang baik
mencakup dua hal, yaitu indikator secara kualitatif dan secara
kuantitatif.Indikator kualitatif menggambarkan rentetan unsur-unsur yang
harus terpenuhi dalam tindakan yang dilakukan.Sedangkan indikator
kuantitatif menggambarkam besaran yang harus dipenuhi pada unsur
kualitatif.

Penetapan kriteri kuantitatif sebetulnya sama seperti pada saat guru


menentukan kriteria ketuntasan belajar (KKM) mata pelajaran. Indikator
Kinerja yang berupa prestasi belajar ditetapkan minimal berdasarkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bersangkutan.Untuk
Indiaktor berupa keaktifan, kerjasama, proses, motivasi, minat dan aspek
psikologis lainnya ditetapkan dengan kriteria tertentu seperti tingkat
kesiapan peneliti dalam mematok kriteria.

Contoh rumusan indikator


Contoh Indikator Kinerja Kuantitatif
(hanya untuk varaibel harapan berupa prestasi belajar)

 Penelitian ini dianggap berhasil apabila 85% kegiatan pembelajaran


telah dilaksanakan oleh guru dengan baik.
 Penelitian ini dianggap berhasil apabila 85% siswa aktif
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
 Penelitian ini dianggap berhasil apabila 85% siswa memperoleh nilai
27
lebih besara atau sama dengan 70 (sesuai KKM bidang studi di
sekolah)

Contoh Indikator Kinerja Kualitatif dan Kuantitatif


Tindakan ini dinyatakan berhasil jika:
Secara kualitatif sudah terpenuhi unsur-unsur keaktifan belajar sebagai
berikut:
 Siswa aktif bertanya
 Siswa mendengarkan penjelasan guru dan siswa lainnya
 Memberikan kontribusi dalam kerja kelompok
 Selalu berada dalam tugas kelompok
 Melaksanakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab
 Toleransi terhadap perbedaan pendapat
Dan secara kuantitatif, minimal 5 (83%) dari unsur kualitatif tersebut
telah terpenuhi.

Demikianlah langkah-langkah dalam penyusunan draft proposal Penelitian


Tindakan Kelas (PTK). Selanjutnya, hasil dari penyusunan draft perlu
dituangkan dalam Sistematika Proposal PTK. Sistematika proposal PTK
terkadang harus disesuaikan dengan model yang diterapkan atau
dikembangkan oleh penyedia dana atau lembaga yang menjadi penanggung
jawab penelitian.

LATIHAN
Berangkat dari pengalaman sebagai guru, kerjakan tugas-tugas berikut sesuai
urutan langkah-langkahnya!

TUGAS 1: Brainstorming Masalah Pembelajaran


1. Tuliskan masalah-masalah pembelajaran yang anda alami di kelas
masing-masing!

2. Kelompokkan masalah tersebut ke dalam kelompok yang perlu


diselesaikan melalui penelitian dan yang tidak.
Perlu Penelitian Tidak Perlu Penelitian

28
TUGAS 2: Pilih salah satu masalah tersebut dan kajilah sumber masalahnya.
3. Masalah yang akan diteliti dan sumbernya

Masalah Penelitian Sumber/Penyebab Masalah

TUGAS 3: Dari permasalahan yang dipilih, tentukan solusi/tindakan perbaikan


dengan melakukan analisis kemungkinan-kemungkinan solusi satu
dengan lainnya
4. Solusi/Tindakan Perbaikan
Masalah Penelitian Solusi/Alternatif Perbaikan

TUGAS 4: Dengan menggabungkan hasil tugas 2 dan tugas 3, rumuskan


masalah penelitian Saudara
5. Rumusan Masalah Penelitian

TUGAS 5: Buatlah judul PTK (tidak lebih dari 20 kata, menggambarkan


variable haparan, variabel tindakan dan setting penelitian)
6. Rumusan Judul PTK

29
TUGAS 6: Rumuskan Hipotesis Tindakan
7. Hipotesis Tindakan:

TUGAS 7: Dari permasalahan yang diangkat, rumuskan manfaat hasil


penelitiannya
8. a. Untuk Siswa:

b. Untuk Guru:

c. Untuk Sekolah:

TUGAS 8: Dengan menganalisis Judul Penelitian, tulislah poin-poin dalam


yang harus ada dalam Tinjauan Pustaka
9. Tinjauan Pustaka (temukan poin-poin penting terkait variable
penelitian):
- Variabel Harapan:
a. ………..
b. ………..
c. dst.
- Variabel Tindakan:
a. ……….
b. ……….
c. dst

TUGAS 9: Buatlah Perencanaan Tindakan (setting, faktor yang diteliti,


rencana tindakan berbentuk siklus terdiri dari perencanaan,
tindakan dst., jenis dan sumber data, intrument
10. Perencanaan Tindakan
(a) Subyek dan Setting Penelitian:

(b) Faktor yang Diamati:

30
(c) Rencana Tindakan: (Apa yang akan dilakukan pada masing-masing bagian
berikut?)
(i) Perencanaan:

(ii) Pelaksanaan:

(iii) Observasi:

(iv) Refleksi:

(d) Jenis, Sumber Data, Cara dan Instrumen Pengumpulan Data


Jenis Sumber Cara Intrumen
Pengumpulan

TUGAS 10: Tentukan cara menganalisis data yang telah dikumpulkan.


11. Analisis Data:

TUGAS 11: Dengan memperhatikan berbagai komponen yang menentukan


keberhasilan belajar, tentukan Indikator Kinerja penelitian Saudara
12. Indikator Kinerja:

*Model latihan di atas diadopsi dari model workshop PTK PLPG (Sujana, 2012)

31
BAB III SISTEMATIKA PROPOSAL PTK

STANDAR KOMPETENSI
Merencanakan, melaksanakan, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)

KOMPETENSI DASAR
3. Menyusun proposal PTK berdasarkan sistematika yang benar.

INDIKATOR
3.1 Mengidentifikasi komponen-komponen proposal PTK secara runtut.
3.2 Menyusun proposal PTK sesuai dengan sistematika yang benar.

3.1 Komponen Proposal PTK


Proposal adalah keseluruhan rencana penelitian yang akan dilaksanakan
peneliti dalam penelitian. Proposal biasanya terdiri atas 3 bagian, yaitu: 1)
bagian awal, 2) bagian utama, dan 3) bagian akhir.
Bagian Awal yang terdiri atas halaman judul dan halaman
persetujuan.Halaman Judul harus memuat kalimat judul, logo lembaga, nama
peneliti, dan instansi/lembaga peneliti. Sementara itu, Halaman Persetujuan
harus memuat judul, pernyataan persetujuan pembimbing/penanggung jawab,
tempat, tanggal, bulan dan tahun persetujuan, nama dan tanda tangan
pembimbing/penanggung jawab serta diketahui oleh atasan yang bertanggung
jawab pada instansi/lembaga tempat peneliti (misalnya, Kepala sekolah/kepala
UPTD/Kepala Dinas bagi guru atau Ketua Jurusan/Ketua Program Studi bagi
mahasiswa).
Bagian Utama, terdiri atas: 1. Pendahuluan yang meliputi judul
penelitian, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, danmanfaat
penelitian; 2. Tinjauan Pustaka berisi hasil kajian pustaka yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian (jika ada); 3. Metodelogi
Penelitian memuat pendekatan penelitian yang akan digunakan, variabel yang
diteliti dan definisi operasional variabel atau penjelasan istilah, teknik
pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik analisis data, serta jadwal
pelaksanaan penelitian atau dilengkapi dengan rincian anggaran pendanaan jika
akan dibiayai oleh sponsor.
Bagian Akhir proposal skripsi terdiri atas daftar pustaka dan lampiran
seperti instrumen penelitian dan komponen-komponen lain yang dianggap perlu.

3.2 Sistematika Proposal PTK


Berikut disajikan contoh sistematika proposal PTK yang berlaku umum.
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
32
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
2. Cara Pemecahan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
2. Bagi Siswa
3. Bagi Sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A. Teori Yang Relevan (terkait dengan variable harapan dan tindakan)
1. Variabel Harapan
a. Pengertian
1). Dst.
a)
(1)
(a)
2. Variabel Tindakan
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir (kaitan variable harapan dengan variable
tindakan).
D. Hipotesis Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN


A. Seting Penelitian
1. Seting Penelitian
2. Waktu Penelitian
B. Subjek dan Observer Penelitian
1. Subyek Penelitian
2. Observer Penelitian
C. Faktor yang Diteliti
1. Faktor Guru
2. Faktor Siswa
D. Variabel Penelitin
1. Definisi Operasional Variabel Harapan
2. Definisi Operasional Variabel Tindakan
E. Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian
1. Rancangan Penelitian
2. Langkah-langkah Penelitian
F. Metode Pengumpulan Data
G. Instrument Pengumpulan Data
H. Teknik Analisis Data
I. Indikator Keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Skenario Pembelajaran
2. Instrument Pengumpulan Data
33
Pembahasan mengenai isi masing-masing komponen sistematika tersebut
diuraikan berikut ini.

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN (ditandatangani oleh Peneliti, Dosen Pembimbing/
Kepala Sekolah, atau pejabat lainnya yang diperlukan serta diketahui oleh
Kajur/Kaprodi/Kepala Dinas)
A. JUDUL PENELITIAN
Tuliskan judul penelitian Saudara.Judul PTK harus dirumuskan secara
singkat, jelas, tetapi mampu menggambarkan masalah yang diteliti (variabel
harapan), tindakan perbaikan yang dipilih (varibel tindakan), dan setting
penelitian.Judul berkisar antara 15 - 20 kata.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unsur-unsur pokok dalam latar belakang antara lain:
d. Penjelasan tentang apa yang seharusnya dicapai dan/atau dilakukan oleh
siswa dan/atau guru dalam pembelajaran (tujuan ideal). Hal ini dapat
diambil dari kurikulum/silabus (SK, KD, dan Indikator);
e. Penjelasan tentang apa yang telah dicapai atau dilakukan saat ini (kondisi
saat ini) disertai dengan data-data pendukung (misalnya, nilai hasil
belajar siswa);
f. Penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan
tidak sesuainya target dengan kondisi saat ini (penyebab bisa dari siswa,
guru, media, fasilitas, sekolah, orang tua, dan sebagainya). Selanjutnya,
tetapkan penyebab utamanya;
g. Penjelasan tentang alternatif tindakan yang dipilih untuk mengatasi
masalah termasuk alasan pemilihan alternatif dimaksud; dan
h. Penegasan tentang pentingnya tindakan ini dilakukan dan akibatnya kalau
tidak segera diatasi (penegasan perlunya PTK).
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Rumusan masalah biasanya diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
Komponen dari rumusan masalah terdiri atas: tindakan yang akan
dilakukan, masalah yang akan diatasi atau tujuan, dan seting penelitian.
2. Pemecahan Masalah
Pemecahan Masalah berisi uraian tentang alternatif tindakan yang diambil
untuk memecahkan masalah, yakni berupa langkah-langkah penerapan
solusi yang dipilih.
C. Tujuan Penelitian
Perlu dibedakan antara tujuan penelitian dan tujuan tindakan. Tujuan
penelitian adalah untuk mendeskripsikan proses dan hasil dari penelitian
tersebut. Tujuan tindakan adalah tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
tindakan yang diberikan.Solusinya, perlu disebutkan tujuan umum yang
berisi tujuan penelitian dan tujuan khusus yang merupakan tujuan dari
tindakan seperti meningkatkan kemampuan, meningkatkan keaktivan,
meningkatkan prestasi belajar, dll.
34
D. Manfaat Penelitian
Uraikan dengan jelas manfaat hasil penelitian ini terhadap kualitas
pembelajaran dan/atau pendidikan.Jabarkan lebih rinci manfaat hasil
penelitian untuk siswa, guru, sekolah, dan kompenen lainnya yang terlibat
dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A. Deskripsi/Kajian Teoritis
Pada bagian ini dicantumkan uraian kajian teori yang relevan terkait dengan
PTK yang akan dilakukan terutama terkait dengan variabel harapan dan
variabel tindakan dari PTK.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam hal ini perlu diuraikan hasil-hasil penelitian yang relevan yang pernah
dilakukan baik terkait dengan PTK (variabel harapan atau variabel tindakan
PTK). Hal ini dimaksudkan mengetahui posisi penelitian yang akan dilakukan
dan memperkuat landasan teori yang disusun dalam rangka memperkirakan
hasil berupa formulasi hipotesis tindakan.
C. Kerangka Berpikir
Bagian ini berisi penjelasan hubungan antara tindakan yang dipilih dengan
variabel harapan. Dengan kata lain, kerangka berpikir menjelaskan tentang
mengapa tindakan yang dipilih dapat meningkatkan/meminimalkan variable
harapan. Pada bagian inilah, peneliti menuangkan alur pikirnya.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk keyakinan guru bahwa tindakan yang
akan dilakukan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil pembelajaran.
Rumusan hipotesis tindakan harus relevan dengan rumusan masalah (lihat
penjelasan dan contoh pada bab II).

