Anda di halaman 1dari 17

HAND OUT MATA KULIAH NILAI, ETIKA DAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PEKERJAA SOSIAL

DOSEN: DRA. YEANE E.M.TUNGGA, MSW


KELAS I C, E, DAN I TAHUN 2012
I. PENGERTIAN NILAI, ETIKA DAN HAM
Istilah nilai ( values ) merujuk kepada keparcayaan atau standar yang dipegang erat oleh
orang atau berkaitan dengan falsafah hidup. Nilai juga didefenisikan sebagai kepercayaan,
pilihan atau asumsi tentang apa yang dinginkan/diharapkan atau apa yang baik untuk
manusia. Misalnya kepercayaan bahwa masyarakat yang mempunyai suatu kewajiban untuk
membantu setiap orang untuk merealisasikan potensinya secara optimal. Mereka tidak
tegas tentang bagaimana dunia ini dan apa yang diketahui tentangnya, tetapi bagaimana
hal itu seharusnya. Contoh, pernyataan-pernyataan nilai yang tidak bisa di tujukan kepada
investigasi ilmiah, maka hal itu harus diterima sebagai suatu keyakinan. Kemudian kita
dapat mengatakan bahwa suatu nilai menjadi hal yang hanya berkaitan dengan benar dan
salah yang berhubungan dengan sistem kepercayaan tertentu atau kode etik yang
digunakan sebagai suatu standar.
Etika adalah suatu perangkat petunjuk-petunjuk atau prinsip-prinsip yang berkaitan
dengan tugas-tugas moral atau hakekat kebaikan dan kejahatan. Peranan-peranan pekerja
sosial sebagai penolong dalam pelayanan-pelayanan kemanusiaan menuntut suatu
pengambilan keputusan yang etis atau pembenaran-pembenaran terhadap nilai. Para
penolong didalam lembaga pelayanan kemanusiaan haruslah membiarkan orang lain untuk
memiliki kebebasan dan otonomi untuk mengambil keputusan bagi diri mereka sendiri.
Karakteristik seorang penolong yg efektif adalah tidak hanya memiliki kecakapan untuk
menilai tatapi juga menetapkan nilai dan kepercayaan mereka sendiri sehingga para
pekerja sosial tersebut mampu melakukan campur tangan dalam relasi petolongan mereka.
Berikut ini terdapat beberapa contoh pertanyaan yang berkaitan dengan keputusan-
keputusan yang bersifat etis, yaitu :
1. Apa yang menjadi hak-hak individu untuk memilih kehidupan atau
kematian

~1~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
2. Sejauh manakah kita harus mengintervensi dan memperlakukan
orang-orang yang mengalami sakit parah (terminal illness=akan
meninggal)
3. Jika sumber terbatas siapakah yang harus menerima pelayanan &
sumber yang terbatas ini? Dan Bagaimana seharusnya seleksi dibuat ?
Siapa yang bertanggung jawab secara finansial, emosional dan perawatan fisik individu dengan
kebutuhan khusus? Apakah hanya keluarga saja yang bertanggung jawab? Apakah pemerintah
dan komunitas memiliki tanggung jawab primer?
Etika profesi pekerjaan sosial memiliki dimensi yang sangat luas yaitu meliputi berbagai
aspek kehidupan seperti budaya, politik, ekonomi, psikologi, moral dan agama. Sesuai
pengertian etika/ nilai yang dikemukakan di atas maka tujuan etika suatu profesi adalah
memberikan arah dan standar profsional bagi para praktisi atau pekerja sosial.

II. DILEMA NILAI


 Agama & Moral
Ketika pekerja sosial mengalami konflik nilai antara nilai-nilai pribadinya dengan nilai-nilai
profesional maka sangat dianjurkan bahwa pekerja sosial yang bersangkutan mentaati nilai-nilai
profesional ketika ia memberikan pelayanan kepada klien. Dalam hal ini, kode etik profesi
merupakan pedoman yang sangat baik bagi pekerja sosial. Secara moral klien perlu di dorong
untuk mengeksplorasi sistem nilai mereka sendiri yang berkaitan dengan alternatif tindakan
mereka. Karena klien memerlukan perlindungan dari manipulasi yang mungkin melanggar
kebebasan mereka untuk menentukan pilihan. Sebagai contoh pekerja sosial mungkin secara
moral tidak dapat memilih aborsi sebagai penyelesaian masalah, maka klien mungkin perlu
dirujuk kepada seseorang lain yang memandang bahwa aborsi adalah suatu alternatif yang baik.
Selanjutnya, kode etik juga merupakan suatu moral yang berguna bagi klien untuk
memenuhi kebutuhannya dan melakukan apa yang mereka ingin lakukan selama hal itu tidak
merugikan atau menghalangi kemampuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.

