Anda di halaman 1dari 55

Paket Modul 2

Keterampilan Pedagogi Guru PJOK


yang Berpusat pada Murid

Modul 2.1
Keterampilan Mengajar
PJOK yang Efektif

Program Pengembangan Keprofesian Guru PJOK

Penulis :
Agus Mahendra, Dr, Ma.

Desain Layout & Ilustrasi :


Nufus Studio

Copyright © 2023

Direktorat GTK Pendidikan Menengah


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL GURU
DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 1


PRAKATA

Salam dan selamat memasuki dengan modul ini Bapak dan Ibu semua. Modul
Keterampilan Mengajar PJOK yang efektif ini adalah menjadi pintu gerbang untuk
paket modul yang lebih memfokuskan pada mata pelajaran PJOK. Pengembangan
topik di sekitar pengajaran efektif berasal dari berbagai penelitian dengan
pandangan teoritik yang berdasar pada teori behaviorisme. Teori behaviorisme
meyakini bahwa pembelajaran murid berlangsung karena perilaku (behavior) guru.
Oleh sebab itulah, pengajaran yang efektif dengan dasar teori ini cenderung
memfokuskan pada apa yang semestinya dilakukan guru secara efektif yang akan
memberi dampak pada pembelajaran murid. Teori pembelajaran yang cenderung
kuat pada behaviorisme mengindikasikan pembelajaran yang berpusat pada guru.

Dalam konteks kekinian, wacana pendidikan mendorong para pendidik untuk beralih
dari guru sebagai pusat menjadi murid lah pusat pembelajaran. Teori yang
mendasari pandangan pendidikan ini lebih kompleks dengan memandang manusia
sebagai pembelajar yang holistik. Ini tentu menggembirakan jika kita hendak
mengembalikan filosofi pendidikan untuk memanusiakan manusia. Akan tetapi,
pembelajaran yang berpusat pada murid ini tidak akan efektif jika perilaku mengajar
guru masih belum efektif. Oleh sebab itulah modul ini hadir, bukan untuk kembali
kepada penekanan teori behaviorisme tapi lebih kepada menyelesaikan efektivitas
dari sisi guru sebelum bergerak kepada pembelajaran yang berpusat pada guru.

Di modul ini Bapak dan Ibu akan mempelajari konsep dasar pengajaran yang efektif.
Setelah itu, cakupan konten memfokuskan pada penyajian tugas gerak diikuti oleh
variabel efektivitas pengajaran. Ketiga variabel ini adalah pengembangan konten,
umpan balik, dan waktu akademis PJOK. Bapak dan ibu akan belajar secara
konseptual dan praktik menganalisis pembelajaran. Jika menengok literatur, tentu
ada banyak aspek dari pengajaran efektif. Modul ini hanya menyampaikan beberapa
saja dengan alasan bahwa rangkaian modul dalam pelatihan ini tidak perlu
didominasi oleh teori behaviorisme.

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 2


Dengan beberapa aspek tersebut Bapak dan Ibu dapat lebih efektif dalam mengajar
sebelum kemudian akan belajar tentang berbagai modul lainnya yang titik tekannya
ada pada pembelajaran yang berpusat pada murid.

Selain pertimbangan yang sifatnya teoritik, pembatasan ini juga dilatarbelakangi


oleh ruang dan waktu yang tersedia. Jika Bapak dan Ibu berminat untuk
mengembangkan diri, modul ini secara mayor merujuk pada buku Teaching Physical
Education for Learning yang ditulis oleh Judith Rink. Beberapa buku lainnya adalah
karya Darst, Zakrajsek, dan Mancini, (1983) jika Bapak dan Ibu tertarik untuk
mendalami ragam analisis pengajaran PJOK.

Bersama modul ini, Bapak dan Ibu diharapkan untuk belajar secara aktif dan saling
berbagi dengan rekan sejawat. Bapak dan Ibu akan mengalami proses belajar yang
lengkap meliputi pembelajaran asinkronus, tatap maya secara sinkronus, dan
pertemuan luar jaringan (luring).

Selamat belajar.

Pengembang Modul

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 3


DAFTAR ISI

Hlm.
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ......................... 1
Prakata ............................................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................................... 4
Capaian Pembelajaran ................................................................................................... 5
Ringkasan Alur Pembelajaran ....................................................................................... 6
Pembelajaran 1. Konsep & Keterampilan Mengajar yang Efektif ................................. 8
A. Lakukan........................................................................................................................................ 8
B. Refleksi ......................................................................................................................................... 9
C. Elaborasi Isi............................................................................................................................... 10
1. Konsep Mengajar Efektif .................................................................................................. 11
2. Kriteria Pengalaman Belajar........................................................................................... 12
D. Kuatkan Pemahaman............................................................................................................ 20
Pembelajaran 2. Penyajian Tugas Gerak.....................................................................21
A. Elaborasi Isi................................................................................................................................ 21
B. Kuatkan Pemahaman............................................................................................................. 32
Pembelajaran 3. Analisis Pengajaran yang Efektif ................................................... 33
A. Elaborasi Isi............................................................................................................................... 33
1. Konsep pengembangan konten ................................................................................. 34
2. Konsep umpan balik ........................................................................................................38
3. Konsep waktu belajar akademis PJOK ..................................................................... 42
B. Kuatkan Pemahaman............................................................................................................ 43
C. Lakukan..................................................................................................................................... 43
D. Refleksi ...................................................................................................................................... 49
Referensi ....................................................................................................................... 50
Profil Penulis ................................................................................................................. 51

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 4


CAPAIAN PEMBELAJARAN

CAPAIAN AKHIR Memfasilitasi Pembelajaran PJOK yang Berpusat Pada murid


Secara Efektif, Bermakna, Menyenangkan dan Reflektif.

INDIKATOR Guru dapat mengembangkan rencana pembelajaran PJOK yang


UTAMA sesuai dengan amanat Kurikulum.

CAPAIAN UMUM Secara umum, capaian modul Refleksi untuk Perubahan


MODUL Paradigma Diri Guru PJOK antara lain:.

CAPAIAN 1. Memahami cara mendesain pengalaman belajar dan


KHUSUS/MODUL tugas belajar bagi peserta didik.

2. Mengidentifikasi penyajian tugas gerak yang efektif.

3. Memahami bagaimana mengembangkan konten PJOK.

4. Membahas praktik baik dalam mengembangkan dan


menjaga lingkungan belajar yang kondusif.

5. Menganalisis pengembangan konten, umpan balik guru,


dan waktu belajar.

6. Menampilkan pengajaran PJOK yang lebih efektif.

7. Merefleksikan efektivitas pengajaran yang berbasis bukti


(evidence-based reflection).

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 5


RINGKASAN ALUR PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN 1

LAKUKAN

Peserta melakukan praktik pembelajaran yang akan direkam dan dianalisis


dalam tahap selanjutnya. Pembelajaran yang dilakukan adalah apa yang sehari-
hari dilakukan peserta. Video pembelajaran ini akan diunggah di LMS.

REFLEKSI

Peserta akan melakukan refleksi terhadap praktik pengajarannya dengan


merujuk pada tiga aspek. Aspek-aspek ini adalah refleksi terhadap persiapan
pengajaran, pelaksanaannya, dan justifikasi pelaksanaannya.

ELABORASI ISI (1 JP ASINKRON)

Pada tahap ini, peserta akan mempelajari konsep dasar keterampilan mengajar
yang efektif secara asinkron. Konten yang dicakup meliputi (1) definisi mengajar
yang efektif dan (2) kriteria mengajar yang efektif.

KUATKAN PEMAHAMAN (4 JP TATAP MAYA)

Pada tahap ini, peserta akan mempelajari konsep dasar keterampilan mengajar
yang efektif secara asinkron. Konten yang dicakup meliputi (1) definisi mengajar
yang efektif dan (2) kriteria mengajar yang efektif.

PEMBELAJARAN 2

ELABORASI ISI (1 JP ASINKRON)

Peserta akan bertemu kembali dengan Fasilitator secara tatap maya setelah
modul 1.3, untuk melakukan 'Tinjauan ulang' atas refleksi yang sudah mereka
tuliskan pada hari-hari sebelumnya.

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 6


KUATKAN PEMAHAMAN (4 JP TATAP MAYA)

Pada tahap ini peserta akan belajar mandiri dengan merenungkan proses di
pembelajaran 2. Selanjutnya, peserta juga akan merefleksikan apa saja yang
paling signifikan dari pembelajaran 2 dan kemungkinannya untuk meningkatkan
efektivitas dalam penyajian tugas gerak.

PEMBELAJARAN 3

ELABORASI ISI (2 JP ASINKRON)

Peserta akan mempelajari materi terkait analisis pengajaran yang efektif. Dalam
pembelajaran ini, peserta akan belajar secara konseptual dan juga aspek praktis
dari analisis pengajaran. Dari sekian banyak variabel pengajaran yang efektif,
tiga hal yang dipelajari adalah konsep pengembangan konten, umpan balik, dan
waktu belajar akademis PJOK..

KUATKAN PEMAHAMAN (2 JP TATAP MUKA)

Peserta akan menguatkan pemahaman mereka dengan mempelajari 3 instrumen


untuk analisis pengajaran. Ketiga instrumen ini untuk menganalisis
pengembangan konten, umpan balik, dan waktu belajar akademis PJOK.

LAKUKAN (2 JP TATAP MUKA)

Peserta akan menguatkan pemahaman mereka dengan mempelajari 3 instrumen


untuk analisis pengajaran. Ketiga instrumen ini untuk menganalisis
pengembangan konten, umpan balik, dan waktu belajar akademis PJOK.

REFLEKSI

Peserta akan berbagi dan berdiskusi hasil analisisnya. Mereka juga akan
merefleksikan hasil analisisnya baik secara lisan maupun tertulis dengan dipandu
kerangka reflektif pengajaran pendidikan jasmani.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 7


PEMBELAJARAN 1. KONSEP & KETERAMPILAN
MENGAJAR YANG EFEKTIF

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Peserta dapat memahami konsep dan keterampilan mengajar yang efektif dalam
konteks Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

2. Merefleksikan efektivitas pengajaran yang berbasis bukti (evidence-based


reflection).

A. LAKUKAN
Pembelajaran dalam modul ini akan dimulai dengan Bapak dan Ibu melakukan
praktik pembelajaran gerak dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
(PJOK). Tugas Bapak dan Ibu adalah merencanakan satu pertemuan pembelajaran
yang diwujudkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan kemudian
mengajar murid-murid di sekolah tempat Bapak dan Ibu berdasar RPP tersebut.
Silahkan konten pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan apa yang Bapak dan Ibu
sedang lakukan.

BERIKUT INI ASPEK TEKNIS YANG PERLU BAPAK DAN IBU PERHATIKAN
DALAM TUGAS PRAKTIK INI:
1. Praktik mengajar berdurasi 60 menit direkam secara utuh tanpa ada editan.

2. Sudut penempatan kamera harus dapat menangkap semua murid dalam kelas.
Bapak dan Ibu dapat menggunakan penyangga tiga kaki dengan sudut pandang
tetap atau dapat meminta bantuan rekan sejawat untuk membantu menggambil
gambar. Apapun teknik pengambilan gambarnya, keseluruhan murid dalam satu
kelas harus terekam secara visual.

3. Suara guru harus terekam jelas. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan
mikrofon tanpa kabel (wireless mic). Selain itu, Bapak dan Ibu dapat melakukan

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 8


secara online di mana proses pembelajaran dilakukan dengan aplikasi Google
Meet atau Zoom. Bapak dan Ibu dapat memanfaatkan headset dengan telepon
genggam yang online dan direkam melalui aplikasi tersebut. Tentu saja, rekaman
visualnya juga dengan device yang online.

4. Unggah RPP dan link rekaman pembelajaran di LMS.

B. REFLEKSI
Mengajar gerak sudah menjadi makanan sehari-hari Bapak dan Ibu. Dalam
kesempatan ini, pembelajaran di sini akan memfasilitasi Bapak dan Ibu dalam
melakukan refleksi terhadap apa yang selama ini menjadi keseharian profesi Bapak
dan Ibu. Namun kita akan kembali kepada apa yang paling esensial dari profesi
Bapak dan Ibu, yakni sebagai guru PJOK. Bapak dan Ibu akan diminta merefleksikan
secara metaforis mengajar PJOK dengan dibantu foto artistik. Metafora di sini
artinya Bapak dan Ibu akan membuat perumpamaan mengajar PJOK dengan
sesuatu yang justru tidak ada hubungannya dengan PJOK. Misalnya, Bapak dan Ibu
memilih foto jembatan dan kemudian memetaforakan: “Mengajar PJOK ibaratkan
jembatan karena menjembatani murid untuk hidup aktif sepanjang hayat.”