BAB III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


A. Setting Penelitian
Uraikan tempat penelitian ini dilakukan, kelas berapa (kalau ada kelas
paralel di kelas apa), dan waktu pelaksanaan penelitian (semester berapa
dan tahun pelajarannya).
B. Subjek dan Observer Penelitian
Uraikan karakteristik dari subyek penelitian (jumlah laki-laki dan
perempuan), tingkat kemampuan siswa, atau informasi lain yang relevan
dengan penelitian. Uraikan pula siapa observer atau pengamatnya.Jika
memungkinkan uraikan pula rincian tugasnya.
C. Faktor yang Diteliti
Uraikan faktor atau hal yang diteliti terkait dengan guru dan siswa.
Komponen apa dari guru dan siswa yang akan diteliti (keaktifan siswa,
prestasi belajar siswa, dll).
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam PTK berupa variabel harapan dan variabel tindakan. Sebutkan
apa yang diharapkan dalam penelitian ini (variabel harapan) dan dengan cara
apa mencapai tujuan tersebut (variabel tindakan). Dalam hal ini harus
diuraikan definisi operasional dari masing-masing variabel dimaksud.
E. Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian

35
Pada bagian ini dicantumkan tahapan-tahapan pelaksanaan PTK yang
meliputi 4 langkah pokok yaitu: perencanaan, implementasi, observasi dan
evaluasi, serta refleski.
(a) Perencanaan Tindakan
Sebutkan perencanaan yang dilakukan dalam mempersiapkan
implementasi seperti mempersiapkan RPP, menyusun intrumen penilaian,
menyusun lembar observasi, menyiapkan media, LKS dan lain-lain.
(b) Pelaksanaan Tindakan
Deskripsikan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan perencanaan.
(c) Observasi dan Evaluasi
Uraikan tentang cara melakukan pengamatan, siapa yang mengamati, dan
menggunakan alat berupa apa. Uraikan pula cara menilai produk atau
hasil pembelajaran.
(d) Refleksi
Uraikan tentang cara dan hasil refleski terhadap proses, hasil dan dampak
tindakan perbaikan.
F. Metode Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Sebutkan tentang jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini
(misalnya prestasi belajar, kegiatan pembelajaran, rancangan
pembelajaran, dll.)
b. Sumber Data
Sebutkan sumber-sumber dari mana data tersebut diperoleh (siswa, guru,
dokumen, dll.)
c. Cara Pengumpulan Data
sebutkan cara-cara apa yang akan digunakan untuk mengumpulkan data
(misalnya tes, observasi, dokumentasi, dll.)
G. Instrumen Pengumpulan Data
Sebutkan instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tersebut
(tes, lembar observasi, dokumen, dll.)
H. Teknik Analisis Data
Uraikan bagaimana cara pemaknaan data setelah dilakukan keseluruhan
siklus (kualitatif atau kuantitatif, atau keduanya).
I. Indikator Kinerja
Tentukan tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan.Gunakan analisis
kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk menentukan tingkat keberhasilan
penelitian.
J. Jadwal Penelitian
Tuliskan dalam bentuk matriks untuk menggambarkan jadwal kegiatan dari
awal sampai kegiatan akhir (penyusunan laporan).
K. Rencana Pembiayaan (bila diperlukan)
Kalau penyusunan ini untuk mendapatkan hibah atau pembiayaan dari
sponsor atau lembaga tertentu, perlu disusun rencana pembiayaan. Pada
umumnya dana dialokasikan untuk: (a) honorarium ketua dan anggota
peneliti tidak boleh melebihi 30% dari pagu dana yang diusulkan; (b) biaya
operasional kegiatan, ATK, dll. disesuaikan dengan kebutuhan; (c) biaya
perjalanan disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan dan tidak lebih dari
15% dari total biaya yang diusulkan; (d) biaya selesksi internal, seminar,

36
publikasi, dan diseminasi hasil penelitian tidak melebihi 10%; dan (e) biaya
lain-lain harus dirincikan sesuai dengan kebutuhan.
L. Personalia Penelitian (bila diperlukan)
Tuliskan semua personalia penelitian.Uraikan peran dan waktu yang
dialokasikan per minggu. Informasi yang biasanya tercakup dalam personalia
antara lain: nama peneliti lengkap dengan gelar, NIP, golongan, pangkat,
lembaga, lokasi penelitian, jumlah jam dalam 1 minggu.

DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka merupakan uraian tentang identitas sumber-sumber
pustaka yang dirujuk dalam isi proposal dan skripsi.
A. Unsur dan Urutan Penulisan Daftar Pustaka
a) Unsur. Unsur daftar pustaka terdiri atas: (1) nama pengarang, (2) tahun
penerbitan, (3) judul buku dan anak judul (jika ada), (4) tempat
penerbit, dan nama penerbit.
b) Urutan Penulisan. Urutan penulisan unsure daftar pustaka adalah (1)
nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul buku dan anak judul
(jika ada), (4) tempat penerbit, dan nama penerbit. Khusus untuk nama
pengarang, ditulis tanpa gelar dengan urutan: (a) sesuai abjad, (b) nama
akhir, dan (c) nama depan. Antara nama akhir dan nama depan
dipisahkan oleh tanda koma (,).

B. Cara Penulisan Daftar Pustaka


a) Daftar pustaka berupa buku teks.
Penulisannya dimulai dengan nama akhir pengarang (koma) nama depan
(titik), tahun penerbitan (titik), judul buku dicetak miring (titik), kota
penerbit (titik dua), nama penerbit (titik) dan kalau ada, tulis pula volume
(titik). Baris kedua harus indent (masuk satu tab).
(1) Jika pengarangnya satu orang, penulisannya sbb:
Musaddat, Syaiful. 2006. Aplikasi Bahasa Indonesia: Pemahaman ke Arah
Penulisan Karya Ilmiah. Mataram: Unram Press.

(2) Jika pengarangnya satu orang namun menulis dua buku atau lebih pada
tahun yang sama, maka tahun penerbitannya memakai kode a, b atau c.
contoh:
Keraf, Gorys. 1996a. Membaca sebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa.
Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1996b. Berbicara sebagai Sebuah Keterampilan
Berbahasa. Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1996c. Menulissebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa.
Flores: Nusa Indah.

(3) Jika pengarangnya satu orang menulis dua buku atau lebih pada tahun
yang berbeda, maka tahun penerbitan diurut berdasarkan tahun lebih
awal.
Keraf, Gorys. 1996. Menulissebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa.
Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1998. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Nusa Indah.

37
(4) Bila pengarangnya lebih dari seorang, maka penulsanya adalah nama
akhir kedua atau ketiga pengarang diutamakan contohnya:
Alson, Benjamis F, and Pickett, Valma B. 1983.Beginning Morphology
and Syntax.Dallas: The Summer Institute of Lingustics, Ltd.

b) Sumber Pustaka berupa Artikel dari Kumpulan Artikel Bereditor


Penilisannya dimulai dengan nama akhir (koma), nama depan (titik),
tahun kumpulan artikel (titik), judul artikel (titik), nama editor tidak dibalik,
ringasan ed, dalam kurung (titik), judul buku dicetak miring (koma), nomor
halaman (titik), nama kota penerbitan (titik dua) dan nama penerbit (titik).
Baris kedua harus Indent (masuk satu tab).
(1) Bila editornya seorang, maka penulisannya sebagai berikut.
Chung, S. 1976. On The Subject of Two Passives in Indonesian, In C.N. Li
(ed.). Subject and Topic, 57-69. New York: Academic Press.

(2) Jika pengarangnya dua orang, maka penulisannya sebagai berikut.


Rosen, C.G. The Interface between Semantic Roles and Intial
Grammatical Roles, In D.M. Perlmutter and C.G. Rosen (eds.).
Studies in Relationaal Grammar 2, 5-20. Chicago: The University
od Chicago Press.

c) Sumber Pustaka berupa Artikel dalam Jurnal/Buletin


Penulisan dimulai dengan nama akhir penulis (koma), nama depan
(titik), tahun penerbitan (titik), judul artikel (titik), judul jurnal/buletin
dicetak miring (titik dua) dan nomor halaman (titik). Baris kedua harus
indent (masuk satu tab).
(1) Bila pengarangnya satu orang, penulisannya sebagai berikut.
Musaddat, Syaiful. 2008. Membuat Penilaian Pembelajaran Bahasa
Indonesia Terpercaya.Lidaya Edisi III tahun IV: 231-238.

(2) Jika pengarangnya lebih dari seorang, penulisannya sebagai berikut:


Nurmalayani, A. dan Musaddat, S. 2009. Sintaksis dalam Pengajaran
Bahasa.Lidaya Edisi I Tahun V: 63-68.

d) Sumber Pustaka berupa Artikel dalam Koran/Majalah


Penulisannya dimulai dengan nama akhir penulis (koma), nama depan
(titik), tahun (koma), tanggal dan bulan (titik), judul tulisan (titik), judul
koran/majalah dicetak miring (koma) dan nomor halaman (titik). Baris kedua
harus indent (masuk satu tab), contohnya:
Huda, M, 1991 13 November. Menyiasati Krisis Listrik. Musim Kering,
Jawa Pos, Hal. 6.

e) Sumber Pustaka dari Artikel Koran/Majalah Tanpa Penulis


Penulisannya dimulai dengan nama koran (titik), tahun (koma), tanggal
dan bulan (titik), judul artikel dicetak miring (titik), halaman (titik) baris
kedua harus indent (masuk satu tab), misalnya:
Jawa Pos. 1995, 22 April. Wanita Kelas Bawah Umumnya Lebih
Mandiri. Hal.3.

38
f) Acuan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh Suatu
Penerbit Tanpa Pengarang dan Penulis
Penulisannya dimulai dengan judul atau dokumen dicetak miring (titik),
tahun (titik), kota penerbit (titik dua) dan nama penerbit (titik), baris kedua
harus indent, misalnya:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1990 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta PT Arnas Duta Jaya.

g) Acuan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut


Penulisannya dimulai dengan nama lembaga (titik), tahun (titik), judul
tulisan dicetak miring (titik), kota penerbit (titik dua), dan lembaga (titik),
baris kedua indent, misalnya:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman
Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdiknas.

h) Acuan dari Karya Terjemahan


Penulisannya dimulai dengan nama akhir pengarang asli (koma), nama
depan (titik), tahun (titik), judul buku terjemahan dicetak miring (titik),
nama lengkap penerjemah (titik), tahun terjemahan (titik), kota penerbit
(titik dua) dan nama penerbit (titik), baris kedua harus indent, contohnya:
Villae, Clauda A., Walker, Warren. Jr. & Barnes, Robert D. 1998.
Zoologi Umum. Sogiri Nawangsari (penerjemah). 1998. Jakarta:
Erlangga.

i) Acuan dari Tesis dan Disertasi


Penulisannya dimulai dengan nama akhir (koma), nama depan (titik),
tahun (titik), judul tesis dicetak tegak dan diapit tanda petik dua (titik), kata
tesis (titik) dan nama perguruan tinggi (titik), baris kedua harus indent,
contohnya:
Saefuddin, Eep. 1994. ”Pengaruh Pemberian Kolkisin secara Sistematik
terhadap Produksi Kedelai”. Tesis S2. Institut Teknologi Bandung.

j) Acuan dari Situs Internet


Penulis (titik) judul cetak miring(titik) Website (koma) tanggal akses
(titik). Misalnya,
AU-KBC Research Centre, Anna University.Lipases in
Chemistry.(online): http://www.au-
kbc.org/beta/bioproj2/introduction.html, Diakses tanggal 17
Oktober 2008.

k) Acuan dari Makalah Seminar


Penulisannya dimulai dengan nama akhir penulis diikuti langsung dengan
tanda (koma), nama depan (titik), tahun (titik), judul makalah dicetak
miring (titik), diikuti pernyataan Makalah: disajikan pada . . . . . . (koma),
nama lembaga bila ada (koma), tempat (koma), tanggal dan bulan (titik).
Hanafi, Nurachman. 1999. Apa dan Mengapa Bersastra?. Makalah
disajikan pada Seminar Sastra Indonesia, Taman Budaya,
Mataram, 20 November.

39
LATIHAN
1. Sebutkan komponen-komponen proposal PTK!
2. Susunlah sebuah proposal PTK yang sesuai dengan permasalah yang Anda
hadapi di sekolah!

40
BAB IV SISTEMATIKA LAPORAN PTK

STANDAR KOMPETENSI
Merencanakan, melaksanakan, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)

KOMPETENSI DASAR
4. Menyusun laporan PTK berdasarkan sistematika yang benar.

INDIKATOR
4.1 Mengidentifikasi komponen-komponen laporan PTK secara runtut.
4.2 Menyusun laporan PTK sesuai dengan sistematika yang benar.