~2~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
Loewenberg dan Dolgoff (1996) mengatakan bahwa moral mengandung prinsip-prinsip atau
aturan-aturan berperilaku yang menguraikan tentang standar atau perilaku yang benar. Aturan-
aturan ini tidak di atur dalam legilasi tapi diterima secara umum sebagai suatu konsensus.
 Politik dan Budaya
Morales AT dan Sheafor B W (2002: 217) mengemukakan bahwa prisip-prinsip dasar
pekerjaan sosial dikembangkan berdasarkan budaya tertentu dan sistem kesejateraan sosial
dalam berbagai bagian dunia yg secara umum diekspresikan melalui keyakinan umum. Oleh
karena itu penerapan suatu etika profesi harus dilandasai oleh pemahaman pekerja sosial
terhadap kultur atau budaya yang berlaku. The international Federation of social workers telah
memberikan prioritas tertinggi pada pengembangan kode etik, termasuk 12 pernyataan
prinsip-prinsip fundamental yg mendasari pekerjaan sosial dan menyediakan satu set garis-
garis besar mengenai etika praktek. Prinsip ini mempengaruhi orientasi pokok dari seorang
pekerja sosial untuk melayani masyarakat :
1. Setiap orang memiliki nilai yang unik, yang membenarkan pertimbangan-perkembangan
orang tersebut.
2. Tiap orang berhak untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri tanpa mengganggu hak orang
lain, dan memiliki kewajiban untuk turut serta menciptakan kesejahteraan masyarakat.
3. Tiap masyarakat terlepas dari bentuk masyarakat tersebut harus berfungsi untuk
menyediakan manfaat maksimal bagi setiap anggotanya.
4. Para pekerja sosial memiliki suatu komitmen terhadap prinsip-prinsip keadilan sosial.
5. Para pekerja sosial memiliki tanggung jawab untuk mendedikasikan diri pada tujuan dan
disiplin ilmu serta keterampilan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam
rangka pengembangan diri mereka dan resolusi personal-konflik masyarakat dan konflik
individu.
6. Pekerja sosial diharapkan untuk menyediakan bantuan yang terbaik bagi siapa saja yang
memerlukan bantuan dana sehat, tanpa diskriminasi secara curang berdasarkan gender,
umur, disabilitas, warna kulit, kelas sosial, ras, agama, bahasa, keyakinan politik atau
orientasi seks.

~3~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
7. Pekerja sosial menghargai Hak Azasi Manusia individu dan kelompok seperti yang tertulis
dalam Konfensi Internasional, dll.
8. Pekerja sosial menghargai prinsip-prinsip privasi, kerahasiaan, dan bertanggung jawab
menggunakan informasi didalam mengerjakan pekerjaan profesional mereka. Para pekerja
sosial harus respek terhadap konfendensialiti bahkan pada waktu legislasi negara mereka
sedang berada dalam konflik.
9. Para pekerja sosial diharapkan bekerja dalam kolaborasi penuh degan klien mereka, bekerja
untuk kepentingan klien, dan juga memberikan penghargaan pada kepentingan orang lain
yang terlibat. Para klien didorong untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dan dinformasikan
mengenai resiko-resiko dan manfaat-manfaat yang mungkin mucul dari tindakan mereka
10. Para pekerja sosial secara umum mengharapkan para klien untuk bertanggung jawab dlm
kolaborasi dengan mereka untuk menentukan tindakan-tindakan yang mempengaruhi
kehidupan klien.
11. Pekerja sosial mungkin akan tidak konsisten dalam dukungan langsung maupun tidak
langsung terhadap individu, kelompok, tekanan-tekanan politik, struktur kekuasaan yangg
melampaui kemampuan mereka sebagai manusia dengan cara mempekerjakan teroris,
penindasan, atau hal-hal brutal lainnya.
12. Para pekerja sosial membuat keputusan-keputusan yang di benarkan dan bertindak sesuai
keputusan tsb, menghargai prinsip-prinsip etika, dari IFSW dan pada standar etika
internasional yang diadopsi dari asosiasi nasional mereka.
Lebih lanjut lagi, aspek politik dari etika pekerjaan sosial adalah juga meliputi hukum dan
kebijakan sosial dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Selznick dalam Loewenberg dan
Dolgoff (1996:25) mempertimbangkan keadilan sebagai bagian dari hukum. Hukum
memberikan arah tentang perilaku mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (Van Hoose &
Kottler dalam Loewenberg dan Dolgoff, 1996:25). Sementara itu, berdasarkan pengertian etika
pekerjaan sosial bahwa perilaku klien dan praktisi diatur melalui kode etik atau nilai-nilai profesi
pekerjaan sosial maka dapat dikatakan bahwa pendekatan hukum dan kode etik adalah saling
melengkapi.
 Sosial dan Ekonomi

