Modul 2.1
Keterampilan Mengajar
PJOK yang Efektif
Penulis :
Agus Mahendra, Dr, Ma.
Copyright © 2023
Salam dan selamat memasuki dengan modul ini Bapak dan Ibu semua. Modul
Keterampilan Mengajar PJOK yang efektif ini adalah menjadi pintu gerbang untuk
paket modul yang lebih memfokuskan pada mata pelajaran PJOK. Pengembangan
topik di sekitar pengajaran efektif berasal dari berbagai penelitian dengan
pandangan teoritik yang berdasar pada teori behaviorisme. Teori behaviorisme
meyakini bahwa pembelajaran murid berlangsung karena perilaku (behavior) guru.
Oleh sebab itulah, pengajaran yang efektif dengan dasar teori ini cenderung
memfokuskan pada apa yang semestinya dilakukan guru secara efektif yang akan
memberi dampak pada pembelajaran murid. Teori pembelajaran yang cenderung
kuat pada behaviorisme mengindikasikan pembelajaran yang berpusat pada guru.
Dalam konteks kekinian, wacana pendidikan mendorong para pendidik untuk beralih
dari guru sebagai pusat menjadi murid lah pusat pembelajaran. Teori yang
mendasari pandangan pendidikan ini lebih kompleks dengan memandang manusia
sebagai pembelajar yang holistik. Ini tentu menggembirakan jika kita hendak
mengembalikan filosofi pendidikan untuk memanusiakan manusia. Akan tetapi,
pembelajaran yang berpusat pada murid ini tidak akan efektif jika perilaku mengajar
guru masih belum efektif. Oleh sebab itulah modul ini hadir, bukan untuk kembali
kepada penekanan teori behaviorisme tapi lebih kepada menyelesaikan efektivitas
dari sisi guru sebelum bergerak kepada pembelajaran yang berpusat pada guru.
Di modul ini Bapak dan Ibu akan mempelajari konsep dasar pengajaran yang efektif.
Setelah itu, cakupan konten memfokuskan pada penyajian tugas gerak diikuti oleh
variabel efektivitas pengajaran. Ketiga variabel ini adalah pengembangan konten,
umpan balik, dan waktu akademis PJOK. Bapak dan ibu akan belajar secara
konseptual dan praktik menganalisis pembelajaran. Jika menengok literatur, tentu
ada banyak aspek dari pengajaran efektif. Modul ini hanya menyampaikan beberapa
saja dengan alasan bahwa rangkaian modul dalam pelatihan ini tidak perlu
didominasi oleh teori behaviorisme.
Bersama modul ini, Bapak dan Ibu diharapkan untuk belajar secara aktif dan saling
berbagi dengan rekan sejawat. Bapak dan Ibu akan mengalami proses belajar yang
lengkap meliputi pembelajaran asinkronus, tatap maya secara sinkronus, dan
pertemuan luar jaringan (luring).
Selamat belajar.
Pengembang Modul
Hlm.
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ......................... 1
Prakata ............................................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................................... 4
Capaian Pembelajaran ................................................................................................... 5
Ringkasan Alur Pembelajaran ....................................................................................... 6
Pembelajaran 1. Konsep & Keterampilan Mengajar yang Efektif ................................. 8
A. Lakukan........................................................................................................................................ 8
B. Refleksi ......................................................................................................................................... 9
C. Elaborasi Isi............................................................................................................................... 10
1. Konsep Mengajar Efektif .................................................................................................. 11
2. Kriteria Pengalaman Belajar........................................................................................... 12
D. Kuatkan Pemahaman............................................................................................................ 20
Pembelajaran 2. Penyajian Tugas Gerak.....................................................................21
A. Elaborasi Isi................................................................................................................................ 21
B. Kuatkan Pemahaman............................................................................................................. 32
Pembelajaran 3. Analisis Pengajaran yang Efektif ................................................... 33
A. Elaborasi Isi............................................................................................................................... 33
1. Konsep pengembangan konten ................................................................................. 34
2. Konsep umpan balik ........................................................................................................38
3. Konsep waktu belajar akademis PJOK ..................................................................... 42
B. Kuatkan Pemahaman............................................................................................................ 43
C. Lakukan..................................................................................................................................... 43
D. Refleksi ...................................................................................................................................... 49
Referensi ....................................................................................................................... 50
Profil Penulis ................................................................................................................. 51
PEMBELAJARAN 1
LAKUKAN
REFLEKSI
Pada tahap ini, peserta akan mempelajari konsep dasar keterampilan mengajar
yang efektif secara asinkron. Konten yang dicakup meliputi (1) definisi mengajar
yang efektif dan (2) kriteria mengajar yang efektif.
Pada tahap ini, peserta akan mempelajari konsep dasar keterampilan mengajar
yang efektif secara asinkron. Konten yang dicakup meliputi (1) definisi mengajar
yang efektif dan (2) kriteria mengajar yang efektif.
PEMBELAJARAN 2
Peserta akan bertemu kembali dengan Fasilitator secara tatap maya setelah
modul 1.3, untuk melakukan 'Tinjauan ulang' atas refleksi yang sudah mereka
tuliskan pada hari-hari sebelumnya.
Pada tahap ini peserta akan belajar mandiri dengan merenungkan proses di
pembelajaran 2. Selanjutnya, peserta juga akan merefleksikan apa saja yang
paling signifikan dari pembelajaran 2 dan kemungkinannya untuk meningkatkan
efektivitas dalam penyajian tugas gerak.