BERIKUT LANGKAH-LANGKAH REFLEKSINYA:


1. Pilih salah satu foto yang tersedia di LMS ini.

2. Kemudian buatlah metafora dengan mengaitkan konten atau elemen visual


dalam foto tersebut dengan esensi mengajar PJOK, khususnya pembelajaran
gerak.

3. Renungkan, bicaralah dengan diri sendiri, dan kemudian tuangkan dalam bentuk
tulisan di LMS.

Refleksi selanjutnya bersifat lebih teknis. Praktik yang baru saja Bapak dan Ibu
laksanakan bukan hal asing lagi.

TULISKAN JUGA DI LMS JAWABAN REFLEKTIF ATAS BEBERAPA PERTANYAAN


DI BAWAH INI:
1. Bagaimana Bapak dan Ibu mempersiapkan diri dalam mengajar?

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 9


2. Bagaimana Bapak dan Ibu mengajar? Deskripsikan renungan Bapak dan Ibu.

3. Apakah Bapak dan Ibu merasa berhasil/sukses dalam mengajar? Jika iya/tidak,
mengapa?

C. ELABORASI ISI
Dalam pembelajaran kali ini, Bapak dan Ibu akan secara mandiri melakukan elaborasi
materi pelatihan dengan menelaah konsep dan keterampilan mengajar PJOK yang
efektif. Sebelum itu, mari kita baca dan renungkan bersama pertanyaan pemantik
berikut ini:

1. Bagaimana Bapak dan Ibu mengajar PJOK selama ini? Bagaimana Bapak dan Ibu
memfasilitasi pengalaman belajar murid-murid?

2. Bagaimana Bapak dan Ibu menilai efektivitas keterampilan mengajar saat ini?

3. Bagaimana Bapak dan Ibu menjawab pertanyaan tersebut? Apa saja yang
menjadi kriteria untuk menentukan pengalaman belajar yang bermakna?

Apa jawaban Bapak dan Ibu terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas?


Meskipun apa yang diajarkan dalam PJOK relatif sama, ada kemungkinan besar
pedagogi yang Bapak dan Ibu gunakan akan ada nuansa-nuansa yang
membedakan. Penyebabnya adalah bahwa pengajaran itu sangat kontekstual.
Artinya, kondisi lingkungan fisik, sosial-ekonomi, kultur, dan politik di mana sekolah
berada akan sangat mempengaruhi pendekatan, metode, dan strategi yang Bapak
dan Ibu lakukan. Karakteristik murid-murid berikut preferensi kultur geraknya juga
akan menentukan keputusan Bapak dan Ibu dalam mengajar. Tidak kalah
pentingnya adalah latar belakang, pengalaman keolahragaan dan mengajar, serta
pandangan filosofis Bapak dan Ibu yang menjadi komposisi unik dalam mengajar.
Tapi, dalam aktivitas pembelajaran kali ini Bapak dan Ibu kita akan membahas
efektivitas mengajar yang berbasis riset. Ini akan memfasilitasi pemahaman bersama
tentang apa itu mengajar yang efektif. Bapak dan Ibu akan menelaah materi di
bawah ini yang secara garis besar diambil dari Rink (2014). Setelah membaca,
silahkan saling memperkaya satu sama lain di dalam forum diskusi.

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 10


1. KONSEP MENGAJAR EFEKTIF
Coba Bapak dan Ibu mencari tahu di internet tentang definisi mengajar. Apa
yang ditemukan mungkin definisi yang majemuk dengan beberapa unsur
dasarnya yang bertentangan satu sama lain. Dalam modul ini, kita akan
memandang pengajaran sebagai fasilitasi pengalaman belajar murid-murid kita.
Lantas apa itu pengalaman belajar? Pengalaman belajar diartikan sebagai
seperangkat kondisi instruksional dan peristiwa pembelajaran yang
merestrukturisasi pengalaman peserta didik dan yang terkait dengan tujuan
pembelajaran. Ingat ya Bapak dan Ibu, tujuan pembelajaran adalah kata kunci
penting di sini. Dengan kata lain, pengalaman belajar itu menuju pada suatu
tujuan maka ia menyiratkan suatu perjalanan dari suatu tempat. Nah, di sinilah
letak konsep sentral pengajaran efektif, yakni pada tujuan pembelajaran. Secara
umum, pengajaran yang efektif adalah praktik Bapak dan Ibu dalam memfasilitasi
pengalaman belajar bermakna bagi murid dan yang menghasilkan capaian yang
diinginkan. Pengajaran efektif membutuhkan berbagai strategi, teknik dan
pendekatan untuk melibatkan murid, mengembangkan pemahaman dan
keterampilan, dan mendukung keseluruhan tumbuh kembang mereka.

Dalam konteks PJOK, ada banyak aspek-aspek yang menentukan apakah suatu
pengajaran dapat dikatakan efektif atau tidak. Beberapa contoh aspek tersebut
adalah (1) tujuan pembelajaran harus jelas, (2) keterlibatan aktif murid, (3)
pengajaran berdiferensiasi, (4) adanya pemrogresan dan pentahapan atau
pengembangan konten, (5) demonstrasi keterampilan dan penjelasan, (6)
umpan balik, (7) komunikasi yang efektif, (8) penilaian dan evaluasi, dan (9)
keselamatan. Modul ini tidak akan membahas semua tapi hanya aspek-aspek
yang dirasa kunci untuk kontek dan kondisi yang ada. Setidaknya Bapak dan Ibu
akan membahas dan mendalami penyajian tugas gerak, pemrogresan dan
pentahapan (pengembangan konten), umpan balik, dan waktu belajar akademik.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 11


Bapak dan Ibu sekalian, mari kita kembali kepada pengalaman belajar sebagai
perjalanan. Sama seperti kehidupan kita yang lain perjalanan apapun itu
membutuhkan perencanaan. Di sinilah peran penting Bapak dan Ibu sebagai
seseorang yang akan merancang pengalaman belajar gerak dan tugas gerak
sebagai bumbu utama dalam pembelajaran PJOK.

DALAM KONTEKS INI, APA FUNGSI PENGALAMAN BELAJAR? BEBERAPA


POIN DI BAWAH INI MENGGAMBARKAN,
a. Pengalaman belajar menyampaikan konten gerak kepada murid.

b. Pengalaman belajar merestrukturisasi dan memfokuskan respon murid


terhadap tugas gerak.

c. Pengalaman belajar setiap anak bisa jadi berbeda-beda meskipun mereka


berasal dari satu kelompok usia. Tingkatan-tingkatan pengalaman belajar
dapat memberi petunjuk bagi Bapak dan Ibu untuk menentukan peran apa
yang akan dilakukan murid dalam proses belajar.

Dalam merancang pengalaman belajar, ada banyak faktor yang perlu


dipertimbangkan. Demikian pula dengan cara dalam merancang pembelajaran,
satu orang dengan orang lainnya cenderung tidak sama. Dari berbagai faktor
dan cara dalam merancang, Bapak dan Ibu perlu mendasarkan pilihan pada
karakteristik konten, tujuan pembelajaran, tujuan yang lebih luas, karakteristik
murid, ketersediaan fasilitas dan peralatan, dan keadaan lingkungan sekitar.
Apapun faktor dan cara merancang yang menjadi pilihan Bapak dan Ibu
penekanan harus tetap difokuskan pada capaian pembelajaran murid.

2. KRITERIA PENGALAMAN BELAJAR


Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, pengajaran bisa dikatakan efektif jika
mencapai tujuan yang diharapkan melalui pengalaman belajar yang bermakna.
Dalam merancang pengalaman belajar ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan agar dapat membedakan pengajaran yang berpotensi untuk
memfasilitasi pembelajaran dan yang tidak menjadi pembelajaran bermakna
bagi murid-murid Bapak dan Ibu. Rink (2014) menawarkan empat kriteria yang

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 12


menentukan rencana pengajaran yang efektif. Semua kriteria ini dibentuk oleh
berbagai aspek, seperti pengetahuan dan kompetensi profesional, keyakinan
dan filosofi, serta sikap terkait dengan apa yang menurut Bapak dan Ibu penting
dilakukan ketika mengajar. Empat kriteria tersebut adalah:

a. KRITERIA PERTAMA: pengalaman belajar harus memiliki potensi dalam


meningkatkan keterampilan penampilan/aktivitas motorik peserta didik.
Kriteria ini memperjelas komitmen PJOK untuk memfasilitasi murid dalam
mendapatkan dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk
membangun gaya hidup aktif. Ini menjadi tujuan unik Bapak dan Ibu dalam
mengajar PJOK. Perlu dipahami bersama di sini bahwa untuk menumbuhkan
gaya hidup aktif tidak harus selalu mensyaratkan penguasaan keterampilan
motorik yang kompleks. Toh, kenyataannya kita dapat melakukan gaya hidup
aktif dengan keterampilan motorik sederhana, seperti rutin berjalan kaki atau
jogging. Kriteria pertama ini intinya menegaskan sentralnya tujuan
pembelajaran dalam pengalaman belajar murid. Dengan kata lain,
pembelajaran PJOK Bapak dan Ibu tidak akan ada artinya ketika murid
melakukan aktivitas gerak atau permainan olahraga tapi tidak bersifat
edukatif, yakni tanpa adanya tujuan mereka belajar itu semua. Bapak dan Ibu
harus merancang pengalaman murid dengan maksud untuk memberikan
pengalaman pembelajaran. Jika Bapak dan Ibu tidak melakukan ini, maka
pengajarannya bisa dikatakan tidak valid. Argumen yang mendasari kriteria
pertama ini berasal dari kenyataan bahwa orang dewasa yang aktif secara
jasmani adalah mereka yang juga aktif ketika masa anak-anak dan remaja,
khususnya mereka yang terlibat di dalam klub olahraga. Penelitian juga
menunjukkan bahwa orang dewasa yang aktif memiliki kompetensi
keterampilan motorik. Oleh sebab itulah, Bapak dan Ibu tidak hanya akan
mengajarkan keterampilan motorik sederhana. Graham et al. (2020)
menteorikan perjalanan pengalaman belajar murid seperti bangunan belah
ketupat. Di bagian bawah yang sempit merepresentasikan pengenalan pada
keterampilan gerak fundamental yang disampaikan pada awal-awal tahun.
Eksplorasi berbagai kemungkinan gerak dilakukan pada masa-masa sekolah

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 13


menengah awal yang diwakili oleh area tengah yang meluas. Pada akhirnya
dari bangun belah ketupat adalah kembali meruncing di mana murid-murid
di awal usia dewasa sudah mengembangkan keahlian gerak dengan hanya
menekuni beberapa jenis aktivitas jasmani yang menjadi minatnya.

Jika Bapak dan Ibu menerapkan kriteria ini dalam merancang pembelajaran,
maka dampaknya bisa merubah secara signifikan pelaksanaan pembelajaran.
Misalnya dalam PJOK, Bapak dan Ibu,

1) tidak lagi meminta murid bermain suatu jenis aktivitas jasmani hanya
karena permainan tersebut menyenangkan;

2) tidak lagi mengajarkan mereka membaca/berhitung/dll melalui gerak


dalam pembelajaran yang memang untuk PJOK, kecuali tujuan
psikomotor menjadi pengalaman belajar yang sama validnya;

3) tidak merencanakan pembelajaran hanya untuk membuat anak bergerak


atau bugar karena anggapan budaya malas gerak yang melanda sebagian
kelompok anak;

4) tidak merancang pembelajaran semata-mata karena menginginkan


mereka menumbuhkan keterampilan sosial dan karakter;

5) tidak hanya meminta murid untuk melakukan aktivitas yang dilakukan


dengan objek (misalnya bola atau shuttlecock), keterampilan
mendapatkan dan menjaga keseimbangan, atau koordinasi tapi
aktivitasnya tidak memiliki potensi untuk meningkatkan penampilan di
area gerak tersebut.