~4~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
Lowenberg and Dolgoff’s memprioritaskan 7 nilai-nilai yang antara lain; Melindungi kebutuhan
dasar kehidupan agar orang dapat bertahan hidup, membantu menciptakan keseimbangan
peluang/ kesempatan dan akses serta menciptakan kualitas hidup yang lebih baik Hal ini dapat
berarti bahwa kualitas kehidupan yang dimaksud adalah juga menyangkut aspek sosial dan
ekonomi orang.
 Kesejahteraan Sosial
Menurut Ian O. Connor, Jill Wilson, Deborah (1998 : 222 ) pada tahun 1990an bahwa Banks
menyediakan empat prinsip dasar untuk kesejahteraan sosial :
1. Respek dan memeperjuangkan hak-hak individu untuk menentukan diri sendiri
Menghargai dan mendukung klien untuk menentukan diri sendiri mengandung pengertian
bahwa pekerja sosial membiarkan orang untuk melakukan apa yang mereka tentukan, atau
menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi orang untuk menentukan diri sendiri.
Menurut Loewenberg dan Dolgoff (1992) bahwa akses terhadap penentuan diri sendiri
bervariasi sesuai dengan ketergantungan klien pada manfaat yang dia terima dari pekerja
sosial (PS). Kapasitas sesorang untuk melatih diri menentukan diri sendiri juga dipengaruhi
oleh ketersediaan opsi-opsi yang realistik. Marketisasi / pemasaran kesejahteraan muncul
untuk mendukung prinsip yang menekankan pilihan dan kekuatan kostumer/penerima
pelayanan.
2. Menciptakan kesejahteraan
Hal ini berkaitan dengan perbaikan interaksi antara individu dan lingkungan sosialnya.
Orang beritndak sesuai dengan pemahamannya tentang situasi-situasi tertentu.
3. Keseimbangan
4. Keadilan yang merata
Prinsip-prinsip ini konsisten dengan pekerjaan sosial dan praktek kesejahteraan sosial.
Menurut Corey 1998 bahwa karakteristik penting dalam suatu profesi adalah kode etik. Para
Pekerja sosial telah lama mempertimbangkan etika sebagai suatu aspek dari suatu praktek
mereka. Banyak asosiasi pekerjaan sosial nasional yang memiliki kode etik, dimana setiap
anggota terikat pada kode etik tersebut. Pekerjaan sosial tidak berbeda dengan profesi lainnya
yang juga memiliki kerangka nilai dalam prakteknya. Secara pasti para pekerja sosial banyak

~5~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
membahas tentang; etika, penetapan dan perbaikan kode etik, serta secara sadar berurusan
dengan isu-isu etika yang dihadapi dalam praktek. Secara alamiah para Pekerja sosial berurusan
dengan nilai-nilai yang betentangan dan menimbulkan kesulitan dalam pilihan-pilihan yang
berhubungan dengan masyarakat. Artinya bahwa dilema etika akan menjadi bagian dari praktek
setiap Pekerja sosial. Kode etik tidak hanya digunakan untuk mendorong perilaku-perilaku etis
yang merupakan bagian dari praktek untuk membantu para pekerja sosial yang diperhadapkan
pada dilema nilai, tetapi juga bermanfaat sebagai fungsi kontrol melalui pemahaman untuk
mencegah perilaku yang tidak etis. Ada beberapa bentuk sangsi yang berkaitan dengan
pengoperasian kode etik :
1. Mekanisme dari langkah-langkah yang diambil untuk melawan para Pekerja sosial yang
tidak bertindak secara etis. Karena itu, maka kode etik merupakan bagian signifikan dari
suatu profesi yang dijadikan sebagai mekanisme kontrol/pengendalian yang bersifat
formal.
Hal terpenting tentang kode etik profesional tidak hanya berkaitan dengan etika-etikanya
saja tetapi juga moral yang berada dibalik etika tersebut. Isu moral disini berkaitan dengan
Pekerja Sosial dan tindakan/aksi-aksinya; Kode etik hanyalah suatu standar/kriteria dimana
moral dapat diukur dan dievaluasi. Etika adalah suatu ekspresi dari moral, tetapi yang tidak
bersifat tunggal karena itu pada era post modernisme, para pekerja sosial perlu melihat sisi
moral yg lain seperti HAM. Para Pekerja Sosial tidak hanya tergantung pada evaluasi pribadi
mereka mengenai yang benar dan salah tetapi juga tergantung pada pernyataan-pernyataan
masyarakat mengenai moral. Selanjutnya para Pekerja sosial akan mengklaim/menuntut
pertanggung jawaban terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip mereka sendiri tetapi juga
terhadap para klien mereka baik individual, keluarga , kelompok, komunitas atau masyarakat
yang lebih luas. Hal ini tidak hanya menuntut moral pribadi tetapi moral umum yang
terkonstruksi, termasuk pekerja sosial & orang-orang yang berinteraksi dengan pekerja sosial
tersebut. Bagi para pekerja sosial, moral, apakah yang diekspresikan atau cara-cara lain adalah
bersifat interaktif, dan tidak dapat hanya merupakan persoalan dari keputusan-keputusan yang
muncul. HAM memiliki ide-ide tentang arti menjadi manusia yang berkaitan dengan budaya,
ras, gender, umur, dan klas. HAM adalah cara untuk memahami defenisi tentang kemanusiaan