4.1 Komponen Laporan PTK


Secara umum, laporan PTK memiliki tiga komponen pokok, yaitu: bagian
awal, bagian inti dan bagian akhir. Bagian awal terdiri atas halaman judul,
halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar-daftar lainnya
(kalau ada). Bagian inti terdiri atas Bab Pendahuluan, Bab Kajian Pustaka dan
Hipotesis Tindakan, Bab Prosedur dan Langkah-langkah Penelitian, Bab hasil dan
Pembahasan, serta Bab Simpulan dan Saran. Bagian akhir terdiri atas daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.

4.2 Sistematika Laporan PTK


Laporan PTK merupakan bukti telah dilaksanakannya penelitian.Laporan
PTK juga merupakan penghubung peneliti dengan masyarakat luas. Laporan PTK
akan bermanfaat (1) sebagai bahan untuk kenaikan pangkat, (2) sebagai sumber
inspirasi bagi peneliti atau peneliti lain untuk melakukan replikasi dan
penelitian lanjutan, (3) sebagai ajang untuk memperoleh feedback dari
pembaca, dan (4) sebagai acuan atau perbandingan bagi peneliti atau orang lain
untuk mengambil tindakan dalam rangka memecahkan masalah yang serupa
(Kunandar dalam Sujana, 2012).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan PTK, yaitu
(a) etika penulisan laporan penelitian, yang meliputi kejujuran, objektivitas,
pengutipan; (b) Penggunaan bahasa yang tepat akan memudahkan peneliti
mengkomunikasikan hasil penelitiannya kepada pembaca. Laporan PTK
menuntut penggunaan bahasa formal, sesuai dengan kaidah bahasa yang baik
dan benar. Kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahasa
tulis antara lain: diksi (pilihan kata), struktur kalimat, pengembangan paragraf,
dan penggunaan unsur mekaniks (tanda baca dan ejaan); dan (c) ketentuan
teknis berupa sistematika penomoran, teknik pengutipan, huruf, margin dan
spasi.
41
Sesuai dengan komponen-komponen laporan PTK sebagaimana telah
disebutkan di atas, berikut disajikan sistematika laporan PTK.

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK (kalau ada)
DAFTAR GAMBAR (kalau ada)
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
2. Cara Pemecahan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A. Teori Yang Relevan (terkait dengan variable harapan dan tindakan)
1. Variabel Harapan
a. Pengertian
1). Dst.
a)
(1)
(a)
2. Variabel Tindakan
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir (kaitan variable harapan dengan variable tindakan).
D. Hipotesis Tindakan

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN


A. Seting Penelitian
1. Seting Penelitian
2. Waktu Penelitian
B. Subjek dan Observer Penelitian
1. Subyek Penelitian
2. Observer Penelitian
C. Faktor yang Diteliti
1. Faktor Guru
2. Faktor Siswa
D. Variabel Penelitin
1. Definisi Operasional Variabel Harapan
2. Definisi Operasional Variabel Tindakan
E. Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian
42
1. Rancangan Penelitian
2. Langkah-langkah Penelitian
F. Metode Pengumpulan Data
G. Instrument Pengumpulan Data
H. Teknik Analisis Data
I. Indikator Keberhasilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Siklus I
2. Deskripsi Data Siklus II, dst
B. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Instrument Penelitian (yang telah terisi)
2. Dokumen Data Hasil Penelitian
3. Rencana Perbaikan Pembelajaran (disahkan sekolah)
4. Surat Ijin Penelitian
5. Surat Keteangan Telah Melaksanakan Penelitian (dari Kepala Sekolah)
6. Photo Dokumentsi Penelitian

Untuk memberikan gambaran secara lengkap, selanjutnya akan dibahas apa


yang harus diisi atau dibahas pada masing-masing bagian tersebut.

A. BAGIAN AWAL
a. Halaman Judul, pada umumnya berisi judul penelitian, logo lembaga,
nama peneliti, sumber dana (jika diperlukan), lembaga tempat
peneliti bekerja, tahun pembuatan laoran, dan hal-hal lain yang
diperlukan.
b. Halaman Pengesahan, bagian ini merupakan lembar pengesahan oleh
lembaga yang ditandatangani oleh Ketua Peneliti, Kepala Sekolah
(untuk perguruan tinggi oleh Dekan dan Ketua Lembaga Penelitian)
atau sesuai dengan pedoman yang diberikan penyandang dana.
Lembar ini berisi antara lain judul PTK, bidang ilmu (dan kategori
penelitian), identitas peneliti, nama-nama anggota, lokasi penelitian,
biaya penelitian, sumber dana penelitian
c. Kata Pengantar, berisi ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, Pimpinan, Penyandang dana, Sejawat dan siapa saja yang
membantu penyelesaian penelitian ini. Biasanya juga permintaan
saran peneliti kepada pembaca.
d. Abstrak, merupakan saripati dari laporan ini yang bisanya memuat
tujuan penelitian, metodologi/prosedur penelitian dan hasil
penelitian, berkisar antara 200-500 kata disertai kata-kata kunci tidak
lebih dari 5 kata. Ditulis 1 spasi.
43
e. Daftar Isi, memuat bagian awal, bagian inti yang berisi bab dan sub-
bab yang ada dalam laporan, dan bagian akhir laporan lengkap dengan
halamannya.
f. Daftar-Daftar (Gambar, Tabel, Lampiran), berisi nomor daftar, nama
daftar dan halaman.

B. BAGIAN INTI
Tiga bab dari bagian inti laporan PTK sama dengan tiga bab pada
proposal. Yang berbeda biasanya adalah penggunaan kata yang
menyangkut aspek waktu. Dalam proposal banyak menggunakan kata
akan, sedangkan dalam laporan kata tersebut dihilangkan atau diganti
dengan kata “telah”.
a. Bab I Pendahuluan, berisi uraian latar belakang, rumusan dan cara
pemecahan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian
(lihat penjelasan pada bab III).
b. Bab II Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Tindakan, berisi berbagai
konsep/teori terkait variabel penelitian, hasil-hasil penelitian terkait
yang pernah dilakukan, kerangka berpikir berupa uraian tetang
bagaimana tindakan yang dipilih akan mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi, dan hipotesis tindakan (lihat penjelasan pada bab III).
c. Bab III Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian, biasanya diganti
“Pelaksanaan Penelitian”, berisi uraian tentang setting penelitian,
subjek dan observer penelitian, faktor yang diteliti, disain dan
langkah-langkah penelitian (perencanaan, tindakan, observasi dan
evaluasi, serta refleksi), metode pengumpulan data, instrumen
pengumpulan data, teknik analisis data, dan indikator kinerja (lihat
penjelasan pada bab III).
d. Bab IV Hasil dan Pembahasan
Uraian pada bab ini diawali dengan paparan masing-masing siklus
terkait pelaksanaan tindakan, hasil observasi guru, siswa dan interaksi
kelas, dan hasil evaluasi pembelajaran (tes dan non-tes). Sebaiknya
paparan masing-masing siklus mengikuti tahapan penelitian PTK
(perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi).
e. Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu simpulan dan saran-
saran.Simpulan diuraikan secara singkat, jelas, dan runtut dan harus
secara langsung menjawab permasalahan yang diteliti.Ketika menarik
simpulan, peneliti harus kembali melihat rumusan masalah dan
mengecek apakah rumusan tersebut sudah terjawab dengan simpulan.
Sementara itu, saran sebaiknya sesuai dengan hasil penelitian dan
ditujukan kepada berbagai kalangan yang berkepentingan (teman
sejawat, kepala sekolah, dinas pendidikan, dll.). Sebaiknya, saran
disesuaikan dengan manfaat penelitian serta menggunakan bahasa
saran.

C. BAGIAN AKHIR
Bagian akhir dari penelitian adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang diperlukan.
a. Daftar Pustaka
44
Tuliskan semua buku yang dirujuk dalam penelitian ini. Perlu
diperhatikan konsitensi dalam penulisan sesuai dengan aturan yang
diikuti (lihat penjelasan pada bab III).
b. Lampiran-lampiran
Bagian ini berisi lampiran-lampiran yang diperlukan dan mendukung
kegiatan penelitian seperti:
(a). Instrument Penelitian (yang telah terisi)
(b). Dokumen Data Hasil Penelitian
(c). Rencana Perbaikan Pembelajaran (disahkan sekolah)
(d). Surat Ijin Penelitian
(e). Surat Keteangan Telah Melaksanakan Penelitian
(f). Photo Dokumentsi Penelitian

LATIHAN
1. Sebutkan komponen-komponen laporan PTK!
2. Susunlah sebuah laporan PTK setelah Anda melaksanakan PTK yang Anda
rencanakan pada bab sebelumnya!

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suharjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ditjen DIKTI. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) Tahun Anggran 2006. Jakarta: DEPDIKNAS.
Elliott, J. 1991. Action Research for Educational Change: Milton Keynes: Open
University Press
Kemmis, S. dan Robin McTaggart. 1988. The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University
Kunandar, 2008.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Mahsun.2005. Metode Penelitian Bahasa; Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Musaddat, S. 2006. Aplikasi Bahasa Indonesia; Pemahaman ke Arah Penyusunan
Karya Ilmiah. Mataram: Unram Press
Muslich, M. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Raka Joni, T., Kardiawarman, dan Hadisubroto, T. 1998.Penelitian Tindakan
Kelas. Bagian Pertama: Konsep Dasar. Jakarta: PGSM, Ditjen DIKTI.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
Rofi‟uddin, A. 2005.Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: PPS UM
Sanford, N. 1970.Whatever Happened to Action Research?, Journal of Social
Issued. Vol 26.

45
Sujana, I M. 2012.Workshop Penelitian Tindakan Kelas.Modul PLPG 2012.
Mataram: Unram
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Syamsuddin dan Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tompkins, G. E. 1993. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New
York: Macmillan Pubishing
Wardhani, I GAK dan Wihardit, K.A. 2007.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.
Wiriaatmadja, R. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PPs UPI dan Rosda.