Perlu ditegaskan di sini bahwa tugas dan tanggung jawab utama Bapak dan
Ibu di semua jenjang pendidikan adalah pembelajaran psikomotor atau
pembelajaran gerak. Ini bukan berarti PJOK memandang pembelajarannya
secara sempit, satu dimensi tunggal. PJOK di sini mengacu pada pendekatan
holistik yang memandang murid-murid kita sebagai manusia multi
dimensional. Tentu saja ada misi untuk menyertakan tujuan kognitif atau
afektif ketika merancang pengalaman belajar dan ini bukan sesuatu yang
salah. PJOK menjanjikan ranah lain untuk pendidikan anak manusia selain

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 14


psikomotor. Permainan kooperatif merupakan contoh area konten yang
dirancang secara khusus untuk pembelajaran afektif melalui aktivitas jasmani.
Di luar negeri sudah jamak guru mengintegrasikan PJOK dengan mata
pelajaran lainnya, termasuk menetapkan tujuan kognitif PJOK. Pastinya
tujuan-tujuan ini penting. Akan tetapi, apapun itu harus berpotensi
memberikan kontribusi pada tujuan unik dari PJOK, yakni pembelajaran
gerak.

b. KRITERIA KEDUA: pengalaman belajar peserta didik harus memaksimalkan


aktivitas atau waktu mempraktikkan gerak untuk semua murid sesuai
dengan tingkat kemampuannya. Kriteria ini tidak semata-mata terkait
dengan pengelolaan kelas tapi juga keputusan Bapak dan Ibu tentang konten
yang akan disampaikan. Ada hubungan langsung antara peluang belajar
dengan pembelajaran itu sendiri. Untuk keterampilan dan kemampuan
psikomotor yang menjadi fokus utama PJOK, hubungan ini terkait dengan
waktu melaksanakan prakteknya. Misalnya, Bapak dan Ibu merancang tujuan
mengajar keterampilan manipulatif (melempar, menangkap, dan memukul
objek). Taruhlah Bapak dan Ibu di sekolah dasar meminta murid melakukan
permainan lempar tangkap dengan formasi melingkar, atau Bapak dan Ibu di
SMA mengajarkan estafet dengan formasi berbanjar, atau dengan permainan
yang dimodifikasi. Maka sesungguhnya, berbagai aktivitas gerak tersebut
tidak akan berpotensi maksimal untuk mempraktikkan keterampilan yang
diinginkan. Mengapa? Karena kebanyakan pengembangan keterampilan
manipulatif hanya membutuhkan satu atau dua orang saja.

Selain itu, waktu yang digunakan untuk mempraktikkan gerak merupakan


elemen yang paling penting dalam pembelajaran keterampilan motorik atau
pengembangan kebugaran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
berapa jumlah minimal murid yang dibutuhkan untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan motorik ketika Bapak dan Ibu mengatur
organisasi kelas. Kemudian setelah itu, Bapak dan Ibu dapat mengatur
pengelompokkan dengan jumlah peserta didik sekecil mungkin.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 15


Memaksimalkan waktu untuk praktik gerak harus menjadi perhatian utama
Bapak dan Ibu pada saat merancang pengalaman belajar.

Dalam kasus-kasus tertentu, Bapak dan Ibu barangkali tidak dapat


merancang pengalaman belajar yang memaksimalkan aktivitas jasmani
murid-muridnya. Ada faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan jika Bapak
dan Ibu tidak akan dapat memaksimalkan aktivitas untuk suatu konten gerak
tertentu. Namun, faktor yang melatarbelakanginya harus benar-benar kuat.
Contohnya,

1) Sarana dan prasarana (sarpras) yang terbatas.

2) Keterbatasan kemandirian murid dalam belajar karena faktor kematangan


usia atau kultur.

3) Kebutuhan membatasi seberapa banyak murid-murid yang harus Bapak


dan Ibu amati. Ini biasanya untuk pengajaran yang membutuhkan
pemberian umpan balik yang lebih akurat.

4) Tujuan utama pembelajaran adalah untuk mengembangkan keterampilan


interaksi sosial.

Keterbatasan sarpras bisa dipertimbangkan sebagai faktor untuk tidak


memaksimalkan waktu mempraktikkan gerak. Terlebih jika konten
pembelajaran merupakan hal yang penting dan harus disampaikan. Tapi
sekali lagi, dengan konsep berpikir berbasis aset Bapak dan Ibu akan
membangun perspektif baru, bahwa pembelajaran konten tersebut tetap bisa
dilaksanakan. Gabungan antara cara berpikir berbasis aset dengan keyakinan
Bapak dan Ibu bahwa partisipasi aktif itu penting dalam PJOK, maka
kreativitas akan bahan bakar untuk menemukan berbagai cara agar mereka
aktif secara maksimal dengan waktu dan sarpras yang ada.

Faktor berikutnya adalah ketidakmampuan murid dalam beraktivitas secara


mandiri tanpa diawasi oleh Bapak dan Ibu. Ketidakmampuan ini bisa jadi
karena kondisi yang membatasi mereka atau karena dari sisi guru yang tidak

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 16


mampu membantu anak untuk menjadi mandiri dalam belajar. Jika yang
terakhir ini menjadi alasan, maka pembelajaran berpotensi menjadi berpusat
pada guru karena kelas menjadi mudah ditangani. Selain itu, pengalaman
belajar murid juga dapat menjadi lebih terstruktur dan murid menjadi pasif.
Perlu dicatat ya Bapak dan Ibu sekalian, murid yang tidak aktif berpeluang
menjadi penyebab masalah perilaku negatif di dalam pelajaran PJOK.
Pastikan keputusan Bapak dan Ibu untuk tidak memaksimalkan aktivitas
murid dalam pembelajaran karena kondisi murid yang memang belum siap
untuk belajar mandiri atau kebutuhan khusus mereka yang tidak
memungkinkannya.

Faktor terakhir adalah kebutuhan Bapak dan Ibu untuk mengamati aktivitas
murid ketika pembelajaran berlangsung. Jika hanya ada beberapa murid yang
aktif bergerak saat itu, Bapak dan Ibu dapat mengamati dengan lebih baik
dan memberikan umpan balik secara lebih akurat. Situasi ini juga dapat
membuat anak berpikir lebih keras tentang apa yang akan mereka lakukan di
depan teman-temannya. Akan tetapi di sini guru harus hati-hati dalam
mempertimbangkan pembelajaran: apakah peserta didik sudah cukup bisa
dan tidak terpengaruh secara mental ketika melakukan suatu gerak di depan
teman-temannya yang menyaksikan mereka melakukan?

c. KRITERIA KETIGA: pengalaman belajar harus sesuai dengan level


pengalaman semua peserta didik. Murid-murid Bapak dan Ibu mendapatkan
pengalaman belajarnya secara lebih bermakna ketika aktivitasnya sesuai
dengan kemampuannya. Aktivitas klasik dalam pembelajaran PJOK adalah
guling depan. Murid-murid yang tidak dapat menggulingkan badannya
walaupun sudah mencoba berkali-kali bisa jadi karena gerakan tersebut
terlalu sulit bagi mereka. Sebaliknya jika Bapak dan Ibu mengajar
keterampilan yang mudah bagi murid-murid, maka tidak ada tantangan di
sana. Bapak dan Ibu harus dapat merancang pengalaman belajar yang
menantang tapi masih dapat dilakukan oleh semua peserta didik.

Ini tidak mudah. Bagaimana cara menentukannya? Bapak dan Ibu guru dapat
memulai dari pengetahuan Bapak dan Ibu terhadap kemampuan dan

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 17


keterampilan murid-murid sendiri atau dari diagnosa awal (misalnya melalui
pre-tes) jika belum familiar dengan mereka. Setelah pembelajaran
berlangsung, kemudian ada beberapa guru memilih melihat seberapa
dominan kesalahan (error) yang ada. Jika kebanyakan dari mereka dengan
mudah melakukan tanpa adanya kesalahan, barangkali keterampilan tersebut
tidak cukup menantang. Tapi jika tidak ada yang dapat melakukan, tentu itu
terlalu berat bagi mereka. Bapak dan Ibu tidak bisa berharap semua murid
pada akhirnya mahir melakukan keterampilan yang diajarkan. Golden tip
berdasar penelitian adalah jika 80% dari keseluruhan kelas berhasil
melakukan tugas gerak, maka pengajaran Bapak dan Ibu dapat dikatakan
berhasil. Tapi angka ini mohon tidak disamaratakan untuk semua jenis
keterampilan. Misalnya lay up dalam bola basket atau smash dalam sepak
takraw adalah keterampilan tingkat tinggi sehingga Bapak dan Ibu tidak
harus menetapkan angka taksiran keberhasilannya sebesar 80%. Bapak dan
Ibu harus mempertimbangkan karakteristik aktivitas dan keterampilan apa
yang bisa dianggap berhasil bagi mereka yang terampil. Kemudian
menurunkannya bagi murid yang baru belajar keterampilan gerak tersebut.

Kesesuaian dengan level kemampuan murid juga perlu memasukkan unsur


kemajuan. Kenyataannya, murid-murid mengalami kemajuan sesuai dengan
kecepatan mereka masing-masing. Bapak dan Ibu tentu juga sering menemui
ketika tugas gerak yang pada awalnya sesuai untuk semua murid, bisa jadi
nanti berubah menjadi tidak sesuai karena tiap murid belajar dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Misalnya, ketika belajar keterampilan baru
semua anak dapat memulai dari level kemampuan yang sama, tapi biasanya
ada anak yang belajar lebih cepat dari yang lain. Jika Bapak dan Ibu
meneruskan pengajarannya dengan mengabaikan mereka yang belum
mencapai tujuan sebelumnya atau dengan menahan beberapa anak karena
yang lain belum siap, maka Bapak dan Ibu sesungguhnya membuat tugas
geraknya tidak lagi sesuai bagi beberapa murid.

Sebagai guru, Bapak dan Ibu mengalami tantangan luar biasa untuk dapat
merancang pengalaman belajar yang memungkinkan setiap anak belajar

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 18


sesuai dengan level kemampuannya. Konsep ini sering kali disebut
individualisasi. Ketika Bapak dan Ibu melakukan individualisasi yang
konsekuensinya adalah pemenuhan kebutuhan individu murid, maka konsep
ini disebut sebagai personalisasi dan sering dilakukan dengan memberikan
tugas gerak yang berbeda. Hal ini dalam konteks sekarang barangkali bisa
diparalelkan dengan pembelajaran berdiferensiasi.

d. KRITERIA KEEMPAT: pengalaman belajar harus memiliki potensi untuk


mengintegrasikan tujuan pendidikan dalam ranah psikomotor, afektif, dan
kognitif. Dalam pandangan pendidikan holistik, murid-murid ditempatkan
sebagai manusia yang utuh, tidak terpisah-pisah antara jasmani dan rohani,
fisik dan pikiran, raga dan jiwa. Oleh sebab itu, meskipun PJOK
menitikberatkan pada pembelajaran keterampilan gerak, rasanya tidak
mungkin untuk menggerakkan tubuh secara terpisah dengan komponen
afektif dan kognitif. Sebab, manusia itu selalu merasa, berpikir, bertindak, dan
terkait satu sama lain setiap saat. Manusia cenderung mengulang aktivitas
yang mereka berhasil melakukannya dan cenderung menghindari apa yang
gagal dilakukan. Tujuan pendidikan jasmani tidak dapat diraih jika Bapak dan
Ibu tidak memberi kesempatan murid untuk mengalami keberhasilan dalam
gerak.

Bapak dan Ibu juga dituntut untuk memberi perhatian pada perkembangan
afektif dan kognitif sebagaimana dilakukan semua mata pelajaran di dalam
kurikulum. Murid di sisi lain juga harus mengembangkan konsep diri yang
positif. Mereka belajar tentang bagaimana menjadi bagian dari tim dengan
cara-cara yang positif, bagaimana membuat keputusan yang baik, bagaimana
belajar, bagaimana mengekspresikan perasaan, bagaimana menentukan
tujuan personal dan bekerja keras untuk menyelesaikan tugas, serta
bagaimana berfungsi di dalam masyarakat yang demokratis. Sehingga,
menjadi sama pentingnya bagi Bapak dan Ibu untuk memperhatikan ranah
lain selain yang sifatnya keterampilan jasmani.

Dalam PJOK, sumbangan unik pengajaran Bapak dan Ibu adalah


pengembangan ranah psikomotor. Akan tetapi pengalaman belajar murid

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 19


dapat dirancang untuk memberikan kontribusi pada semua area
perkembangan tanpa mengendorkan tujuan yang sifatnya psikomotor.
Berikut ini contohnya dalam mengajar konten sepak bola:

1) Pengalaman psikomotor saja: Bapak dan Ibu mendemonstrasikan dan


memerintahkan murid untuk mengambil ancang-ancang dan menendang
bola dengan perkenan kaki bagian dalam pada bagian bawah bola agar
bolanya dapat melambung tinggi.

2) Pengalaman kognitif dan psikomotor: Bapak dan Ibu meminta murid


untuk menemukan cara apapun agar tendangan bola dapat melambung
tinggi.

3) Pengalaman afektif, kognitif, dan psikomotor: Bapak dan Ibu meminta


murid untuk mengamati satu sama lainnya ketika melakukan shooting dan
berdiskusi dalam kelompok kecil tentang apa saja yang harus dilakukan
untuk menendang bola yang melambung tinggi.

