Anda di halaman 1dari 38

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN

A. Kajian Teori

1. Auditing

a. Pengertian Auditing

Audit adalah suatu proses sistematik dan objektif dari

penyediaan dan evaluasi bukti-bukti yang berkenaan dengan

pernyataan (assertion) tentang kegiatan dan kejadian ekonomi

guna memastikan derajat atau tingkat hubungan antara

pernyataan tersebut dengan kriteria yang ada serta

mengkomunikasikan hasil yang diperoleh tersebut kepada

pihak-pihak yang berkepentingan (Indra Bastian, 2007:2-3)

Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk

mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan

dengan asersi tetang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian

antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan (Haryono Yusuf, 2001:11).

Menurut The Report of the Committee on Basic Auditing

Concepts the American Accounting Association, auditing

adalah:

A systematic process of objectively obtaining and evaluating


ovidence regarding assertion about economic actions and

8
9

events to ascertain the degree of correspondence between those


assertions and established criteria and communicating the
results to interested users (Boyton dan Johnson, 2006:6).

Menurut Arens dan Loebbecke auditing adalah:

Auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang


kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari
suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan
melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi yang terukur
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan
Loebbecke, 1998:1).
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepst)

medifinisikan auditing sebagai:

Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi


bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para
pemakai yang berkepentingan (ASOBAC dalam Abdul Halim,
2003:1).
Berdasarkan beberapa pengertian tentang audit yang

berasal dari berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa audit

adalah suatu proses sistematis pengevaluasian terhadap bukti-

bukti dan tindakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak

independen untuk memastikan kesesuaian antara kriteria yang

telah ditetapkan dengan realita dan kenyataan di lapangan

untuk kemudian dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.
10

2. Audit Manajemen

a. Pengertian Audit Manajemen

Audit manajemen (management audit) adalah

pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas operasi

perusahaan (Bayangkara, 2008:2).

Audit manajemen adalah pengkajian (review) atas setiap

bagian dari prosedur dan metode yang diterapkan suatu

organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan

efektivitas. Hasil rekomendasi suatu audit manajemen biasanya

berupa rekomendasi kepada manajemen untuk perbaikan operasi

(Haryono Yusuf, 2001:16)

Alejendro P. Gorospel (2000) memberikan definisi tentang

audit manajemen :

Audit manajemen adalah suatu teknik yang secara teratur dan


sistematis digunakan untuk menilai efektivitas unit atau
pekerjaan dibandingkan dengan standar-standar perusahaan dan
industri, dengan mengunakan petugas yang bukan ahli dalam
lingkup objek yang dianalisis, untuk meyakinkan manajemen
bahwa tujuannya dilaksanakan, dan keadaan yang membutuhkan
perbaikan ditemukan (Alejendro P Gorospel dalam Amin
Widjaya Tunggal, 2000:2).
Menurut Allan J. Sayle:
“Manajemen audit adalah pengujian yang independen atas bukti
yang objektif, yang dilakukan oleh para personil yang
kompeten” (Allan J. Sayle dalam Amin Widjaya Tunggal,
2000:3).
Berdasarkan publikasi Institute of Internal Auditor (IAA),

audit operasional atau audit manajemen didefinisikan sebagai

berikut:
11

Operational Auditing adalah suatu proses yang sistematis dari


penilaian efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi operasi suatu
organisasi yang dibawah pengendalian manajemen dan
melaporkan kepada orang yang tepat hasil penilaian beserta
rekomendasi untuk perbaikan (IIA dalam Amin Widjaya
Tunggal, 2000:4).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa audit manajemen adalah audit yang dilakukan untuk

pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas dari operasi

yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan, melaporkan hasil dari

penilaian yang dilakukan dan memberikan rekomendasi untuk

perbaikan apabila ditemukan berbagai kelemahan dan

kekurangan dalam pengelolaan perusahaan.

b. Organisasi Manajemen Audit

Sebagai kelengkapan dari penempatan departemen

manajemen audit tersebut dalam struktur organisasi

perusahaan, maka perlulah disusun suatu uraian jabatan atas

masing-masing tingkatan dalam departemen tersebut.

Secara intern, suatu struktur organisasi yang disarankan

bagi pembentukan departemen manajemen audit adalah suatu

struktur yang bersifat lini. Dalam struktur ini, jabatan didalam

departemen manajemen audit terdiri atas empat tingkatan,

yaitu: tingkatan direktur, manajer, staf senior, dan staf junior.