PEMBELAJARAN 3
Peserta akan mempelajari materi terkait analisis pengajaran yang efektif. Dalam
pembelajaran ini, peserta akan belajar secara konseptual dan juga aspek praktis
dari analisis pengajaran. Dari sekian banyak variabel pengajaran yang efektif,
tiga hal yang dipelajari adalah konsep pengembangan konten, umpan balik, dan
waktu belajar akademis PJOK..
REFLEKSI
Peserta akan berbagi dan berdiskusi hasil analisisnya. Mereka juga akan
merefleksikan hasil analisisnya baik secara lisan maupun tertulis dengan dipandu
kerangka reflektif pengajaran pendidikan jasmani.
A. LAKUKAN
Pembelajaran dalam modul ini akan dimulai dengan Bapak dan Ibu melakukan
praktik pembelajaran gerak dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
(PJOK). Tugas Bapak dan Ibu adalah merencanakan satu pertemuan pembelajaran
yang diwujudkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan kemudian
mengajar murid-murid di sekolah tempat Bapak dan Ibu berdasar RPP tersebut.
Silahkan konten pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan apa yang Bapak dan Ibu
sedang lakukan.
BERIKUT INI ASPEK TEKNIS YANG PERLU BAPAK DAN IBU PERHATIKAN
DALAM TUGAS PRAKTIK INI:
1. Praktik mengajar berdurasi 60 menit direkam secara utuh tanpa ada editan.
2. Sudut penempatan kamera harus dapat menangkap semua murid dalam kelas.
Bapak dan Ibu dapat menggunakan penyangga tiga kaki dengan sudut pandang
tetap atau dapat meminta bantuan rekan sejawat untuk membantu menggambil
gambar. Apapun teknik pengambilan gambarnya, keseluruhan murid dalam satu
kelas harus terekam secara visual.
3. Suara guru harus terekam jelas. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan
mikrofon tanpa kabel (wireless mic). Selain itu, Bapak dan Ibu dapat melakukan
B. REFLEKSI
Mengajar gerak sudah menjadi makanan sehari-hari Bapak dan Ibu. Dalam
kesempatan ini, pembelajaran di sini akan memfasilitasi Bapak dan Ibu dalam
melakukan refleksi terhadap apa yang selama ini menjadi keseharian profesi Bapak
dan Ibu. Namun kita akan kembali kepada apa yang paling esensial dari profesi
Bapak dan Ibu, yakni sebagai guru PJOK. Bapak dan Ibu akan diminta merefleksikan
secara metaforis mengajar PJOK dengan dibantu foto artistik. Metafora di sini
artinya Bapak dan Ibu akan membuat perumpamaan mengajar PJOK dengan
sesuatu yang justru tidak ada hubungannya dengan PJOK. Misalnya, Bapak dan Ibu
memilih foto jembatan dan kemudian memetaforakan: “Mengajar PJOK ibaratkan
jembatan karena menjembatani murid untuk hidup aktif sepanjang hayat.”
3. Renungkan, bicaralah dengan diri sendiri, dan kemudian tuangkan dalam bentuk
tulisan di LMS.
Refleksi selanjutnya bersifat lebih teknis. Praktik yang baru saja Bapak dan Ibu
laksanakan bukan hal asing lagi.
3. Apakah Bapak dan Ibu merasa berhasil/sukses dalam mengajar? Jika iya/tidak,
mengapa?
C. ELABORASI ISI
Dalam pembelajaran kali ini, Bapak dan Ibu akan secara mandiri melakukan elaborasi
materi pelatihan dengan menelaah konsep dan keterampilan mengajar PJOK yang
efektif. Sebelum itu, mari kita baca dan renungkan bersama pertanyaan pemantik
berikut ini:
1. Bagaimana Bapak dan Ibu mengajar PJOK selama ini? Bagaimana Bapak dan Ibu
memfasilitasi pengalaman belajar murid-murid?
2. Bagaimana Bapak dan Ibu menilai efektivitas keterampilan mengajar saat ini?
3. Bagaimana Bapak dan Ibu menjawab pertanyaan tersebut? Apa saja yang
menjadi kriteria untuk menentukan pengalaman belajar yang bermakna?
Dalam konteks PJOK, ada banyak aspek-aspek yang menentukan apakah suatu
pengajaran dapat dikatakan efektif atau tidak. Beberapa contoh aspek tersebut
adalah (1) tujuan pembelajaran harus jelas, (2) keterlibatan aktif murid, (3)
pengajaran berdiferensiasi, (4) adanya pemrogresan dan pentahapan atau
pengembangan konten, (5) demonstrasi keterampilan dan penjelasan, (6)
umpan balik, (7) komunikasi yang efektif, (8) penilaian dan evaluasi, dan (9)
keselamatan. Modul ini tidak akan membahas semua tapi hanya aspek-aspek
yang dirasa kunci untuk kontek dan kondisi yang ada. Setidaknya Bapak dan Ibu
akan membahas dan mendalami penyajian tugas gerak, pemrogresan dan
pentahapan (pengembangan konten), umpan balik, dan waktu belajar akademik.
Jika Bapak dan Ibu menerapkan kriteria ini dalam merancang pembelajaran,
maka dampaknya bisa merubah secara signifikan pelaksanaan pembelajaran.