Pengalaman belajar yang terakhir ini lebih kaya dibandingkan dua yang
lainnya karena melibatkan murid dalam ketiga ranah sekaligus. Tentu saja
tidak harus semua proses mengajar Bapak dan Ibu selalu menjadi
pengalaman belajar yang kaya. Akan tetapi, pengalaman belajar secara
keseluruhan harus merefleksikan perkembangan afektif dan kognitif.

D. KUATKAN PEMAHAMAN
Sekarang Bapak dan Ibu akan kembali kepada praktik mengajar yang dilaksanakan
beberapa waktu silam. Setelah berproses secara mandiri maupun bersama-sama,
coba renungkan dengan menjawab dua pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah menurut Bapak dan Ibu praktik pengajaran yang sudah dilakukan
merupakan perjalanan pengalaman belajar bagi murid yang bermakna? Jika
iya/tidak, mengapa?

2. Jika Bapak dan Ibu diberi kesempatan mengulang kembali praktik mengajarnya,
bagaimana Bapak dan Ibu akan melakukannya? Mengapa?

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 20


PEMBELAJARAN 2.
PENYAJIAN TUGAS GERAK

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Mengidentifikasi penyajian tugas gerak yang efektif.

2. Memahami bagaimana mengembangkan konten PJOK.

3. Membahas praktik baik dalam mengembangkan dan menjaga lingkungan belajar


yang kondusif.

4. Merefleksikan efektivitas pengajaran yang berbasis bukti (evidence-based


reflection).

A. ELABORASI ISI
Bapak dan ibu sekalian, pada pembelajaran kali ini kita akan membahas tentang
bagaimana Bapak dan Ibu menyajikan tugas gerak. Berdasarkan pengalaman, ada
kalanya kita mendapati pembelajaran PJOK yang pemandangannya menyenangkan.
Dalam pembelajaran ini, murid-murid begitu aktif dan larut dengan konten
pembelajaran. Mereka juga dengan cepat menguasai suatu keterampilan gerak yang
dipelajari saat itu. Kita semua menginginkan pelaksanaan pembelajaran seperti ini.
Tapi ada juga pembelajaran di mana gurunya menghabiskan sebagian besar waktu
yang ada hanya untuk mengkomunikasikan tugas gerak dan sibuk mengatur
pengelolaan kelas. Mari kita renungkan bersama, dengan menjawab pertanyaan
pemantik untuk materi kita kali ini.

1. Menurut Bapak dan Ibu, apa yang menjadi penyebab utama dari murid-murid
yang tidak perhatian terhadap pembelajaran? Bagaimana Bapak dan Ibu
mencegahnya supaya tidak terjadi?

2. Apa saja yang Bapak dan Ibu lakukan selama ini untuk meningkatkan komunikasi
dengan murid ketika menyajikan tugas?

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 21


Ada dua kemungkinan akar penyebab masalahnya. Pertama, bisa jadi murid-murid
tidak mendengarkan gurunya dan akhirnya tidak tahu apa yang harus dilakukan
ketika tiba saatnya mempraktikkan tugas geraknya. Mereka tentu tidak dapat
sepenuhnya disalahkan. Ini bisa jadi karena guru tidak memiliki kewibawaan di mata
murid-muridnya atau faktor kepribadian lainnya. Bapak dan ibu di sini tentu bukan
tipe guru seperti ini.

Akan tetapi akar penyebab masalah kedua berpotensi dialami oleh semua guru
tanpa memandang karakteristik kepribadiannya. Masalah ini berangkat dari guru
yang tidak cukup jelas dalam menyajikan tugas gerak sehingga murid-muridnya
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Biasanya ini lebih bersumber pada kompetensi
pedagogis yang sangat mungkin dialami guru apapun karakter kepribadiannya.
Meskipun dapat melanda semua orang, kompetensi ini jauh lebih mudah
ditingkatkan. Kuncinya cukup sederhana, yakni persiapan yang matang, jam
terbang, dan kemauan untuk terus belajar. Meskipun PJOK menekankan pada
pembelajaran psikomotor, penyajian tugas gerak menyandarkan kesuksesannya
pada keterampilan komunikasi. Terlebih lagi jika Bapak dan ibu menghendaki
komunikasi yang memfasilitasi pembelajaran, keterampilan ini mutlak diperlukan.

Yes, PJOK sama dengan mata pelajaran lain di mana kemampuan komunikasi guru
menjadi kunci. Dominasi konten PJOK yang berisi gerak, tidak bisa menjadi alasan
untuk tidak meningkatkan keterampilan komunikasi. Bapak dan ibu tidak dapat
mengharap murid-murid paham sendiri apa yang disampaikan. Pesan yang
terkandung dalam komunikasi Bapak dan ibu harus sampai kepada murid-murid.
Tidak jarang juga terjadi dalam pembelajaran PJOK di mana guru menggunakan
bahasa yang spesifik berasal dari disiplin keilmuan yang mereka timba pada saat
kuliah persiapan menjadi guru. Contohnya, guru PJOK tingkat sekolah menengah
yang mengajarkan pendidikan kebugaran menggunakan istilah-istilah canggih (VO2
maks, intensitas, zona latihan) yang tidak serta merta langsung dipahami murid.
Selain itu, istilah dalam dokumen resmi seperti kurikulum sering digunakan secara
mentah dan disampaikan kepada murid seolah-olah istilah tersebut menjadi
kebutuhkan mereka untuk dipahami. Misalnya, tidak jarang guru PJOK sekolah dasar
menggunakan istilah keterampilan gerak lokomotor ketika mengajarkan lari kijang.

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 22


“Gerak lokomotor” bukan istilah sehari-hari anak-anak kita, sekalipun dalam konteks
gerak mereka. Istilah-istilah tersebut menjadi bahasa kurikulum untuk Bapak dan ibu
guru, bukan untuk murid-murid. Hal-hal seperti ini harus menjadi perhatian dalam
mengkomunikasikan tugas gerak.

Selanjutnya, Bapak dan ibu akan membahas aspek-aspek dalam penyajian gerak
yang diartikulasikan dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi seperti ini
berfungsi untuk mendapatkan perhatian dari murid-murid, menahapkan konten dan
pengelolaan organisasi tugas, meningkatkan kejelasan komunikasi, memilih cara
berkomunikasi, dan memilih isyarat dalam pembelajaran. Silahkan Bapak dan ibu
menyimak informasi di bawah ini yang secara garis besar disusun dari gagasan dan
ide Rink (2014).

1. Mendapatkan Perhatian dari Murid

Guru yang piawai secara pedagogis akan dengan efektif menyampaikan tugas
gerak kepada murid-muridnya. Mengapa? Sebab biasanya mereka akan dengan
mudah mendapatkan perhatian murid. Ini penting, karena sehebat apapun Bapak
dan Ibu berkomunikasi dan secanggih apapun konten yang hendak disampaikan
tapi jika tidak mendapatkan perhatian dari murid maka itu semua tidak akan
banyak berarti. Menariknya, keterampilan pedagogis untuk mendapatkan
perhatian murid ini dapat dipelajari. Beberapa poin di bawah ini akan membahas
mengapa murid-murid tidak memberikan perhatian dan bagaimana Bapak dan
Ibu dapat meningkatkan perhatian mereka.

a. Menetapkan Tanda dan Prosedur

Apa yang dimaksud dengan tanda di sini adalah komunikasi verbal atau non-
verbal yang digunakan untuk menginstruksikan apa yang harus dilakukan
oleh murid-murid. Secara lebih spesifik, kelas PJOK dipenuhi dengan aktivitas
gerak di mana tanda-tanda untuk mengelola aktivitas ini sangat penting.
Contohnya, Bapak dan Ibu barangkali sering menggunakan komunikasi
verbal dengan menghitung satu sampai tiga atau berteriak “mulai!”
Komunikasi non-verbal dengan tepukan tangan, mengangkat tangan, atau
dengan peluit juga menjadi ciri khas dalam pembelajaran PJOK. Tanda-tanda

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 23


ini digunakan untuk mengumpulkan murid, memulai dan menghentikan
aktivitas, dan pengorganisasian kelas lainnya. Semua tanda ini penting untuk
meminta perhatian murid.

Selanjutnya, bagaimana Bapak dan Ibu menjadikan tanda-tanda ini menjadi


berdaya guna? Tanda akan menjadi kekayaan pedagogis jika Bapak dan Ibu
menetapkannya dan menggunakan secara konsisten. Tanda juga menjadi alat
yang efektif ketika menjadi prosedur rutin dalam kelas Bapak dan Ibu.
Misalnya, dengan tanda yang sudah rutin murid-murid akan tahu kapan kelas
atau aktivitas dimulai. Demikian pula ketika Bapak dan Ibu menghendaki
suatu aktivitas praktik berhenti, ada baiknya ada tanda-tanda tertentu yang
sudah menjadi rutin dan dipahami murid. Bapak dan Ibu juga dapat mengajari
mereka memperhatikan tanda-tanda yang Bapak/Ibu sampaikan untuk
meminta perhatian. Tentu saja pada awalnya tidak mudah karena mereka
belum familiar. Tapi bersamaan dengan waktu, tanda-tanda ini akan
mengendap dalam benak mereka dan akan memudahkan dalam
mendapatkan perhatian murid.

Apapun yang dimaksud oleh Bapak dan Ibu harus serba jelas dengan cara
memfasilitasi murid untuk mempraktikkan cara merespon tanda. Tujuannya
satu: mereka harus diam dan memberikan perhatian ketika tanda itu
disampaikan. Oleh sebab itu, Bapak dan Ibu jangan sampai melanjutkan
instruksi ketika belum sepenuhnya mendapatkan perhatian dari mereka.

Jika mereka tidak dapat mendengar atau melihat tanda dari Bapak dan Ibu,
itu artinya mereka terlalu ramai/berisik atau tempat terlalu luas. Di sini Bapak
dan Ibu akan membutuhkan tanda khusus, seperti penggunaan peluit.
Sayangnya banyak guru PJOK yang latah dalam menggunakan peluit untuk
menjadi tanda semua instruksi. Itulah sebabnya sosok guru PJOK identik
dengan kalung peluitnya. Perlu menjadi catatan bersama bahwa penggunaan
peluit untuk semua instruksi akan membingungkan murid. Perlu lebih bijak di
sini ketika menggunakan peluit. Peluit akan efektif ketika pembelajaran
berada di ruangan yang luas dan berpotensi tidak kondusif pengelolaan

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 24


kelasnya. Akan tetapi, untuk lingkungan belajar yang sudah kondusif, Bapak
dan Ibu sesungguhnya tidak perlu menggunakannya.

Selain itu, pada saat pembelajaran berlangsung, kadang kala ada saja yang
memecah perhatian murid. Bisa jadi disebabkan oleh faktor internal ketika
mereka harus terlalu lama berdiri atau duduk secara tidak nyaman. Jelas,
dengan suasana seperti ini akan sulit dalam menjaga dan mempertahankan
murid untuk tetap memperhatikan Bapak dan Ibu. Ada juga faktor yang
datang dari luar kelas dan ini akan lebih sulit bagi Bapak dan Ibu untuk
mengendalikannya. Apapun itu yang menyebabkan, Bapak dan Ibu harus
sebisa mungkin menghilangkan atau setidaknya mengurangi. Jika memang
penyebabnya tidak dapat diatasi maka Bapak dan Ibu akan dituntut untuk
menghadapinya secara kreatif. Beberapa tips di sini termasuk membagi kelas
menjadi beberapa kelompok kecil. Mereka juga dapat diminta lebih dekat
dengan Bapak dan Ibu dengan posisi membelakangi sumber gangguan.

b. Mengatasi Faktor Lingkungan dalam Pembelajaran

Seringkali murid tidak perhatian karena tersita perhatiannya oleh lingkungan


atau yang memecah perhatian dalam lingkungan kelas itu sendiri. Lingkungan
dalam pembelajaran dapat menyita perhatian mereka, seperti matras, jaring,
gawang, cone, bendera, dan lain-lain. Bagi Bapak dan Ibu yang mengajar di
kelas-kelas bawah barangkali sangat paham ketika justru harus bersaing
dengan obyek-obyek yang ada di tangan murid. Bisa jadi bagi anak-anak ini,
berbagai bola, tali, pemukul, roket, dan peralatan lainnya adalah sesuatu yang
baru dan mereka lebih tertarik untuk mengeksplorasinya ketimbang
memperhatikan Bapak dan Ibu. Masalah ini dapat diatasi dengan meminta
mereka melakukan sesuatu dengan objek tersebut. Misalnya, Bapak dan Ibu
bisa meminta mereka meletakkan bola di lantai di depan mereka. Kembali
kepada rutinitas yang kita bahas sebelumnya, Bapak dan Ibu dapat
menggunakan tanda atau prosedur tetap ketika berhadapan dengan objek
yang menjadi peralatan pembelajaran. Murid-murid juga dapat diminta
istirahat antar aktivitas dan menjauhi objek tersebut. Lain dengan murid yang
sudah remaja atau dewasa awal, Bapak dan Ibu barangkali akan lebih mudah

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 25


meminta perhatian mereka. Jika ada yang mengganggu perhatian, Bapak dan
Ibu tinggal meminta mengabaikan gangguan tersebut.

c. Memastikan Murid Mendengar dan Melihat

Beberapa guru yang merasa memiliki kemampuan komunikasi yang bagus


sering mengeluhkan murid-muridnya yang tidak memperhatikan. Hal ini bisa
jadi disebabkan oleh aspek yang lebih terkait dengan pengelolaan kelas.
Maksudnya, pengelolaan kelas yang ada membuat mereka tidak dapat
mendengar atau melihat apa yang sedang terjadi.

