PLPG 2014
2
BAGIAN I SKENARIO KEGIATAN
PENDAHULUAN
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam rangka menjadikan guru
sebagai profesi yang bermartabat, pemerintah mencanangkan program
sertifikasi guru.Sertifikasi bagi guru dalam jabatan merupakan salah satu upaya
peningkatan mutu guru.Sertifikasi diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan pada satuan pendidikan formal secara berkelanjutan.
Salah satu wujud nyata kinerja guru profesional adalah dapat
menghasilkan karya ilmiah.Karya ilmiah yang paling dekat dengan aktivitas guru
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Oleh karena itu, guru professional
dituntut mampu merancang, melaksanakan, dan melaporkan PTK.Dalam rangka
mempersiapkan guru professional yang nantinya mampu melaksanakan PTK,
melalui PLPG disiapkan kegiatan berupa Workshop PTK.Melalui kegiatan
workshop PTK ini, setiap peserta diharapkan mampu menghasilkan proposal
PTK.Atas dasar pemikiran inilah, pedoman workshop PTK ini menjadi penting
untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan PLPG ini.
TUJUAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar, karakteristik, dan sistematika proposal PTK.
2. Menyususn proposal PTK berbasis masalah pembelajaran yang terjadi di
sekolah masing-masing.
PETUNJUK UMUM
1. Dalami dan kuasai kembali materi untuk sesi ini. Gunakan bahan-bahan
terlampir untuk mempermudah melakukan proses workshop PTK.
2. Buatlah beberapa slide power point untuk menyajikan tujuan dan materi
pokok untuk sesi ini.
3. Lakukan pembelajaran secara berkelompok dan atau individu dengan
mengedepankan prinsip pembelajaran PAIKEM.
4. Tegaskan sepanjang sesi bahwa hasil workshop ini merupakan hal yang dapat
digunakan sebagai instrument untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran
di sekolah masing-masing sehingga harus diselesaikan dengan baik oleh
semua peserta.
SUMBER/BAHAN/ALAT
1. Modul/Handout Pedoman Workshop PTK.
2. LCD Proyektor.
3
3. Laptop atau personal computer untuk presentasi
ALOKASI WAKTU
Waktu yang digunakan untuk sesi ini adalah 8JPpelajaran (400 menit),
dengan pembagian: 2 JP (100 menit) analisis komponen proposal PTK dan 6 JP (300
menit) menyusun proposal PTK.
SKENARIO PEMBELAJARAN
Kegiatan 5 Kegiatan 4
Extension Reflection
4
2. Kegiatan 2/Connection
Menyajikan hal-hal pokok terkait produk/proposal yangakan dihasilkan
melalui tanyangan dalam bentuk power point.
Peserta diminta mendiskusikan hakikat PTK pada materi yang telah
disiapkan. Dalam hal ini, peserta diminta mengungkapkan pemahamannya
terkait hal-hal berikut.
- pengertian PTK
- manfaat PTK
- ciri-ciri PTK
- perbedaan PTK dan non-PTK
- keterbatasan PTK
- sistematika proposal PTK
3. Kegiatan 3/Aplication
Peserta dipandu menghasilkan proposal PTK dengan menampilkan contoh
atau model dengan menggunakan tayangan power point melalui tahapan
sebagai berikut.
o Menetapkan fokus masalah
o Menentukan alternatif perbaikan
o Merumuskan masalah PTK dan cara pemecahannya
o Menformulasikan judul PTK
o Merumuskan hipotesis
o Merumuskan tujuan dan manfaat PTK
o Menyusun rancangan penelitian
o Merumuskan indikator kinerja
Peserta menyusun sendiri proposal PTK sesuai dengan sistematika proposal
PTK yang benar berdasarkan hasil tahapan kegiatan di atas.
CATATAN INSTRUKTUR:
5
6
4. Kegiatan 4/Refelection (20 menit)
Jika sudah mendapatkan unjuk kerja peserta, lakukan kegiatan refleksi
terhadap keseluruhan pembelajaran untuk sesi ini.
CATATAN INSTRUKTUR:
5. Kegiatan 5/Extention
Mintalah peserta untuk terus berlatih mengidentifikasi masalah
pembelajaran yang terjadi di sekolah masing-masing sekaligus berupaya
mencari alternative perbaikannya.
7
BAGIAN II ISI MODUL
BAB I HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS
STANDAR KOMPETENSI
Merencanakan, melaksanakan, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
KOMPETENSI DASAR
1. Memahami konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
INDIKATOR
1.1 Menjelaskan pengertian PTK
1.2 Menjelaskan manfaat PTK
1.3 Menjelaskan ciri-ciri PTK
1.4 Menjelaskan perbedaan PTK dan non-PTK
1.5 Menjelaskan keterbatasan PTK
8
memperoleh pandangan dan pemahaman baru tetang belajar mengajar untuk
peningkatan sekolah secara menyeluruh.
2. Ebbuts (dalam Basrowi & Suwandi, 2008): PTK merupakan studi yang
sitematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki pratik-praktik dalam
pendidikan dengan melakukan tindakan-tindakan praktis serta refleksi dari
tindakan tersebut.
3. Kemmis & McTaggart (1992): PTK merupakan suatu proses yang dinamis
dimana keempat aspek (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi)
harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah statis , terselesaikan dengan
sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang
menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu definisi
operasional dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk
memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek pembelajaran.Dari definisi
tersebut dapat dijelaskan bahwa kegitan ini merupakan suatu bentuk
penelitian, yang harus mengikuti prosedur ilmiah dalam perencanaan,
pelaksanaan dan analisisnya.Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan
guru itu sendiri melalui hasil refleksi dan tujuan akhir dari penelitian ini
adalah untuk memperbaiki praktek pembelajaran di kelas.
Metodologi dalam PTK bersifat (a) inovatif, yaitu penerapan dan/atau
penemuanstrategi, teknik, sarana pembelajaran, sistem asesmen yang lebih
baik untuk menyelesaikan masalah pembelajaran; (b) kolaboratif, yaitu
melibatkan teman sejawat atau dosen dari perencanaan samapi penyusunan
laporan; (c) reflektif, yaitu Refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran
secara terus menerus; dan (d) siklusistis, yaitumengikuti daur yang berulang
sampai permasalahan pembelajaran teratasi.
9
untuk mengatasi kelemahannya. Kemudian ia belajar dari tindakan yang
dilakukan untuk mengadakan perbaikan dan tindak lanjut]
3. Meningkatkan rasa percaya diri guru. Terkait dengan penjelasan di atas
bahwa PTK mampu meningkatkan profesionalisme, konsekuensinya adalah
PTK juga mampu menumbuhkan rasa percaya diri. PTK menunut
kejujuran dari guru sebagai peneliti dalam hal mengakui kelemahan
dirinya dalam melaksanakan pembelajaran. Sebelum melakukan PTK,
guru harus melakukan refleksi terhadap pembelajarannya untuk
menentukan kekuatan yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan dan
kelemahan yang perlu dicarikan solusinya ke arah perbaikan. Rasa
percaya diri tumbuh manakala guru mampu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi melalui PTK. Lebih-lebih kalau hasil PTK ini berhasil
dipublikasikan dan dibaca oleh teman seprofesi.
4. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan guru secara aktif dan
berkesinambungan. Sebagai guru profsional, tidaklah cukup hanya
menerima pembaharuan pembelajaran dari orang lain. Guru juga perlu
melakukan inovasi dalam pembelajarannya dan menemukan solusi
terhadap permasalahan pembelajarannya. Ada kecendrungan bahwa
keberhasilan satu inovasi akan menggugah inovasi yang lain. Dari inivasi-
inovasi inilah yang akan memunculkan teori-teori yang lebih dikenal
dengan istilah theorizing by practioners, yang membangun sendiri
pengetahuan (self-constructed knowledge) berupa personal theory atau
theory-in-use (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998).
Sementara itu, secara khusus PTK bemanfaat untuk: (a) Meningkatkan inovasi
guru dalam pembelajaran; (b) Menumbuhkan kebiasaan menulis; (c)
Menumbuhkan kemampuan analitis dan ilmiah; dan (d)
Menumbuhkembangkan budaya meneliti. Selain manfaat untuk guru yang
disebutkan di atas, PTK juga bermanfaat untuk siswa dan sekolah.
Perbedaan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK (Wardhani & Wihardit, 2007)
No. Aspek PTK Penelitian Kelas
Non-PTK
1. Peneliti Guru Orang luar atau Guru
2. Rencana Oleh Guru (bisa dibantu Oleh Peneliti/Guru
Penelitian oleh orang luar (guru
lain/dosen)
3. Munculnya Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang
Masalah (mungkin dengan luar
dorongan orang luar (guru
11
lain/dosen)
4. Ciri Utama Ada tindakan untuk Belum tentu ada
perbaikan yang berulang tindakan perbaikan
5. Peran Guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai guru (objek
penelitian)
6. Tempat Kelas Kelas
Penelitian
7. Proses Oleh guru sendiri atau Oleh peneliti
Pengumpulan bantuan orang lain
Data
8. Hasil Penelitian Langsung dimanfaatkan Menjadi milik
oleh guru dan dirasakan peneliti, belum tentu
oleh kelas dimanfaatkan oleh
guru
LATIHAN
1. Jelaskan pengertian PTK secara operasional!
2. Jelaskan manfaat PTK!
3. Jelaskan ciri-ciri PTK!
4. Apa perbedaan antara Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Kelas
Non-PTK!