~6~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
secara umum dan untuk menyediakan lingkungan bagi orang-orang untuk merealisasikan
potensi manusiawi mereka secara maksimal.
Berdasarkan perspektif ini maka prinsip-prinsip moral seorang pekerja sosial didasarkan
pada HAM dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Tindakan / aksi untuk menyatakan dan merealisasikan Ham orang-orang
 Tidak berbuat apa-apa untuk membatasi, menolak atau membahayakan HAM seseorang
Seorang pekerja sosial tidak bisa bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut kecuali ia
memahami tentang HAM secara benar.

III. FILSAFAT PROFESI PEKERJAAN SOSIAL


Pekerjaan sosial adalah sebuah/ suatu profesi yang menggambarkan respon terhadap
kebutuhan-kebutuhan orang. Persyaratan-persyaratan dan kebutuhan ini telah dibentuk oleh
ciri pekerjaan sosial, nilai, filosofi dan kerangka pengetahuan. Pekerjaan sosial telah lama
dibedakan dari profesi pertolongan lainnya melalui sistim nilai yang berbeda secara eksplisit.
Dasar filosofi meliputi idealisme dan ideologi serta kepercayaan/keyakinan pekerja sosial. Ini
merupakan ciri sentral daripada pekerjaan sosial sebagai suatu disiplin yang normatif.
Sistim nilai telah diuji dan diformulasikan kembali dalam suatu proses sejarah
pengaplikasian oleh para pekerja sosial, dalam suatu praktek itu sendiri yang telah dirubah
dalam akomodasi untuk perubahan kondisi-kondisi sosial. Sebagai hasil dari pengujian dan
pengembangan, filosofi dari profesi telah memperoleh makna yang lebih besar bagi pekerja
sosial. Mereka telah membuat komitment yang lebih besar untuk kepercayaan dan nilai
daripada perbedaan-perbedaan iideologi tertentu. Filosofi menentukan kekuatan besar
pekerjaan sosial sebagai suatu profesi pertolongan tetapi ia juga memiliki kesulitan nilai yang
bertentangan bagi praktisi.

Pekerja sosial telah digambarkan sebagai pelaku kebaikan, seorang penyedia pelayanan, dan
agen kominitas yang bermoral. Oleh karena itu pekerjaan sosial telah dipertimbangkan untuk
menjadi filosofi sosial dan moral secara primer dalam penelitian ilmiah. Para pekerja sosial