Bagaimana strategi mendapatkan perhatian mereka? Salah satunya adalah


Bapak dan Ibu jangan sampai meminta perhatian mereka di area yang luas.
Terlebih lagi jika Bapak dan Ibu hendak menyampaikan informasi yang
panjang atau baru, ini merupakan larangan besar. Dalam kondisi di mana
Bapak dan Ibu harus meminta perhatian mereka pada saat mereka menyebar
di area yang luas, maka pastikan semua dapat mendengar dengan jelas,
materi yang hendak disampaikan singkat, dan tugas gerak yang akan
dilakukan bukan sesuatu yang baru bagi mereka. Jika Bapak dan Ibu tetap
membutuhkan perhatian mereka secara penuh, mereka dapat diminta datang
di area yang lebih sempit atau berkumpul mendekat pada Bapak dan Ibu.
Dengan demikian, tugas dapat dikomunikasikan secara jelas.

Selain suara, problem yang sering terjadi di luar ruang adalah masalah
penglihatan, khususnya karena silau sinar matahari. Bapak/Ibu harus selalu
memposisikan mereka membelakangi matahari. Dalam keadaan yang tidak
memungkinkan, murid-murid bisa diminta berkumpul di tempat dengan
bayangan pepohonan atau bangunan untuk melindungi dari pancaran
matahari.

d. Penggunaan Waktu yang Tidak Efisien

Di luar sana, tidak jarang kita mendapati rekan-rekan guru PJOK yang
kesusahan berkomunikasi secara verbal kepada murid-muridnya. Sering juga
kita temui mereka yang bisa bertutur panjang, tapi tidak memperhatikan
efektivitas dan efisiensi komunikasinya. Kata-katanya menjadi terlalu boros

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 26


dengan kalimat yang berbelit-belit. Dengan kata lain, mereka tidak
menggunakan waktu secara efisien. Bapak dan Ibu yang mengajar di sekolah
dasar sangat akrab dengan keadaan di mana kelas rendah tidak memiliki daya
tahan yang lama dalam memberikan perhatian. Ketika mereka sedang
mempraktekkan suatu aktivitas, kemampuan perhatian mereka bahkan jauh
lebih singkat. Oleh sebab itu, penyajian tugas gerak harus singkat. Anak-anak
kecil biasanya tidak tahan untuk tidak bergerak dan jika Bapak dan Ibu benar-
benar harus melakukan komunikasi dengan mereka, lebih baik melakukannya
sambil beraktivitas dan pada saat perpindahan antar aktivitas.

Lain dengan murid-murid yang lebih dewasa, mereka memiliki jangkauan


perhatian yang lebih lama. Tapi jangan salah ya Bapak dan Ibu, daya tahan
mereka akan cepat melemah ketika Bapak dan Ibu menyajikan tugas secara
tidak efisien. Murid-murid untuk kelompok usia ini juga sudah mulai mampu
mentolerir keadaan dan berpura-pura menyenangkan orang lain, termasuk
gurunya. Mereka seperti mendengarkan, tapi bukan berarti mereka
memperhatikan alias semakin canggih menyembunyikan ketidaktertarikan
mereka. Bapak dan Ibu harus jeli dengan indikasi-indikasi seperti ini. Perlu
dicatat, jarang sekali ada orang yang memiliki ketahanan dalam memusatkan
perhatian. Kalaupun materi yang harus disampaikan banyak dan
membutuhkan waktu yang panjang, sebaiknya Bapak dan Ibu tidak
menggunakan komunikasi verbal yang lama. Jika masih mungkin untuk diatur
apa yang harus disampaikan, Bapak dan Ibu dapat menggunakan jeda di
antara aktivitas untuk menyampaikan apa yang perlu disampaikan.

2. Menahapkan Konten dan Aspek Organisasi Penugasan

Kita semua paham bahwa konten gerak tidak dapat secara keseluruhan
disampaikan. Bapak dan Ibu akan menahapkannya sedemikian rupa dari
mengenalkan sampai memfasilitasi kemahiran. Dalam hal ini penyajian tugas di
PJOK menggunakan informasi terkait dengan dual hal. Pertama, informasi
tersebut adalah tentang (1) tugas gerak apa yang akan dilakukan (termasuk
orientasi tujuan) dan (2) pengaturan organisasi pembelajaran di mana tugas
akan dipraktikkan. Secara umum, banyak guru PJOK memahami hal ini. Tapi

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 27


sayangnya, banyak di antara mereka juga cenderung mencampuradukkan kedua
informasi ini yang berujung pada kebingungan murid.

Agar tidak campur aduk, Bapak dan Ibu dapat mendahulukan yang pertama,
yakni tugas gerak apa yang akan dipelajari dan dipraktikkan hari itu (misalnya,
passing bawah dalam bola voli). Kemudian, bagaimana organisasi pembelajaran
dapat disampaikan (misalnya, secara berpasangan). Cara ini lebih cocok untuk
murid-murid kelas atas. Bapak dan Ibu juga dapat mendahulukan yang kedua
ketika pengaturan organisasi pembelajaran disampaikan sebelum tugas gerak.
Jika ini dilakukan secara perlahan, maka penyajian ini akan menjadi lebih
sederhana dan sesuai untuk murid kelas bawah. Untuk tugas yang kompleks,
cara kedua ini juga akan membantu penyajian tugas. Bapak dan Ibu dapat
memberikan arahan tentang pengelolaan kelas terlebih dahulu dan menunggu
sampai murid benar-benar mengikuti sebelum menyampaikan dimensi konten
dari tugas geraknya. Untuk pilihan yang kedua ini perlu memperhatikan ukuran
area tempat praktik. Jika terlalu besar, Bapak dan Ibu akan mendapatkan
tantangan dalam mendapatkan perhatian dari murid. Selain itu, jika pengelolaan
kelas sangat penting dalam pelaksanaan tugas gerak, maka pengaturan
pembelajaran harus dijelaskan secara gamblang dan dapat menjadi bagian dari
demonstrasi. Dalam tugas gerak yang melibatkan dimensi pengelolaan yang
banyak informasi penugasannya, Bapak dan Ibu dapat menggunakan prosedur
yang biasanya digunakan untuk memberikan tanda dimulai atau aba-aba.

3. Memilih dan mengorganisir isyarat (cue) pembelajaran

Para pakar pendidikan jasmani meyakini bahwa murid belajar gerak di PJOK
melalui isyarat pembelajaran (learning cue). Istilah ini nampaknya tidak akrab di
telinga guru-guru kita, meskipun banyak yang telah menggunakannya. Secara
definisi, isyarat pembelajaran adalah suatu kata atau frasa yang mengidentifikasi
atau mengkomunikasikan kepada murid ciri-ciri penting dari suatu keterampilan
atau tugas. Beberapa contoh isyarat pembelajaran adalah “bola didorong, tidak
dipukul,” “mata melihat ke depan,” “lutut ditekuk 45 derajat.” Mengapa isyarat
seperti ini penting bagi dalam PJOK? Sebab umpan balik semestinya
disampaikan ketika dan selama murid-murid mempraktikkan gerakan tersebut.

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 28


Pada saat mereka melakukan, Bapak dan Ibu akan menyampaikan umpan balik
ini secara singkat. Murid-murid dapat melakukan sesuatu dan kemudian
mendengarkan. Apa yang sulit mereka lakukan adalah melakukan keduanya
dalam waktu yang sama. Oleh sebab itu, isyarat pembelajaran yang pendek
secara pesan menduduki peran sentral di sini. Beberapa hal di bawah ini adalah
karakteristik isyarat yang baik.

a. Akurat: Isyarat yang baik adalah yang akurat, yakni yang berasal dari teknik
melakukan suatu keterampilan. Di sinilah letak pentingnya Bapak dan Ibu
guru untuk memahami dan menguasai konten. Sebab, mereka yang tidak
menguasai akan kesulitan memilih dan menggunakan isyarat untuk
membantu pembelajaran. Selain itu, kemampuan memilih isyarat yang akurat
dan dapat direspon secara tepat oleh murid seperti yang diharapkan
membutuhkan persiapan dan latihan. Bersamaan dengan waktu dan
pengalaman, Bapak dan Ibu akan dengan mudah menentukan isyarat penting
tersebut.

b. Singkat tapi penting: Isyarat yang baik adalah yang konten pesannya
pendek. Isyarat disampaikan melalui kata atau frasa, bukan kalimat apalagi
paragraf. Murid-murid tidak akan bisa menangkap apa yang kita sampaikan
ketika mereka sedang melakukan tugas gerak. Dengan kata lain, mereka tidak
dapat menggunakan informasi yang terlalu banyak untuk merespon tugas
gerak yang Bapak dan Ibu sampaikan. Selain itu, isyarat harus berstatus
penting untuk eksekusi penampilan keterampilan. Artinya, isyarat tersebut
memfasilitasi keterlaksanaan suatu keterampilan. Misalnya, Bapak dan Ibu
sedang mengajarkan dribble dalam bola basket kepada murid-murid dengan
level pemula. Isyarat seperti “dorong, tidak dipukul” akan sangat membantu
mereka untuk melakukan gerakan secara benar. Sebab dalam mendribble,
bola didorong dengan telapak tangan, bukan dipukul seperti sering dilakukan
oleh pemula. Sekali lagi, isyarat yang Bapak dan Ibu pilih harus benar-benar
sengaja ditentukan karena penting dalam penampilan gerak. Yakni,
memberikan gambaran yang jelas dan akurat kepada murid tentang apa yang
akan mereka lakukan.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 29


c. Sesuai dengan Murid: Isyarat yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat
keterampilan dan usia murid: Ada beberapa aspek yang perlu Bapak dan Ibu
pertimbangkan dalam hal ini.

1) Kesesuaian isyarat dengan level keterampilan: Secara umum, murid-murid


kelas bawah cenderung pemula dalam gerak meskipun ada beberapa
yang sudah canggih. Sama juga dengan murid-murid kelas atas bahwa
ada saja yang masih pemula dalam suatu keterampilan tertentu meskipun
usia mereka lebih banyak. Tugas Bapak dan Ibu semestinya dimulai dari
yang pemula dengan isyarat untuk pemula pula, kemudian bergerak ke
arah yang lebih canggih. Dengan kata lain, Bapak dan Ibu harus belajar
menyesuaikan isyarat yang digunakan sesuai dengan level kecakapan
murid.

2) Pemula: berapapun usianya, pemula dalam suatu keterampilan gerak akan


banyak melibatkan proses kognitif. Artinya, mereka melakukan eksekusi
gerak tapi otaknya dominan untuk memikirkan bagaimana melakukannya.
Oleh sebab itu, isyarat singkat akan membantu mereka belajar. Tujuan
memilih isyarat untuk mereka adalah menyampaikan ide keseluruhan
tentang keterampilan yang dipraktikkan tapi dengan sesedikit mungkin
kata.

3) Mahir: pada tahap ini murid-murid sebenarnya dapat diharapkan mampu


berkonsentrasi pada beberapa aspek spesifik suatu keterampilan. Akan
tetapi, detailnya harus tetap dipilih secara selektif dan diurutkan
berdasarkan yang lebih penting terlebih dahulu. Bapak dan Ibu juga tidak
perlu mengoreksi kesalahan mereka setiap saat. Perlu dicatat, murid yang
mahir itu sama dengan yang pemula: bahwa mereka tidak dapat
memproses informasi yang terlalu banyak dalam tugas gerak.