Misalnya dalam PJOK, Bapak dan Ibu,
1) tidak lagi meminta murid bermain suatu jenis aktivitas jasmani hanya
karena permainan tersebut menyenangkan;
Perlu ditegaskan di sini bahwa tugas dan tanggung jawab utama Bapak dan
Ibu di semua jenjang pendidikan adalah pembelajaran psikomotor atau
pembelajaran gerak. Ini bukan berarti PJOK memandang pembelajarannya
secara sempit, satu dimensi tunggal. PJOK di sini mengacu pada pendekatan
holistik yang memandang murid-murid kita sebagai manusia multi
dimensional. Tentu saja ada misi untuk menyertakan tujuan kognitif atau
afektif ketika merancang pengalaman belajar dan ini bukan sesuatu yang
salah. PJOK menjanjikan ranah lain untuk pendidikan anak manusia selain
Faktor terakhir adalah kebutuhan Bapak dan Ibu untuk mengamati aktivitas
murid ketika pembelajaran berlangsung. Jika hanya ada beberapa murid yang
aktif bergerak saat itu, Bapak dan Ibu dapat mengamati dengan lebih baik
dan memberikan umpan balik secara lebih akurat. Situasi ini juga dapat
membuat anak berpikir lebih keras tentang apa yang akan mereka lakukan di
depan teman-temannya. Akan tetapi di sini guru harus hati-hati dalam
mempertimbangkan pembelajaran: apakah peserta didik sudah cukup bisa
dan tidak terpengaruh secara mental ketika melakukan suatu gerak di depan
teman-temannya yang menyaksikan mereka melakukan?
Ini tidak mudah. Bagaimana cara menentukannya? Bapak dan Ibu guru dapat
memulai dari pengetahuan Bapak dan Ibu terhadap kemampuan dan
Sebagai guru, Bapak dan Ibu mengalami tantangan luar biasa untuk dapat
merancang pengalaman belajar yang memungkinkan setiap anak belajar
Bapak dan Ibu juga dituntut untuk memberi perhatian pada perkembangan
afektif dan kognitif sebagaimana dilakukan semua mata pelajaran di dalam
kurikulum. Murid di sisi lain juga harus mengembangkan konsep diri yang
positif. Mereka belajar tentang bagaimana menjadi bagian dari tim dengan
cara-cara yang positif, bagaimana membuat keputusan yang baik, bagaimana
belajar, bagaimana mengekspresikan perasaan, bagaimana menentukan
tujuan personal dan bekerja keras untuk menyelesaikan tugas, serta
bagaimana berfungsi di dalam masyarakat yang demokratis. Sehingga,
menjadi sama pentingnya bagi Bapak dan Ibu untuk memperhatikan ranah
lain selain yang sifatnya keterampilan jasmani.
Pengalaman belajar yang terakhir ini lebih kaya dibandingkan dua yang
lainnya karena melibatkan murid dalam ketiga ranah sekaligus. Tentu saja
tidak harus semua proses mengajar Bapak dan Ibu selalu menjadi
pengalaman belajar yang kaya. Akan tetapi, pengalaman belajar secara
keseluruhan harus merefleksikan perkembangan afektif dan kognitif.
D. KUATKAN PEMAHAMAN
Sekarang Bapak dan Ibu akan kembali kepada praktik mengajar yang dilaksanakan
beberapa waktu silam. Setelah berproses secara mandiri maupun bersama-sama,
coba renungkan dengan menjawab dua pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah menurut Bapak dan Ibu praktik pengajaran yang sudah dilakukan
merupakan perjalanan pengalaman belajar bagi murid yang bermakna? Jika
iya/tidak, mengapa?
2. Jika Bapak dan Ibu diberi kesempatan mengulang kembali praktik mengajarnya,
bagaimana Bapak dan Ibu akan melakukannya? Mengapa?
A. ELABORASI ISI
Bapak dan ibu sekalian, pada pembelajaran kali ini kita akan membahas tentang
bagaimana Bapak dan Ibu menyajikan tugas gerak. Berdasarkan pengalaman, ada
kalanya kita mendapati pembelajaran PJOK yang pemandangannya menyenangkan.
Dalam pembelajaran ini, murid-murid begitu aktif dan larut dengan konten
pembelajaran. Mereka juga dengan cepat menguasai suatu keterampilan gerak yang
dipelajari saat itu. Kita semua menginginkan pelaksanaan pembelajaran seperti ini.
Tapi ada juga pembelajaran di mana gurunya menghabiskan sebagian besar waktu
yang ada hanya untuk mengkomunikasikan tugas gerak dan sibuk mengatur
pengelolaan kelas. Mari kita renungkan bersama, dengan menjawab pertanyaan
pemantik untuk materi kita kali ini.
1. Menurut Bapak dan Ibu, apa yang menjadi penyebab utama dari murid-murid
yang tidak perhatian terhadap pembelajaran? Bagaimana Bapak dan Ibu
mencegahnya supaya tidak terjadi?
2. Apa saja yang Bapak dan Ibu lakukan selama ini untuk meningkatkan komunikasi
dengan murid ketika menyajikan tugas?
Akan tetapi akar penyebab masalah kedua berpotensi dialami oleh semua guru
tanpa memandang karakteristik kepribadiannya. Masalah ini berangkat dari guru
yang tidak cukup jelas dalam menyajikan tugas gerak sehingga murid-muridnya
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Biasanya ini lebih bersumber pada kompetensi
pedagogis yang sangat mungkin dialami guru apapun karakter kepribadiannya.