5. Jelaskan keterbatasan PTK!
12
BAB II PENYUSUNAN PROPOSAL PTK
STANDAR KOMPETENSI
Merencanakan, melaksanakan, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
KOMPETENSI DASAR
2. Menyusun proposal PTK secara bertahap.
INDIKATOR
2.1 Menetapkan fokus masalah
2.2 Menentukan alternatif perbaikan
2.3 Merumuskan masalah PTK
2.4 Menformulasikan judul PTK
2.5 Merumuskan hipotesis
2.6 Merumuskan tujuan dan manfaat PTK
2.7 Menyusun rancangan penelitian
2.8 Merumuskan indikator kinerja
13
Dalam kaitannya dengan penggalian masalah PTK, profesi guru sering
diidentikan dengan praktek profesi dokter dalam menangani pasien. Dokter
mengobati penyakit pasien melalui rangkaian diagnose untuk mengetahui
penyakit dan sumber penyakitnya. Kalau pasien terdiagnose dengan baik
maka akan gampang bagi dokter untuk menentukan obatnya dan pasien akan
cepat sembuh. Guru dalam menetapkan permasalahan yang akan
diselesaikan juga harus melalui serangkaian diagnose terhadap permasalahan
yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas. Diperlukan kecermatan
guru dalam melakukan diagnose dan analisis, karena tidak semua
permasalahan di kelas perlu diselesaikan dengan PTK. Seorang anak
pegunungan yang terpaksa harus sekolah di kecamatan dengan jarak tempuh
3 jam dengan jalan kaki. Anak harus bangun pagi-pagi tanpa sarapan yang
berdampak pada kesiapan siswa dalam belajar (siswa sering ngantuk, dan
lapar ketika berada di kelas).Ini memang permasalahan tapi tidak perlu
sampai penelitian untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam hal ini, alternatif solusi/tindakan perbaikan dapat berupa: (1) Teori
Belajar: Humanisme, Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme; (2)
Pendekatan pembelajaran: CBSA, CTL, Cooperative Learning (CL) dengan
berbagai Model; (3) Strategi pembelajaran: Inquiry, Mastery Leaning; (4)
Metode pembelajaran: Ceramah, Diskusi, Penugasan, Studi Kasus, CALL,
Demonstrasi, Praktikum, dll.; (5) Teknik pembelajaran: Remedial Teaching,
Pengayaan, Tanya Jawab; dan (6) Media pembelajaran: Hand Out, LKS, Buku
Ajar, Audio Visual, Audio Lingual, dll.
Solusi yang bisa diadopsi dan diadaptasi untuk disesuaikan dengan berbagai
situasi dan jenjang pendidikan antara lain:
Pembelajaran Berbicara
o Information Gaps
o Role Playing
o Simulation
o Discussions
o Story Telling
o Class Survey
o Interview
o Picture Narrating/Picture Describing
o Fanani‟s Technique
o TLC (Spoken Cycles)
o Presentation
o Project Presentation
o Ball Games
16
Pembelajaran Menyimak
o Total Physical Response (TPR)
o Reading Race
o Note Taking
o Mind Mapping
o Cloze Procedure
o Listen and Retell
Pembelajaran Membaca
o Mind Mapping
o Note Taking
o SQ3R/SQ4R (Survey, Question, Read, Recite, Record, Review)
o Cloze Test Procedure
o REAP (Reading, Ecoding, Annotating, Pondering)
o SRR (Survey, Read, Review)
o PQ4R (Preview, Question, Read, Recite, Review, Rewrite)
o Reading Race
o Summary Translation
o Comics
Pembelajaran Menulis
o Mind mapping
o Series Pictures
o Summarizing
o Guided Composition
o Journal/Diary Writing
o Project Report
o Graph/Picture/Table/Data Translation
o TLC (Written Cycles)
o Deconstruction-Construction Model (DCM)
o Modelling
o Blind Pragraph (Editing)
o Comics
Dalam pembelajaran IPS dan IPA, solusi yang dapat diadopsi dan diataptasi
dari berbagai pendekatan, strategi, metote, teknik, model dan media yang
telah banyak diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan/atau melakukan
kreativitas untuk menciptakan sendiri solusi-solusi pembelajaran.
VCT (Value Clarification Technique)
Pembelajaran berbasis portofolio
Pembelajaran berbasis masalah
CTL (Contextual Teaching and Learning)
Inquiry
Cooperative learning
Role playing
Kontrak pembelajaran
Pembelajaran Beregu
Studi Kasus
17
Peta Konsep
Active knowledge sharing
True or false
Inquiring minds what to know
Pemecahan masalah
Giving question and getting answers
Grossword puzzle
Phisycal self-assessment
Modeling the way
Dan beberapa model pembelajaran inovatif lainnya
18
kata “apakah” dalam rumusan masalah akan melemahkan posisi solusi.
Dengan terpilihnya solusi dari permasalahan berarti peneliti harus merasa
yakin bahwa solusi tersebut mampu menyelesaikan masalah dan tinggal
menjelaskan bagaimana solusi itu bekerja untuk menyelesaikan masalah.Jadi
kata “bagaimana” dianggap lebih tepat.Ini sekaligus membedakan antara
PTK dengan penelitian eksperimen yang sering dikacaukan dalam penelitian.
Contoh-Contoh Rumusan Masalah PTK
Dalam penelitian yang dibuat untuk hibah, panjangnya judul dibatasi antara
15 - 20 kata.Berikut disajikan contoh judul PTK berdasarkan rumusan
masalah pada contoh di atas.
19
Contoh rumusan judul PTK
No Contoh Rumusan Masalah Contoh Judul PTK
1 Bagaimana upaya meningkatkan Upaya Meningkatkan kemampuan
kemampuan berbicara dengan berbicara dengan menggunakan
menggunakan strategi pemodelan strategi pemodelan pada siswa
pada siswa kelas V SDN Maju Jaya kelas V SDN Maju Jaya Tahun
Tahun Pelajaran 2010/2011? Pelajaran 2010/2011
20
X, maka Y pada Z akan berubah.” atau “jika menggunakan X, …maka Y dan
Z akan meningkat”
Contoh rumusan hipotesis tindakan
Judul PTK Contoh Rumusan Hipotesis Tindakan
Peningkatan hasil Penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan
belajar PKn melalui maksimal akan mampu menngkatkan hasil belajar
penerapan PKn siswa kelas IV SDN Maju Jaya Tahun Pelajaran
pembelajaran 2011/2012.
berbasis masalah atau
pada siswa kelas IV Dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah
SDN Maju Jaya dengan maksimal, hasil belajar PKn siswa kelas IV
Tahun Pelajaran SDN Maju Jaya Tahun Pelajaran 2011/2012 akan
2011/2012 meningkat.
atau
Jika dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah dapat
dilaksanakan dengan maksimal, hasil belajar PKn
siswa Kelas V SDN Maju Jaya tahun pelajaran
2010/2011 akan meningkat.
21
1 Upaya meningkatkan Tujuan Umum: untuk menggambarkan upaya
kemampuan meningkatkan kemampuan berbicara
berbicara dengan dengan menggunakan strategi
menggunakan strategi pemodelan pada siswa kelas V SDN Maju
pemodelan pada Jaya Tahun Pelajaran 2010/2011
siswa kelas V SDN Tujuan Khusus: untuk meningkatkan kemampuan
Maju Jaya Tahun berbicara siswa kelas V SDN Maju Jaya
Pelajaran 2010/2011 Tahun Pelajaran 2010/2011
22
1. Untuk guru. Penelitian ini diharapkan dapat (a) memberikan masukan
tentang inovasi pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan strategi pemodelan; (b) memberikan motivasi kepada
guru untuk selalu berkreasi menerapkan berbagai model pembelajaran
seperti strategi pemodelan; (c) mendorong guru untuk dapat
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran keterampilan berbicara
dengan cermat.
2. Untuk siswa. Penelitian ini diharapkan dapat (a) meminimalisir
permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa dalam berbicara; (b)
meningkatkan keaktifan dan keberanian siswa dalam berbicara; (c)
melatih siswa untuk terampil berbicara.
3. Untuk sekolah: Penelitian ini diharapkan dapat (a) membuat sekolah
selalu memberi ksempatan kepada semua guru untuk melakukan inovasi
pembelajaran termasuk pembelajaran keterampilan berbicara; (b)
mengatasi permasalahan pembelajaran yang terjadi di sekolah
terutama yang terkait dengan permasalahan pembelajaran bahasa
Indonesia; dan (c) meningkatkan akreditasi sekolah.
23
Secara singkat dapat dikatakan bahwa manfaat dari Kajian Pustaka antara
lain:
1. Untuk menjawab permasalahan PTK secara teoritis.
2. Untuk menemukan variabel-variabel penyebab terjadinya masalah PTK.
3. Untuk mengoperasionalkan variabel-variabel tersebut.
4. Untuk menyusunan jawaban sementara dari permasalahan PTK
(hipotesis).