4) Usia: Tiap usia cenderung memiliki karakteristik yang berbeda sehingga


perlu diperhitungkan dalam memilih dan mengelola isyarat. Meskipun
murid-murid itu relatif sama usianya, Bapak dan Ibu paham benar bahwa
ada perbedaan satu sama lain. Oleh sebab itu, memilih isyarat perlu juga
memperhatikan karakteristik usia dalam arti kemampuan mereka.

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 30


d. Sesuai dengan jenis konten: Konten gerak dalam PJOK secara umum dapat
dibagi menjadi keterampilan gerak tertutup, terbuka, dan konsep gerak.
Pemilihan isyarat untuk masing-masing jenis ini ada tipsnya.

1) Keterampilan tertutup: Ketika mengajarkan jenis keterampilan tertutup


(misalnya, servis dalam bulu tangkis), Bapak dan Ibu dapat
mempertimbangkan isyarat yang responnya menciptakan gambaran
visual terhadap elemen penting keterampilannya. Bapak dan Ibu dapat
memfasilitasi reproduksi keterampilan tertutup yang akurat dengan cara
melakukan sekuen eksekusi keterampilan dengan istilah yang deskriptif.

2) Keterampilan terbuka: Ketika mengajar keterampilan terbuka, Bapak dan


Ibu barangkali sering memulainya dengan cara-cara tertutup. Misalnya,
bapak ibu mengajarkan umpan datar secara berpasangan, tapi dimulai
dulu dengan tugas gerak menendang bola yang berhenti. Tujuannya untuk
mengurangi kompleksitas lingkungan sehingga tugas geraknya hampir
seperti mengajarkan keterampilan tertutup. Dalam hal ini Bapak dan Ibu
dapat memilih isyarat yang digunakan untuk keterampilan tertutup. Tapi
ketika Bapak dan Ibu mengajarkan keterampilan terbuka yang
dipraktikkan dalam lingkungan yang berubah, maka jenis isyarat harus
dirubah dari isyarat yang semata-mata untuk gerak tersebut menuju
isyarat menuju isyarat untuk eksekusi gerak dalam konteks perubahan
lingkungan. Isyaratnya harus benar-benar spesifik sesuai dengan situasi
sebenarnya. Hal ini juga berlaku untuk keterampilan tertutup yang
digunakan dalam lingkungan yang berubah-ubah. Pendek kata, dalam
keterampilan terbuka isyarat yang dibutuhkan adalah isyarat yang
sifatnya perseptual. Isyarat ini akan membimbing murid tidak dalam
penampilan gerak, tapi bagaimana suatu penampilan dieksekusi dalam
situasi tertentu.

e. Isyarat untuk konsep gerak: Konsep gerak di sini artinya kerangka kerja
untuk meningkatkan unjuk kerja gerak. Konsep gerak meliputi kesadaran
tentang tubuh, ruang, usaha, dan hubungan dengan lingkungan sekitar
(Graham et al., 2020). Tugas gerak untuk pengembangan konsep gerak ini

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 31


sangat bervariasi, sehingga sulit untuk menspesifikasi apa yang mesti menjadi
petunjuk bagi Bapak dan Ibu. Tapi ada dua jenis tugas yang dapat digunakan
untuk mengajarkan konsep gerak. Pertama, Bapak dan Ibu dapat memilih
respon gerak dalam suatu konsep, misalnya “tambah kecepatannya” atau
“ubah arah larimu.” Kedua, Bapak dan Ibu bisa menugaskan pemecahan
masalah untuk menentukan prinsip-prinsip gerak. Contoh penugasan
geraknya: “rancang strategi tim kalian dalam mempertahankan area dari
serangan lawan.”

B. KUATKAN PEMAHAMAN
Sebagaimana Bapak dan Ibu sudah mengetahui karakteristik sinyal pembelajaran
yang baik, sekarang tugas Bapak dan Ibu adalah merancang sinyal pembelajaran
secara mandiri. Tentukan konten gerak yang akan diajarkan. Asumsikan konten ini
adalah keterampilan yang baru bagi murid-murid. Kemudian, anggap saja setelah
beberapa pertemuan, mereka mulai menguasai keterampilan tersebut. Sekarang
desain sinyal pembelajarannya untuk level keterampilan ini, khususnya untuk
keterampilan tertutup, terbuka, dan konsep gerak.

SETELAH BELAJAR PEMBELAJARAN KEDUA INI, BAPAK DAN IBU BARANGKALI


MENDAPATKAN INFORMASI BARU,
1. Bagian mana dalam pembelajaran ini yang menurut Bapak dan Ibu paling
informatif? Mengapa?

2. Bagaimana informasi baru ini terkait dengan praktik mengajar Bapak dan Ibu
sehari-hari? Bagaimana informasi ini akan meningkatkan efektivitas mengajar
Bapak dan Ibu di kemudian hari?

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 32


PEMBELAJARAN 3.
ANALISIS PENGAJARAN YANG EFEKTIF

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Menganalisis pengembangan konten, umpan balik guru, dan waktu belajar.

2. Menampilkan pengajaran PJOK yang lebih efektif.

3. Merefleksikan efektivitas pengajaran yang berbasis bukti (evidence-based


reflection).

A. ELABORASI ISI
Sebagai guru yang berpengalaman, Bapak dan Ibu sangat memahami bahwa
mengajar yang efektif itu sangat kompleks. Ada banyak variabel yang turut
menentukan bagaimana penampilan mengajar mencapai keefektifannya. Namun
sebelum meneruskan pembelajaran ini, coba kita renungkan bersama pengajaran
Bapak dan Ibu selama ini dengan menjawab pertanyaan berikut:

1. Bagaimana Bapak dan Ibu mengembangkan kemajuan belajar suatu


keterampilan gerak?

2. Apa yang Bapak dan Ibu lakukan untuk meningkatkan atau menurunkan tingkat
kesulitan dalam aktivitas gerak murid-murid?

3. Bagaimana praktik keseharian Bapak dan Ibu dalam memberikan umpan balik
kepada murid? Apa tujuan Bapak dan Ibu melakukannya?

4. Bagaimana penggunaan waktu belajar murid-murid dalam PJOK yang Bapak


dan Ibu ampu selama ini?

Dalam materi ini, Bapak dan Ibu tidak akan mempelajari semua variabel terkait
dengan mengajar yang efektif karena pertimbangan waktu. Tiga variabel dipilih di
sini dipilih untuk melihat efektivitas mengajar dari perspektif pengembangan

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 33


konten, umpan balik, dan waktu belajar akademik. Mempelajari, memahami, dan
menerapkan ketiganya diharapkan dapat membantu membantu Bapak dan Ibu
dalam meningkatkan efektivitas mengajar. Sumber utama dalam pembelajaran ini
berasal dari Rink (2014). Jika Bapak dan Ibu tertarik untuk mempelajari variabel lain
dari pengajaran efektif ini bisa menggunakan buku yang ditulis oleh Rink.

1. KONSEP PENGEMBANGAN KONTEN


Salah satu kompetensi pedagogik yang penting adalah bagaimana Bapak dan
Ibu memecah-mecah konten dan mengurutkannya ke dalam pengalaman belajar
yang sesuai untuk murid-murid. Untuk ini, Bapak dan Ibu menggunakan
pemrogresan tugas dalam rangka menghantarkan perjalanan murid dari level
pemula menuju level mahir. Bagaimana progres ini ditetapkan? Pemrogresan
konten dilakukan berdasarkan tujuan pembelajaran, pengetahuan tentang
sifat/karakteristik konten, kemampuan menganalisis konten, dan asesmen awal
terhadap kebutuhan murid terkait dengan konten tersebut. Nah, inilah yang
kemudian akan kita sebut sebagai pengembangan konten, yakni penahapan
tugas gerak dengan cara-cara yang berpotensi untuk memfasilitasi
pembelajaran. Dengan kata lain, pengembangan konten adalah konten pelajaran
yang diajarkan melalui proses yang membawa murid dari satu level penampilan
gerak ke level penampilan gerak selanjutnya melalui tahapan tugas yang
dirancang secara hati-hati. Seorang guru dalam pengembangan konten akan
menunjukkan beberapa karakteristik dalam pedagogisnya, yakni:

a. Menetapkan progres (ekstensi)

Secara umum kita semua paham bahwa apa yang disebut sebagai progres
adalah bagaimana Bapak dan Ibu menahapkan pengalaman belajar dari
sederhana ke kompleks atau mudah ke sulit. Bapak dan Ibu melakukan ini
melalui serangkaian ekstensi tugas. Dimulai dari titik awal yang mudah atau
sederhana kemudian secara gradual Bapak dan Ibu menambahkan
kompleksitas dan kesulitannya. Secara lebih spesifik, ekstensi dapat dibagi
menjadi dua:

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 34


1) Intratask development atau pengembangan konten tapi dalam tugas
gerak yang sama. Dalam jenis ekstensi ini, Bapak dan Ibu menyampaikan
keterampilan yang sama tapi dengan ekstensi yang beda. Contohnya
adalah dari tanpa bola menjadi menggunakan bola atau dari jarak dekat
menjadi ditambah jaraknya.

2) Intertask development atau pengembangan konten antar tugas. Jenis


ekstensi ini dilakukan ketika Bapak dan Ibu memberikan ekstensi dengan
menyampaikan keterampilan yang berbeda dan tidak terkait kecuali
dalam pengertian yang lebih luas. Misalnya, Bapak dan Ibu mengajarkan
passing bawah dalam bola voli, kemudian melakukan ekstensi dengan
mengajarkan servis. Tugas yang memanipulasi level kompleksitas atau
kesulitan dari tugas sebelumnya disebut sebagai tugas ekstensi intertask.
Artinya, passing bawah dan servis adalah dua tugas yang berbeda dan
tidak saling terkait. Keduanya menjadi terkait dalam pengertian yang lebih
luas, yakni permainan bola voli.

b. Memperhatikan kualitas penampilan (Penghalusan)

Guru yang efektif dalam mengembangkan konten dicirikan oleh pengajaran


mereka yang memperhatikan kualitas penampilan gerak muridnya. Jika
Bapak dan Ibu menginginkan kualitas ini, maka perhatian Bapak dan Ibu akan
ditunjukkan melalui penyampaian umpan balik kepada kepada murid tentang
bagaimana mereka menampilkan suatu keterampilan. Secara khusus, topik
umpan balik akan kita bahas di dalam bagian selanjutnya.

Selain itu, Bapak dan Ibu dapat memperhatikan kualitas pengembangan


konten dengan cara menghentikan aktivitas atau praktik murid-murid ketika
melihat ada kesalahan atau sesuatu yang perlu ditingkatkan. Ketika mereka
berhenti, minta perhatian mereka dan sampaikan bagaimana kualitas gerak
dapat ditingkatkan dari pada yang sedang dipraktikkan saat itu. Kemudian
Bapak dan Ibu dapat meminta mereka melanjutkan praktiknya dengan
kualitas yang ditingkatkan. Tugas berikutnya ini bisa disebut sebagai tugas
untuk penghalusan. Ini juga menjadi momen dalam menjaga akuntabilitas
mereka dalam memperhalus gerak. Artinya, jika Bapak dan Ibu tidak

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 35


mendapati mereka memperbaiki gerakannya, maka Bapak dan Ibu harus
menghentikan mereka lagi sampai mereka benar-benar meningkatkan
penampilan gerak mereka.

c. Memberikan kesempatan dalam menerapkan/menilai keterampilan


(Penerapan)

Ada rumus sederhana dalam pembelajaran yang bermakna, yakni diterapkan


secara langsung. Nah, murid-murid akan banyak sekali belajar dengan cara
mempraktikkan keterampilan dalam PJOK. Tapi bagaimana keterampilan
tersebut diterapkan dalam konteks gerak sesungguhnya sering kali tidak
menjadi perhatian. Ketika Bapak dan Ibu memberikan kesempatan murid
untuk menerapkan keterampilan yang sudah dipelajarinya adalah menjadi
karakteristik penting dalam pengembangan konten. Khususnya ketika
penerapan ini dilakukan setelah tugas untuk penghalusan gerak dilakukan.
Penerapan dapat dilakukan dengan cara menyediakan permainan olahraga
yang dimodifikasi atau melalui uji diri.