~7~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
mengharapkan bahwa dengan dasar keilmuan dan metoda mereka dapat merealisasikan tujuan
moral kemanusiaan dalam masyarakat. Disamping itu mereka berpikir bahwa sementara
mereka melaksanakan pelayanan sebagai fungsionaris birokratik dalam sistem kesejahteraan
sosial mereka juga dapat mengembangkan profesi menjadi terintitusionalisasi.
Suatu filosofi dibentuk oleh keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, idealisme dan
aspirasi-aspirasi, tujuan-tujuan, nilai-nilai dan norma-norma, etika atau prinsip-prinsip. Hal ini
memudahkan kita untuk memahami dan memberikan arti terhadap eksistensi dan realita, diri
sendiri dan dunia kita, sejarah dan pengembangan. Menurut Sidney Hook, filosofi adalah juga
tafsiran terhadap kebijaksanaan, suatu kumpulan nilai-nilai dan keputusan mengenai perilaku
iintelejen dari kumpulan orang, juga suatu pengetahuan terhadap apa yang layak atau baik
dalam rangka memutuskan apa yang harus dipilih atau dilakukan dalam kehidupan.
Setiap profesi ditandai oleh perspektif profesi tersebut dan ditentukan oleh keyakinan-
keyakinan dan oleh kesadaran kolektif untuk menguatkan keyakinan-keyakinan tersebut. Ini
disebut sebagai suatu filosofi profesional. Ini menyediakan rasionalisasi, elemen-elemen,
artikel-artikel kepercayaan dan idealisme untuk bekerja dan memberi arti kepada pekerjaan
seseorang. Juga mempersiapkan model-model esensial tertentu dan standar-standar yang
digunakan dalam menggambarkan dan mengukur realita, dalam membuat pertimbangan-
pertimbangan moral secara evaluatif. Standar ini disebut norma-norma,aturan-aturan atau
moral dan prinsip-prinsip etis. Filosofi ini adalah bagian sentral dari subkultur suatu profesi yang
mana siswa atau para pemula terakulturasi, dan tersosialisasi sehingga filosofi menjadi bagian
profesional.
Filosofi pekerjaan sosial secara primer adalah suatu moral dan filosofi sosial, suatu
kebenaran (axiology) dan etika-etika. Para pekerja sosial percaya bahwa mereka harus memiliki
suatu set nilai sehingga secara moral, dan alamiah mereka terbukti benar dan memudahkan
orang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Para pekerja sosial belajar untuk
melakukan verbalisasi komitmen-komitmen mereka terhadap nilai-nilai yang dipilih seperti nilai
menentukan diri sendiri.
Berdasarkan uraian dia atas maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pekerjaan
sosial adalah disipling yang normatif, sehingga profesi ini selalu berehubungan dengan nilai-nilai

~8~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
moral dan norma-norma sosial serta perilaku-perolaku yang secara sosial baik, ditentukan,
normal, buruk serta berhubungan dengan hal-hal yang tidak sopan atau penyimpangan. Baik
teori kesejahteraan sosial maupun pekerjaan sosial adalah bersifat normatif dalam usahanya
untuk merubah atau memelihara lingkungan. Oleh karena profesi ini berisfat normatif, pekerja
sosial berbicara dengan klien secara normatif dengan menggunakan pernyataan yang memberi
petunjuk-petunjuk (precriptive) dan moral judgement yang bertujuan untuk membantu klien
memiliki perilaku yang benar dan memutuskan apa yang tepat untuk memecahkan masalah
mereka. Contoh: Klien diarahkan untuk memilih dan memutuskan apakah ia sebaiknya memiliki
keluarga inti (nuclear family) atau keluarga besar (extended family).
Prinsip dasar tradisional pekerjaan sosial secara luas adalah meliputi dalil nilai dan
prinsip-prinsip etika. Hal ini dapat dilihat dari berbagai usaha untuk mengidentifikasikan prinsip-
prinsip tersebut dari case work, group work, Community organization atau pekerjaan sosial
secara keseluruhan. Contoh: dalam case work pekerja sosial berhubungan dengan prinsip
penerimaan, keterlibatan emosi secara terkendali dan menentukan diri sendiri. Hal ini secara
jelas dirasakan dalam keterkaitannya dengan masalah-masalah moral dan merujuk kepada
prinsip-prinsip etika dari perilaku pekerja sosial.
Filosofi praktek dikembangkan melalui sintesa prinsip-prinsip diperoleh dari
berbagai sumber termasuk nilai profesional. Filosofi praktek langsung meliputi :
1. Orang mampu membuat keputusan dan menentukan pilihan bagi diri sendiri. Meskipun
mereka dipengaruhi oleh lingkungan, mereka mampu untuk menentukan kehidupan
mereka lebih daripada yang mereka bayangkan. Mereka memiliki kebebasan dan
tanggung jawab untuk menguji kebebasan mereka dalam membentuk kehidupan
mereka sendiri.
2. Pertolongan terhadap orang memiliki tanggung jawab untuk menolong orang tersebut
guna mencapai kemandirian yang maksimal. Kekuatan klien bertambah sebagai usaha
pekerja sosial untuk mengembangkan kemandirian.
3. Pertolongan terhadap orang memiliki tanggung jawab untuk bekerja merubah
pengaruh-pengaruh negatif lingkungan terhadap klien