46
Lampiran Contoh Proposal PTK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN STRATEGI MODELING PADA SISWA


KELAS V SD NEGERI 2 PERAMPUAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran keterampilan berbicara di Sekolah Dasar (SD), bertujuan
agar siswa mampu menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan
sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa
dan benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil
pengamatan, pemahaman isi buku, dan berbagai karya sastra untuk anak
berbentuk dongeng, pantun, drama, dan puisi. Khusus untuk kelas V SD,
pembelajaran keterampilan berbicara dirancang agar siswa mampu
mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui
menceritakan pengalaman, membahas masalah-masalah aktual,
mendeskripsikan benda atau seseorang menjelaskan petunjuk penggunaan,
berdiskusi, dan menyampaikan pesan melalui telepon serta menceritakan
kembali isi dongeng dan bermain peran (Depdiknas, 2004:41).
Namun demikian, sampai saat ini, masih ditemukan ketidaksesuaian
antara harapan sebagaimana uraian tersebut dengan kenyataan yang terjadi.
Masih terjadi berbagai kesenjangan antara teori dan praktek dalam kaitannya
dengan pengajaran keterampilan berbicara. Kesenjangan-kesenjangan dimaksud
antara lain: (1) di bidang percaya diri, teori menghendaki bahwa untuk menjadi
pembicara yang baik diperlukan rasa percaya diri yang tinggi, namun
kenyataannya sebagian besar mahasiswa/siswa justru memiliki percaya diri yang
rendah; (2) di bidang olah vokal, teori menghendaki bahwa untuk menjadi
pembicara yang baik harus memiliki kualitas vokal yang memadai, kenyataannya
sebagian besar mahasiswa/siswa justru kualitas vokalnya masih kurang; (3) di
bidang unsur kinesik atau bahasa tubuh, teori menuntut bahwa untuk dapat
berbicara dengan baik diperlukan kemampuan mengoptimalkan penggunaan
unsur kinesik, tetapi kenyataannya sebagian besar mahasiswa/siswa belum
mampu menggunakan unsur kinesiknya dengan baik dalam berbicara; dan (4) di
bidang penyajian isi, teori menuntut bahwa pembicara yang baik harus mampu
memilih, mensgemas, dan menata pesan, namun kenyataannya mahasiswa/siswa
masih kesulitan untuk menyajikan apa yang akan disampaikan.
Penyebab timbulnya kesenjangan sebagaimana diuraikan di atas antara
lain: (1) di sekolah siswa belum memperoleh kesempatan yang memadai untuk
berlatih berbicara dari guru bahasa Indonesia baik melalui kegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler; (2) belum banyak guru yang mau,
mampu, dan berkesempatan untuk memikirkan dan menangani secara serius
problem-problem dan hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam hal
berbicara; (3) di luar sekolah, siswa juga belum banyak memperoleh
kesempatan berlatih berbicara karena belum banyak organisasi-organisasi atau
kelompok-kelompok kegiatan anak dan remaja yang menyiapkan aktivitas
latihan berbicara, kalaupun ada pertemuannya belum banyak dimanfaatkan
untuk latihan berbicara; (4) di rumah, sangat jarang ditemukan keluarga yang
47
memberi kesempatan kepada anaknya untuk berlatih berbicara secara khusus
(hasil pengamatan dan dialog peneliti dengan beberapa guru SD dan SMP di Kota
Mataram dan Lombok Barat).
Berdasarkan ilustrasi di atas, sekolah sebagai lembaga yang dianggap
paling bertanggung jawab dalam membina kemampuan berbicara siswa harus
segera mencari alternatif pemecahannya. Misalnya, dengan terus melakukan
perbaikan-perbaikan proses pembelajaran, terus berkreasi dalam memanfaatkan
media dan strategi pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa Indonesia,
wawancara peneliti dengan siswa kelas V SD Negeri 2 Perampuan, dan hasil
pengamatan peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di
kelas diperoleh informasi bahwa (1) keterampilan berbicara telah diajarkan
kepada siswa sejak siswa berada di kelas rendah (utamanya kelas 3), tetapi
hasilnya belum maksimal; (2) cara yang ditempuh guru untuk membelajarkan
keterampilan berbicara kepada siswa adalah dengan menjelaskan bagaimana
berbicara, teori tentang berbicara, menunjukkan contoh pembicaraan (tetapi
masih sangat sedikit), dan menugaskan siswa berbicara dengan topik tertentu,
(3) pembicaraan yang dijadikan contoh dalam pembelajaran berbicara diambil
dari buku paket tanpa dianalisis terlebih dahulu, (4) pembelajaran berbicara
cenderung teoritis dan dibelajarkan pada pertemuan dan pokok bahasan
tertentu, (5) pembelajaran berbicara masih jarang dilaksanakan, (6) ketika
berbicara, siswa kesulitan mengungkapkan isi pembicaraan, kesulitan
menggunakan intonasi yang tepat, kesulitan melakukan peragaan yang
mendukung isi pembicaraan, dan kurang memiliki keberanian yang memadai,
dan (6) rerata nilai kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri 2 Perampuan
menunjukkan, siswa yang lulus (mencapai SKBM 70) baru berjumlah 10 orang
(sekitar 27%) dari 37 siswa. Sisanya, sebanyak 27 orang (73%) belum lulus
(Asyari, 2008).
Untuk memecahkan masalah tersebut, guru bersama peneliti merancang
pembelajaran berbicara dengan strategi modeling. Modeling atau pemodelan
merupakan proses menunjukkan atau mendemonstrasikan kepada seseorang
tentang bagaimana menggunakan atau melakukan sesuatu (Cooper, 1993:391).
Pada konteks pembelajaran, pemodelan dapat diartikan sebagai proses yang
ditunjukkan oleh seorang ahli (guru) kepada orang yang belum ahli (siswa)
tentang bagaimana melakukan suatu tugas sehingga siswa-siswa itu mampu
membangun pemahaman sendiri tentang bagaimana menyelesaikan tugas yang
diberikan. Melalui pemodelan, pelatih (guru) mendemonstrasikan bagaimana
melakukan suatu keterampilan, siswa mengobservasi tingkah laku guru
selanjutnya meniru model/guru. Belajar dengan strategi pemodelan mengikuti
empat fase (Bandura dalam Dahar, 1988:34; Trianto 2007:31-33), yaitu: fase
perhatian (attention phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi
(reproduction phase), dan fase motivasi (motivation phase), sedangkan dalam
pembelajaran berbicara keempat fase ini dijelmakan dalam tiga tahap kegiatan
yaitu tahap mendengarkan model berbicara (fase perhatian), tahap menganalisis
model berbicara (fase retensi), dan tahap latihan berbicara (fase reproduksi dan
motivasi).
Uraian tentang pentingnya keterampilan berbicara dan kondisi faktual di
SD Negeri 2 Perampuan tersebut merupakan hal yang mendasari mengapa
penelitian ini difokuskan pada keterampilan berbicara. Sementara itu, alasan
48
pemilihan strategi pemodelan untuk memecahkan masalah itu adalah: pertama,
berbicara merupakan tingkah laku yang dapat diamati, dianalisis, dan ditiru
sekaligus pengetahuan prosedural yang penguasaannya sangat tergantung pada
latihan dan umpan balik (Dahar, 1988:94) sehingga sangat tepat bila digunakan
strategi pemodelan. Kedua, penerapan strategi pemodelan dalam pembelajaran
keterampilan berbicara belum pernah dilakukan. Dari hasil studi yang dilakukan,
peneliti menemukan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan keterampilan
berbicara antara lain: (1) Kholifah (2000), (2) Munaris (1999), (3) Rahayu (1999),
dan (4) Bernard (1996). Dalam penelitiannya, Kholifah menemukan bahwa
terdapat pengaruh penggunaan media gambar terhadap kemampuan berbicara
siswa. Munaris dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas perencanaan
dan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara akan berbanding lurus dengan
peningkatan keterampilan berbicara siswa. Sementara itu, Rahayu menemukan
bahwa penggunaan lagu anak-anak dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa. Bernard dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan berbicara
siswa kelas VI SDN Mulyo Agung III Dau Malang tahun ajaran 1995/1996 dalam hal
ketepatan pemilihan kata, penggunaan kalimat, penggunaan intonasi,
kelancaran, dan keberanian, yang masuk dalam kategori baik sekali 38,06%,
kualifikasi baik 53,54%, dan kualifikasi cukup 8,38%.
Alasan ketiga yaitu, penerapan strategi pemodelan dalam pembelajaran
menulis, yang sama dengan berbicara sebagai keterampilan produktif, sudah
menunjukkan keberhasilan. Donnovan dan Ben (1980:23) mengemukakan bahwa
guru-guru yang menggunakan strategi pemodelan menemukan beberapa
kelebihan, seperti: siswa menjadi tahu bermacam-macam retorika dalam
menulis, siswa menjadi pembaca yang baik, siswa menjadi tahu ciri-ciri tulisan
yang baik, dan keberhasilan lain saat strategi ini diterapkan dalam kegiatan
menulis. Hasil penelitian Kamsah (2004) dan Suyono (2004) juga menunjukkan
bahwa penggunaan strategi meniru model dapat meningkatkan keterampilan
menulis paragraf siswa. Selain itu, di lembaga-lembaga pesantren, yang
cenderung menggunakan strategi pemodelan, sering melahirkan pembicara
andal.
Berpijak pada uraian di atas, peneliti dan guru beranggapan bahwa
efektivitas pembelajaran keterampilan berbicara akan dapat ditingkatkan
melalui penerapan strategi pemodelan. Atas dasar itulah penelitian berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Strategi Pemodelan pada Siswa
Kelas V SDN 2 Perampuan ini dilakukan.

B. Masalah dan Cara Pemecahan Masalah


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini difokuskan pada
penggunaan strategi Modeling untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
kelas V SD Negeri 2 Perampuan. Secara umum masalah penelitian ini adalah
Bagaimanakah Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Strategi Pemodelan
pada Siswa Kelas V SDN 2 Perampuan?

2. Cara Pemecahan Masalah


Untuk mencapai hasil yang diharapkan, yakni meningkatkan kemampuan
berbicara siswa kelas V SD Negeri 2 Perampuan, peneliti bersama guru dan siswa
harus melakukan berbagai tindakan sebagai berikut.
49
N
KEGIATAN KET.
O
1 Kegiatan Pendahuluan (Fase Perhatian) Peneliti dan
a. Guru menyapa siswa, memeriksa kehadiran siswa, seorang guru
dan mengondisikan siswa agar siap menerima anggota
pelajaran. mengobservasi
b. Guru menyiapkan media dan sumber belajar. semua tindakan
c. Guru melakukan apersepsi tentang materi pembelajaran.
pembelajaran.
d. Guru menginformasikan materi dan tujuan
pembelajaran.
2 Kegiatan Inti
(Tahap Mendengar Model Berbicara, Menganalisis
Model Berbicara, dan Latihan Berbicara)
a. Guru mengondisikan siswa siap mendengarkan Semua tindakan
model berbicara (mendeskripsikan seseorang). pembelajaran
b. Siswa mendeskripsikan seseorang. dilakukan oleh
(Tahap Mendengar Model Berbicara atau Fase guru pelaksana,
Perhatian) sedangkan guru
- Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. anggota bersama
- Siswa mendengarkan guru mendeskripsikan peneliti
seseorang, dengan bahasa yang runtut dan mudah mengamati dan
dipahami (menggunakan intonasi dan pelafalan merekam semua
yang tepat serta diikuti peragaan). tindakan
- Siswa berinteraksi dengan guru di sela-sela atau pembelajaran
setelah pendeskripsian seorang. dengan
- Siswa terlibat secara aktif menjawab menggunakan
pertanyaan guru atau menanggapi pernyataan instrumen yang
teman. telah disiapkan
- Siswa mengulangi perubahan intonasi,
pelafalan, dan kata yang diikuti gerakan pada
model berbicara.
- Siswa mengungkapkan pengetahuan,
pengalaman, atau pikirannya terkait dengan
intonasi, pelafalan dan kata yang diikuti
gerakan pada model berbicara.
- Siswa memperoleh perbaikan dan penguatan dari
guru.
- Siswa mengungkapkan pemahaman,
pengetahuan, atau pengalamannya terhadap
model berbicara.
- Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru
melalui LKS 1 yang disiapkan.
(Tahap Menganalisis Model Berbicara atau Fase
Retensi)
- Siswa mengerjakan LKS 2 untuk kegiatan
menganalisis model berbicara.
- Siswa mendengarkan kembali model berbicara
50
dengan penuh perhatian.
- Siswa menandai tempat terjadinya perubahan
intonasi, pelafalan dan kata yang diikuti
gerakan.
- Siswa terlibat secara aktif menjawab
pertanyaan guru atau menanggapi pernyataan
teman.
- Siswa menyebutkan perubahan intonasi,
pelafalan dan kata yang diikuti gerakan
sekaligus letak-letaknya pada model berbicara.
- Siswa mengungkapkan pengetahuan atau
pemahamannya dari kegiatan menganalisis
model berbicara.
- Siswa memperoleh perbaikan dan penguatan dari
guru.
- Siswa mengungkapkan pemahaman,
pengetahuan, atau pengalamannya terhadap
model berbicara.
- Siswa menuliskan ciri-ciri orang secara lengkap
dan terperinci, yang nantinya akan
dideskripsikan di depan kelas.
c. Siswa mendeskripsikan seseorang secara rinci Pada tahap latihan
dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami di depan
(Tahap Latihan Berbicara di Kelompok Kecil dan kelompok, peneliti
Depan Kelas*): dan guru anggota
- Siswa masih dalam kelompoknya. juga terlibat
- Siswa kembali melihat hasil pekerjaannya pada membantu
tahap sebelumnya (LKS 2). mengarahkan
- Siswa berinteraksi dengan guru berkaitan dengan latihan siswa.
deskripsi seseorang yang akan diceritakan.
- Siswa mengungkapkan kembali kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan selama latihan
berbicara.
- Siswa mengungkapkan kembali pengetahuan
dan pemahaman yang diperolehnya pada tahap
mendengarkan dan menganalisis model
berbicara.
- Siswa mendeskripsikan seseorang di antara teman
sekelompoknya dan atau di depan kelas.
- Siswa berlatih dalam kelompok (terutama aspek
pemahaman isi pembicaraan, kelancaran,
volume suara, dan keberanian).
- Siswa meniru model berbicara secara konsisten.
- Siswa meminta bantuan guru jika kesulitan
dalam berlatih berbicara.
- Siswa mendapat perbaikan dan penguatan dari
guru dan teman lainnya.
3 Kegiatan Penutup (Fase Motivasi) Peneliti dan
a. Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan seorang guru
51
pembelajaran hari itu. anggota
b. Guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap mengobservasi
pembelajaran hari itu. semua tindakan
c. Guru menugaskan siswa berlatih kembali di rumah pembelajaran.
seperti saat berlatih bersama kelompoknya karena
pada pertemuan berikutnya akan ditampilkan di
depan kelas.
d. Guru menutup pembelajaran.
*
Kegiatan poin c pada kegiatan inti akan dilakukan berulang (juga dilakukan
pada pertemuan kedua), kegiatan ini sekaligus untuk memperolah gambaran
hasil produk kemempuan berbicara siswa.