Perlu digaris bawahi bersama di sini bahwa penerapan ini dapat berlangsung
dalam kontinuum pengajaran Bapak dan Ibu. Artinya, Bapak dan Ibu dapat
memberikan tugas penerapan sepanjang waktu mereka belajar suatu
keterampilan atau di akhir ketika keterampilan itu telah dikuasai. Contohnya,
setelah belajar beberapa teknik dan keterampilan futsal, murid-murid diberi
kesempatan bermain di dalam permainan yang dimodifikasi atau yang
sesungguhnya. Sebagai permainan kompetitif, futsal bertujuan untuk
mencetak gol (efektivitas)—bukan bagaimana bergerak untuk mencetak gol
(efisiensi). Sehingga Bapak dan Ibu sekarang berganti fokus pada faktor-
faktor yang lebih kompleks selain gerakan tekniknya itu sendiri. Selain itu,
Bapak dan Ibu juga dapat meminta murid untuk menerapkan keterampilan
mereka dengan cara menilai penampilannya (misalnya, penilaian diri sendiri
atau sejawat). Tugas penerapan yang diberikan pada saat mereka masih
mempelajari keterampilan adalah sah. Ini artinya, penerapan tidak harus
menunggu mereka menguasai keterampilan sepenuhnya. Misalnya, dalam
mengajarkan bola tangan, Bapak dan Ibu tidak perlu menunggu sampai

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 36


mereka benar-benar menguasai semua tekniknya. Bapak dan Ibu dapat
memberikan mereka pengalaman penerapan dalam bentuk permainan bola
tangan yang disederhanakan, uji diri (mendrible zig-zag tanpa jatuh), atau
penilaian (rubrik atau penilaian diri) sepanjang pembelajaran keterampilan
tersebut.

Sekarang kita akan beranjak kepada aspek yang lebih konkret, yaitu
bagaimana pengembangan konten ini dilakukan. Bapak dan Ibu memulai
dengan memberikan informasi kepada murid-murid tentang suatu
keterampilan yang akan dipelajari.

DARI TUGAS AWAL INI, BAPAK DAN IBU MENGEMBANGKAN KONTEN


MELALUI INTEGRASI TIGA KARAKTERISTIK TINDAKAN PEDAGOGIS:
1) Informasi: Tugas awal dalam progres suatu keterampilan.

2) Ekstensi: Progress kesulitan atau kompleksitas secara gradual. Bapak dan


Ibu bertindak mengubah kompleksitas atau kesulitan penampilan murid.
Termasuk di dalam ekstensi ini adalah ketika Bapak dan Ibu harus
menurunkan kesulitan atau kompleksitas gerak dengan pertimbangan
apapun.

3) Penghalusan: Perhatian Bapak dan Ibu terhadap kualitas penampilan


murid. Biasanya, ini dilakukan dengan memberikan umpan balik kepada
mereka.

4) Penerapan: Pengalaman menerapkan keterampilan yang dipelajari. Di sini


Bapak dan Ibu akan berpindah fokus pedagogisnya dari bagaimana
melakukan gerak menjadi bagaimana menggunakan/menilai gerak.

Pemrogresan yang memiliki karakteristik ekstensi, penghalusan, dan


penerapan/penilaian memiliki potensi untuk meningkatkan pembelajaran.
Oleh sebab itulah, pengembangan konten menjadi variabel yang sangat
penting dalam efektivitas mengajar PJOK. Secara umum, pengembangan
konten yang baik akan memberikan kejelasan tujuan PJOK sebagai
pembelajaran murid atau hanya sebagai aktivitas semata.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 37


2. KONSEP UMPAN BALIK
Umpan balik dalam pembelajaran PJOK bersifat unik dalam arti cara
menyampaikan dan perannya dalam pembelajaran itu sendiri. Dari cara
menyampaikan, umpan balik bisa dikatakan sebagai komunikasi Bapak dan Ibu
kepada murid tentang informasi terkait penampilan murid dalam gerak. Dalam
mata pelajaran lain, guru dapat memberikan umpan balik dengan membawa
pulang pekerjaan murid. Guru PJOK tidak demikian. Umpan balik diberikan
secara langsung atau sesaat setelah murid-murid melakukan praktik
keterampilan gerak.

Sedangkan peran umpan balik adalah menjaga murid-murid untuk tetap fokus
pada tugas belajar dan juga memotivasi mereka. Umpan balik dapat bersifat
khusus di mana kandungannya terkait dengan konten yang sedang disampaikan.
Umpan balik khusus bertujuan untuk menyampaikan maksud Bapak dan Ibu
dalam membantu mereka meningkatkan kualitas gerak. Di ujung sana, jenis
umpan balik ini dapat memberikan kontribusi pada lingkungan yang berorientasi
tugas dan pembelajaran yang produktif. Umpan balik juga dapat bersifat umum
di mana kandungan pesannya tidak terkait dengan konten yang Bapak dan Ibu
sedang sampaikan. Jenis umpan balik ini cenderung bersifat memotivasi. Masih
ada banyak umpan balik dalam pembelajaran PJOK yang akan dibahas
selanjutnya. Tapi apapun jenisnya, pedagogi umpan balik sangat tergantung
pada kemampuan Bapak dan Ibu dalam melakukan observasi dan analisis
keterampilan. Berikut ini beberapa pengelompokkan berbagai umpan balik.

a. Umpan balik evaluatif dan korektif

Umpan balik yang Bapak dan Ibu sampaikan dapat bersifat evaluatif atau
korektif. Umpan balik disebut evaluatif jika Bapak dan Ibu
mengkomunikasikan penilaian bagus atau tidaknya suatu tugas gerak. Ini
menyiratkan waktu penyampaian umpan balik pada apa yang sudah selesai
dilakukan. Sedangkan umpan balik korektif terkait dengan apa yang murid-
murid harus lakukan atau tidak lakukan berikutnya. Kedua jenis umpan balik
ini memiliki beberapa karakteristik, yakni yang (1) sejalan atau tidak sejalan

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 38


dengan fokus tugas, (2) umum atau spesifik, (3) negatif atau positif, (4)
diarahkan pada keseluruhan kelas, sekelompok murid dalam kelas, atau
individu murid.

CONTOH UMPAN BALIK BERDASAR KLASIFIKASINYA

KLASIFIKASI EVALUATIF KOREKTIF

Umum Bagus! Bukan begitu caranya.

Kamu sudah OK dengan tungkai


Spesifik Luruskan lenganmu.
yang lurus.

Anak TK saja lebih bagus dari


Negatif Coba tidak menekuk lututmu.
kamu.

Eko selalu memukul bola dengan


Positif Kunci lututmu.
tepat.

Jangan lupa kembali ke bawah


Kelas Kelas ini meningkat 100%.
setelah gagal menyerang.

Bapak/Ibu tahu kalian masih Kalian jangan meninggalkan area


Kelompok
belum maksimal. belakang.

Kamu tidak menendang dengan


Individu Tendang dengan kaki bagian dalam.
kaki bagian dalam.

Kamu kadang masih Perkenan bola tidak dengan ujung


Sejalan
menggunakan ujung jari. jari.

Jaga bola tetap dekat dengan


Tidak sejalan Lihat depan
kamu.

b. Kesejalanan umpan balik

Apa yang dimaksud dengan kesejalanan di sini adalah konkruensi. Artinya,


suatu umpan balik disebut sejalan ketika ada kesalinghubungan antara
konten umpan balik, fokus tugas, dan isyarat. Umpan balik ini juga
memberikan informasi terhadap penampilan atau hasil yang secara langsung
terkait dengan apa yang harus difokuskan oleh murid-murid. Sebaliknya,
umpan balik yang tidak sejalan memberikan informasi kepada murid yang
mungkin penting untuk keterampilan tapi tidak secara khusus terkait dengan
fokus tugas. Misalnya, ketika Bapak dan Ibu mengajarkan lompat jauh, umpan

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 39


balik yang sejalan barangkali terkait dengan tolakan, posisi melayang, dan
mendarat. Sedangkan umpan balik yang tidak sejalan bisa jadi tentang
membuka mata ketika melompat.

c. Umpan balik umum vs khusus

Seperti dibahas sebelumnya, umpan balik yang sifatnya umum tidak terkait
dengan konten materi. Perannya lebih untuk memotivasi anak dalam proses
belajar. Motivasi memang penting, akan tetapi motivasi semata tidak akan
memfasilitasi pembelajaran secara bermakna. Di sinilah Bapak dan Ibu
membutuhkan umpan balik spesifik atau khusus yang mengacu pada konten
yang sedang diajarkan. Secara nalar, umpan balik khusus bernilai bagi
pembelajaran murid dan berpotensi dalam menyumbang secara bermakna
ketimbang umpan balik umum. Umpan balik spesifik juga dapat menjaga
murid untuk tetap perhatian terhadap tugas. Oleh sebab itulah, seringkali
disebutkan bahwa murid-murid di PJOK secara unik belajar dari jenis umpan
balik ini.

Oleh karena pentingnya umpan balik khusus ini, maka penyampaiannya


memerlukan kejelian dalam melihat antara (1) apa hasil yang diharapkan
dengan (2) kondisi mereka menampilkan/mempraktikkan gerak. Umpan balik
khusus kadangkala tidak mudah dicerna oleh mereka yang baru mempelajari
suatu keterampilan gerak baru. Sehingga Bapak dan Ibu perlu cermat dalam
penggunaannya. Dalam kasus ini, beberapa guru berpengalaman lebih
memilih menyampaikan umpan balik umum yang positif dengan tujuan
memotivasi murid. Tapi Ada beberapa guru yang tetap meyakini bahwa
umpan balik khusus harus tetap disampaikan dengan cara disesuaikan
dengan kondisi mereka saat itu. Apapun itu kasusnya, umpan balik harus
dapat dipahami oleh murid. Letak efektivitas umpan balik khusus ada pada
kejelasan tujuan keterampilan, pengetahuan tentang bagaimana
keterampilan dilakukan, dan keterampilan observasi dan analisis yang bagus.

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 40


d. Umpan balik positif vs negatif

Tipe umpan balik ini seperti namanya, positif umumnya merujuk pada sesuatu
yang baik dan negatif bernada tidak baik. Di PJOK, Bapak dan Ibu bisa
memberikan kedua jenis ini. Misalnya, hal yang wajar jika Bapak dan Ibu
banyak mengoreksi kesalahan teknik dalam pembelajaran yang penuh
dengan aktivitas gerak. Namun perlu diwaspadai untuk tidak mengoreksi
kesalahan dengan cara-cara yang negatif dalam arti kritisisme kasar.
Kritisisme negatif sebagai umpan balik dapat mencederai anak dan memutus
potensi mereka dalam mencintai keaktifan bergerak sepanjang hayat. Jika
memang ada kesalahan gerak, Bapak dan Ibu harus tetap menyampaikan.
Tapi bantu mereka mengoreksi kesalahan dengan cara positif dan kontributif
terhadap pembelajaran mereka. Umpan balik negatif yang tidak baik adalah
yang disampaikan kepada person—bukan pada perilakunya. Bapak dan Ibu
juga sebaiknya membedakan antara perilaku seseorang dan orangnya itu
sendiri ketika memberikan umpan balik. Guru yang menginginkan muridnya
berhasil dalam belajar, akan dengan hati-hati dan sensitif
mengkomunikasikan kesalahan muridnya dan memberikan informasi tentang
bagaimana melakukannya secara benar.

e. Target dan waktu umpan balik

Target umpan balik adalah kepada siapa umpan balik tersebut disasarkan.
Umpan balik dapat diarahkan kepada keseluruhan kelas, kelompok murid
dalam satu kelas, dan perseorangan.

1) Kelas: diarahkan pada semua murid dalam satu kelas.

2) Kelompok: diarahkan pada sebagian murid dalam satu kelas.

3) Individu (kelas): diarahkan pada satu orang murid tapi akan bermanfaat
bagi semua murid.

4) Individu (pribadi): diarahkan pada satu orang murid dan dilakukan secara
terpisah dari keseluruhan kelas.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 41


Terkait dengan kapan umpan balik sebaiknya diberikan, Bapak dan Ibu
sebaiknya memberikan segera setelah penampilan gerak atau keterampilan
mereka. Dengan menyegerakan ini akan lebih berpotensi membantu mereka
belajar. Sembari mereka mempraktikan keterampilan, Bapak dan Ibu dapat
berjalan dari satu murid ke murid lainnya sambil memberikan umpan balik
secara langsung. Bapak dan Ibu juga dapat menghentikan sekelompok murid
yang memiliki masalah yang sama, kemudian memberikan umpan balik.

Bapak dan Ibu yang memberikan waktu bagi murid-muridnya untuk


mempraktikkan dan memberikan umpan balik evaluatif dan korektif dapat
menunda waktu umpan balik. Tapi nanti ketika menyampaikan umpan balik
semestinya memfokuskan pada apa yang akan dilakukan di waktu berikutnya.
Umpan balik yang ditunda karena adanya tugas baru yang justru akan
menambah peningkatannya dapat meningkatkan kualitas penampilan dalam
skala kelompok yang luas. Ini akan lebih tepat untuk pemula. Sama halnya jika
umpan balik yang ditunda tapi tidak ada kesempatan untuk meningkatkan
penampilan tidak akan banyak membantu murid meningkatkan penampilan
mereka.