5. Untuk menemukan metode yang paling tepat untuk menyelesaikan
permasalahan
26
Rekaman dan Foto
d. Instrumen Penelitian
Lembar Pengamatan (Guru, Siswa, Kelas)
Tes (Awal, Tengah, Akhir) dan Asesmen Alternatif
Format Peta Kelas
Lembar Wawancara
Angket/Kuesioner
Alat Rekam visual/Audio/Audio Visual
5. Analisis Data
PTK adalah penelitian yang bersifat kualitatif dan penelitian yang
menekankan pada proses dan baru kemudian didukung dengan hasil
pencapaian siswa. Data dalam PTK pada umumnya dianalisis dengan dua
cara yaitu secara kualitatif dan kuntitatif. Hasil dari pengamatan
cendrung dianalisis secara kualitatif dan data berupa prestasi hasil
belajar dianalisis secara kuantitatif berupa nilai rerata, frekuensi,
rentang dan kuantitatif sederhana lainnya seperti ketuntasan klasikal.
LATIHAN
Berangkat dari pengalaman sebagai guru, kerjakan tugas-tugas berikut sesuai
urutan langkah-langkahnya!
28
TUGAS 2: Pilih salah satu masalah tersebut dan kajilah sumber masalahnya.
3. Masalah yang akan diteliti dan sumbernya
29
TUGAS 6: Rumuskan Hipotesis Tindakan
7. Hipotesis Tindakan:
b. Untuk Guru:
c. Untuk Sekolah:
30
(c) Rencana Tindakan: (Apa yang akan dilakukan pada masing-masing bagian
berikut?)
(i) Perencanaan:
(ii) Pelaksanaan:
(iii) Observasi:
(iv) Refleksi:
*Model latihan di atas diadopsi dari model workshop PTK PLPG (Sujana, 2012)
31
BAB III SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
STANDAR KOMPETENSI
Merencanakan, melaksanakan, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
KOMPETENSI DASAR
3. Menyusun proposal PTK berdasarkan sistematika yang benar.
INDIKATOR
3.1 Mengidentifikasi komponen-komponen proposal PTK secara runtut.
3.2 Menyusun proposal PTK sesuai dengan sistematika yang benar.
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN (ditandatangani oleh Peneliti, Dosen Pembimbing/
Kepala Sekolah, atau pejabat lainnya yang diperlukan serta diketahui oleh
Kajur/Kaprodi/Kepala Dinas)
A. JUDUL PENELITIAN
Tuliskan judul penelitian Saudara.Judul PTK harus dirumuskan secara
singkat, jelas, tetapi mampu menggambarkan masalah yang diteliti (variabel
harapan), tindakan perbaikan yang dipilih (varibel tindakan), dan setting
penelitian.Judul berkisar antara 15 - 20 kata.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unsur-unsur pokok dalam latar belakang antara lain:
d. Penjelasan tentang apa yang seharusnya dicapai dan/atau dilakukan oleh
siswa dan/atau guru dalam pembelajaran (tujuan ideal). Hal ini dapat
diambil dari kurikulum/silabus (SK, KD, dan Indikator);
e. Penjelasan tentang apa yang telah dicapai atau dilakukan saat ini (kondisi
saat ini) disertai dengan data-data pendukung (misalnya, nilai hasil
belajar siswa);
f. Penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan
tidak sesuainya target dengan kondisi saat ini (penyebab bisa dari siswa,
guru, media, fasilitas, sekolah, orang tua, dan sebagainya). Selanjutnya,
tetapkan penyebab utamanya;
g. Penjelasan tentang alternatif tindakan yang dipilih untuk mengatasi
masalah termasuk alasan pemilihan alternatif dimaksud; dan
h. Penegasan tentang pentingnya tindakan ini dilakukan dan akibatnya kalau
tidak segera diatasi (penegasan perlunya PTK).
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Rumusan masalah biasanya diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
Komponen dari rumusan masalah terdiri atas: tindakan yang akan
dilakukan, masalah yang akan diatasi atau tujuan, dan seting penelitian.
2. Pemecahan Masalah
Pemecahan Masalah berisi uraian tentang alternatif tindakan yang diambil
untuk memecahkan masalah, yakni berupa langkah-langkah penerapan
solusi yang dipilih.
C. Tujuan Penelitian
Perlu dibedakan antara tujuan penelitian dan tujuan tindakan. Tujuan
penelitian adalah untuk mendeskripsikan proses dan hasil dari penelitian
tersebut. Tujuan tindakan adalah tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
tindakan yang diberikan.Solusinya, perlu disebutkan tujuan umum yang
berisi tujuan penelitian dan tujuan khusus yang merupakan tujuan dari
tindakan seperti meningkatkan kemampuan, meningkatkan keaktivan,
meningkatkan prestasi belajar, dll.
34
D. Manfaat Penelitian
Uraikan dengan jelas manfaat hasil penelitian ini terhadap kualitas
pembelajaran dan/atau pendidikan.Jabarkan lebih rinci manfaat hasil
penelitian untuk siswa, guru, sekolah, dan kompenen lainnya yang terlibat
dalam penelitian ini.
35
Pada bagian ini dicantumkan tahapan-tahapan pelaksanaan PTK yang
meliputi 4 langkah pokok yaitu: perencanaan, implementasi, observasi dan
evaluasi, serta refleski.
(a) Perencanaan Tindakan
Sebutkan perencanaan yang dilakukan dalam mempersiapkan
implementasi seperti mempersiapkan RPP, menyusun intrumen penilaian,
menyusun lembar observasi, menyiapkan media, LKS dan lain-lain.
(b) Pelaksanaan Tindakan
Deskripsikan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan perencanaan.
(c) Observasi dan Evaluasi
Uraikan tentang cara melakukan pengamatan, siapa yang mengamati, dan
menggunakan alat berupa apa. Uraikan pula cara menilai produk atau
hasil pembelajaran.
(d) Refleksi
Uraikan tentang cara dan hasil refleski terhadap proses, hasil dan dampak
tindakan perbaikan.
F. Metode Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Sebutkan tentang jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini
(misalnya prestasi belajar, kegiatan pembelajaran, rancangan
pembelajaran, dll.)
b. Sumber Data
Sebutkan sumber-sumber dari mana data tersebut diperoleh (siswa, guru,
dokumen, dll.)
c. Cara Pengumpulan Data
sebutkan cara-cara apa yang akan digunakan untuk mengumpulkan data
(misalnya tes, observasi, dokumentasi, dll.)
G. Instrumen Pengumpulan Data
Sebutkan instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tersebut
(tes, lembar observasi, dokumen, dll.)
H. Teknik Analisis Data
Uraikan bagaimana cara pemaknaan data setelah dilakukan keseluruhan
siklus (kualitatif atau kuantitatif, atau keduanya).
I. Indikator Kinerja
Tentukan tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan.Gunakan analisis
kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk menentukan tingkat keberhasilan
penelitian.
J. Jadwal Penelitian
Tuliskan dalam bentuk matriks untuk menggambarkan jadwal kegiatan dari
awal sampai kegiatan akhir (penyusunan laporan).
K. Rencana Pembiayaan (bila diperlukan)
Kalau penyusunan ini untuk mendapatkan hibah atau pembiayaan dari
sponsor atau lembaga tertentu, perlu disusun rencana pembiayaan. Pada
umumnya dana dialokasikan untuk: (a) honorarium ketua dan anggota
peneliti tidak boleh melebihi 30% dari pagu dana yang diusulkan; (b) biaya
operasional kegiatan, ATK, dll. disesuaikan dengan kebutuhan; (c) biaya
perjalanan disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan dan tidak lebih dari
15% dari total biaya yang diusulkan; (d) biaya selesksi internal, seminar,
36
publikasi, dan diseminasi hasil penelitian tidak melebihi 10%; dan (e) biaya
lain-lain harus dirincikan sesuai dengan kebutuhan.
L. Personalia Penelitian (bila diperlukan)
Tuliskan semua personalia penelitian.Uraikan peran dan waktu yang
dialokasikan per minggu. Informasi yang biasanya tercakup dalam personalia
antara lain: nama peneliti lengkap dengan gelar, NIP, golongan, pangkat,
lembaga, lokasi penelitian, jumlah jam dalam 1 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka merupakan uraian tentang identitas sumber-sumber
pustaka yang dirujuk dalam isi proposal dan skripsi.
A. Unsur dan Urutan Penulisan Daftar Pustaka
a) Unsur. Unsur daftar pustaka terdiri atas: (1) nama pengarang, (2) tahun
penerbitan, (3) judul buku dan anak judul (jika ada), (4) tempat
penerbit, dan nama penerbit.
b) Urutan Penulisan. Urutan penulisan unsure daftar pustaka adalah (1)
nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul buku dan anak judul
(jika ada), (4) tempat penerbit, dan nama penerbit. Khusus untuk nama
pengarang, ditulis tanpa gelar dengan urutan: (a) sesuai abjad, (b) nama
akhir, dan (c) nama depan. Antara nama akhir dan nama depan
dipisahkan oleh tanda koma (,).
(2) Jika pengarangnya satu orang namun menulis dua buku atau lebih pada
tahun yang sama, maka tahun penerbitannya memakai kode a, b atau c.
contoh:
Keraf, Gorys. 1996a. Membaca sebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa.
Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1996b. Berbicara sebagai Sebuah Keterampilan
Berbahasa. Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1996c. Menulissebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa.
Flores: Nusa Indah.
(3) Jika pengarangnya satu orang menulis dua buku atau lebih pada tahun
yang berbeda, maka tahun penerbitan diurut berdasarkan tahun lebih
awal.
Keraf, Gorys. 1996. Menulissebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa.
Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1998. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Nusa Indah.