C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan
Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Strategi Pemodelan pada Siswa
Kelas V SDN 2 Perampuan? Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan berbicara Siswa Kelas V SDN 2 Perampuan.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan ini terutama memiliki kontribusi teoretis dan praktis.
Kontribusi teoretisnya adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan tentang penggunaan strategi modeling dalam pembelajaran
keterampilan berbicara pada tingkat sekolah dasar. Sedangkan kontribusi
praktisnya adalah sebagai berikut.
Bagi Siswa:
1. Meningkatkan keterampilan berbicara.
2. Meningkatkan kreativitas siswa.
3. Meningkatkan gairah dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia terutama pada pembelajaran berbicara.
Bagi Guru:
1. Meningkatkan pengetahuan serta pengalaman guru dan peneliti tentang
penggunaan strategi modeling dalam pembelajaran keterampilan
berbicara.
2. Memotivasi guru dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran.
3. Tersusunnya prosedur pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
khususnya pembelajaran keterampilan berbicara dengan strategi
modeling.
4. Meningkatkan keprofesionalan guru dalam pembelajaran.
Bagi Sekolah:
1. Iklim belajar dan pembelajaran menjadi lebih baik dan variatif.
2. Kualitas lulusan akan meningkat.
3. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dengan perguruan
tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A. Teori yag Relevan
1. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Berbicara
52
Secara umum, berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang porsi pemakaiannya lebih banyak dibandingkan jenis keterampilan
berbahasa yang lain selain menyimak. Sebagian besar aktivitas kehidupan
manusia dilalui dengan berbicara. Interaksi antarmanusia karena konsekuensi
keberadaannya sebagai makhluk sosial cenderung dilakukan melalui berbicara
dan menyimak. Hal ini menunjukkan bahwa berbicara merupakan keterampilan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbicara sangat dibutuhkan
dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Berbicara tentu bukan hanya mengucapkan bunyi-bunyi yang tidak jelas.
Berbicara bukan pula sekedar mengungkapkan perasaan tanpa memperhatikan
pilihan bahasa dan lawan bicara. Dalam aktivitas berbicara, banyak hal yang
harus dicermati. Baik yang berhubungan dengan apa yang akan dibicarakan,
bahasa yang dipakai, maupun lawan bicara. Berbicara merupakan alat untuk
mengomunikasikan gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan pendengar (Tarigan, 1987:15). Taryono (1999:10) menjelaskan bahwa
berbicara juga berarti proses pemindahan atau penyeberangan gagasan dari
benak pembicara ke benak pendengar dengan menggunakan simbol-simbol
fonetis sebagai media pemahamannya dan terjadi melalui serangkaian proses
yang rumit.
Pendapat lain dikemukakan oleh Brigance (dalam Taryono, 1999) yang
menyatakan bahwa berbicara merupakan aktivitas mental dan psikis yang
bersifat produktif dan lisan. Senada dengan itu, Djiwandono (1996:68)
menjelaskan bahwa berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang aktif
produktif dari seorang pemakai bahasa, yang menuntut prakarsa nyata dalam
penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan. Oleh karena itu,
kemampuan berbicara menuntut penguasaan terhadap beberapa aspek dan
kaidah penggunaan bahasa, misalnya, kaidah kebahasaan, urutan isi pesan, dan
lain sebagainya.

b. Komponen-komponen Berbicara
Menurut Ibrahim (1994) komponen-komponen komunikasi yaitu: (1) genre
atau tipe peristiwa (misalnya, lelucon, cerita, ceramah, salam, atau
percakapan), (2) topik atau fokus referensi, (3) tujuan atau fungsi, (4) setting
termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi itu (misalnya, besarnya
ruangan, tata letak, dan perabot yang ada), (5) partisipan termasuk usianya,
jenis kelamin, etnik, status sosial atau kategori lain yang relevan, (6) bentuk
pesan termasuk saluran vokal dan nonvokal, serta hakikat kode yang digunakan
(misalnya, bahasa yang mana dan variasi yang mana), (7) isi pesan, (8) urutan
tindakan atau urutan tindak tutur termasuk alih giliran percakapan, (9) kaidah
interaksi, dan (10) norma-norma interpretasi termasuk pengetahuan umum,
presuposisi kebudayaan yang relevan atau pemahaman yang sama, yang
memungkinkan adanya interferensi tertentu yang harus dibuat, apa yang harus
dipahami secara harfiah, apa yang perlu diabaikan, dan lain sebagainya.
Model klasifikasi lain dikemukakan oleh Prijosasksono dan Sembel (2002)
(dalam Pangeyasa, 2004:25-27), yaitu: (1) pengirim pesan (sender), (2) pesan
yang dikirim (message), (3) bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery
channel atau medium), (4) penerima pesan (receiver), dan (5) umpan balik
(feedbeack). Kelima komponen ini terealisasi dalam lima hukum komunikasi,

53
yaitu: respect, empathy, audible, clarity, dan humble. Berikut diuraikan secara
sederhana kelima hukum komunikasi tersebut.
Hukum pertama adalah respect, yaitu sikap hormat dan sikap menghargai
hadirin. Dalam hal ini, pembicara perlu memiliki sikap menghargai dan
menghormati hadirin. Perlu dipahami bahwa pada dasarnya setiap orang ingin
dihargai dan dianggap penting. Jika ingin mengeritik orang hendaknya dilakukan
dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan orang lain.
Hukum kedua adalah empathy. Empati adalah kemampuan untuk
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Rasa
empati akan membuat penutur mampu menyampaikan pesan dengan cara dan
sikap yang memudahkan penerima pesan untuk menerimanya. Yang terpenting
dalam hal ini adalah pemahaman terhadap latar belakang, golongan, lapisan
sosial, tingkatan umur, pendidikan, kebutuhan, minat, dan harapan dari
pendengar. Dengan demikian, pesan akan tersampaikan tanpa halangan psikologi
atau penolakan dari penerima pesan. Empati juga berarti kemampuan untuk
mendengar atau siap menerima masukan dengan sikap yang positif.
Hukum ketiga yaitu audible. Audibel berarti dapat didengarkan atau
dapat dimengerti dengan baik. Dalam hal ini, audibel berarti pesan yang
disampaikan pembicara dapat diterima oleh penerima pesan. Menurut hukum
ini, pesan harus disampaikan melalui medium (delivery channel) sehingga dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan untuk menggunakan media dan alat bantu komunikasi.
Hukum keempat adalah clarity „kejelasan pesan yang disampaikan‟.
Selain pesan harus diterima dengan baik, pesan juga harus dijelaskan sehingga
tidak menimbulkan multiinterpretasi. Clarity juga sangat tergantung pada
kualitas suara dan pilihan bahasa yang digunakan. Penggunaan bahasa yang tidak
dimengerti audien akan membuat pesan bahkan tujuan pembicaraan tidak
tercapai.
Hukum kelima komunikasi adalah humble, yakni sikap rendah hati. Sikap
ini sangat terkait dengan hukum pertama. Untuk membangun rasa menghargai
orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati. Rendah hati juga bisa
berarti tidak sombong dan menganggap diri paling penting ketika berbicara di
depan sekelompok orang. Melalui kerendahan hati ini, pembicara akan dapat
menangkap perhatian, respons, dan umpan balik yang positif dari pendengar.
Dalam penelitian ini, tidak semua komponen itu akan dianalisis karena itu
hanya dimiliki oleh seorang ahli (orator ulung). Untuk kelompok siswa, yang
merupakan pembicara pemula, indikator kemampuan berbicaranya hanya
didasarkan pada dua komponen, yaitu isi pesan dan bagaimana pesan itu
disampaikan.

c. Jenis-jenis Berbicara
Depdiknas (2002) membedakan jenis-jenis berbicara menjadi beberapa
macam. Penggolongan jenis-jenis berbicara dimaksud didasarkan atas beberapa
hal, yaitu berdasarkan situasi, tujuan, jumlah pendengar, peristiwa khusus, dan
berdasarkan metode penyampaian.
Berdasarkan situasi, terdapat jenis berbicara formal dan informal.
Berbicara formal meliputi ceramah, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita
dalam situasi formal. Sedangkan, berbicara informal berupa bertukar

54
pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan
memberi petunjuk.
Berdasarkan tujuan, terdapat jenis berbicara untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulus, meyakinkan, dan berbicara untuk
menggerakkan (Keraf, 2001:320-321). Terdapat pula jenis berbicara untuk
mengejek, memuji, dan lain-lain. Sementara itu, berdasarkan jumlah
pendengar, terdapat jenis berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok
kecil, dan berbicara dalam kelompok besar.
Berdasarkan peristiwa khusus, terdapat jenis berbicara yang berupa
pidato presentasi, pidato penyambutan, pidato perpisahan, pidato jamuan,
pidato perkenalan, dan pidato nominasi. Juga dikenal jenis lainnya yaitu
kampanye, pernyataan perang, dan lain sebagainya. Sedangkan berdasarkan
metode penyampaian, terdapat jenis berbicara secara mendadak, berbicara
tanpa persiapan, berbicara berdasarkan naskah, dan berbicara berdasarkan
ingatan (Keraf, 2001:316).

d. Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara


Menurut Taryono (1999:54-59) terdapat dua faktor yang menunjang
keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor
kebahasaan meliputi empat hal, yaitu: Pertama, ketepatan ucapan, seorang
pembicara dituntut mampu mengucapkan bunyi-bunyi dengan tepat. Ucapan
bahasa Indonesia yang benar adalah ucapan yang tidak terpengaruh oleh bahasa
lain sehingga si penutur tidak dapat dikenali asal sukunya; Kedua, tekanan nada,
sandi, dan durasi, seorang pembicara dituntut mampu memberikan penekanan,
memilih dan menggunakan nada, sandi, dan durasi dengan tepat;
Faktor kebahasaan yang ketiga adalah pilihan kata atau diksi, seorang
pembicara dituntut mampu memilih dan menggunakan kata-kata dengan tepat.
Pemilihan kata-kata tersebut hendaknya memenuhi dua syarat, yaitu: syarat
gramatik dan syarat pragmatik. Syarat gramatik yaitu syarat yang menuntut
bahwa pemakaian kata-kata tersebut sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
sedangkan syarat pragmatik adalah syarat yang menuntut bahwa pemakaian
kata-kata sesuai dengan peran serta pembicara, situasi, topik pembicaraan, dan
tujuan berbicara; dan Keempat, ketepatan struktur kalimat, seorang pembicara
dituntut mampu menyusun dan menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat
efektif memiliki ciri utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan.
Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan
kalimat terlihat pada kompak tidaknya hubungan pertalian antara unsur dalam
kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian kalimat
ditandai dengan adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal
atau akhir kalimat (Arsjad dan Mukti, 1988:17-20).
Sement ra itu, faktor nonkebahasaan menurut Taryono (1999:59-67) serta
Arsjad dan Mukti, (1988:17-20) meliputi tujuh hal. Ketujuh hal dimaksud yaitu:
(1). Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika
berbicara maupun menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang
dan bersemangat dalam berbicara;
(2). Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan
pandangan matanya kepada semua yang hadir agar para pendengar merasa
terlihat dalam pembicaraan. Pembicara harus menghindari pandangan mata
yang tidak kondusif, misalnya melihat ke atas, ke samping, atau menunduk;
55
(3). Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur
dalam mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan
bersedia menerima kritikan dan mengubah pendapatnya kalau ternyata
memang keliru atau tidak dilandasi argumentasi yang kuat;
(4). Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut mampu
mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi wajah
untuk mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu perlu dihindari
penggunaan gerak-gerik yang tidak ajek, berlebihan, dan bertentangan
dengan makna kata yang digunakan;
(5). Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara
yang nyaring sesuai dengan tempat, situasi, jumlah pendengar, dan kondisi
akustik. Kenyaringan yang terlalu tinggi akan menimbulkan rasa gerah dan
berisik sedangkan kenyaringan yang terlalu rendah akan menimbulkan
kesan melempem, lesu dan tanpa gairah;
(6). Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya
dengan lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar
menangkap keutuhan isi paparan yang disampaikan. Untuk itu perlu
menghindari bunyi-bunyi penyela seperti em, ee, dll. Kelancaran tidak
berarti pembicara harus berbicara dengan cepat sehingga membuat
pendengar sulit memahami apa yang diuraikannya; dan
(7). Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik yang
dibicarakan. Kunci untuk menguasai topik adalah persiapan yang matang,
penguasaan materi yang baik, dan meningkatkan keberanian dan rasa
percaya diri; dan
(8). Penalaran, seorang pembicara dituntut mampu menunjukkan penalaran
yang baik dalam menata gagasannya sehingga pendengar akan mudah
memahami dan menyimpulkan apa yang disampaikannya.

e. Faktor Penghambat Keefektifan Berbicara


Dalam berbicara terdapat dua penghambat, yaitu hambatan internal dan
eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari
luar pembicara (Taryono, 1999:68). Adapun hambatan internal yang dimaksud
terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut. (1) Hambatan yang bersifat fisik,
antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak sempurna lagi, kondisi fisik yang
kurang segar, dan kesalahan dalam mengambil postur dan posisi tubuh; (2)
Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu:
hambatan mental yang temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan
mental yang temporer misalnya rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi.
Hambatan mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu tipe penggelisah,
tipe ehm vokalis, tipe penggumam, dan tipe tuna gairah; dan (3) Hambatan lain-
lain meliputi (a) kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk,
tata kalimat, dan tata makna; (b) kurangnya pengalaman dalam hal berbicara;
(c) kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara; dan (d)
adanya kebiasaan yang kurang baik (Taryono, 1999:68-72).
Sedangkan hambatan eksternal menurut Taryono (1999:72-77) meliputi:
(1) hambatan yang berupa suara, dapat berasal dari dalam ruang atau dari luar
ruang; (2) hambatan yang berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara
informal, misalnya di atas bus kota, kereta, atau pesawat. Sedangkan pada
56
kondisi formal jarang dijumpai; (3) hambatan yang berupa cahaya, dapat terjadi
jika pembicaraan dilakukan di malam hari atau ruang yang gelap tanpa
pencahayaan; dan (4) hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika
pendengar atau pembicara tidak memperdulikan pentingnya pengaturan jarak
bicara antara pembicara dengan pendengar.