Umpan balik yang Bapak dan Ibu sampaikan akan mengembangkan


pemahaman murid. Umpan balik adalah alat yang berguna untuk membantu
mereka memahami secara kognitif apa yang mereka lakukan, apa yang
seharusnya mereka lakukan, dan mengapa penyesuaian harus dilakukan. Jika
Bapak dan Ibu mendedikasikan waktu mengajarnya untuk ini, maka
pembelajarannya akan mengembangkan pemahaman kognitif informasi
gerak tentang pentingnya menampilkan suatu gerak dengan cara-cara
tertentu.

3. KONSEP WAKTU BELAJAR AKADEMIS PJOK


Secara umum, waktu belajar akademis adalah jumlah waktu yang digunakan oleh
murid untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang terkait dengan konten
akademis atau kurikulum. Secara lebih spesifik, waktu belajar ini

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 42


merepresentasikan waktu di mana murid terlibat dalam tugas yang
mengembangkan pemahaman, penguasaan, dan penerapan pengetahuan dan
keterampilan. Aktivitasnya termasuk membaca buku, memecahkan masalah,
diskusi, menyelesaikan tugas, melakukan penelitian, dan lain-lain. Apa yang tidak
termasuk waktu belajar akademis adalah apapun yang Bapak dan Ibu lakukan
selain tugas-tugas akademis tersebut. Contohnya meliputi hal-hal administrasi,
transisi pindah kelas, dan aktivitas non-instruksional.

Waktu belajar akademik dalam PJOK itu unik dan berbeda dengan mata
pelajaran lain. Sebagaimana pokok PJOK adalah utamanya pembelajaran
psikomotor, maka apa yang disebut belajar secara akademik dalam PJOK adalah
aktivitas gerak yang itu bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan untuk aktif secara jasmani. Selanjutnya,
mengukur waktu belajar akademis dapat memberikan wawasan yang bernilai
terhadap efektivitas praktik mengajar. Analisis waktu belajar juga dapat
membantu Bapak dan Ibu dalam menilai sejauh mana murid-murid terlibat
secara aktif dalam pembelajaran.

B. KUATKAN PEMAHAMAN
Dalam aktivitas kali ini, Bapak dan Ibu akan membahas ulang dan mengklarifikasi
konsep-konsep efektivitas mengajar PJOK. Bapak dan Ibu juga akan dikenalkan
dengan tiga instrumen untuk mengukur efektivitas mengajar. Beberapa pertanyaan
di bawah ini akan membantu aktivitas penguatan pemahaman Bapak dan Ibu untuk
pembelajaran ini. Menurut Bapak dan Ibu, bagaimana pengembangan
konten/umpan balik/ waktu belajar akademis yang efektif? Apakah hasil analisis
Bapak dan Ibu menunjukkan efektivitas? Bagaimana perbandingan dari analisis
pertama dan kedua?

C. LAKUKAN
Bapak dan Ibu akan menganalisis tiga variabel efektivitas mengajar, yakni
pengembangan konten, umpan balik, dan waktu belajar akademis. Silahkan pelajari

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 43


tiga instrumen untuk membantu Bapak dan Ibu menganalisis pembelajaran. Setelah
itu, Bapak dan Ibu akan menggunakan video pembelajaran yang pernah diambil
sebagai bahan analisis. Hasil analisis akan langsung dituangkan dalam instrumen
tersebut.

1. ANALISIS PENGEMBANGAN KONTEN

PENGEMBANGAN KONTEN
Nama Guru: ________________

JML %

INFORMASI

PENGHALUSAN

EKSTENSI

PENERAPAN

PENGULANGAN

Total:______

Instruksi Koding: Setiap guru memberikan suatu tugas, berikan kode apakah tugas
tersebut merupakan tindakan guru dalam memberi informasi, penghalusan,
ekstensi, penerapan, atau pengulangan tugas yang sama. Berikan tanda titik pada
baris dan kolom di grafik secara berurutan berdasarkan penyampaian tugas.
Kemudian, hubungkan tiap titik.

Tugas: Setelah mendapatkan hasil analisis, maknai mengajar Bapak dan Ibu dalam
pengertian bagaimana sebagai guru Bapak dan Ibu mengembangkan konten: (1)
bagaimana pengembangan konten? (2) Apakah efektif? Jika IYA/TIDAK, mengapa?
(3) Jika seandainya diulang, bagaimana supaya efektif? Tulis di bawah ini dalam 1
paragraf:

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 44


2. ANALISIS UMPAN BALIK

ANALISIS UMPAN BALIK GURU


Guru __________________________________ Tanggal______________
Kelas/Aktifitas ___________________________ Jumlah siswa_________
Jam mulai _______________ Jam berakhir __________

PERILAKU KETERAMPILAN
UMPAN
TOTAL
BALIK
PUJIAN KRITIK POSITIF KOREKTIF NEGATIF

Spesifik

Umum

Total

Rate/Min

Keseluruhan rate/min: ________


Rate/min perilaku umum: __________
Rate/min keterampilan spesifik: _______
Rate/min keterampilan spesifik: _______
Rate/min keterampilan spesifik: _______

3. ANALISIS WAKTU BELAJAR AKADEMIS

ANALISIS WAKTU BELAJAR

Guru __________________________________ Tanggal______________

Kelas/Aktifitas ___________________________ Jumlah siswa_________

PETUNJUK: setiap segmen merujuk pada 15 detik. Oleh karena itu, angka 1
menunjukkan 1 menit.

Pengkodingan dilakukan berdasar pada apa yang teramati dari setidaknya 51% dari
keseluruhan siswa.

A = Aktivitas: Waktu ketika sebagian besar siswa (lebih dari 50%) terlibat dalam
aktivitas gerak yang sesuai dengan materi pelajaran untuk mencapai tujuan

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 45


pembelajaran. Contoh: lempar tangkap bola, melempar pada target, menggiring
bola, dll.

K = Kelola: Waktu ketika sebagian besar siswa (lebih dari 50%) terlibat dalam
suasana kelas yang tidak berkaitan dengan aktivitas pengajaran. Contoh: ganti
aktivitas, mengambil/mengembalikan alat, mendengarkan peraturan, mempresensi,
pemanasan, dll.

I = Instruksi: Waktu ketika sebagian besar siswa (lebih dari 50%) menerima
informasi tentang bagaimana bergerak atau menampilkan keterampilan. Contoh:
melihat guru mendemonstrasikan, mendengarkan instruksi tentang bagaimana
bergerak memanfaatkan ruang, dll.

T = Tunggu: Waktu ketika sebagian besar siswa (setidaknya 50%) menunggu


instruksi/perintah guru; untuk bergiliran melakukan praktek, untuk kesempatan
memainkan bola. Contoh: aktivitas kelompok tapi hanya 1 atau 2 siswa yang
melakukan, menunggu giliran, melakukan sesuatu yang bukan bagian dari pelajaran,
menunggu arahan guru, dll.

1 2 3 4 5 6 7

8 9 10 11 12 13 14

15 16 17 18 19 20 21

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 46


22 23 24 25 26 27 28

29 30 31 32 33 34 35

36 37 38 39 40 41 42

43 44 45 46 47 48 49

50 51 52 53 54 55 56

57 58 59 60 61 62 63

ANALISIS WAKTU:
Jumlah total waktu pelajaran = ______ detik
Jumlah interval atau segmen x 15/total waktu =___ = ___ %

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 47


TOTAL WAKTU BELAJAR:
A: ___ % K: ___ %
I: ___ % T: ___ %

SETELAH BAPAK DAN IBU MELAKUKAN TAHAPAN ANALISIS TERSEBUT, MARI


KITA COBA MAKNAI PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI :
1. Bagaimana Bapak dan Ibu menggambarkan analisis pengajaran? Apa hal baru
yang membuka pemikiran Bapak dan Ibu?

2. Bagaimana Bapak dan Ibu merenungkan pengajaran Bapak dan Ibu setelah
melihat hasil analisis?

3. Apakah Bapak dan Ibu merasa berhasil/sukses? Jika iya/tidak, mengapa?

4. Apakah benak Bapak dan Ibu tentang mengajar Pendidikan Jasmani selama ini
berubah? Jika iya/tidak, mengapa?

5. Apa yang akan Bapak dan Ibu lakukan jika diberi kesempatan mengulang
pengajarannya? Bagaimana melakukannya? Mengapa?

BERIKUTNYA, BAPAK IBU DAN FASILITATOR AKAN MELAKUKAN DISKUSI


TERBUKA YANG BERTUJUAN UNTUK MEMBUAT KESIMPULAN DARI MATERI
YANG SUDAH DIJELASKAN DI MODUL INI :
1. Bapak Ibu diminta untuk berpasangan kemudian menceritakan hal berikut

a. Apa hal baik yang sudah saya lakukan berdasarkan video saya yang baru saja
saya analisa

b. Apa hal yang bisa saya kurangi atau tambahkan berdasarkan cara saya
mengajar di video yang baru saja saya analisa

2. Setelah menganalisis dan berdiskusi, Bapak Ibu diminta untuk menuliskan 10 hal
konkret yang akan mereka lakukan setelah ini, ketika mereka kembali mengajar
di sekolah

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 48


D. REFLEKSI
Dalam sesi refleksi kali ini, Bapak dan Ibu akan melakukan refleksi menggunakan
kerangka refleksi mengajar pendidikan jasmani. Silahkan mengembangkan tulisan
reflektif dengan panduan kerangka kerja di bawah ini.

Kelompok Refleksi

Teknis Situasional Sensitif

Paragraf 1 Paragraf 4 Paragraf 7


Renungkan aspek Renungkan konteks Renungkan aspek sosial,
instruksional atau mengajar anda moral, etik, dan politis
manajerial kelas dengan menulis dari mengajar anda
I: Deskripsi
dengan menulis informasi yang dengan menulis
informasi yang deskriptif tentang informasi yang
deskriptif tentang tindakan anda. deskriptif tentang
tindakan anda. tindakan anda.

Paragraf 2 Paragraf 5 Paragraf 8


Renungkan aspek Renungkan konteks Renungkan aspek sosial,
instruksional atau mengajar anda moral, etik, dan politis
Level
II: Justifikasi manajerial kelas dengan menulis dari mengajar anda
dengan menulis logika/rasional dengan menulis
logika/rasional tentang tindakan logika/rasional tentang
tindakan anda. anda. tindakan anda.

Paragraf 3 Paragraf 6 Paragraf 9


Renungkan aspek Renungkan konteks Renungkan aspek sosial,
instruksional atau mengajar anda moral, etik, dan politis
III: Kritik manajerial kelas dengan menulis dari mengajar anda
dengan menulis evaluasi tentang dengan menulis
evaluasi tindakan tindakan anda. evaluasi tentang
anda. tindakan anda.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 49


REFERENSI

Darst, P. W., Zakrajsek, D. B., Mancini, V. H. (1983). Analyzing physical education and
sport instruction. Human Kinetics.

Graham, G., Holt/Hale, S. A., Parker, M., Hall, T., Patton, K. (2020). Children Moving:
A Reflective Approach to Teaching Physical Education. McGraw Hill.

Rink, J. E. (2014). Teaching Physical Education for Learning. McGraw Hill.

MODUL 2.1 – KETERAMPILAN MENGAJAR PJOK YANG EFEKTIF | 50


PROFIL PENULIS

Caly Setiawan adalah guru besar dalam bidang pedagogi olahraga dari Universitas
Negeri Yogyakarta. Caly menempuh pendidikan sarjana pendidikan di jurusan
pendidikan olahraga, Universitas Negeri Yogyakarta. Gelar Master of Science
diperoleh dari State University of New York at Albany dalam bidang kebijakan
pendidikan. Pendidikan doktoralnya dituntaskan di program studi pedagogi
olahraga, University of Northern Colorado, USA. Bidang kajian risetnya mencakup
pedagogi olahraga dengan perspektif teori kritis untuk melihat isu-isu terkait
ketidakadilan berakar pada gender, orientasi seksual, ras dan etnisitas, bentuk
tubuh, dan relasi kuasa. Secara khusus, Caly memfokuskan pengalaman
kependidikan anak-anak muda baik dalam konteks olahraga non-formal maupun
formal institusional. Ia juga menjadi pembelajar dalam bidang pedagogi riset
kualitatif dengan minat utama pada pengembangan metode pos-strukturalisme.
Mantan atlet dan kepala pelatih tim nasional panjat tebing ini mengabdikan dirinya
sebagai kepala bidang pembinaan prestasi, Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing
Indonesia.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 51

Anda mungkin juga menyukai