37
(4) Bila pengarangnya lebih dari seorang, maka penulsanya adalah nama
akhir kedua atau ketiga pengarang diutamakan contohnya:
Alson, Benjamis F, and Pickett, Valma B. 1983.Beginning Morphology
and Syntax.Dallas: The Summer Institute of Lingustics, Ltd.
38
f) Acuan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh Suatu
Penerbit Tanpa Pengarang dan Penulis
Penulisannya dimulai dengan judul atau dokumen dicetak miring (titik),
tahun (titik), kota penerbit (titik dua) dan nama penerbit (titik), baris kedua
harus indent, misalnya:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1990 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta PT Arnas Duta Jaya.
39
LATIHAN
1. Sebutkan komponen-komponen proposal PTK!
2. Susunlah sebuah proposal PTK yang sesuai dengan permasalah yang Anda
hadapi di sekolah!
40
BAB IV SISTEMATIKA LAPORAN PTK
STANDAR KOMPETENSI
Merencanakan, melaksanakan, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
KOMPETENSI DASAR
4. Menyusun laporan PTK berdasarkan sistematika yang benar.
INDIKATOR
4.1 Mengidentifikasi komponen-komponen laporan PTK secara runtut.
4.2 Menyusun laporan PTK sesuai dengan sistematika yang benar.
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK (kalau ada)
DAFTAR GAMBAR (kalau ada)
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
2. Cara Pemecahan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Instrument Penelitian (yang telah terisi)
2. Dokumen Data Hasil Penelitian
3. Rencana Perbaikan Pembelajaran (disahkan sekolah)
4. Surat Ijin Penelitian
5. Surat Keteangan Telah Melaksanakan Penelitian (dari Kepala Sekolah)
6. Photo Dokumentsi Penelitian
A. BAGIAN AWAL
a. Halaman Judul, pada umumnya berisi judul penelitian, logo lembaga,
nama peneliti, sumber dana (jika diperlukan), lembaga tempat
peneliti bekerja, tahun pembuatan laoran, dan hal-hal lain yang
diperlukan.
b. Halaman Pengesahan, bagian ini merupakan lembar pengesahan oleh
lembaga yang ditandatangani oleh Ketua Peneliti, Kepala Sekolah
(untuk perguruan tinggi oleh Dekan dan Ketua Lembaga Penelitian)
atau sesuai dengan pedoman yang diberikan penyandang dana.
Lembar ini berisi antara lain judul PTK, bidang ilmu (dan kategori
penelitian), identitas peneliti, nama-nama anggota, lokasi penelitian,
biaya penelitian, sumber dana penelitian
c. Kata Pengantar, berisi ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, Pimpinan, Penyandang dana, Sejawat dan siapa saja yang
membantu penyelesaian penelitian ini. Biasanya juga permintaan
saran peneliti kepada pembaca.
d. Abstrak, merupakan saripati dari laporan ini yang bisanya memuat
tujuan penelitian, metodologi/prosedur penelitian dan hasil
penelitian, berkisar antara 200-500 kata disertai kata-kata kunci tidak
lebih dari 5 kata. Ditulis 1 spasi.
43
e. Daftar Isi, memuat bagian awal, bagian inti yang berisi bab dan sub-
bab yang ada dalam laporan, dan bagian akhir laporan lengkap dengan
halamannya.
f. Daftar-Daftar (Gambar, Tabel, Lampiran), berisi nomor daftar, nama
daftar dan halaman.
B. BAGIAN INTI
Tiga bab dari bagian inti laporan PTK sama dengan tiga bab pada
proposal. Yang berbeda biasanya adalah penggunaan kata yang
menyangkut aspek waktu. Dalam proposal banyak menggunakan kata
akan, sedangkan dalam laporan kata tersebut dihilangkan atau diganti
dengan kata “telah”.
a. Bab I Pendahuluan, berisi uraian latar belakang, rumusan dan cara
pemecahan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian
(lihat penjelasan pada bab III).
b. Bab II Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Tindakan, berisi berbagai
konsep/teori terkait variabel penelitian, hasil-hasil penelitian terkait
yang pernah dilakukan, kerangka berpikir berupa uraian tetang
bagaimana tindakan yang dipilih akan mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi, dan hipotesis tindakan (lihat penjelasan pada bab III).
c. Bab III Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian, biasanya diganti
“Pelaksanaan Penelitian”, berisi uraian tentang setting penelitian,
subjek dan observer penelitian, faktor yang diteliti, disain dan
langkah-langkah penelitian (perencanaan, tindakan, observasi dan
evaluasi, serta refleksi), metode pengumpulan data, instrumen
pengumpulan data, teknik analisis data, dan indikator kinerja (lihat
penjelasan pada bab III).
d. Bab IV Hasil dan Pembahasan
Uraian pada bab ini diawali dengan paparan masing-masing siklus
terkait pelaksanaan tindakan, hasil observasi guru, siswa dan interaksi
kelas, dan hasil evaluasi pembelajaran (tes dan non-tes). Sebaiknya
paparan masing-masing siklus mengikuti tahapan penelitian PTK
(perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi).
e. Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu simpulan dan saran-
saran.Simpulan diuraikan secara singkat, jelas, dan runtut dan harus
secara langsung menjawab permasalahan yang diteliti.Ketika menarik
simpulan, peneliti harus kembali melihat rumusan masalah dan
mengecek apakah rumusan tersebut sudah terjawab dengan simpulan.
Sementara itu, saran sebaiknya sesuai dengan hasil penelitian dan
ditujukan kepada berbagai kalangan yang berkepentingan (teman
sejawat, kepala sekolah, dinas pendidikan, dll.). Sebaiknya, saran
disesuaikan dengan manfaat penelitian serta menggunakan bahasa
saran.
C. BAGIAN AKHIR
Bagian akhir dari penelitian adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang diperlukan.
a. Daftar Pustaka
44
Tuliskan semua buku yang dirujuk dalam penelitian ini. Perlu
diperhatikan konsitensi dalam penulisan sesuai dengan aturan yang
diikuti (lihat penjelasan pada bab III).
b. Lampiran-lampiran
Bagian ini berisi lampiran-lampiran yang diperlukan dan mendukung
kegiatan penelitian seperti:
(a). Instrument Penelitian (yang telah terisi)
(b). Dokumen Data Hasil Penelitian
(c). Rencana Perbaikan Pembelajaran (disahkan sekolah)
(d). Surat Ijin Penelitian
(e). Surat Keteangan Telah Melaksanakan Penelitian
(f). Photo Dokumentsi Penelitian
LATIHAN
1. Sebutkan komponen-komponen laporan PTK!
2. Susunlah sebuah laporan PTK setelah Anda melaksanakan PTK yang Anda
rencanakan pada bab sebelumnya!
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suharjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ditjen DIKTI. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) Tahun Anggran 2006. Jakarta: DEPDIKNAS.
Elliott, J. 1991. Action Research for Educational Change: Milton Keynes: Open
University Press
Kemmis, S. dan Robin McTaggart. 1988. The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University
Kunandar, 2008.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Mahsun.2005. Metode Penelitian Bahasa; Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Musaddat, S. 2006. Aplikasi Bahasa Indonesia; Pemahaman ke Arah Penyusunan
Karya Ilmiah. Mataram: Unram Press
Muslich, M. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Raka Joni, T., Kardiawarman, dan Hadisubroto, T. 1998.Penelitian Tindakan
Kelas. Bagian Pertama: Konsep Dasar. Jakarta: PGSM, Ditjen DIKTI.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
Rofi‟uddin, A. 2005.Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: PPS UM
Sanford, N. 1970.Whatever Happened to Action Research?, Journal of Social
Issued. Vol 26.
45
Sujana, I M. 2012.Workshop Penelitian Tindakan Kelas.Modul PLPG 2012.
Mataram: Unram
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Syamsuddin dan Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tompkins, G. E. 1993. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New
York: Macmillan Pubishing
Wardhani, I GAK dan Wihardit, K.A. 2007.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.
Wiriaatmadja, R. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PPs UPI dan Rosda.
46
Lampiran Contoh Proposal PTK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran keterampilan berbicara di Sekolah Dasar (SD), bertujuan
agar siswa mampu menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan
sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa
dan benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil
pengamatan, pemahaman isi buku, dan berbagai karya sastra untuk anak
berbentuk dongeng, pantun, drama, dan puisi. Khusus untuk kelas V SD,
pembelajaran keterampilan berbicara dirancang agar siswa mampu
mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui
menceritakan pengalaman, membahas masalah-masalah aktual,
mendeskripsikan benda atau seseorang menjelaskan petunjuk penggunaan,
berdiskusi, dan menyampaikan pesan melalui telepon serta menceritakan
kembali isi dongeng dan bermain peran (Depdiknas, 2004:41).
Namun demikian, sampai saat ini, masih ditemukan ketidaksesuaian
antara harapan sebagaimana uraian tersebut dengan kenyataan yang terjadi.