(Amin, 2000:16-17).
12

c. Tujuan Audit Manajemen

Audit manajemen bertujuan untuk mengidentifikasi

kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan

perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan

nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai

program dan aktivitas pada perusahaan tersebut (Bayangkara,

2008:3).

d. Ruang Lingkup dan Tujuan Audit

Ruang lingkup audit manajemen meliputi seluruh aspek

kegiatan manajemen. Ruang lingkup ini dapat berupa seluruh

kegiatan atau dapat juga hanya mencakup bagian tertentu dari

program/aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga

bervariasi, bisa untuk jangka satu minggu, beberapa bulan, satu

tahun, bahkan untuk beberapa tahun, sesuai dengan harapan

yang ingin dicapai.

Sasaran dalam audit manejemen adalah kegiatan, aktivitas,

program, dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui

atau diidentifikasi masih memerlukan perbaikan/peningkatan,

baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Ada tiga

elemen pokok dalam tujuan audit:


13

1) Kriteria (Criteria)

Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi

setiap individu atau kelompok di dalam perusahaan dalam

melakukan aktivitasnya.

2) Penyebab (Cause)

Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang

dilakukan oleh setiap individu/kelompok di dalam

perusahaan.

3) Akibat (Effect)

Akibat merupakan perbandingan antara penyebab

dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab

tersebut (Bayangkara, 2008:4).

e. Prinsip Dasar Audit

Ada tujuh prinsip dasar yang harus diperhatikaan auditor

agar audit manajemen dapat mencapai tujuan dengan baik,

meliputi:

1) Audit dititikberatkan pada objek audit yang mempunyai

peluang untuk diperbaiki.

2) Prasyarat penilaian terhadap kegiatan objek audit.

3) Pengungkapan dalam laporan tentang adanya temuan-

temuan yang bersifat positif.

4) Identifikasi individu yang bertanggung jawab terhadap

kekurangan-kekurangan yang terjadi.


14

5) Penentuan tindakan terhadap petugas yang seharusnya

bertanggung jawab.

6) Pelanggaran hukum.

7) Penyelidikan dan pencegahan kecurangan (Bayangkara,

2008:5-6).

f. Perbedaan Audit Manajemen dan Audit Keuangan

Audit manajemen dirancang untuk menemukan penyebab

dari kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pengelolaan

program/aktivitas perusahaan, menganalisis akibat yang

ditimbulkan oleh kelemahan tersebut dan menentukan tindakan

perbaikan (rekomendasi) yang berkaitan dengan kelemahan

tersebut agar dicapai perbaikan pengelolaan di masa yang akan

datang. Berbeda dengan audit keuangan yang menekankan

auditnya pada data-data transaksi, proses pencatatan, dan

laporan akuntansi yang dibuat perusahaan. Secara lebih detail,

beberapa hal yang membedakannya diuraikan sebagai berikut:

1) Tujuan Audit

Audit keuangan dilakukan untuk mendapatkan

keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh

perusahaan (manajemen) telah disusun melalui proses

akuntansi yang berlaku umum dan menyajikan dengan

sebenarnya kondisi keuangan perusahaan pada tanggal

pelaporan dan kinerja manajemen pada periode tersebut,


15

sedangkan audit manajemen ditunjukkan untuk mencapai

perbaikan atas berbagai program/aktivitas dalam

pengelolaan perusahaan yang masih memerlukan

perbaikan.

2) Ruang Lingkup Audit

Audit keuangan menekankan auditnya pada data-

data akuntansi perusahaan dan proses penyajian laporan

yang disajikan manajemen, sedangkan audit manajemen

ruang lingkup audit meliputi keseluruhan fungsi

manajemen dan unit-unit terkait yang ada didalamnya.

3) Dasar Yuridis
Secara hukum semua perusahaan harus menyajikan

laporan-laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor

independen pada pihak-pihak yang berkepentingan dengan

laporan-laporan tersebut, sedangkan audit manajemen

bukanlah suatu keharusan bagi suatu perusahaan.

4) Pelaksana Audit

Audit keuangan dilaksanakan dalam rangka

mendapatkan pengesahan (opini) secara independen dari

pihak auditor atas kewajaran laporan keuangan yang

disajikan manajemen perusahaan tersebut, sedangkan audit

manajemen dilaksanakan dalam rangka untuk menemukan

berbagai kekurangan/kelemahan pengelolaan perusahaan


16

yang dilakukan manajemen, sehingga dapat ditentukan

langkah-langkah perbaikan terhadap kekurangan tersebut.

5) Frekuensi Audit

Audit keuangan dilakukan paling sedikit satu kali

dalam setahun. Berbeda halnya dengan audit manajemen,

tidak ada ketentuan mengikat yang mengharuskan untuk

melakukan audit pada setiap periode tertentu.

