Anda di halaman 1dari 3

Nama : Suhendro Aji Hendarso

NIM : 19331077

Prodi : Administrasi Publik

Matkul : Metode Penelitian Administrasi Publik

Tugas mencari kebikan publik yang dibatalkan :

Kebijakan Pertanian tentang sumber daya air

Mahkamah Konstitusi (MK) pada tanggal 18 Februari 2015 telah menjatuhkan putusan bahwa
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dibatalkan atau dinyatakan
tidak berlaku karena bertentangan dengan konstitusi UUD Negara RI Tahun 1945 karena tidak
memenuhi enam prinsip dasar pembatasan pengelolaan sumber daya air. Demikian putusan
dengan Nomor 85/PUU-XII/2013 dibacakan oleh Ketua MK Arief Hidayat pada Rabu (18/2) di
Ruang Sidang Pleno MK.

“Mengabulkan permohonan Pemohon I, Pemohon II, Pemohon IV, Pemohon V, Pemohon VI,
Pemohon VII, Pemohon VIII, Pemohon IX, Pemohon X, dan Pemohon XI untuk seluruhnya.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan UUD
1945,” urai Arief membacakan putusan yang diajukan oleh PP Muhammadiyah, Perkumpulan
Vanaprastha dan beberapa pemohon perseorangan tersebut. Dalam pendapat Mahkamah yang
dibacakan oleh Wakil Ketua MK Anwar Usman, putusan terkait UU SDA juga telah
dipertimbangkan dalam putusan Putusan Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan Nomor
008/PUU-III/2005. Dalam pertimbangannya, MK menyatakan bahwa sumber daya air sebagai
bagian dari hak asasi, sumber daya yang terdapat pada air juga diperlukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan lainnya, seperti untuk pengairan pertanian, pembangkit tenaga listrik,
dan untuk keperluan industri, yang mempunyai andil penting bagi kemajuan kehidupan
manusia dan menjadi faktor penting pula bagi manusia untuk dapat hidup layak."

Kebijakan pendidikan tentang pembatalan kebijakan UN


Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim,
secara resmi menyampaikan pembatalan Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2019/2020.
Peniadaan UN berlaku untuk satuan pendidikan jenjang SMP/sederajat dan
SMA/SMK/sederajat di Indonesia dengan mempertimbangkan keamanan dan kesehatan
peserta didik di tengah pandemi Covid-19. Ketetapan ini tertuang dalam Surat Edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Coronavirus Disease.

Mendikbud menyebutkan, dalam masa darurat penyebaran Covid-19 syarat penentu kelulusan
siswa bisa dengan mengadakan ujian sekolah (US), dengan syarat US tidak mengumpulkan
siswa secara fisik atau US bisa dilakukan secara daring. Jika sekolah tidak siap mengadakan US
daring, US dilakukan dalam bentuk portofolio nilai rapor dan prestasi yang diperoleh
sebelumnya, penugasan, dan/atau bentuk asesmen jarak jauh lainnya.

Menurut Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Plt
Kabalitbang) Totok Suprayitno, US tidak hanya mengacu pada ujian tertulis, tetapi juga
mencakup nilai rapor dan prestasi yang dimiliki siswa selama menempuh pendidikan. Untuk
ujian tertulis (daring), materi yang akan tertuang dalam US merupakan kewenangan guru yang
bersangkutan. Sekolah kini berperan sebagai penentu kelulusan siswa dengan berdasarkan
evaluasi yang dilakukan guru. Sehingga penguasaan materi sangat bergantung dari cara siswa
dan guru dalam memaksimalkan pembelajaran daring selama situasi darurat. Totok juga
menyampaikan siswa akan tetap menerima ijazah tanpa mencantumkan nilai UN, karena sejak
tahun 2015 UN lagi menjadi penentu kelulusan.

Sekolah yang telah melaksanakan US dapat menggunakan nilai US untuk menentukan kelulusan
siswa. Namun bagi sekolah yang belum melaksanakan US ada beberapa ketentuan. Kelulusan
SD/sederajat ditentukan berdasarkan nilai lima semester terakhir (kelas 4, 5, dan 6 semester
gasal), sementara nilai semester genap kelas 6 dapat digunakan sebagai tambahan nilai
kelulusan. Kelulusan SMP/sederajat atau SMA/sederajat juga ditentukan berdasarkan
berdasarkan nilai lima semester terakhir dan nilai semester genap kelas 9 dan kelas 12 dapat
digunakan sebagai tambahan nilai kelulusan. Sementara itu untuk kelulusan SMK/sederajat
ditentukan berdasarkan nilai rapor, praktik kerja lapangan, portofolio, dan nilai praktik selama
lima semester terakhir. Kemudian nilai semester genap tahun terakhir dapat digunakan sebagai
tambahan nilai kelulusan.

Mengacu pada prinsip Merdeka Belajar, Mendikbud menyebut peniadaan UN tidak akan
berdampak pada Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) karena akan tetap
menggunakan sistem zonasi seperti tahun lalu. “UN tahun ini adalah sekedar pemetaan dari
segi pendidikan, bukan ada dampaknya kepada siswa, dan juga seleksi untuk PPDB juga tidak
tergantung pada UN,” ujar Mendikbud. Hanya saja, peniadaan UN tahun 2020 di tengah situasi
darurat akan mengakibatkan tidak optimalnya pemetaan pendidikan.

Pelaksanaan UN SMK pada 28 provinsi yang sudah melaksanakkan UN di tahun 2020 ini juga
tidak cukup menjadi tolok ukur dan pemetaan bagi pemerintah. Tolok ukur secara nasional di
tahun 2020 dinilai tidak optimal, sehingga akan ditingkatkan dengan pendekatan internasional,
yaitu PISA (Programme for International Student Assessment). Di awal tahun, Kemendikbud
sudah memperoleh data dari PISA yang dapat menjadi tolok ukur. Data PISA dirilis setiap tiga
tahun sekali. Menurut Mendikbud, PISA dinilai lebih akurat karena sudah berstandar
internasional. Pertimbangan ini menjadi salah satu alasan mengapa mulai tahun 2021 UN akan
diganti dengan Asesmen Kompetensi dan Survei Karakter karena metode pengukurannya lebih
mendekati PISA.

Bagi siswa SMK yang telah melaksanakan UN, Mendikbud tidak lupa menyampaikan
permohonan maaf dan apresiasi atas perjuangan para siswa SMK selama mengikuti UN. “Saya
sangat mengapresiasi anak SMK yang telah melakukannya dan mohon maaf kalau kecewa,” ujar
Mendikbud. Ia mengatakan, keputusan untuk meniadakan pelaksanaan UN pada tahun ini
karena melihat lonjakan jumlah kasus Covid-19 yang terjadi setiap hari. Pasien dan korban yang
terus bertambah membuat pemerintah harus mengambil keputusan dalam situasi darurat. (Nur
Yulita Ardadi/Desliana Maulipaksi)

Anda mungkin juga menyukai