~9~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
4. Perilaku manusia adalah maksud dan tujuan, walaupun tujuan dan maksud tersebut
tidak dapat dibedakan.
5. Orang mampu untuk mem-pelajari perilaku baru. Pertolongan profesional memiliki
tanggung jawab untuk membantu ornag agar menemukan dan menggunakan kekuatan
mereka dan untuk memperkuat kapasitas dan perubahan.
6. Meskipun permasalahan kehidupan mungki9n berasal dari hubungan-hubungan dan
masa lalu serta secara terbatas terfokus pada masa itu tetapi mungkin bermanfaat
untuik hal-hal tetentu, banyak kesulitan-kesulitan dapat dipecahkan dengan cara
memfokuskan pada pilihan-pilihan masa sekarang dan memobilisasi kekuatan-kekuatan
yang ada dan kekuatan terpendam, pola berdaya tindak.
7. Permasalahan-permasalahan kehidupan sering disebabkan oleh karena pengetahuan
dan mekanisme berdaya tindak yang tindak memadai. Denagan memperoleh
pengetahuan dan mempelajari ketrampilan-ketrampilan baru, orang tidak hanya
memecahkan masalah/mengatasi masalah tetapi juga mencapai proses pertumbuhan
pribadi.
8. Banyak persoalan kehidupan bersifat persoalan kemasyarakatan dan sistimik daripada
persoalan probadi atau interpersonal. Dengan belajar untuk mengimplementasikan
strategi yang efektif, orang dapat mempengaruhi perubahan dalam berbagai tipe
sistem.
9. Keanekaragaman adalah suatu kesatuan bagian dalam kondisi manusia, tetapi manusia
bertumbuh dalam kekuatan melalui pertemuan berbagai perbedaan. Oleh karena itu
krisis-krisis kehidupan menunjukkan kesempatan-kesempatan untuk bertumbuh dan
penguasaan terhadap sumber.
10. Manusia menginginkan dan membutuhkan harga diri. Untuk memperoleh dan
mempertahankan harga diri, orang membutuhkan konfirmasi tentang kelayakan diri
mereka dari orang-orang terdekat seperti pasangan, orang tua, anak-anak, keluarga
yang lain dan teman-teman. Banyak konflik interpersonal terjadi karena tidak
merasakan tidak dicintai dan dihargai.

~ 10 ~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
11. Pertumbuhan manusia terjadi dalam konteks relasi dengan manusia lainnya.
Pertumbuhan dalam relasi pertolongan dimunculkan melalui kekuatan cinta, yang
dimanifestasikan melalui penerimaan (acceptance), respek (respect), kepedulian
(concern), dorongan ( encouragement ), dan penguatan terhadap kelayakan diri /
martabat klien.
12. Suatu aspek terpenting dari pertumbuhan manusia menjadi seorang yang terbuka dan
asli. Perilaku terbuka dan asli dimunculkan oleh pekerja sosial seperti perilaku dalam diri
klien.
13. Aspek terpenting lainnya dari pertumbuhan manusia menjadi terbiasa, peduli/prihatin
dan responsif terhadap kebutuhan untuk dikasihi satu sama lainnya.
14. Untuk hidup dalam realita masa sekarang adalah untuk melatih potensi-potensi secara
lebih maksimal.
15. Maksud untuk mencapai suatu tujuan pengkahiran adalah sangat pentingnya dengan
pengakhiran diri sendiri. Jadi Makna-makna apapun pertolongan terhadap klien untuk
mencapai tujuan harus disertai dengan harkat, harga diri, penentuan diri sendiri dan
kepercayaan diri.
16. Mawas diri adalah tahap pertama realisasi diri; pemahaman pekerja sosial yang cermat
dan sensitif memfasilitasi pemahaman diri klien.Hasrat murni untuk memahami adalah
suatu karunia.
17. Hak-hak orang terhadap nilai mereka sendiri dan sistim kepercayaan mereka sendiri
adalah tidak dapat diganggu gugat/mutlak. Akan tetapi, nilai-nilai dan kepercayaan
tertentu mengakibatkan disfungsi dan perilaku merugikan diri sendiri. Jika hal ini terjadi
pekerja sosial memiliki suatu tanggung jawab untuk membantu para kliennya
menghadapi kesulitan-kesulitan mereka.