Meskipun dapat melanda semua orang, kompetensi ini jauh lebih mudah
ditingkatkan. Kuncinya cukup sederhana, yakni persiapan yang matang, jam
terbang, dan kemauan untuk terus belajar. Meskipun PJOK menekankan pada
pembelajaran psikomotor, penyajian tugas gerak menyandarkan kesuksesannya
pada keterampilan komunikasi. Terlebih lagi jika Bapak dan ibu menghendaki
komunikasi yang memfasilitasi pembelajaran, keterampilan ini mutlak diperlukan.
Yes, PJOK sama dengan mata pelajaran lain di mana kemampuan komunikasi guru
menjadi kunci. Dominasi konten PJOK yang berisi gerak, tidak bisa menjadi alasan
untuk tidak meningkatkan keterampilan komunikasi. Bapak dan ibu tidak dapat
mengharap murid-murid paham sendiri apa yang disampaikan. Pesan yang
terkandung dalam komunikasi Bapak dan ibu harus sampai kepada murid-murid.
Tidak jarang juga terjadi dalam pembelajaran PJOK di mana guru menggunakan
bahasa yang spesifik berasal dari disiplin keilmuan yang mereka timba pada saat
kuliah persiapan menjadi guru. Contohnya, guru PJOK tingkat sekolah menengah
yang mengajarkan pendidikan kebugaran menggunakan istilah-istilah canggih (VO2
maks, intensitas, zona latihan) yang tidak serta merta langsung dipahami murid.
Selain itu, istilah dalam dokumen resmi seperti kurikulum sering digunakan secara
mentah dan disampaikan kepada murid seolah-olah istilah tersebut menjadi
kebutuhkan mereka untuk dipahami. Misalnya, tidak jarang guru PJOK sekolah dasar
menggunakan istilah keterampilan gerak lokomotor ketika mengajarkan lari kijang.
Selanjutnya, Bapak dan ibu akan membahas aspek-aspek dalam penyajian gerak
yang diartikulasikan dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi seperti ini
berfungsi untuk mendapatkan perhatian dari murid-murid, menahapkan konten dan
pengelolaan organisasi tugas, meningkatkan kejelasan komunikasi, memilih cara
berkomunikasi, dan memilih isyarat dalam pembelajaran. Silahkan Bapak dan ibu
menyimak informasi di bawah ini yang secara garis besar disusun dari gagasan dan
ide Rink (2014).
Guru yang piawai secara pedagogis akan dengan efektif menyampaikan tugas
gerak kepada murid-muridnya. Mengapa? Sebab biasanya mereka akan dengan
mudah mendapatkan perhatian murid. Ini penting, karena sehebat apapun Bapak
dan Ibu berkomunikasi dan secanggih apapun konten yang hendak disampaikan
tapi jika tidak mendapatkan perhatian dari murid maka itu semua tidak akan
banyak berarti. Menariknya, keterampilan pedagogis untuk mendapatkan
perhatian murid ini dapat dipelajari. Beberapa poin di bawah ini akan membahas
mengapa murid-murid tidak memberikan perhatian dan bagaimana Bapak dan
Ibu dapat meningkatkan perhatian mereka.
Apa yang dimaksud dengan tanda di sini adalah komunikasi verbal atau non-
verbal yang digunakan untuk menginstruksikan apa yang harus dilakukan
oleh murid-murid. Secara lebih spesifik, kelas PJOK dipenuhi dengan aktivitas
gerak di mana tanda-tanda untuk mengelola aktivitas ini sangat penting.
Contohnya, Bapak dan Ibu barangkali sering menggunakan komunikasi
verbal dengan menghitung satu sampai tiga atau berteriak “mulai!”
Komunikasi non-verbal dengan tepukan tangan, mengangkat tangan, atau
dengan peluit juga menjadi ciri khas dalam pembelajaran PJOK. Tanda-tanda
Apapun yang dimaksud oleh Bapak dan Ibu harus serba jelas dengan cara
memfasilitasi murid untuk mempraktikkan cara merespon tanda. Tujuannya
satu: mereka harus diam dan memberikan perhatian ketika tanda itu
disampaikan. Oleh sebab itu, Bapak dan Ibu jangan sampai melanjutkan
instruksi ketika belum sepenuhnya mendapatkan perhatian dari mereka.
Jika mereka tidak dapat mendengar atau melihat tanda dari Bapak dan Ibu,
itu artinya mereka terlalu ramai/berisik atau tempat terlalu luas. Di sini Bapak
dan Ibu akan membutuhkan tanda khusus, seperti penggunaan peluit.
Sayangnya banyak guru PJOK yang latah dalam menggunakan peluit untuk
menjadi tanda semua instruksi. Itulah sebabnya sosok guru PJOK identik
dengan kalung peluitnya. Perlu menjadi catatan bersama bahwa penggunaan
peluit untuk semua instruksi akan membingungkan murid. Perlu lebih bijak di
sini ketika menggunakan peluit. Peluit akan efektif ketika pembelajaran
berada di ruangan yang luas dan berpotensi tidak kondusif pengelolaan
Selain itu, pada saat pembelajaran berlangsung, kadang kala ada saja yang
memecah perhatian murid. Bisa jadi disebabkan oleh faktor internal ketika
mereka harus terlalu lama berdiri atau duduk secara tidak nyaman. Jelas,
dengan suasana seperti ini akan sulit dalam menjaga dan mempertahankan
murid untuk tetap memperhatikan Bapak dan Ibu. Ada juga faktor yang
datang dari luar kelas dan ini akan lebih sulit bagi Bapak dan Ibu untuk
mengendalikannya. Apapun itu yang menyebabkan, Bapak dan Ibu harus
sebisa mungkin menghilangkan atau setidaknya mengurangi. Jika memang
penyebabnya tidak dapat diatasi maka Bapak dan Ibu akan dituntut untuk
menghadapinya secara kreatif. Beberapa tips di sini termasuk membagi kelas
menjadi beberapa kelompok kecil. Mereka juga dapat diminta lebih dekat
dengan Bapak dan Ibu dengan posisi membelakangi sumber gangguan.