Masih terjadi berbagai kesenjangan antara teori dan praktek dalam kaitannya
dengan pengajaran keterampilan berbicara. Kesenjangan-kesenjangan dimaksud
antara lain: (1) di bidang percaya diri, teori menghendaki bahwa untuk menjadi
pembicara yang baik diperlukan rasa percaya diri yang tinggi, namun
kenyataannya sebagian besar mahasiswa/siswa justru memiliki percaya diri yang
rendah; (2) di bidang olah vokal, teori menghendaki bahwa untuk menjadi
pembicara yang baik harus memiliki kualitas vokal yang memadai, kenyataannya
sebagian besar mahasiswa/siswa justru kualitas vokalnya masih kurang; (3) di
bidang unsur kinesik atau bahasa tubuh, teori menuntut bahwa untuk dapat
berbicara dengan baik diperlukan kemampuan mengoptimalkan penggunaan
unsur kinesik, tetapi kenyataannya sebagian besar mahasiswa/siswa belum
mampu menggunakan unsur kinesiknya dengan baik dalam berbicara; dan (4) di
bidang penyajian isi, teori menuntut bahwa pembicara yang baik harus mampu
memilih, mensgemas, dan menata pesan, namun kenyataannya mahasiswa/siswa
masih kesulitan untuk menyajikan apa yang akan disampaikan.
Penyebab timbulnya kesenjangan sebagaimana diuraikan di atas antara
lain: (1) di sekolah siswa belum memperoleh kesempatan yang memadai untuk
berlatih berbicara dari guru bahasa Indonesia baik melalui kegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler; (2) belum banyak guru yang mau,
mampu, dan berkesempatan untuk memikirkan dan menangani secara serius
problem-problem dan hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam hal
berbicara; (3) di luar sekolah, siswa juga belum banyak memperoleh
kesempatan berlatih berbicara karena belum banyak organisasi-organisasi atau
kelompok-kelompok kegiatan anak dan remaja yang menyiapkan aktivitas
latihan berbicara, kalaupun ada pertemuannya belum banyak dimanfaatkan
untuk latihan berbicara; (4) di rumah, sangat jarang ditemukan keluarga yang
47
memberi kesempatan kepada anaknya untuk berlatih berbicara secara khusus
(hasil pengamatan dan dialog peneliti dengan beberapa guru SD dan SMP di Kota
Mataram dan Lombok Barat).
Berdasarkan ilustrasi di atas, sekolah sebagai lembaga yang dianggap
paling bertanggung jawab dalam membina kemampuan berbicara siswa harus
segera mencari alternatif pemecahannya. Misalnya, dengan terus melakukan
perbaikan-perbaikan proses pembelajaran, terus berkreasi dalam memanfaatkan
media dan strategi pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa Indonesia,
wawancara peneliti dengan siswa kelas V SD Negeri 2 Perampuan, dan hasil
pengamatan peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di
kelas diperoleh informasi bahwa (1) keterampilan berbicara telah diajarkan
kepada siswa sejak siswa berada di kelas rendah (utamanya kelas 3), tetapi
hasilnya belum maksimal; (2) cara yang ditempuh guru untuk membelajarkan
keterampilan berbicara kepada siswa adalah dengan menjelaskan bagaimana
berbicara, teori tentang berbicara, menunjukkan contoh pembicaraan (tetapi
masih sangat sedikit), dan menugaskan siswa berbicara dengan topik tertentu,
(3) pembicaraan yang dijadikan contoh dalam pembelajaran berbicara diambil
dari buku paket tanpa dianalisis terlebih dahulu, (4) pembelajaran berbicara
cenderung teoritis dan dibelajarkan pada pertemuan dan pokok bahasan
tertentu, (5) pembelajaran berbicara masih jarang dilaksanakan, (6) ketika
berbicara, siswa kesulitan mengungkapkan isi pembicaraan, kesulitan
menggunakan intonasi yang tepat, kesulitan melakukan peragaan yang
mendukung isi pembicaraan, dan kurang memiliki keberanian yang memadai,
dan (6) rerata nilai kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri 2 Perampuan
menunjukkan, siswa yang lulus (mencapai SKBM 70) baru berjumlah 10 orang
(sekitar 27%) dari 37 siswa. Sisanya, sebanyak 27 orang (73%) belum lulus
(Asyari, 2008).
Untuk memecahkan masalah tersebut, guru bersama peneliti merancang
pembelajaran berbicara dengan strategi modeling. Modeling atau pemodelan
merupakan proses menunjukkan atau mendemonstrasikan kepada seseorang
tentang bagaimana menggunakan atau melakukan sesuatu (Cooper, 1993:391).
Pada konteks pembelajaran, pemodelan dapat diartikan sebagai proses yang
ditunjukkan oleh seorang ahli (guru) kepada orang yang belum ahli (siswa)
tentang bagaimana melakukan suatu tugas sehingga siswa-siswa itu mampu
membangun pemahaman sendiri tentang bagaimana menyelesaikan tugas yang
diberikan. Melalui pemodelan, pelatih (guru) mendemonstrasikan bagaimana
melakukan suatu keterampilan, siswa mengobservasi tingkah laku guru
selanjutnya meniru model/guru. Belajar dengan strategi pemodelan mengikuti
empat fase (Bandura dalam Dahar, 1988:34; Trianto 2007:31-33), yaitu: fase
perhatian (attention phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi
(reproduction phase), dan fase motivasi (motivation phase), sedangkan dalam
pembelajaran berbicara keempat fase ini dijelmakan dalam tiga tahap kegiatan
yaitu tahap mendengarkan model berbicara (fase perhatian), tahap menganalisis
model berbicara (fase retensi), dan tahap latihan berbicara (fase reproduksi dan
motivasi).
Uraian tentang pentingnya keterampilan berbicara dan kondisi faktual di
SD Negeri 2 Perampuan tersebut merupakan hal yang mendasari mengapa
penelitian ini difokuskan pada keterampilan berbicara. Sementara itu, alasan
48
pemilihan strategi pemodelan untuk memecahkan masalah itu adalah: pertama,
berbicara merupakan tingkah laku yang dapat diamati, dianalisis, dan ditiru
sekaligus pengetahuan prosedural yang penguasaannya sangat tergantung pada
latihan dan umpan balik (Dahar, 1988:94) sehingga sangat tepat bila digunakan
strategi pemodelan. Kedua, penerapan strategi pemodelan dalam pembelajaran
keterampilan berbicara belum pernah dilakukan. Dari hasil studi yang dilakukan,
peneliti menemukan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan keterampilan
berbicara antara lain: (1) Kholifah (2000), (2) Munaris (1999), (3) Rahayu (1999),
dan (4) Bernard (1996). Dalam penelitiannya, Kholifah menemukan bahwa
terdapat pengaruh penggunaan media gambar terhadap kemampuan berbicara
siswa. Munaris dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas perencanaan
dan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara akan berbanding lurus dengan
peningkatan keterampilan berbicara siswa. Sementara itu, Rahayu menemukan
bahwa penggunaan lagu anak-anak dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa. Bernard dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan berbicara
siswa kelas VI SDN Mulyo Agung III Dau Malang tahun ajaran 1995/1996 dalam hal
ketepatan pemilihan kata, penggunaan kalimat, penggunaan intonasi,
kelancaran, dan keberanian, yang masuk dalam kategori baik sekali 38,06%,
kualifikasi baik 53,54%, dan kualifikasi cukup 8,38%.
Alasan ketiga yaitu, penerapan strategi pemodelan dalam pembelajaran
menulis, yang sama dengan berbicara sebagai keterampilan produktif, sudah
menunjukkan keberhasilan. Donnovan dan Ben (1980:23) mengemukakan bahwa
guru-guru yang menggunakan strategi pemodelan menemukan beberapa
kelebihan, seperti: siswa menjadi tahu bermacam-macam retorika dalam
menulis, siswa menjadi pembaca yang baik, siswa menjadi tahu ciri-ciri tulisan
yang baik, dan keberhasilan lain saat strategi ini diterapkan dalam kegiatan
menulis. Hasil penelitian Kamsah (2004) dan Suyono (2004) juga menunjukkan
bahwa penggunaan strategi meniru model dapat meningkatkan keterampilan
menulis paragraf siswa. Selain itu, di lembaga-lembaga pesantren, yang
cenderung menggunakan strategi pemodelan, sering melahirkan pembicara
andal.
Berpijak pada uraian di atas, peneliti dan guru beranggapan bahwa
efektivitas pembelajaran keterampilan berbicara akan dapat ditingkatkan
melalui penerapan strategi pemodelan. Atas dasar itulah penelitian berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Strategi Pemodelan pada Siswa
Kelas V SDN 2 Perampuan ini dilakukan.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan
Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Strategi Pemodelan pada Siswa
Kelas V SDN 2 Perampuan? Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan berbicara Siswa Kelas V SDN 2 Perampuan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan ini terutama memiliki kontribusi teoretis dan praktis.
Kontribusi teoretisnya adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan tentang penggunaan strategi modeling dalam pembelajaran
keterampilan berbicara pada tingkat sekolah dasar. Sedangkan kontribusi
praktisnya adalah sebagai berikut.
Bagi Siswa:
1. Meningkatkan keterampilan berbicara.
2. Meningkatkan kreativitas siswa.
3. Meningkatkan gairah dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia terutama pada pembelajaran berbicara.
Bagi Guru:
1. Meningkatkan pengetahuan serta pengalaman guru dan peneliti tentang
penggunaan strategi modeling dalam pembelajaran keterampilan
berbicara.
2. Memotivasi guru dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran.
3. Tersusunnya prosedur pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
khususnya pembelajaran keterampilan berbicara dengan strategi
modeling.