IV. KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL


A. Tanggung jawab etis pekerja sosial terhadap klien
1. Mengutamakan kepentingan klien

~ 11 ~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
Apa yang menjadi kepentingan klien tidak terlihat secara jelas pada butir ini,
hanya memuat atau menekankan pada tanggung jawab Pekerja Sosial. Hal ini
dapat dipahami karena mungkin saja suatu etika diarahkan untuk menentukan
standarisasi perilaku pekerja sosial, maka perilaku pekerja sosiallah yang diatur
oleh etika ini bukan uraian detail mengenai klien. Oleh karena itu, spesifikasi dan
kepastian mengenai kepentingan klien tidak perlu diungkapkan secara spesifik
disini. Hal ini disebabkan juga oleh perbedaan fokus kepentingan klien. Jika nilai
kepentingan klien ini diterapkan di Indonesia maka batasan kepentingan ini
harus lebih diperjelas terutama disesuaikan dengan landasan nilai budaya. Sebab
makna kepentinga klien akan berbeda antara budaya yang saatu dengan budaya
yang lain. Kepentingan klien di negara liberalis bisa lebih luas dan hampir tidak
terbatas dibandingkan dengan di Indonesia. Seperti nilai kebebasan memilih dan
memutuskan untuk tetap mengkonsumsi narkoba tidak akan ditolerir di
Indonesia sementara di negara liberalis hal ini merupakan hal yang tidak
dipandang haram. Sebab itu, nilai mengutamakan kepentingan klien ini secara
filosofis masih harus dipertahankan sebagai begian integral dari pekerjaan sosial,
namun perlu penetapan atau perumusan secara lebih rinci dan operasional
mengenai prinsip-prinsip umum dan khusus sebagai terjemahan atau
pembatasan mengenai “mengutamakan kepentingan klien” yang nantinya dapat
dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan praktek. Sebagai contoh, dapat
dirumuskan bahwa: Pekerja Sosial harus mengutamakan kepentingan klien
selama kepentingan tersebut tidak merugikan dan mengancam kepentingan
pihak lain serta menimbulkan demoralisasi.
2. Mengutamakan Hak-hak klien
Pekerja Sosial mengutamakan hak-hak klien dalam menentukan nasibnya
sendiri.
 Bila pekerja sosial harus bertindak demi kepentingan klien yang dipandang
tidak tepat secara hukum, ia harus melindungi kepentingan-kepentingan dan
hak-hak klien. Apabila klien terancam secara hukum sementara iapun dalam

~ 12 ~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
keadaan yang membahayakan maka pekerja sosial harus
mempertimbangkan keamanan klien sekalipun klien tersebut mengalami
konflik hukum. Sebagai contoh, pecandu narkotik secara jelas berperilaku
secara bertentangan dengan hukum. Namun jika ia telah menjadi klien, maka
seorang pekerja sosial harus mengusahakan upaya penanganan masalah
yang memojokan klien seperti menjebloskan kedalam penjara tetapi
merehabilitasi klien agar mampu melepaskan diri dari bahaya narkotik.
Meskipun klien tidak dapat menghindari proses hukum bahkan penjara maka
tujuan utama pekerja sosial bukanlah mendorong klien tersebut pada kondisi
buruk yang menyiksa dan merusaknya, tetapi menolongnya untuk mampu
memperbaiki diri dan melaksanakan fungsi sosialnya secara memadai.
 Bila wewenang diberikan kepada orang lain untuk bertindak demi
kepentingan kelayan, pekerja sosial harus menjaga agar pelayanan itu tetap
sesuai dengan kepentingan klien. Prinsip ini memang perlu diperhatikan
ketika klien dirujuk kepada pihak lain sebab setiap orang yang menangani
klien memiliki wawasan, pengalaman dan fokus yang berbeda sehingga dapat
merubah arah suatu pelayanan kepada klien. Karena itu konsistensi
pelayanan harus dijaga ketika klien dirujuk. Selain itu, jika konsistensi tidak
terjaga maka pihak klien mungkin akan dirugikan baik dalam waktu /peluang,
perasaan, bahkan biaya. Mungkin juga klien akan merasa sulit dan putus asa
berhadapan dengan prosedur dan birokrasi yang rumit karena ketidak
konsistennya atau ketidak sesuaian pelayanan dengan kepentingan klien.
 Pekerja sosial jangan ikut campur dalam tindakan yang melanggar atau
mengurangi hak-hak sipil atau resmi klien.
Pelanggaran terhadap hak-hak sipil atau resmi klien merupakan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia. Pelanggaran ini juga bertentangan dengan
tujuan pekerjaan sosial yaitu untuk menciptakan keseimbangan dan keadilan
sosial, serta prinsip egalitarian dan humanistik. Prinsip-prinsip ini merupakan
landasan utama atau filosofi etika pekerjaan sosial. Dengan demikian maka

~ 13 ~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
pekerja sosial tidak seharusnya mengambil bagian dalam tindakan
pelanggaran tersebut.
c. Kerahasiaan dan hak pribadi
d. Pembiayaan