Selain suara, problem yang sering terjadi di luar ruang adalah masalah
penglihatan, khususnya karena silau sinar matahari. Bapak/Ibu harus selalu
memposisikan mereka membelakangi matahari. Dalam keadaan yang tidak
memungkinkan, murid-murid bisa diminta berkumpul di tempat dengan
bayangan pepohonan atau bangunan untuk melindungi dari pancaran
matahari.
Di luar sana, tidak jarang kita mendapati rekan-rekan guru PJOK yang
kesusahan berkomunikasi secara verbal kepada murid-muridnya. Sering juga
kita temui mereka yang bisa bertutur panjang, tapi tidak memperhatikan
efektivitas dan efisiensi komunikasinya. Kata-katanya menjadi terlalu boros
Kita semua paham bahwa konten gerak tidak dapat secara keseluruhan
disampaikan. Bapak dan Ibu akan menahapkannya sedemikian rupa dari
mengenalkan sampai memfasilitasi kemahiran. Dalam hal ini penyajian tugas di
PJOK menggunakan informasi terkait dengan dual hal. Pertama, informasi
tersebut adalah tentang (1) tugas gerak apa yang akan dilakukan (termasuk
orientasi tujuan) dan (2) pengaturan organisasi pembelajaran di mana tugas
akan dipraktikkan. Secara umum, banyak guru PJOK memahami hal ini. Tapi
Agar tidak campur aduk, Bapak dan Ibu dapat mendahulukan yang pertama,
yakni tugas gerak apa yang akan dipelajari dan dipraktikkan hari itu (misalnya,
passing bawah dalam bola voli). Kemudian, bagaimana organisasi pembelajaran
dapat disampaikan (misalnya, secara berpasangan). Cara ini lebih cocok untuk
murid-murid kelas atas. Bapak dan Ibu juga dapat mendahulukan yang kedua
ketika pengaturan organisasi pembelajaran disampaikan sebelum tugas gerak.
Jika ini dilakukan secara perlahan, maka penyajian ini akan menjadi lebih
sederhana dan sesuai untuk murid kelas bawah. Untuk tugas yang kompleks,
cara kedua ini juga akan membantu penyajian tugas. Bapak dan Ibu dapat
memberikan arahan tentang pengelolaan kelas terlebih dahulu dan menunggu
sampai murid benar-benar mengikuti sebelum menyampaikan dimensi konten
dari tugas geraknya. Untuk pilihan yang kedua ini perlu memperhatikan ukuran
area tempat praktik. Jika terlalu besar, Bapak dan Ibu akan mendapatkan
tantangan dalam mendapatkan perhatian dari murid. Selain itu, jika pengelolaan
kelas sangat penting dalam pelaksanaan tugas gerak, maka pengaturan
pembelajaran harus dijelaskan secara gamblang dan dapat menjadi bagian dari
demonstrasi. Dalam tugas gerak yang melibatkan dimensi pengelolaan yang
banyak informasi penugasannya, Bapak dan Ibu dapat menggunakan prosedur
yang biasanya digunakan untuk memberikan tanda dimulai atau aba-aba.
Para pakar pendidikan jasmani meyakini bahwa murid belajar gerak di PJOK
melalui isyarat pembelajaran (learning cue). Istilah ini nampaknya tidak akrab di
telinga guru-guru kita, meskipun banyak yang telah menggunakannya. Secara
definisi, isyarat pembelajaran adalah suatu kata atau frasa yang mengidentifikasi
atau mengkomunikasikan kepada murid ciri-ciri penting dari suatu keterampilan
atau tugas. Beberapa contoh isyarat pembelajaran adalah “bola didorong, tidak
dipukul,” “mata melihat ke depan,” “lutut ditekuk 45 derajat.” Mengapa isyarat
seperti ini penting bagi dalam PJOK? Sebab umpan balik semestinya
disampaikan ketika dan selama murid-murid mempraktikkan gerakan tersebut.
a. Akurat: Isyarat yang baik adalah yang akurat, yakni yang berasal dari teknik
melakukan suatu keterampilan. Di sinilah letak pentingnya Bapak dan Ibu
guru untuk memahami dan menguasai konten. Sebab, mereka yang tidak
menguasai akan kesulitan memilih dan menggunakan isyarat untuk
membantu pembelajaran. Selain itu, kemampuan memilih isyarat yang akurat
dan dapat direspon secara tepat oleh murid seperti yang diharapkan
membutuhkan persiapan dan latihan. Bersamaan dengan waktu dan
pengalaman, Bapak dan Ibu akan dengan mudah menentukan isyarat penting
tersebut.