6) Orientasi Hasil Audit

Audit keuangan dilakukan terhadap data-data

keuangan perusahaan yang bersifat historis, sedangkan

audit manajemen lebih menekankan auditnya untuk

kepentingan-kepentingan perbaikan yang akan dilakukan

dimasa mendatang.

7) Bentuk Laporan Audit

Audit laporan keuangan telah memiliki standar

bentuk laporan audit yang bersifat baku bagi seluruh

akuntan independen yang melakukan audit keuangan,

sedangkan laporan hasil audit manajemen, biasanya

disajikan dalam bentuk laporan yang bersifat komprehensif,

dimana didalam laporan tersebut disamping menyampaikan

kesimpulan hasil audit, juga disajikan temuan-temuan

penting hasil audit yang menjadi dasar dalam pembuatan

kesimpulan dan rekomendasi.


17

8) Pengguna Laporan

Laporan audit keuangan ditujukan kepada berbagai

kelompok pengguna yang berada diluar perusahaan

(eksternal), sedangkan laporan audit manajemen lebih

ditunjukkan kepada pihak internal perusahaan (Bayangkara,

2008:7-9).

g. Tahap-Tahap Audit

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit

manajemen. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi

lima, yaitu:

1) Audit Pendahuluan

Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi

latar belakang objek yang diaudit.

2) Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen

Pada tahapan ini auditor melakukan review dan pengujian

terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan

tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen

dalam mendukung pencapaian perusahaan.

3) Audit Terinci

Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang

cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang

telah ditentukan.
18

4) Pelaporan

Tahap ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit

termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai

pihak yang berkepentingan.

5) Tindak Lanjut

Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut

bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang

untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan) sesuai

dengan rekomendasi yang diberikan (Bayangkara, 2008: 9-

11).

h. Ekonomisasi, Efisiensi, dan Efektivitas

Ekonomisasi (kehematan), efisiensi (daya guna), dan

efektivitas (hasil guna) merupakan tiga hal penting yang tidak

dapat dipisahkan yang harus dicapai perusahaan dalam

meningkatkan kemampuan bersaingnya.

Adapun penjelasan ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas

adalah sebagai berikut:

1) Ekonomisasi

Berhubungan dengan bagaimana perusahaan dalam

mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam

setiap aktivitas. Ekonomisasi merupakan ukuran input yang

digunakan dalam berbagai program yang dikelola.


19

2) Efisiensi

Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan

melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi

penggunaan sumber daya yang dimiliki.

3) Efektivitas

Secara singkat pengertian efektivitas dapat dipahami

sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk

mencapai tujuannya (Bayangkara, 2008:11-14).

i. Ruang Lingkup Audit Manajemen

Adapun lingkup audit manajemen pada berbagai fungsi

dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

1) Audit Manajemen pada Fungsi Pemasaran

Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk

menilai bagaimana setiap program/aktivitas pemasaran

yang dilakukan mencapai tujuannya melalui pengelolaan

sumber daya ekonomis dan efisien.

Beberapa ruang lingkup audit manajemen

pemasaran meliputi, lingkungan pemasaran, strategi

pemasaran, organisasi pemasaran, produktivitas pemasaran,

dan fungsi pemasaran.

2) Audit Manejemen pada Fungsi Produksi dan Operasi

Audit manajemen pada fungsi produksi dan operasi

bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap ketaatan


20

perusahaan dalam menerapkan berbagai aturan dan

kebijakan yang telah ditetapkan dalam operasi perusahaan.

Ruang lingkup audit ini meliputi, perencanaan

produksi, pengendalian kualitas, produktivitas dan efisiensi,

metode dan standar kerja, pemeliharan peralatan, organisasi

manajemen produksi dan operasi, dan plant and layout.

3) Audit Manajemen pada Fungsi Sumber Daya Manusia

Audit manajemen pada fungsi sumber daya manusia

bertujuan untuk menilai apakah kebutuhan akan SDM suatu

perusahaan sudah terpenuhi dengan cara yang hemat,

efisien, dan efektif. Ruang lingkup audit ini mencakup

keseluruhan dari proses SDM yang meliputi: perencanaan

tenaga kerja, penerimaan rekrutmen karyawan, seleksi,

orientasi dan penempatan, pelatihan dan pengembangan,

penilaian kinerja, pengembangan karier, sistem imbalan dan

kompensasi, perlindungan karyawan, hubungan karyawan,

dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

4) Audit Manajemen pada Fungsi Sistem Informasi

Audit manajemen pada fungsi sistem informasi

menekankan pada penilaian terhadap keandalan sistem

informasi yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan

berbagai informasi yang diperlukan secara akurat dan tepat

waktu. Ruang lingkup audit ini meliputi dukungan satuan


21

pengolahan data, perencanaan pengolahan data, organisasi

pengolahan data, dan pengendalian pengolahan data

(Bayangkara, 2008:15-17).