2. Strategi Pemodelan
a. Pengertian Strategi Pemodelan
Pemodelan merupakan dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan
oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain (dalam
Arends, 1997:67). Pemodelan (modeling) adalah proses menunjukkan atau
mendemonstrasikan kepada seseorang tentang bagaimana menggunakan atau
melakukan sesuatu (Cooper, 1993:391). Djiwandono (2002:140) menjelaskan
bahwa pemodelan merupakan kegiatan belajar dengan melibatkan seorang
individu menyaksikan tingkah laku orang lain. Hal senada juga dikemukakan oleh
Oka (2002:1), pemodelan adalah peragaan, percontohan, atau demonstrasi.
Pada konteks pembelajaran, pemodelan dapat diartikan sebagai proses yang
ditunjukkan oleh seorang ahli (guru) kepada orang yang belum ahli (siswa)
tentang cara melakukan suatu tugas sehingga siswa itu mampu membangun
pemahaman sendiri tentang bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan.
Melalui modeling, pelatih (guru) mendemonstrasikan bagaimana melakukan
suatu keterampilan, siswa mengobservasi tingkah laku guru dan meniru
model/guru. Dalam pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan tertentu
terdapat model yang dapat ditiru (Nurhadi, 2002:16). Lebih lanjut dijelaskan,
model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola,
contoh karya tulis, atau contoh yang ditunjukkan oleh guru tentang cara
melakukan sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pemodelan dapat
berupa contoh tindakan atau contoh benda. Contoh benda antara lain: karya
tulis, teks pidato, teks karangan, surat, dan lain sebagainya. Sedangkan, yang
berupa contoh tindakan, misalnya: cara melafalkan bahasa Inggris, cara
melempar bola, cara melakukan percobaan, cara berpidato, dan lain-lain.
Pada pembelajaran berbicara, selain diberikan contoh-contoh berupa teks
pembicaraan, guru juga dapat memberikan contoh bagaimana cara berbicara
yang baik. Contoh tindakan berbicara ini bisa dilakukan langsung oleh guru atau
dengan menghadirkan orang lain. Contoh atau model-model ini dapat diberikan
kepada siswa pada keseluruhan kegiatan pembelajaran.

b. Ciri-ciri Strategi Pemodelan


Berdasarkan berbagai konsep pemodelan sebagaimana dijelaskan di atas,
dapat dikemukakan beberapa ciri dari strategi pemodelan. Ciri-ciri dimaksud
yaitu dalam pemodelan terdapat model yang dapat ditiru. Dalam hal ini,
modelnya dapat berupa contoh tindakan ataupun benda yang bisa ditiru oleh
siswa. Ciri berikutnya adalah dalam penerapan strategi ini terjadi proses
peniruan serta model dapat juga dihadirkan dari luar. Guru dapat menghadirkan
orang lain yang sekiranya lebih mahir dalam hal yang dimodelkan tersebut.
Dengan demikian siswa akan dapat meniru model yang terbaik.

57
c. Tahap-tahap Strategi Pemodelan
Bandura (dalam Dahar, 1988:34; Trianto 2007:31-33) menyebutkan empat
tahap atau fase belajar dari model, yaitu: fase perhatian (attention phase), fase
retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase), dan fase
motivasi (motivation phase). Berikut diuraikan tahap-tahap atau fase pemodelan
tersebut.
Tahap atau fase perhatian. Pada tahap ini, siswa memberikan perhatian
pada suatu model, yakni model-model yang menarik yang berhasil menimbulkan
minat siswa. Dalam upaya menarik perhatian siswa ini, guru dapat
menyampaikan atau menggunakan isyarat-isyarat yang jelas dan menarik. Atau
dengan menggunakan hal-hal yang baru, aneh, atau tak terduga, serta dengan
memotivasi para siswa agar memperhatikan (Dahar, 1988:34; Trianto 2007:31).
Tahap retensi. Tahap kedua ini merupakan tahapan ketika siswa
mengaitkan kata-kata, nama-nama, atau bayangan yang kuat dengan kegiatan-
kegiatan yang dimodelkan dalam mempelajari atau mengingat prilaku (Dahar,
1988:35; Trianto 2007:32). Pengaitan ini sangat dipengaruhi oleh ingatan siswa
untuk melakukan apa yang diperoleh dalam proses pemodelan.
Tahap yang ketiga adalah tahap reproduksi, yaitu ketika bayangan-
bayangan atau kode-kode verbal dalam memori atau ingatan membimbing
penampilan yang sebenarnya dari prilaku yang baru diperoleh (Trianto 2007:32).
Pada tahap ini model atau guru dimungkinkan untuk melihat apakah komponen-
komponen suatu urutan prilaku sudah dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, guru
akan mengetahui bagian prilaku mana dari model yang terlupakan oleh siswa.
Misalnya, guru memodelkan bagaimana mengawali pembicaraan serta
bagaimana menguraikan isi pesan/isi pembicaraan, akan diketahui bagian mana
yang belum dilakukan siswa atau bagian yang belum optimal dilakukan. Dengan
demikian, informasi ini dapat dijadikan umpan balik bagi guru maupun siswa
yang selanjutnya menjadi dasar perencanaan pembelajaran berikutnya.
Tahap yang terakhir dari pemodelan adalah tahap motivasi. Tahap ini
terjadi ketika siswa melakukan apa yang dilakukan oleh model untuk
memperoleh reinforcement dari guru (Trianto 2007:33). Siswa melakukan
sesuatu, disesuaikan dengan apa yang dilakukan oleh model, melakukan latihan
dan menampilkannya karena mereka tahu bahwa apa yang dilakukan itu disukai,
menyenangkan, dan akan dipuji oleh guru. Pada tahap ini, umpan balik
merupakan hal yang sangat penting. Prilaku salah harus dikoreksi dan prilaku
benar harus mendapat penguatan, baik berupa pujian ataupun hadiah.
Oleh karena berbicara merupakan pengetahuan prosedural yang
penguasaannya sangat tergantung pada latihan dan umpan balik (Dahar,
1988:94), sangat tepat bila digunakan strategi pemodelan. Untuk memberi
peluang lebih banyak kepada siswa dalam melakukan latihan dapat melalui
kelompok. Kelompok yang dibentuk sebaiknya bersifat heterogen dalam hal
kemampuan akademik, perbedaan jenis kelamin dan latar budaya. Dengan
demikian, diharapkan siswa dapat saling membantu hingga sampai pada
kemampuan potensialnya.
Penggunaan kelompok dalam pembelajaran siswa kelas IV SD sudah sangat
memungkinkan karena siswa SD secara psikologi telah berada pada tahap operasi
konkret. Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001:69-87), karakteristik intelektual
siswa kelas IV SD adalah berada pada periode operasi konkret. Pada tahap
operasi konkret berpikir, siswa sudah mengenal prinsip konservasi, proses
58
reveribelitas, seriasi, klasifikasi dan korespondensi satu-satu. Pada tahap ini
anak sudah tidak begitu egosintris dalam pemikirannya, dia sudah bisa
menerima bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran yang berbeda. Oleh
karena iu, sangat dimungkinkan penggunaan kelompok belajar. Piaget (dalam
Surya, 2004:40) menyatakan, dalam pembelajaran di kelas sebaiknya siswa
diberi peluang yang banyak untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan
teman-temannya.
Pembentukan kelompok juga dimaksudkan agar interaksi sosial siswa
dapat terbangun dengan baik sehingga pengetahuannya pun berkembang.
Menurut Vygotsky (dalam Dworetzky, 1990:273 ), interaksi sosial sangat penting
bagi siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuannya saat belajar. Lebih
lanjut dijelaskan, anak yang telah memiliki seperangkat fungsi kognitif dasar
akan mengubah kemampuan-kemampuan dasar ini menjadi fungsi-fungsi kognitif
yang lebih tinggi dan lebih luas melalui interaksi sosial dalam pembelajaran dan
penggunaan bahasa.
Menurut Vygotsky (dalam Dworetzky, 1990:275), setiap anak memiliki
zona of proximal development (ZPD) dalam belajar, yaitu jarak antara tingkat
kemampuan anak saat itu dan tingkat potensi anak. Setiap siswa memiliki jarak
ZPD yang berbeda. Oleh karena itu, untuk mencapai potensi seorang siswa
diperlukan peran guru dan teman sebaya dalam belajar yang bervariasi. Adanya
interaksi sosial dalam belajar akan membantu siswa bergerak dari
kemampuannya saat itu mencapai tingkat potensi yang dimilikinya. Dalam
berinteraksi, guru dapat memberikan intervensi berupa bimbingan dan arahan.
Dengan teman sebaya anak dapat berkolaborasi dan bernegosiasi dalam belajar
sehingga pemahaman anak bergerak ke tingkat potensi yang dimilikinya.
Interaksi antara siswa dan siswa dalam suatu kolaborasi lebih memungkinkan
siswa memahami perspektif dari temannya dan memiliki kesempatan untuk
menyusun kembali ide-ide yang sedang mereka pelajari.

d. Pelaksanaan Pembelajaran Berbicara dengan Strategi Modeling


Secara umum pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan strategi
pemodelan meliputi tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran berbicara
melalui strategi pemodelan juga meliputi tiga tahapan tersebut. Berikut
diuraikan tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran tersebut.

1). Perencanaan Pembelajaran Berbicara dengan Strategi Modeling


Tahap perencanaan berhubungan dengan penyusunan perencanaan
pembelajaran. Rencana pembelajaran merupakan program yang disusun untuk
satu atau dua pertemuan, untuk mencapai target satu kompetensi dasar
(Nurhadi, dkk, 2004:124). Lebih lanjut dijelaskan, rencana pembelajaran
berbasis KBK barisi gambaran tentang kompetensi dasar yang akan dicapai,
indikator, materi pokok, skenario pembelajaran, dan penilaian.
Perencanaan pembelajaran sangat penting dilakukan sebab perencanaan
sangat menentukan pelaksanaan dan hasil yang diharapkan (Sagala, 2006:154).
Perencanaan yang dilakukan dengan baik dan cermat akan memudahkan proses
pelaksanaannya. Demikian pula sebaliknya, perencanaan yang kurang matang
akan menyebabkan pelaksanaan dan hasil yang kurang maksimal. Rancangan
perencanaan pembelajaran berbicara dengan strategi pemodelan semestinya
59
didominasi oleh aktivitas pemodelan. Dalam setiap rancangan aktivitas yang
akan dilakukan cenderung akan didahului pemodelan. Adapun rancangan
pembelajaran dimaksud secara lebih jelas dapat dilihat pada RPP.

2). Pelaksanaan Pembelajaran Berbicara dengan Strategi Modeling


Pelaksanaan pembelajaran berbicara dibagi ke dalam dua tahap. Kedua
tahap dimaksud adalah tahap persiapan berbicara dan tahapan berbicara yang
sesungguhnya. Pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan strategi pemodelan
pada penelitian ini difokuskan pada aktivitas berbicara yang sesungguhnya.
Sesuai dengan fase strategi pemodelan, terdapat tiga tahapan kegiatan yang
akan dilakukan siswa. Ketiga kegiatan dimaksud adalah: (1) tahap mendengarkan
model berbicara (fase perhatian), (2) tahap menganalisis model berbicara (fase
retensi), dan (3) tahap latihan berbicara (fase reproduksi dan motivasi). Berikut
dikemukakan uraian ketiga tahapan kegiatan tersebut.
a) Tahap Mendengarkan Model Berbicara
Pada tahap ini, kepada siswa akan diperdengarkan model
pembicaraan. Dalam hal ini, guru akan memodelkan beberapa bentuk
berbicara seperti mendeskripsikan sesuatu, menceritakan pengalaman, atau
mendongeng. Siswa akan dituntun untuk memahami beberapa hal dari model
berbicara dimaksud. Misalnya memahami intonasi pembacaan, jeda, dan
pelafalan. Dalam hal ini, siswa akan dituntun dengan serangkaian pertanyaan
tentang hal-hal tersebut. Pada konteks ini, guru akan mengaitkannya dengan
pengetahuan atau pengalaman siswa.

b) Tahap Menganalisis Model Berbicara


Pada tahap ini, siswa menganalisis model berbicara yang
diperdengarkan. Dalam hal ini, siswa juga dituntun melalui serangkaian
aktivitas untuk melakukan telaah terhadap model berbicara yang disajikan.
Telaah atau analisis itu dilakukan agar pemahaman atau pengetahuan siswa
tentang model berbicara yang disajikan semakin mendalam. Siswa akan
semakin memahami bagaimana intonasi, penjedaan, dan pelafalan pada
kegiatan berbicara.

c) Tahap Latihan Berbicara


Tahap latihan berbicara yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah
latihan/penampilan berbicara. Pada tahapan ini, siswa bersama teman
sekelompoknya akan berlatih berbicara dengan berpatokan pada
pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh pada tahap mendengarkan dan
menganalisis model. Siswa akan melakukan percobaan intonasi, penjedaan,
dan pelafalan pada latihan berbicara dimaksud (melakukan fase reproduksi),
sedangkan guru akan memberikan umpan balik dan penguatan atas latihan
berbicara tersebut.