b. Singkat tapi penting: Isyarat yang baik adalah yang konten pesannya
pendek. Isyarat disampaikan melalui kata atau frasa, bukan kalimat apalagi
paragraf. Murid-murid tidak akan bisa menangkap apa yang kita sampaikan
ketika mereka sedang melakukan tugas gerak. Dengan kata lain, mereka tidak
dapat menggunakan informasi yang terlalu banyak untuk merespon tugas
gerak yang Bapak dan Ibu sampaikan. Selain itu, isyarat harus berstatus
penting untuk eksekusi penampilan keterampilan. Artinya, isyarat tersebut
memfasilitasi keterlaksanaan suatu keterampilan. Misalnya, Bapak dan Ibu
sedang mengajarkan dribble dalam bola basket kepada murid-murid dengan
level pemula. Isyarat seperti “dorong, tidak dipukul” akan sangat membantu
mereka untuk melakukan gerakan secara benar. Sebab dalam mendribble,
bola didorong dengan telapak tangan, bukan dipukul seperti sering dilakukan
oleh pemula. Sekali lagi, isyarat yang Bapak dan Ibu pilih harus benar-benar
sengaja ditentukan karena penting dalam penampilan gerak. Yakni,
memberikan gambaran yang jelas dan akurat kepada murid tentang apa yang
akan mereka lakukan.
e. Isyarat untuk konsep gerak: Konsep gerak di sini artinya kerangka kerja
untuk meningkatkan unjuk kerja gerak. Konsep gerak meliputi kesadaran
tentang tubuh, ruang, usaha, dan hubungan dengan lingkungan sekitar
(Graham et al., 2020). Tugas gerak untuk pengembangan konsep gerak ini
B. KUATKAN PEMAHAMAN
Sebagaimana Bapak dan Ibu sudah mengetahui karakteristik sinyal pembelajaran
yang baik, sekarang tugas Bapak dan Ibu adalah merancang sinyal pembelajaran
secara mandiri. Tentukan konten gerak yang akan diajarkan. Asumsikan konten ini
adalah keterampilan yang baru bagi murid-murid. Kemudian, anggap saja setelah
beberapa pertemuan, mereka mulai menguasai keterampilan tersebut. Sekarang
desain sinyal pembelajarannya untuk level keterampilan ini, khususnya untuk
keterampilan tertutup, terbuka, dan konsep gerak.
2. Bagaimana informasi baru ini terkait dengan praktik mengajar Bapak dan Ibu
sehari-hari? Bagaimana informasi ini akan meningkatkan efektivitas mengajar
Bapak dan Ibu di kemudian hari?
A. ELABORASI ISI
Sebagai guru yang berpengalaman, Bapak dan Ibu sangat memahami bahwa
mengajar yang efektif itu sangat kompleks. Ada banyak variabel yang turut
menentukan bagaimana penampilan mengajar mencapai keefektifannya. Namun
sebelum meneruskan pembelajaran ini, coba kita renungkan bersama pengajaran
Bapak dan Ibu selama ini dengan menjawab pertanyaan berikut:
2. Apa yang Bapak dan Ibu lakukan untuk meningkatkan atau menurunkan tingkat
kesulitan dalam aktivitas gerak murid-murid?
3. Bagaimana praktik keseharian Bapak dan Ibu dalam memberikan umpan balik
kepada murid? Apa tujuan Bapak dan Ibu melakukannya?
Dalam materi ini, Bapak dan Ibu tidak akan mempelajari semua variabel terkait
dengan mengajar yang efektif karena pertimbangan waktu. Tiga variabel dipilih di
sini dipilih untuk melihat efektivitas mengajar dari perspektif pengembangan
Secara umum kita semua paham bahwa apa yang disebut sebagai progres
adalah bagaimana Bapak dan Ibu menahapkan pengalaman belajar dari
sederhana ke kompleks atau mudah ke sulit. Bapak dan Ibu melakukan ini
melalui serangkaian ekstensi tugas. Dimulai dari titik awal yang mudah atau
sederhana kemudian secara gradual Bapak dan Ibu menambahkan
kompleksitas dan kesulitannya. Secara lebih spesifik, ekstensi dapat dibagi
menjadi dua:
Perlu digaris bawahi bersama di sini bahwa penerapan ini dapat berlangsung
dalam kontinuum pengajaran Bapak dan Ibu. Artinya, Bapak dan Ibu dapat
memberikan tugas penerapan sepanjang waktu mereka belajar suatu
keterampilan atau di akhir ketika keterampilan itu telah dikuasai. Contohnya,
setelah belajar beberapa teknik dan keterampilan futsal, murid-murid diberi
kesempatan bermain di dalam permainan yang dimodifikasi atau yang
sesungguhnya. Sebagai permainan kompetitif, futsal bertujuan untuk
mencetak gol (efektivitas)—bukan bagaimana bergerak untuk mencetak gol
(efisiensi). Sehingga Bapak dan Ibu sekarang berganti fokus pada faktor-
faktor yang lebih kompleks selain gerakan tekniknya itu sendiri. Selain itu,
Bapak dan Ibu juga dapat meminta murid untuk menerapkan keterampilan
mereka dengan cara menilai penampilannya (misalnya, penilaian diri sendiri
atau sejawat). Tugas penerapan yang diberikan pada saat mereka masih
mempelajari keterampilan adalah sah. Ini artinya, penerapan tidak harus
menunggu mereka menguasai keterampilan sepenuhnya. Misalnya, dalam
mengajarkan bola tangan, Bapak dan Ibu tidak perlu menunggu sampai
Sekarang kita akan beranjak kepada aspek yang lebih konkret, yaitu
bagaimana pengembangan konten ini dilakukan. Bapak dan Ibu memulai
dengan memberikan informasi kepada murid-murid tentang suatu
keterampilan yang akan dipelajari.
Sedangkan peran umpan balik adalah menjaga murid-murid untuk tetap fokus
pada tugas belajar dan juga memotivasi mereka. Umpan balik dapat bersifat
khusus di mana kandungannya terkait dengan konten yang sedang disampaikan.