4. Meningkatkan keprofesionalan guru dalam pembelajaran.
Bagi Sekolah:
1. Iklim belajar dan pembelajaran menjadi lebih baik dan variatif.
2. Kualitas lulusan akan meningkat.
3. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dengan perguruan
tinggi.
b. Komponen-komponen Berbicara
Menurut Ibrahim (1994) komponen-komponen komunikasi yaitu: (1) genre
atau tipe peristiwa (misalnya, lelucon, cerita, ceramah, salam, atau
percakapan), (2) topik atau fokus referensi, (3) tujuan atau fungsi, (4) setting
termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi itu (misalnya, besarnya
ruangan, tata letak, dan perabot yang ada), (5) partisipan termasuk usianya,
jenis kelamin, etnik, status sosial atau kategori lain yang relevan, (6) bentuk
pesan termasuk saluran vokal dan nonvokal, serta hakikat kode yang digunakan
(misalnya, bahasa yang mana dan variasi yang mana), (7) isi pesan, (8) urutan
tindakan atau urutan tindak tutur termasuk alih giliran percakapan, (9) kaidah
interaksi, dan (10) norma-norma interpretasi termasuk pengetahuan umum,
presuposisi kebudayaan yang relevan atau pemahaman yang sama, yang
memungkinkan adanya interferensi tertentu yang harus dibuat, apa yang harus
dipahami secara harfiah, apa yang perlu diabaikan, dan lain sebagainya.
Model klasifikasi lain dikemukakan oleh Prijosasksono dan Sembel (2002)
(dalam Pangeyasa, 2004:25-27), yaitu: (1) pengirim pesan (sender), (2) pesan
yang dikirim (message), (3) bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery
channel atau medium), (4) penerima pesan (receiver), dan (5) umpan balik
(feedbeack). Kelima komponen ini terealisasi dalam lima hukum komunikasi,
53
yaitu: respect, empathy, audible, clarity, dan humble. Berikut diuraikan secara
sederhana kelima hukum komunikasi tersebut.
Hukum pertama adalah respect, yaitu sikap hormat dan sikap menghargai
hadirin. Dalam hal ini, pembicara perlu memiliki sikap menghargai dan
menghormati hadirin. Perlu dipahami bahwa pada dasarnya setiap orang ingin
dihargai dan dianggap penting. Jika ingin mengeritik orang hendaknya dilakukan
dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan orang lain.
Hukum kedua adalah empathy. Empati adalah kemampuan untuk
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Rasa
empati akan membuat penutur mampu menyampaikan pesan dengan cara dan
sikap yang memudahkan penerima pesan untuk menerimanya. Yang terpenting
dalam hal ini adalah pemahaman terhadap latar belakang, golongan, lapisan
sosial, tingkatan umur, pendidikan, kebutuhan, minat, dan harapan dari
pendengar. Dengan demikian, pesan akan tersampaikan tanpa halangan psikologi
atau penolakan dari penerima pesan. Empati juga berarti kemampuan untuk
mendengar atau siap menerima masukan dengan sikap yang positif.
Hukum ketiga yaitu audible. Audibel berarti dapat didengarkan atau
dapat dimengerti dengan baik. Dalam hal ini, audibel berarti pesan yang
disampaikan pembicara dapat diterima oleh penerima pesan. Menurut hukum
ini, pesan harus disampaikan melalui medium (delivery channel) sehingga dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan untuk menggunakan media dan alat bantu komunikasi.
Hukum keempat adalah clarity „kejelasan pesan yang disampaikan‟.
Selain pesan harus diterima dengan baik, pesan juga harus dijelaskan sehingga
tidak menimbulkan multiinterpretasi. Clarity juga sangat tergantung pada
kualitas suara dan pilihan bahasa yang digunakan. Penggunaan bahasa yang tidak
dimengerti audien akan membuat pesan bahkan tujuan pembicaraan tidak
tercapai.
Hukum kelima komunikasi adalah humble, yakni sikap rendah hati. Sikap
ini sangat terkait dengan hukum pertama. Untuk membangun rasa menghargai
orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati. Rendah hati juga bisa
berarti tidak sombong dan menganggap diri paling penting ketika berbicara di
depan sekelompok orang. Melalui kerendahan hati ini, pembicara akan dapat
menangkap perhatian, respons, dan umpan balik yang positif dari pendengar.
Dalam penelitian ini, tidak semua komponen itu akan dianalisis karena itu
hanya dimiliki oleh seorang ahli (orator ulung). Untuk kelompok siswa, yang
merupakan pembicara pemula, indikator kemampuan berbicaranya hanya
didasarkan pada dua komponen, yaitu isi pesan dan bagaimana pesan itu
disampaikan.
c. Jenis-jenis Berbicara
Depdiknas (2002) membedakan jenis-jenis berbicara menjadi beberapa
macam. Penggolongan jenis-jenis berbicara dimaksud didasarkan atas beberapa
hal, yaitu berdasarkan situasi, tujuan, jumlah pendengar, peristiwa khusus, dan
berdasarkan metode penyampaian.
Berdasarkan situasi, terdapat jenis berbicara formal dan informal.
Berbicara formal meliputi ceramah, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita
dalam situasi formal. Sedangkan, berbicara informal berupa bertukar
54
pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan
memberi petunjuk.
Berdasarkan tujuan, terdapat jenis berbicara untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulus, meyakinkan, dan berbicara untuk
menggerakkan (Keraf, 2001:320-321). Terdapat pula jenis berbicara untuk
mengejek, memuji, dan lain-lain. Sementara itu, berdasarkan jumlah
pendengar, terdapat jenis berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok
kecil, dan berbicara dalam kelompok besar.
Berdasarkan peristiwa khusus, terdapat jenis berbicara yang berupa
pidato presentasi, pidato penyambutan, pidato perpisahan, pidato jamuan,
pidato perkenalan, dan pidato nominasi. Juga dikenal jenis lainnya yaitu
kampanye, pernyataan perang, dan lain sebagainya. Sedangkan berdasarkan
metode penyampaian, terdapat jenis berbicara secara mendadak, berbicara
tanpa persiapan, berbicara berdasarkan naskah, dan berbicara berdasarkan
ingatan (Keraf, 2001:316).
2. Strategi Pemodelan
a. Pengertian Strategi Pemodelan
Pemodelan merupakan dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan
oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain (dalam
Arends, 1997:67). Pemodelan (modeling) adalah proses menunjukkan atau
mendemonstrasikan kepada seseorang tentang bagaimana menggunakan atau
melakukan sesuatu (Cooper, 1993:391). Djiwandono (2002:140) menjelaskan
bahwa pemodelan merupakan kegiatan belajar dengan melibatkan seorang
individu menyaksikan tingkah laku orang lain. Hal senada juga dikemukakan oleh
Oka (2002:1), pemodelan adalah peragaan, percontohan, atau demonstrasi.
Pada konteks pembelajaran, pemodelan dapat diartikan sebagai proses yang
ditunjukkan oleh seorang ahli (guru) kepada orang yang belum ahli (siswa)
tentang cara melakukan suatu tugas sehingga siswa itu mampu membangun
pemahaman sendiri tentang bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan.
Melalui modeling, pelatih (guru) mendemonstrasikan bagaimana melakukan
suatu keterampilan, siswa mengobservasi tingkah laku guru dan meniru
model/guru. Dalam pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan tertentu
terdapat model yang dapat ditiru (Nurhadi, 2002:16). Lebih lanjut dijelaskan,
model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola,
contoh karya tulis, atau contoh yang ditunjukkan oleh guru tentang cara
melakukan sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pemodelan dapat
berupa contoh tindakan atau contoh benda. Contoh benda antara lain: karya
tulis, teks pidato, teks karangan, surat, dan lain sebagainya. Sedangkan, yang
berupa contoh tindakan, misalnya: cara melafalkan bahasa Inggris, cara
melempar bola, cara melakukan percobaan, cara berpidato, dan lain-lain.
Pada pembelajaran berbicara, selain diberikan contoh-contoh berupa teks
pembicaraan, guru juga dapat memberikan contoh bagaimana cara berbicara
yang baik. Contoh tindakan berbicara ini bisa dilakukan langsung oleh guru atau
dengan menghadirkan orang lain. Contoh atau model-model ini dapat diberikan
kepada siswa pada keseluruhan kegiatan pembelajaran.
57
c. Tahap-tahap Strategi Pemodelan
Bandura (dalam Dahar, 1988:34; Trianto 2007:31-33) menyebutkan empat
tahap atau fase belajar dari model, yaitu: fase perhatian (attention phase), fase
retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase), dan fase
motivasi (motivation phase). Berikut diuraikan tahap-tahap atau fase pemodelan
tersebut.
Tahap atau fase perhatian. Pada tahap ini, siswa memberikan perhatian
pada suatu model, yakni model-model yang menarik yang berhasil menimbulkan
minat siswa. Dalam upaya menarik perhatian siswa ini, guru dapat
menyampaikan atau menggunakan isyarat-isyarat yang jelas dan menarik. Atau
dengan menggunakan hal-hal yang baru, aneh, atau tak terduga, serta dengan
memotivasi para siswa agar memperhatikan (Dahar, 1988:34; Trianto 2007:31).
Tahap retensi. Tahap kedua ini merupakan tahapan ketika siswa
mengaitkan kata-kata, nama-nama, atau bayangan yang kuat dengan kegiatan-
kegiatan yang dimodelkan dalam mempelajari atau mengingat prilaku (Dahar,
1988:35; Trianto 2007:32). Pengaitan ini sangat dipengaruhi oleh ingatan siswa
untuk melakukan apa yang diperoleh dalam proses pemodelan.