B. Tanggung jawab etis pekerja sosial terhadap kolega


1. Penghargaan, keterbukaan dan penghormatan
2. Keterkaitan pekerja sosial antara kolega dan klien sesama kolega

C. Tanggung jawab etis pekerja sosial terhadap profesi pekerjaan sosial


1. Memelihara integritas profesi
2. Pelayanan masyarakat
3. Pengembangan pengetahuan

D. Tanggung jawab etis pekerja sosial terhadap majikan dan organisasi sosial yang
mempekerjakannya
Komitmen terhadap organisasi yang mempekerjakan adalah suatu bentuk dari
tanggung jawab etis pekerja sosial yang diwujudkan melalui Usaha:
1. Meningkatkan kebijakan dan prosedur lembaga dan efesiensi serta
efektifitas peleyanannya.
2. Menerima pekerja sosial yang terakreditasi oleh NASW
3. Mencegah dan menghilangkan diskriminasi dalam kebijakan dan praktek-
praktek organisasi yang mempekerjakannya
4. Menggunakan sumber-sumber organisasi secara tepat menurut tujuannya

E. Tanggung jawab etis pekerja sosial terhadap masyarakat


Pekerja sosial mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan kesejateraan
masyarakat

~ 14 ~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
6. Tanggung jawab etis pekerja sosial terhadap profesi pekerjaan sosial
1. Memelihara integrasi profesi
2. Pelayanan masyarakat
3. Pengembangan pengetahuan

V. PRINSIP-PRINSIP PROFESI PEKERJAAN SOSIAL


Nilai-nilai fundamental dalam pekerjaan sosial mengakui akan harkat, martabat, dan
bahwa setiap orang memiliki keunikan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka praktek
pekerjaan sosial memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
A. Prinsip-prinsip umum yang meliputi:
1. Independensi
2. Kesetaraan
3. Holistik
4. Pluralistik
5. Aspiratif
6. Demokrasi
7. Anti kekerasan
8. Anti diskriminasi
B. Prinsip-prinsip dalam penanganan langsung kepada individu
1. Penerimaan
Menerima dan menghormati setiap penerima pelayanan dalam keadaan apapun
atau dalam setiap kondisi yang dialami penerima pelayanan (kelayan) tanpa
menghakiminya.
2. Komunikasi, yaitu saling memberi dan menerima informasi
3. Individualisasi
Memahami dan menerima bahwa setiap penerima pelayanan memiliki keunikan
sehingga ia berbeda dengan orang lain.
4. Partisipasi

~ 15 ~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
Pencapaian suatu tujuan pelayanan sangat ditentukan oleh partisipasi aktif dari
penerima pelayanan. Sehingga merupakan syarat mutlak bagi kelayan untuk
berperan aktif terutama dalam pengambilan keputusan untuk suatu pelayanan
atau terapi.
5. Kerahasiaan
Semua informasi yang menyangkut kelayan atau penerima pelayanan harus
dirahasiakan demi harga diri dan keamanannya.
6. Mawas diri/ kesadaran diri
Setiap profesi dan lembaga pemberi pertolongan perlu menyadari akan
keterbatasan kewenangannya dalam menangani masalah korban tindak
kekerasan dengan memperhatikan spesifikasi pelayanannya, melakukan
koordinasi dan kerjasama yang sinergik dengan pihak lain termasuk klien. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap praktek pertolongannya
haruslah dapat dipertanggung jawabkan secara sosial (social accountability).

C. Prinsip-prinsip dalam penanganan melalui kelompok:


1. Pembentukan kelompok secara terencana
2. Kelompok yang dibentuk memiliki tujuan yang dapat dicapai bersam
3. Adanya pengamatan yang sistematis terhadap anggota kelompok
4. Penciptaan interaksi terpimpim
5. Keputusan diambil oleh anggota kelompok
6. Bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu
7. Penilain secara terus menerus oleh pekerja sosial
D. Prinsip- prinsip dalam membangun masyarakat
1. Penggalangan partisipasi masyarakat dengan menghindari ambisi-ambisi yang
dominan dari pihak-pihak tertentu dan arogansi sektoral.
2. Bekerja sama dengan berbagai badan, instansi atau lembaga dalam rangka
legitimasi dan keberhasilan pelaksanaan program.

~ 16 ~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012
~ 17 ~
DISUSUN OLEH DRA. YEANE E M TUNGGA, MSW UNTUK KELAS IC,E DAN I, 2012

Anda mungkin juga menyukai