Umpan balik khusus bertujuan untuk menyampaikan maksud Bapak dan Ibu
dalam membantu mereka meningkatkan kualitas gerak. Di ujung sana, jenis
umpan balik ini dapat memberikan kontribusi pada lingkungan yang berorientasi
tugas dan pembelajaran yang produktif. Umpan balik juga dapat bersifat umum
di mana kandungan pesannya tidak terkait dengan konten yang Bapak dan Ibu
sedang sampaikan. Jenis umpan balik ini cenderung bersifat memotivasi. Masih
ada banyak umpan balik dalam pembelajaran PJOK yang akan dibahas
selanjutnya. Tapi apapun jenisnya, pedagogi umpan balik sangat tergantung
pada kemampuan Bapak dan Ibu dalam melakukan observasi dan analisis
keterampilan. Berikut ini beberapa pengelompokkan berbagai umpan balik.
Umpan balik yang Bapak dan Ibu sampaikan dapat bersifat evaluatif atau
korektif. Umpan balik disebut evaluatif jika Bapak dan Ibu
mengkomunikasikan penilaian bagus atau tidaknya suatu tugas gerak. Ini
menyiratkan waktu penyampaian umpan balik pada apa yang sudah selesai
dilakukan. Sedangkan umpan balik korektif terkait dengan apa yang murid-
murid harus lakukan atau tidak lakukan berikutnya. Kedua jenis umpan balik
ini memiliki beberapa karakteristik, yakni yang (1) sejalan atau tidak sejalan
Seperti dibahas sebelumnya, umpan balik yang sifatnya umum tidak terkait
dengan konten materi. Perannya lebih untuk memotivasi anak dalam proses
belajar. Motivasi memang penting, akan tetapi motivasi semata tidak akan
memfasilitasi pembelajaran secara bermakna. Di sinilah Bapak dan Ibu
membutuhkan umpan balik spesifik atau khusus yang mengacu pada konten
yang sedang diajarkan. Secara nalar, umpan balik khusus bernilai bagi
pembelajaran murid dan berpotensi dalam menyumbang secara bermakna
ketimbang umpan balik umum. Umpan balik spesifik juga dapat menjaga
murid untuk tetap perhatian terhadap tugas. Oleh sebab itulah, seringkali
disebutkan bahwa murid-murid di PJOK secara unik belajar dari jenis umpan
balik ini.
Tipe umpan balik ini seperti namanya, positif umumnya merujuk pada sesuatu
yang baik dan negatif bernada tidak baik. Di PJOK, Bapak dan Ibu bisa
memberikan kedua jenis ini. Misalnya, hal yang wajar jika Bapak dan Ibu
banyak mengoreksi kesalahan teknik dalam pembelajaran yang penuh
dengan aktivitas gerak. Namun perlu diwaspadai untuk tidak mengoreksi
kesalahan dengan cara-cara yang negatif dalam arti kritisisme kasar.
Kritisisme negatif sebagai umpan balik dapat mencederai anak dan memutus
potensi mereka dalam mencintai keaktifan bergerak sepanjang hayat. Jika
memang ada kesalahan gerak, Bapak dan Ibu harus tetap menyampaikan.
Tapi bantu mereka mengoreksi kesalahan dengan cara positif dan kontributif
terhadap pembelajaran mereka. Umpan balik negatif yang tidak baik adalah
yang disampaikan kepada person—bukan pada perilakunya. Bapak dan Ibu
juga sebaiknya membedakan antara perilaku seseorang dan orangnya itu
sendiri ketika memberikan umpan balik. Guru yang menginginkan muridnya
berhasil dalam belajar, akan dengan hati-hati dan sensitif
mengkomunikasikan kesalahan muridnya dan memberikan informasi tentang
bagaimana melakukannya secara benar.
Target umpan balik adalah kepada siapa umpan balik tersebut disasarkan.
Umpan balik dapat diarahkan kepada keseluruhan kelas, kelompok murid
dalam satu kelas, dan perseorangan.
3) Individu (kelas): diarahkan pada satu orang murid tapi akan bermanfaat
bagi semua murid.
4) Individu (pribadi): diarahkan pada satu orang murid dan dilakukan secara
terpisah dari keseluruhan kelas.
Waktu belajar akademik dalam PJOK itu unik dan berbeda dengan mata
pelajaran lain. Sebagaimana pokok PJOK adalah utamanya pembelajaran
psikomotor, maka apa yang disebut belajar secara akademik dalam PJOK adalah
aktivitas gerak yang itu bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan untuk aktif secara jasmani. Selanjutnya,
mengukur waktu belajar akademis dapat memberikan wawasan yang bernilai
terhadap efektivitas praktik mengajar. Analisis waktu belajar juga dapat
membantu Bapak dan Ibu dalam menilai sejauh mana murid-murid terlibat
secara aktif dalam pembelajaran.
B. KUATKAN PEMAHAMAN
Dalam aktivitas kali ini, Bapak dan Ibu akan membahas ulang dan mengklarifikasi
konsep-konsep efektivitas mengajar PJOK. Bapak dan Ibu juga akan dikenalkan
dengan tiga instrumen untuk mengukur efektivitas mengajar. Beberapa pertanyaan
di bawah ini akan membantu aktivitas penguatan pemahaman Bapak dan Ibu untuk
pembelajaran ini. Menurut Bapak dan Ibu, bagaimana pengembangan
konten/umpan balik/ waktu belajar akademis yang efektif? Apakah hasil analisis
Bapak dan Ibu menunjukkan efektivitas? Bagaimana perbandingan dari analisis
pertama dan kedua?