Tahap yang ketiga adalah tahap reproduksi, yaitu ketika bayangan-
bayangan atau kode-kode verbal dalam memori atau ingatan membimbing
penampilan yang sebenarnya dari prilaku yang baru diperoleh (Trianto 2007:32).
Pada tahap ini model atau guru dimungkinkan untuk melihat apakah komponen-
komponen suatu urutan prilaku sudah dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, guru
akan mengetahui bagian prilaku mana dari model yang terlupakan oleh siswa.
Misalnya, guru memodelkan bagaimana mengawali pembicaraan serta
bagaimana menguraikan isi pesan/isi pembicaraan, akan diketahui bagian mana
yang belum dilakukan siswa atau bagian yang belum optimal dilakukan. Dengan
demikian, informasi ini dapat dijadikan umpan balik bagi guru maupun siswa
yang selanjutnya menjadi dasar perencanaan pembelajaran berikutnya.
Tahap yang terakhir dari pemodelan adalah tahap motivasi. Tahap ini
terjadi ketika siswa melakukan apa yang dilakukan oleh model untuk
memperoleh reinforcement dari guru (Trianto 2007:33). Siswa melakukan
sesuatu, disesuaikan dengan apa yang dilakukan oleh model, melakukan latihan
dan menampilkannya karena mereka tahu bahwa apa yang dilakukan itu disukai,
menyenangkan, dan akan dipuji oleh guru. Pada tahap ini, umpan balik
merupakan hal yang sangat penting. Prilaku salah harus dikoreksi dan prilaku
benar harus mendapat penguatan, baik berupa pujian ataupun hadiah.
Oleh karena berbicara merupakan pengetahuan prosedural yang
penguasaannya sangat tergantung pada latihan dan umpan balik (Dahar,
1988:94), sangat tepat bila digunakan strategi pemodelan. Untuk memberi
peluang lebih banyak kepada siswa dalam melakukan latihan dapat melalui
kelompok. Kelompok yang dibentuk sebaiknya bersifat heterogen dalam hal
kemampuan akademik, perbedaan jenis kelamin dan latar budaya. Dengan
demikian, diharapkan siswa dapat saling membantu hingga sampai pada
kemampuan potensialnya.
Penggunaan kelompok dalam pembelajaran siswa kelas IV SD sudah sangat
memungkinkan karena siswa SD secara psikologi telah berada pada tahap operasi
konkret. Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001:69-87), karakteristik intelektual
siswa kelas IV SD adalah berada pada periode operasi konkret. Pada tahap
operasi konkret berpikir, siswa sudah mengenal prinsip konservasi, proses
58
reveribelitas, seriasi, klasifikasi dan korespondensi satu-satu. Pada tahap ini
anak sudah tidak begitu egosintris dalam pemikirannya, dia sudah bisa
menerima bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran yang berbeda. Oleh
karena iu, sangat dimungkinkan penggunaan kelompok belajar. Piaget (dalam
Surya, 2004:40) menyatakan, dalam pembelajaran di kelas sebaiknya siswa
diberi peluang yang banyak untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan
teman-temannya.
Pembentukan kelompok juga dimaksudkan agar interaksi sosial siswa
dapat terbangun dengan baik sehingga pengetahuannya pun berkembang.
Menurut Vygotsky (dalam Dworetzky, 1990:273 ), interaksi sosial sangat penting
bagi siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuannya saat belajar. Lebih
lanjut dijelaskan, anak yang telah memiliki seperangkat fungsi kognitif dasar
akan mengubah kemampuan-kemampuan dasar ini menjadi fungsi-fungsi kognitif
yang lebih tinggi dan lebih luas melalui interaksi sosial dalam pembelajaran dan
penggunaan bahasa.
Menurut Vygotsky (dalam Dworetzky, 1990:275), setiap anak memiliki
zona of proximal development (ZPD) dalam belajar, yaitu jarak antara tingkat
kemampuan anak saat itu dan tingkat potensi anak. Setiap siswa memiliki jarak
ZPD yang berbeda. Oleh karena itu, untuk mencapai potensi seorang siswa
diperlukan peran guru dan teman sebaya dalam belajar yang bervariasi. Adanya
interaksi sosial dalam belajar akan membantu siswa bergerak dari
kemampuannya saat itu mencapai tingkat potensi yang dimilikinya. Dalam
berinteraksi, guru dapat memberikan intervensi berupa bimbingan dan arahan.
Dengan teman sebaya anak dapat berkolaborasi dan bernegosiasi dalam belajar
sehingga pemahaman anak bergerak ke tingkat potensi yang dimilikinya.
Interaksi antara siswa dan siswa dalam suatu kolaborasi lebih memungkinkan
siswa memahami perspektif dari temannya dan memiliki kesempatan untuk
menyusun kembali ide-ide yang sedang mereka pelajari.
61
C. Kerangka Berpikir
Penggunaan strategi dan media sangat potensial untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berbagai keterampilan berbahasa termasuk berbicara.
Kehadiran strategi dan media pembelajaran sebagai komponen dalam proses
belajar mengajar sangat diperlukan karena strategi dan media tidak hanya
sebagai alat bantu, tetapi juga merupakan bagian integral dalam pembelajaran
yang berpotensi meningkatkan prestasi belajar (Soeharto, dkk. 2003:98). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa untuk mencapai prestasi belajar, akan lebih maksimal
apabila ditunjang oleh penataan faktor-faktor eksternal pembelajaran. Menurut
Gagne (dalam Soeharto, dkk. 2003:100), penataan (instruction) berarti
mengatur faktor-faktor di luar diri siswa yang berpengaruh pada terlaksananya
proses belajar mengajar yang efektif. Proses semacam ini memerlukan
rangsangan dari luar siswa yang dapat berupa sumber belajar. Salah satunya
adalah media dan strategi pembelajaran.
Aktivitas berbicara merupakan tingkah laku yang dapat diamati,
dianalisis, dan ditiru sekaligus pengetahuan prosedural yang penguasaannya
sangat tergantung pada latihan dan umpan balik (Dahar, 1988:94) sehingga
sangat tepat bila digunakan strategi pemodelan.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis tindakan penelitian
ini adalah jika pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan
strategi pemodelan dapat dilaksanakan dengan optmal, kemampuan
berbicara siswa kelas V SDN 2 Perampuan akan meningkat.
63
Studi Pendahuluan
BERHASIL SIMPULAN
Mengamati proses pembelajaran
berbicara.
Mengidentifikasi kelemahan atau BELUM BERHASIL
masalah pembelajaran berbicara. REFLEKSI
Merencanakan PTK atas masalah
yang telah ditemukan.
OBSERVASI
REFLEKSI
SIMPULAN BERHASIL
64
2. Langkah-langkah Penelitian
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti dan guru (semua anggota) secara kolaburatif
mengadakan kegiatan sebagai berikut : (1) mengamati media dan teknik
pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran (khususnya
pembelajaran keterampilan berbicara sebelumnya; (2) mengidentifikasi
masalah-masalah pembelajaran; (2) menentukan pelaksana tindakan dan
mendiskusikan pembagian tugas antara peneliti dan guru kolaborator, (3)
menetapkan waktu pelaksanaan tindakan pembelajaran, (4) membahas aspek
dan efek tindakan yang diamati selama tindakan dilaksanakan.
Berdasarkan hasil diskusi, disepakati bahwa pelaksana tindakan adalah
guru kolaborator, sedang peneliti sebagal pengamat. Sebagai pelaksana
tindakan, tugas utama guru kolaborator adalah (1) menyusun rencana
pembelajaran dengan bekerja sama dengan peneliti, (2) melaksanakan
pembelajaran, dan (3) bersama-sama peneliti, menganalisis hasil proses dan
hasil produk pembelajaran. Adapun tugas peneliti sebagai pengamat adalah
(1) mengamati pelaksanaan pembelajaran, (2) mencatat hasil
pengamatannya, (3) memberi masukan untuk memperbaiki tindakan
pembelajaran berikutnya, dan (4) menganalisis hasil proses dan hasil produk
pembelajaran bersama guru.
Rancangan tindakan pada setiap tahapan pembelajaran berbicara
dengan strategi pemodelan di SD Negeri 5 Mataram dapat dilihat pada tabel
1.1 berikut. Sementara itu, sesuai dengan jenisnya, penelitian ini
direncanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan. Adapun alur tindakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
bagan 1.
65
kata yang diikuti gerakan
pada model berbicara.
Mengaitkan Siswa
pemahaman siswa mengungkapkan
tentang intonasi, pengetahuan,
pelafalan, dan kata yang pengalaman, atau
diikuti gerakan dengan pikirannya terkait dengan
pengetahuan atau intonasi, pelafalan, dan
pengalamannya. kata yang diikuti gerakan
pada model berbicara
Memberi penguatan Siswa senang dan
kepada siswa yang termotivasi untuk
menjawab pertanyaan mengungkapkan
guru atau menanggapi pemahaman,
pernyataan teman. pengetahuan, atau
pengalamannya terhadap
model berbicara
2. Tahap Menjelaskan tujuan Siswa
Menganalisis kegiatan menganalisis mengungkapkan kembali
Model model berbicara. tujuan menganalisis model
Berbicara. berbicara.
Memberi Siswa mendengarkan
kesempatan kepada siswa kembali model berbicara
untuk menganalisis model dengan penuh perhatian.
berbicara. Siswa menandai
tempat terjadinya
perubahan intonasi,
pelafalan, dan kata yang
diikuti gerakan.