3). Evaluasi Pembelajaran Berbicara dengan Strategi Modeling


Evaluasi pembelajaran berbicara dengan strategi pemodelan hampir sama
dengan evaluasi pembelajaran keterampilan lainnya. Dalam hal ini menggunakan
dua jenis evaluasi. Kedua jenis evaluasi dimaksud adalah evaluasi proses dan
evaluasi produk. Hal ini sejalan dimaksudkan agar penilaian yang dilakukan
dalam pembelajaran dimaksud sesuai dengan penilaian yang dikehendaki dalam
60
KBK yang menjadi acuan. Menurut Muslich (2007:91), KBK dan KTSP menganut
prinsip penilaian komprehensif dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, penilaian dilakukan dalam kerangka penilaian berbasis
kelas (penilaian otentik). Lebih lanjut dijelaskan, penilaian berbasis kelas
merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar
siswa yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut
akan mengukur apa yang hendak diukur dari siswa (Puskur dalam Muslich,
2007:91). Berikut dipaparkan kedua jenis evaluasi tersebut secara berurutan.

a) Evaluasi Proses Pembelajaran Berbicara


Evaluasi proses pembelajaran berbicara dengan strategi pemodelan
dilakukan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Evaluasi dilakukan
terhadap respons, antusiasme, dan partisipasi siswa. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan (lihat lampiran
3). Dalam hal ini, akan dinilai apakah kegiatan pembelajaran dengan strategi
pemodelan itu dapat menimbulkan interaksi positif antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan materi pembelajaran.

b) Evaluasi Hasil Pembelajaran Berbicara


Evaluasi hasil pembelajaran berbicara dilakukan setelah kegiatan
pembelajaran berlangsung. Evaluasi ini berkaitan dengan apakah proses
kegiatan pembelajaran dengan strategi pemodelan kemampuan berbicara
siswa dapat meningkat (dalam hal volume suara, kelancaran, intonasi,
pelafalan, pemahaman terhadap isi pembicaraan, pemanfaatan gerak tubuh,
dan keberanian). Evaluasi ini juga memanfaatkan pedoman atau instrumen
evaluasi hasil yang telah disiapkan (lihat Lampiran 4).

B. Penelitian yang Relevan


Dari hasil studi yang dilakukan, peneliti menemukan penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan keterampilan berbicara antara lain: (1) Kholifah (2000),
(2) Munaris (1999), (3) Rahayu (1999), dan (4) Bernard (1996). Dalam
penelitiannya, Kholifah menemukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan
media gambar terhadap kemampuan berbicara siswa. Pengaruh itu terjadi pada
kesesuaian antara faktor semantik dan pragmatik, keterampilan berbicara oleh
pendengar, kelancaran berbicara, dan ketepatan penggunaan tata bahasa.
Munaris dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas perencanaan dan
pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara akan berbanding lurus dengan
peningkatan keterampilan berbicara siswa.
Sementara itu, Rahayu menemukan bahwa penggunaan lagu anak-anak
dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui kegiatan: (a)
penggunaan lagu anak-anak untuk memotivasi aktivitas pembelajaran, (b)
diskusi kelompok, sumbang saran, dan tanya jawab, (c) penulisan parafrase teks
lagu sebagai pemandu pelisanan, (d) pelisanan parafrase teks lagu, dan (e)
peresponsian pelisanan. Bernard dalam penelitiannya menemukan bahwa
kemampuan berbicara siswa kelas VI SDN Mulyo Agung III Dau Malang tahun
ajaran 1995/1996 dalam hal ketepatan pemilihan kata, penggunaan kalimat,
penggunaan intonasi, kelancaran, dan keberanian, yang masuk dalam kategori
baik sekali 38,06%, kualifikasi baik 53,54%, dan kualifikasi cukup 8,38%.

61
C. Kerangka Berpikir
Penggunaan strategi dan media sangat potensial untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berbagai keterampilan berbahasa termasuk berbicara.
Kehadiran strategi dan media pembelajaran sebagai komponen dalam proses
belajar mengajar sangat diperlukan karena strategi dan media tidak hanya
sebagai alat bantu, tetapi juga merupakan bagian integral dalam pembelajaran
yang berpotensi meningkatkan prestasi belajar (Soeharto, dkk. 2003:98). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa untuk mencapai prestasi belajar, akan lebih maksimal
apabila ditunjang oleh penataan faktor-faktor eksternal pembelajaran. Menurut
Gagne (dalam Soeharto, dkk. 2003:100), penataan (instruction) berarti
mengatur faktor-faktor di luar diri siswa yang berpengaruh pada terlaksananya
proses belajar mengajar yang efektif. Proses semacam ini memerlukan
rangsangan dari luar siswa yang dapat berupa sumber belajar. Salah satunya
adalah media dan strategi pembelajaran.
Aktivitas berbicara merupakan tingkah laku yang dapat diamati,
dianalisis, dan ditiru sekaligus pengetahuan prosedural yang penguasaannya
sangat tergantung pada latihan dan umpan balik (Dahar, 1988:94) sehingga
sangat tepat bila digunakan strategi pemodelan.

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis tindakan penelitian
ini adalah jika pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan
strategi pemodelan dapat dilaksanakan dengan optmal, kemampuan
berbicara siswa kelas V SDN 2 Perampuan akan meningkat.

BAB III METODE PENELITIAN


A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 2 Perampuan,
Kecamatan Labuapi, Lombok Barat. Adapun kelas yang dipilih sebagai setting
penelitian ini adalah kelas V. Kelas V di SD Negeri 2 Perampuan hanya
terdapat satu kelas.
2. Waktu Penelitian
Waktu peleksanaan penelitian ini direncanakan selama enam bulan,
yakni mulai bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2008. Adapun rincian
kegiatan pada setiap bulan dapat dicermati pada poin jadwal penelitian.
B. Subjek dan Observer Penelitian
1. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Perampuan.
Jumlah siswa kelas V SD Negeri 2 Perampuan adalah 37 orang dengan rincian,
17 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Khusus mengenai kemampuan
berbicara siswa, kemampuan siswa perempuan agak lebih baik dari siswa
laki-laki. Hampir semua siswa laki-laki belum mencapai SKBM sekolah.
2. Observer Penelitian
Dalam penelitian ini akan menggunakan 2 observer, yaitu observer
guru dan observer siswa. Dalam hal ini ditentukan guru kelas V (Mashudi,
S.Pd.) akan menjadi observer siswa dan Sumiati, S.Pd. sebagai observer guru.
C. Faktor yang Diteliti
1. Faktor Guru
62
Adapun faktor guru yang diteliti adalah pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini pelaksanaan pembelajaran
keterampilan berbicara dengan strategi pemodelan.
2. Faktor Siswa
Sementara itu, faktor siswa yang diteliti adalah aktivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini aktivitas
pembelajaran keterampilan berbicara dengan strategi pemodelan. Di
samping itu, juga akan diselidiki kemampuan berbicara siswa sebagai hasil
dari aktivitas pembelajaran.
D. Variabel Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel Harapan
Variabel harapan penelitian ini adalah peningkatan keterampilan
berbicara. Dalam hal ini, keterampilan berbicara yang dimaksud adalah
keterampilan atau kemampuan siswa mengomunikasikan ide atau gagasan
kepada teman-temannya sehingga apa yang ingin disampaikan dapat
dipahami dan diterima dengan baik, yang ditandai dengan kemampuan
kelancaran, pelafalan, intonasi, gerak tubuh, dan keberanian.
2. Definisi Operasional Variabel Tindakan
Variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi
pemodelan. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan strategi pemodelan
adalah strategi pembelajaran dengan cara menunjukkan atau
mendemonstrasikan kepada siswa bagaimana menggunakan atau melakukan
sesuatu kemudian siswa diminta melalukan hal dimaksud atau strategi
belajar yang menekankan bahwa siswa belajar dengan cara menyaksikan
tingkah laku guru yang disampaikan melalui peragaan, pencontohan, atau
pendemonstrasian yang diikuti dengan pemberian penguatan.

E. Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian


1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara. Tindakan yang digunakan
adalah adalah menggunakan strategi modeling. Proses pelaksanaan tindakannya
melalui tiga tahap secara berdaur ulang (sebagai siklus) mulai dari (1) tahap
perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3)
tahap evaluasi dan refleksi. Adapun Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada
bagan alur berikut.

63
Studi Pendahuluan
BERHASIL SIMPULAN
 Mengamati proses pembelajaran
berbicara.
 Mengidentifikasi kelemahan atau BELUM BERHASIL
masalah pembelajaran berbicara. REFLEKSI
 Merencanakan PTK atas masalah
yang telah ditemukan.

Rencana Tindakan Siklus I OBSERVASI Rencana Tindakan


Siklus Ke-n.
 Mempersiapkan perangkat
pembelajaran (Silabus, RPP, dan Pelaksanaan Tindakan Siklus II
LKS) berdasarkan hasil studi
pendahuluan.
 Menyusun instrumen pengumpulan 1. Kegiatan Awal (Membuat siswa siap
data (tes, lembar observasi, dan untuk belajar).
jurnal harian). 2. Kegiatan Inti:
 Menyempurnakan RPP (simulasi  Tahap Mendengarkan Model
RPP jika diperlukan). Berbicara.
 Tahap Menganalisis Model
Berbicara.
 Tahap Latihan Berbicara
Pelaksanaan Tindakan Siklus I 3. Kegiatan Akhir (Evaluasi
pembelajaran dengan
1. Kegiatan Awal (Membuat siswa siap menggunakan instrumen yang telah
belajar). disiapkan).
2. Kegiatan Inti: Rencana Tindakan Siklus II
 Tahap Mendengarkan Model
Berbicara.
 Mempersiapkan perangkat
 Tahap Menganalisis Model
pembelajaran yang telah
Berbicara.
disesuaikan berdasarkan hasil
 Tahap Latihan Berbicara
refleksi.
3. Kegiatan Akhir (Evaluasi
 Mempersiapkan semua instrumen
pembelajaran dengan
menggunakan instrumen yang telah
disiapkan).
BELUM BERHASIL

OBSERVASI
REFLEKSI

SIMPULAN BERHASIL

64
2. Langkah-langkah Penelitian
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti dan guru (semua anggota) secara kolaburatif
mengadakan kegiatan sebagai berikut : (1) mengamati media dan teknik
pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran (khususnya
pembelajaran keterampilan berbicara sebelumnya; (2) mengidentifikasi
masalah-masalah pembelajaran; (2) menentukan pelaksana tindakan dan
mendiskusikan pembagian tugas antara peneliti dan guru kolaborator, (3)
menetapkan waktu pelaksanaan tindakan pembelajaran, (4) membahas aspek
dan efek tindakan yang diamati selama tindakan dilaksanakan.
Berdasarkan hasil diskusi, disepakati bahwa pelaksana tindakan adalah
guru kolaborator, sedang peneliti sebagal pengamat. Sebagai pelaksana
tindakan, tugas utama guru kolaborator adalah (1) menyusun rencana
pembelajaran dengan bekerja sama dengan peneliti, (2) melaksanakan
pembelajaran, dan (3) bersama-sama peneliti, menganalisis hasil proses dan
hasil produk pembelajaran. Adapun tugas peneliti sebagai pengamat adalah
(1) mengamati pelaksanaan pembelajaran, (2) mencatat hasil
pengamatannya, (3) memberi masukan untuk memperbaiki tindakan
pembelajaran berikutnya, dan (4) menganalisis hasil proses dan hasil produk
pembelajaran bersama guru.
Rancangan tindakan pada setiap tahapan pembelajaran berbicara
dengan strategi pemodelan di SD Negeri 5 Mataram dapat dilihat pada tabel
1.1 berikut. Sementara itu, sesuai dengan jenisnya, penelitian ini
direncanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan. Adapun alur tindakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
bagan 1.