C. LAKUKAN
Bapak dan Ibu akan menganalisis tiga variabel efektivitas mengajar, yakni
pengembangan konten, umpan balik, dan waktu belajar akademis. Silahkan pelajari
PENGEMBANGAN KONTEN
Nama Guru: ________________
JML %
INFORMASI
PENGHALUSAN
EKSTENSI
PENERAPAN
PENGULANGAN
Total:______
Instruksi Koding: Setiap guru memberikan suatu tugas, berikan kode apakah tugas
tersebut merupakan tindakan guru dalam memberi informasi, penghalusan,
ekstensi, penerapan, atau pengulangan tugas yang sama. Berikan tanda titik pada
baris dan kolom di grafik secara berurutan berdasarkan penyampaian tugas.
Kemudian, hubungkan tiap titik.
Tugas: Setelah mendapatkan hasil analisis, maknai mengajar Bapak dan Ibu dalam
pengertian bagaimana sebagai guru Bapak dan Ibu mengembangkan konten: (1)
bagaimana pengembangan konten? (2) Apakah efektif? Jika IYA/TIDAK, mengapa?
(3) Jika seandainya diulang, bagaimana supaya efektif? Tulis di bawah ini dalam 1
paragraf:
PERILAKU KETERAMPILAN
UMPAN
TOTAL
BALIK
PUJIAN KRITIK POSITIF KOREKTIF NEGATIF
Spesifik
Umum
Total
Rate/Min
PETUNJUK: setiap segmen merujuk pada 15 detik. Oleh karena itu, angka 1
menunjukkan 1 menit.
Pengkodingan dilakukan berdasar pada apa yang teramati dari setidaknya 51% dari
keseluruhan siswa.
A = Aktivitas: Waktu ketika sebagian besar siswa (lebih dari 50%) terlibat dalam
aktivitas gerak yang sesuai dengan materi pelajaran untuk mencapai tujuan
K = Kelola: Waktu ketika sebagian besar siswa (lebih dari 50%) terlibat dalam
suasana kelas yang tidak berkaitan dengan aktivitas pengajaran. Contoh: ganti
aktivitas, mengambil/mengembalikan alat, mendengarkan peraturan, mempresensi,
pemanasan, dll.
I = Instruksi: Waktu ketika sebagian besar siswa (lebih dari 50%) menerima
informasi tentang bagaimana bergerak atau menampilkan keterampilan. Contoh:
melihat guru mendemonstrasikan, mendengarkan instruksi tentang bagaimana
bergerak memanfaatkan ruang, dll.
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
29 30 31 32 33 34 35
36 37 38 39 40 41 42
43 44 45 46 47 48 49
50 51 52 53 54 55 56
57 58 59 60 61 62 63
ANALISIS WAKTU:
Jumlah total waktu pelajaran = ______ detik
Jumlah interval atau segmen x 15/total waktu =___ = ___ %
2. Bagaimana Bapak dan Ibu merenungkan pengajaran Bapak dan Ibu setelah
melihat hasil analisis?
4. Apakah benak Bapak dan Ibu tentang mengajar Pendidikan Jasmani selama ini
berubah? Jika iya/tidak, mengapa?
5. Apa yang akan Bapak dan Ibu lakukan jika diberi kesempatan mengulang
pengajarannya? Bagaimana melakukannya? Mengapa?
a. Apa hal baik yang sudah saya lakukan berdasarkan video saya yang baru saja
saya analisa
b. Apa hal yang bisa saya kurangi atau tambahkan berdasarkan cara saya
mengajar di video yang baru saja saya analisa
2. Setelah menganalisis dan berdiskusi, Bapak Ibu diminta untuk menuliskan 10 hal
konkret yang akan mereka lakukan setelah ini, ketika mereka kembali mengajar
di sekolah
Kelompok Refleksi
Darst, P. W., Zakrajsek, D. B., Mancini, V. H. (1983). Analyzing physical education and
sport instruction. Human Kinetics.
Graham, G., Holt/Hale, S. A., Parker, M., Hall, T., Patton, K. (2020). Children Moving:
A Reflective Approach to Teaching Physical Education. McGraw Hill.
Caly Setiawan adalah guru besar dalam bidang pedagogi olahraga dari Universitas
Negeri Yogyakarta. Caly menempuh pendidikan sarjana pendidikan di jurusan
pendidikan olahraga, Universitas Negeri Yogyakarta. Gelar Master of Science
diperoleh dari State University of New York at Albany dalam bidang kebijakan
pendidikan. Pendidikan doktoralnya dituntaskan di program studi pedagogi
olahraga, University of Northern Colorado, USA. Bidang kajian risetnya mencakup
pedagogi olahraga dengan perspektif teori kritis untuk melihat isu-isu terkait
ketidakadilan berakar pada gender, orientasi seksual, ras dan etnisitas, bentuk
tubuh, dan relasi kuasa. Secara khusus, Caly memfokuskan pengalaman
kependidikan anak-anak muda baik dalam konteks olahraga non-formal maupun
formal institusional. Ia juga menjadi pembelajar dalam bidang pedagogi riset
kualitatif dengan minat utama pada pengembangan metode pos-strukturalisme.
Mantan atlet dan kepala pelatih tim nasional panjat tebing ini mengabdikan dirinya
sebagai kepala bidang pembinaan prestasi, Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing
Indonesia.