Mengomunikasikan Siswa terlibat secara
hasil analisis yang aktif menjawab
dilakukan siswa secara pertanyaan guru atau
bersama-sama (klasikal). menanggapi pernyataan
teman.
Siswa menyebutkan
perubahan intonasi,
pelafalan, dan kata yang
diikuti gerakan sekaligus
letak-letaknya pada model
berbicara.
Memberi Siswa
kesempatan kepada siswa mengungkapkan
untuk mengungkapkan pengetahuan atau
pengetahuan atau pemahamannya dari
pemahaman yang kegiatan menganalisis
diperoleh dari kegiatan model berbicara.
menganalisis model
berbicara.
Memberi penguatan Siswa senang dan
66
kepada siswa yang termotivasi untuk
menjawab pertanyaan mengungkapkan
guru atau menanggapi pemahaman atau
pernyataan teman pada pengetahuannya terhadap
saat menganalisis model model berbicara.
berbicara.
3. Tahap Latihan Menjelaskan tujuan Siswa
Berbicara. kegiatan latihan mengungkapkan kembali
berbicara kepada siswa. tujuan latihan berbicara.
Menjelaskan Siswa
kegiatan-kegiatan yang mengungkapkan kembali
harus dilakukan selama kegiatan-kegiatan yang
latihan berbicara. harus dilakukan selama
latihan berbicara.
Mengingatkan siswa Siswa
terhadap pengetahuan mengungkapkan kembali
dan pemahaman yang pengetahuan dan
diperolehnya pada tahap pemahaman yang
mendengarkan dan diperolehnya pada tahap
menganalisis model mendengarkan dan
berbicara. menganalisis model
berbicara.
Memberi tugas Siswa berlatih secara
latihan berbicara kepada sungguh-sungguh di dalam
siswa sambil kelompok (terutama
mengingatkan siswa agar terkait dengan
memanfaatkan kelancaran, pemahaman
pengetahuan dan isi pembicaraan, dan
pemahaman yang volume suara).
diperoleh pada tahap Siswa meniru model
mendengarkan dan berbicara secara
menganalisis model konsisten.
berbicara serta
mendorong siswa untuk
meniru model.
Guru mengamati dan Siswa meminta
membimbing siswa yang bantuan guru jika
mengalami kesulitan kesulitan dalam berlatih
pada saat berlatih berbicara.
berbicara.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan
tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan salah seorang guru
anggota. Dalam tahap observasi ini, peran peneliti dan guru anggota
adalah: (1) mendampingi guru serta memberikan pengarahan, motivasi, dan
stimulus kepada guru agar dapat melaksanakan perannya berdasarkan
rencana, (2) melakukan pemantauan komperhensif terhadap pelaskanaan
tindakan dengan menggunakan instsmmen pengumpul data yang telah dibuat
sehingga diperoleh data emperik pelaksanaan tindakan pembelajaran,
kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan
penggunaan strategi modeling dalam pembelajaran berbicara. Data tersebut
dijadikan sebagai bahan untuk me1akukan refleksi.
c. Tahap Refleksi
Peneliti bersama observer mendiskusikan hasil pengamatan tindakan
yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas adalah: (1) analisis tentang
tindakan yang dilakukan, (2) mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana
dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan, (3) melakukan
intervensi, pemaknaan dan penyimpulan data yang telah. diperoleh, dan (4)
melakukan reperencanaan (perencanaan ulang) berdasarkan hasil evalusi
terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus sebelumnya (jika diperlukan).
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
observasi atau pengamatan yang terdiri atas lembar observasi aktivitas guru
dan lembar observasi aktivitas siswa. Instrumen kedua yang digunakan adalah
ters kemampuan berbicara. Adapun bentuk tes kemampuan berbicara yang
akan dipakai pada postes penelitian ini adalah bentuk tes berbicara singkat.
Dalam hal ini, akan memanfaatkan lembar observasi produk berupa panduan
pengamatan dan rambu-rambu analisis data produk pembelajaran berbicara
dengan strategi pemodelan yang telah disiapkan. Untuk setiap siklus
postesnya berupa mendeskripsikan seseorang/benda, mendeskripsikan
68
tempat atau mendeskripsikan peristiwa. Peneliti juga akan memanfaatkan
catatan lapangan/jurnal harian selama kegiatan berlangsung untuk
membantu melengkapi data-data yang mungkin tidak terekam melalui
instrumen tersebut.
I. Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penelitian ini dilihat dari dua segi, yakni proses
dan produk (hasil). Dari segi proses, tindakan penelitian ini dikatakan
berhasil jika respons tindakan dalam semua tahapan pembelajaran
dilaksanakan oleh sebagian besar atau semua siswa. Sementara itu, dilihat
dari segi produk (hasil), tindakan dianggap berhasil jika kualitas
keterampilan berbicara siswa telah mencapai nilai 85%. Artinya, 85% siswa
memperoleh rerata nilai lebih besar atau sama dengan 70 (sesuai KKM yang
berlaku di sekolah).
J. JADWAL PENELITIAN
N Bulan ke-
Jenis Kegiatan
O Juli Agst Sept Okt Nop Des
1. Studi Pendahuluan (observasi X
penemuan masalah pembelajaran di
sekolah)
2. Penulisan dan pengajuan proposal X
3. Persiapan Penelitian X
a. Pembahasan skenario tindakan X
b. Penyusunan instrumen X
penelitian X
c. Ujicoba skenario tindakan
4. a. Pelaksanaan tindakan (Siklus 1) X
1. Peneliti mendampingi guru X
dalam melaksanakan tindakan
2. Peneliti bersama anggota X
melakukan pemantauan
komperhensif terhadap
pelaskanaan tindakan X
3. Guru melaksanakan semua
tindakan yang telah X
69
direncanakan
4. Peneliti bersama guru
mendiskusikan hasil pengamatan
tindakan yang telah X
dilaksanakan
5. melakukan reperencanaan
berdasarkan hasil evaluasi dan X
refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan pada siklus 1.
b. Pelaksanaan tindakan (Siklus 2)
...................dst
5. Menyusun draf laporan X
6. Penyususnan laporan akhir X
7. Pengumpulan laporan akhir X
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, MG. dan Mukti US 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Bernard. 1996. Kemampuan Berbicara (Berpidato) Siswa Kelas VI SDN Mulyo
Agung III Dau Malang Tahun Ajaran 1995/1996. Skripsi tidak diterbitkan.
FPBS: IKIP Malang
Dahar, R. Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: PPLPTK Dirjen Dikti
Depdikbud
Depdiknas. 2002 a. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang
Depdiknas
Depdiknas. 2002 b. Keterampilan Berbicara. Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.. Jakarta: Puskur
Balitbang Depdiknas
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia: Kuliah Dasar (Edisi Kelima).
Alih bahasa oleh Agus Maulana MSM. Jakarta: Professional Books
Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB
Bandung
Hasanah, M. 2006. Pembelajaran Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis
Cerita Fiksi Kontemporer Anak-anak untuk Siswa Kelas 5 SD. Disertasi
tidak diterbitkan: PPS Universitas Negeri Malang
Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: PPGSD Dirjen Dikti
Depdikbud
Kholifah, U. 2000. Penggunaan Media Gambar Diam dalam Pengajaran
Keterampilan Berbicara terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II
SLTP Laboratorium Universitas Negeri Malang Tahun Ajaran 1999/2000.
Tesis tidak diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang
Mahsun. 1998. Etnis Sasak dalam Cermin Bahasa, Sebuah Renungan Introspeksi.
Makalah Seminar Bahasa, 29 November. Mataram: FKIP Unram
Majid, A. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Miles, Matthew B., and Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif.
Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi R. Jakarta: UI Press
70
Moleong, L. J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti P2LPTK
Munaris. 1999. Perencanaan dan Pelaksanaan Evaluasi Keterampilan Berbicara
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMUN 1 dan SMUN 4 Kotamadia
Malang. Tesis tidak diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang
Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konteksual.
Jakarta: Bumi Aksara
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: UM Press
Oka, Djohana D. 2002. Kumpulan Materi TOT CTL Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pangeyasa, W. 2004. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs
Sunan Kalijogo Malang melalui Strategi Pemetaan Pikiran. Tesis tidak
diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang
Rahayu, N. Sirtuti. 1999. Penggunaan Lagu Anak dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara di Kelas IV SDN Penanggungan 02 Kecamatan
Klojen Kotamadia Malang. Tesis tidak diterbitkan. IKIP Malang
Rakhmat, J. 2004. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Rofi‟uddin, A. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: PPS UM
Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta
Soeharo, K., Suprajitno, Sudjimat, dan Sulton. 2003. Teknologi Pembelajaran:
Pendekatan Sistem, Konsepsi dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar
dan Media. Surabaya: SIC
Sunardi. 2002. Peningkatan Keterampilan Berpidato melalui Teknik Tubian Plus
Siswa Kelas II SLTP Negeri 2 Poncokusumo Malang. Tesis tidak diterbitkan.
PPS Universitas Negeri Malang
Suyono, 2004. Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Strategi
Modeling pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kauman 1 Kota
Malang. Tesis tidak diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang
Tarigan, H. Guntur. 1987. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Taryono. 1999. Berbicara dan Komponen-komponennya. Bandung: Angkasa
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Wiraatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya
71