Tabel 1.1 Rancangan Tindakan Pembelajaran Keterampilan Berbicara


dengan Strategi Modeling Siswa Kelas V SD Negeri 2 Perampuan

Tahapan Indikator Tindakan


No Tindakan Guru
Tindakan (Tindakan Siswa)
1 2 3 4
1. Tahap  Menjelaskan tujuan  Siswa
Mendengarkan kegiatan mendengarkan mengungkapkan kembali
Model model berbicara kepada tujuan mendengarkan
Berbicara. siswa. model berbicara.
 Memberi  Siswa mendengarkan
kesempatan kepada siswa model berbicara dengan
untuk mendengarkan penuh perhatian.
model berbicara.
 Mengomunikasikan  Siswa terlibat secara
intonasi, pelafalan, dan aktif menjawab
kata yang diikuti gerakan pertanyaan guru atau
kepada siswa. menanggapi pernyataan
teman.
 Siswa mengulangi
intonasi, pelafalan, dan

65
kata yang diikuti gerakan
pada model berbicara.
 Mengaitkan  Siswa
pemahaman siswa mengungkapkan
tentang intonasi, pengetahuan,
pelafalan, dan kata yang pengalaman, atau
diikuti gerakan dengan pikirannya terkait dengan
pengetahuan atau intonasi, pelafalan, dan
pengalamannya. kata yang diikuti gerakan
pada model berbicara
 Memberi penguatan  Siswa senang dan
kepada siswa yang termotivasi untuk
menjawab pertanyaan mengungkapkan
guru atau menanggapi pemahaman,
pernyataan teman. pengetahuan, atau
pengalamannya terhadap
model berbicara
2. Tahap  Menjelaskan tujuan  Siswa
Menganalisis kegiatan menganalisis mengungkapkan kembali
Model model berbicara. tujuan menganalisis model
Berbicara. berbicara.
 Memberi  Siswa mendengarkan
kesempatan kepada siswa kembali model berbicara
untuk menganalisis model dengan penuh perhatian.
berbicara.  Siswa menandai
tempat terjadinya
perubahan intonasi,
pelafalan, dan kata yang
diikuti gerakan.
 Mengomunikasikan  Siswa terlibat secara
hasil analisis yang aktif menjawab
dilakukan siswa secara pertanyaan guru atau
bersama-sama (klasikal). menanggapi pernyataan
teman.
 Siswa menyebutkan
perubahan intonasi,
pelafalan, dan kata yang
diikuti gerakan sekaligus
letak-letaknya pada model
berbicara.
 Memberi  Siswa
kesempatan kepada siswa mengungkapkan
untuk mengungkapkan pengetahuan atau
pengetahuan atau pemahamannya dari
pemahaman yang kegiatan menganalisis
diperoleh dari kegiatan model berbicara.
menganalisis model
berbicara.
 Memberi penguatan  Siswa senang dan
66
kepada siswa yang termotivasi untuk
menjawab pertanyaan mengungkapkan
guru atau menanggapi pemahaman atau
pernyataan teman pada pengetahuannya terhadap
saat menganalisis model model berbicara.
berbicara.
3. Tahap Latihan  Menjelaskan tujuan  Siswa
Berbicara. kegiatan latihan mengungkapkan kembali
berbicara kepada siswa. tujuan latihan berbicara.
 Menjelaskan  Siswa
kegiatan-kegiatan yang mengungkapkan kembali
harus dilakukan selama kegiatan-kegiatan yang
latihan berbicara. harus dilakukan selama
latihan berbicara.
 Mengingatkan siswa  Siswa
terhadap pengetahuan mengungkapkan kembali
dan pemahaman yang pengetahuan dan
diperolehnya pada tahap pemahaman yang
mendengarkan dan diperolehnya pada tahap
menganalisis model mendengarkan dan
berbicara. menganalisis model
berbicara.
 Memberi tugas  Siswa berlatih secara
latihan berbicara kepada sungguh-sungguh di dalam
siswa sambil kelompok (terutama
mengingatkan siswa agar terkait dengan
memanfaatkan kelancaran, pemahaman
pengetahuan dan isi pembicaraan, dan
pemahaman yang volume suara).
diperoleh pada tahap  Siswa meniru model
mendengarkan dan berbicara secara
menganalisis model konsisten.
berbicara serta
mendorong siswa untuk
meniru model.
 Guru mengamati dan  Siswa meminta
membimbing siswa yang bantuan guru jika
mengalami kesulitan kesulitan dalam berlatih
pada saat berlatih berbicara.
berbicara.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran guru adalah: salah seorang
guru menjadi pelaksana semua kegiatan tindakan yang telah direncanakan,
sisanya bersama-sama dengan peneliti melakukan observasi terhadap
pelaksanaan segala tindakan pembelajaran. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru pelaksana adalah melaksanakan pembelajaran
berbicara dengan strategi modeling sesuai dengan RPP yang telah disiapkan.
Adapun pokok-pokok kegiatn pembelajaran berbicara dengan strategi
67
modeling sebagaimena telah dijelaskan di atas terdiri atas tiga tahap, yaitu
tahap mendengarkan model berbicara (guru sekaligus berfungsi sebagai
model), tahap menganalisis model berbicara (guru membangun pemahaman
siswa terkait model yang telah didengakan dalam hal perubahan intonasi,
pelafalan, dan kata-kata yang disertai gerakan), dan tahap latihan berbicara
(guru membimbing siswa latihan berbicara dengan meniru model, termasuk
latihan keberanian, kelancaran, pemahaman isi pembicaraan).

c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan
tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan salah seorang guru
anggota. Dalam tahap observasi ini, peran peneliti dan guru anggota
adalah: (1) mendampingi guru serta memberikan pengarahan, motivasi, dan
stimulus kepada guru agar dapat melaksanakan perannya berdasarkan
rencana, (2) melakukan pemantauan komperhensif terhadap pelaskanaan
tindakan dengan menggunakan instsmmen pengumpul data yang telah dibuat
sehingga diperoleh data emperik pelaksanaan tindakan pembelajaran,
kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan
penggunaan strategi modeling dalam pembelajaran berbicara. Data tersebut
dijadikan sebagai bahan untuk me1akukan refleksi.

c. Tahap Refleksi
Peneliti bersama observer mendiskusikan hasil pengamatan tindakan
yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas adalah: (1) analisis tentang
tindakan yang dilakukan, (2) mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana
dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan, (3) melakukan
intervensi, pemaknaan dan penyimpulan data yang telah. diperoleh, dan (4)
melakukan reperencanaan (perencanaan ulang) berdasarkan hasil evalusi
terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus sebelumnya (jika diperlukan).

F. Metode Pengumpulan Data


Pada penelitian tindakan kelas, pengumpulan data berada pada tahap
observasi. Adapun teknik pengumpulan dan perekaman data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pengamatan atau observasi dan tes. Pengamatan
dilakukan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran meningkatkan
keterampilan berbicara dengan strategi pemodelan. Sementara itu, tes
dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan keterampilan berbicara siswa
setelah tindakan dilaksanakan.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
observasi atau pengamatan yang terdiri atas lembar observasi aktivitas guru
dan lembar observasi aktivitas siswa. Instrumen kedua yang digunakan adalah
ters kemampuan berbicara. Adapun bentuk tes kemampuan berbicara yang
akan dipakai pada postes penelitian ini adalah bentuk tes berbicara singkat.
Dalam hal ini, akan memanfaatkan lembar observasi produk berupa panduan
pengamatan dan rambu-rambu analisis data produk pembelajaran berbicara
dengan strategi pemodelan yang telah disiapkan. Untuk setiap siklus
postesnya berupa mendeskripsikan seseorang/benda, mendeskripsikan
68
tempat atau mendeskripsikan peristiwa. Peneliti juga akan memanfaatkan
catatan lapangan/jurnal harian selama kegiatan berlangsung untuk
membantu melengkapi data-data yang mungkin tidak terekam melalui
instrumen tersebut.

H. Teknik Analisis Data


Tahap analisis data pada penelitian tindakan kelas berada pada tahap
refleksi. Analisis data dilakukan pada tahap refleksi setiap siklus. Dalam hal
ini, akan menggunakan model alir (flow model) dari Miles dan Huberman
(1992:16-20). Teknik ini terdiri atas tiga fase kegiatan, yaitu: (1) mereduksi
data, yakni kegiatan pemilahan data-data yang relevan, penting, dan
bermakna untuk menjelaskan sasaran analisis dengan cara membuat fokus,
klasifikasi, dan abstraksi data kasar menjadi data bermakna; (2) penyajian
data, berupa narasi-deskripsi dan visual gambar agar mudah dipahami, lalu
disajikan secara sistematis dan logis; dan (3) penarikan simpulan dan
verifikasi data untuk menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan dari
semua fakta yang dihimpun sehingga mencapai tingkat validitas yang akurat.

I. Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penelitian ini dilihat dari dua segi, yakni proses
dan produk (hasil). Dari segi proses, tindakan penelitian ini dikatakan
berhasil jika respons tindakan dalam semua tahapan pembelajaran
dilaksanakan oleh sebagian besar atau semua siswa. Sementara itu, dilihat
dari segi produk (hasil), tindakan dianggap berhasil jika kualitas
keterampilan berbicara siswa telah mencapai nilai 85%. Artinya, 85% siswa
memperoleh rerata nilai lebih besar atau sama dengan 70 (sesuai KKM yang
berlaku di sekolah).

J. JADWAL PENELITIAN
N Bulan ke-
Jenis Kegiatan
O Juli Agst Sept Okt Nop Des
1. Studi Pendahuluan (observasi X
penemuan masalah pembelajaran di
sekolah)
2. Penulisan dan pengajuan proposal X
3. Persiapan Penelitian X
a. Pembahasan skenario tindakan X
b. Penyusunan instrumen X
penelitian X
c. Ujicoba skenario tindakan
4. a. Pelaksanaan tindakan (Siklus 1) X
1. Peneliti mendampingi guru X
dalam melaksanakan tindakan
2. Peneliti bersama anggota X
melakukan pemantauan
komperhensif terhadap
pelaskanaan tindakan X
3. Guru melaksanakan semua
tindakan yang telah X
69
direncanakan
4. Peneliti bersama guru
mendiskusikan hasil pengamatan
tindakan yang telah X
dilaksanakan
5. melakukan reperencanaan
berdasarkan hasil evaluasi dan X
refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan pada siklus 1.
b. Pelaksanaan tindakan (Siklus 2)
...................dst
5. Menyusun draf laporan X
6. Penyususnan laporan akhir X
7. Pengumpulan laporan akhir X

DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, MG. dan Mukti US 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Bernard. 1996. Kemampuan Berbicara (Berpidato) Siswa Kelas VI SDN Mulyo
Agung III Dau Malang Tahun Ajaran 1995/1996. Skripsi tidak diterbitkan.
FPBS: IKIP Malang
Dahar, R. Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: PPLPTK Dirjen Dikti
Depdikbud
Depdiknas. 2002 a. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang
Depdiknas
Depdiknas. 2002 b. Keterampilan Berbicara. Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.. Jakarta: Puskur
Balitbang Depdiknas
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia: Kuliah Dasar (Edisi Kelima).
Alih bahasa oleh Agus Maulana MSM. Jakarta: Professional Books
Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB
Bandung
Hasanah, M. 2006. Pembelajaran Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis
Cerita Fiksi Kontemporer Anak-anak untuk Siswa Kelas 5 SD. Disertasi
tidak diterbitkan: PPS Universitas Negeri Malang
Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: PPGSD Dirjen Dikti
Depdikbud
Kholifah, U. 2000. Penggunaan Media Gambar Diam dalam Pengajaran
Keterampilan Berbicara terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II
SLTP Laboratorium Universitas Negeri Malang Tahun Ajaran 1999/2000.
Tesis tidak diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang
Mahsun. 1998. Etnis Sasak dalam Cermin Bahasa, Sebuah Renungan Introspeksi.
Makalah Seminar Bahasa, 29 November. Mataram: FKIP Unram
Majid, A. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Miles, Matthew B., and Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif.
Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi R. Jakarta: UI Press
70
Moleong, L. J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti P2LPTK
Munaris. 1999. Perencanaan dan Pelaksanaan Evaluasi Keterampilan Berbicara
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMUN 1 dan SMUN 4 Kotamadia
Malang. Tesis tidak diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang
Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konteksual.
Jakarta: Bumi Aksara
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: UM Press
Oka, Djohana D. 2002. Kumpulan Materi TOT CTL Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pangeyasa, W. 2004. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs
Sunan Kalijogo Malang melalui Strategi Pemetaan Pikiran. Tesis tidak
diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang
Rahayu, N. Sirtuti. 1999. Penggunaan Lagu Anak dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara di Kelas IV SDN Penanggungan 02 Kecamatan
Klojen Kotamadia Malang. Tesis tidak diterbitkan. IKIP Malang
Rakhmat, J. 2004. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Rofi‟uddin, A. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: PPS UM
Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta
Soeharo, K., Suprajitno, Sudjimat, dan Sulton. 2003. Teknologi Pembelajaran:
Pendekatan Sistem, Konsepsi dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar
dan Media. Surabaya: SIC
Sunardi. 2002. Peningkatan Keterampilan Berpidato melalui Teknik Tubian Plus
Siswa Kelas II SLTP Negeri 2 Poncokusumo Malang. Tesis tidak diterbitkan.
PPS Universitas Negeri Malang
Suyono, 2004. Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Strategi
Modeling pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kauman 1 Kota
Malang. Tesis tidak diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang
Tarigan, H. Guntur. 1987. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Taryono. 1999. Berbicara dan Komponen-komponennya. Bandung: Angkasa
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Wiraatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Lampiran Untuk Proposal PTK:


1. RPP
2. Lembar Observasi Aktivitas Guru
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
4. Instrumen Penilaian Produk/Hasil Pembelajaran

71

Anda mungkin juga menyukai