3. Fungsi Produksi

Untuk menghasilkan barang dan jasa, semua organisasi

menjalankan tiga fungsi. Fungsi-fungsi ini merupakan hal yang

penting, bukan hanya untuk proses produksi, tetapi juga demi

kelangsungan hidup sebuah organisasi. Fungsi-fungsi ini adalah:

1) Pemasaran, yang menghasilkan permintaan, atau paling tidak

menerima pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak ada

aktivitas yang tidak ada penjualan).

2) Produksi/Operasi, yang menghasilkan produk.

3) Keuangan/Akuntansi, yang mengawasi sehat atau tidaknya

sebuah organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang

(Heizer dan Render, 2006:5).

Aktivitas produksi sebagai suatu bagian dari fungsi

organisasi perusahaan bertanggung jawab terhadap pengolahan

bahan baku menjadi produksi jadi yang dapat dijual. Untuk

melaksanakan fungsi produksi tersebut, diperlukan rangkaian

kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi. Ada tiga

fungsi utama dari kegiatan-kegiatan produksi yang dapat kita

identifikasi, yaitu:
22

a) Proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam

mengolah bahan baku produk

b) Perencanaan produksi, yaitu merupakan tindakan antisipasi

dimasa mendatang sesuai dengan periode waktu yang

direncanakan

c) Pengendalian produksi, yaitu tindakan yang menjamin bahwa

semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perecanaan telah

dilakukan sesuai dengan target yang ditetapkan (Arman dan

Yudha, 2008:1).

a. Pengertian Produksi, Tujuan, dan Sistem Produksi

“Produksi adalah penciptaan barang-barang dan jasa-jasa”.

(Sukanto Reksohadiprodjo, 2003:3). Produksi merupakan

fungsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk

melakukan aktivitas pengubahan dan pengolahan sumber daya

produksi menjadi keluaran, barang atau jasa, sesuai dengan

yang direncanakan sebelumnya (Murdifin dan Mahafud,

2007:3). “Produksi (Production) adalah proses penciptaan

barang dan jasa” (Heizer dan Render, 2006:5).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa produksi

merupakan suatu bagian yang terdapat dalam suatu perusahaan

yang kegiatannya adalah menggunakan dan mengelola sumber-

sumber daya yang ada menjadi barang atau jasa yang bernilai

tinggi sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau konsumen yang


23

pada akhirnya memberikan pendapatan dan keuntungan kepada

perusahaan bersangkutan.

b. Tujuan Produksi

Adapun tujuan produksi adalah produktivitas, sedangkan

tujuan manajemen produksi adalah pencapaian produktivitas

secara efisien dan efektif (Sukanto Reksohadiprodjo, 2003:3).

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik,

maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk

suatu sistem produksi. Sistem produksi merupakan kumpulan

dari sub sistem-sub sistem yang saling berinteraksi dengan

tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi

(Arman dan Yudha, 2008:1-2).

c. Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output

Proses produksi merupakan cara, metode, dan teknik untuk

menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan

mengoptimalkan sumber daya produksi (tenaga kerja, mesin,

bahan baku, dan dana) yang ada. Sistem produksi menurut

proses menghasilkan output secara ekstrim dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu, proses produksi kontinyu, dan proses

produksi terputus.

Perbedaan pokok antara kedua proses ini adalah pada

lamanya waktu set up peralatan produksi. Proses kontinyu tidak

memerlukan proses set up yang lama karena proses ini


24

memproduksi secara terus menerus (Arman dan Yudha, 2008,

2-3).

d. Sistem Operasi Menurut Aliran Operasi dan Variasi

Produk

Kriteria terpenting dalam mengklasifikasikan proses

produksi adalah jenis aliran operasi dari unit-unit produk yang

melalui tahapan-tahapan konversi.

Ada tiga jenis dasar aliran operasi, yaitu batch, shop, job

shop, dan proyek (Kostas dalam Arman dan Yudha, 1982:11).

Adapun karakteristik aliran operasi tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Flow Shop, yaitu proses konversi dimana unit-unit

output secara berturut-turut melalui urutan operasi yang

sama pada mesin-mesin khusus, biasanya ditempatkan

disepanjang suatu lintasan produksi.

2) Continuous, proses ini merupakan bentuk ekstrim dari

flow shop dimana terjadi aliran material yang konstan.

3) Job shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi

dimana unit-unit untuk pesanan yang berbeda akan

mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui

pusat-pusat kerja yang dikelompokkan berdasarkan

fungsinya.
25

4) Batch, yaitu merupakan suatu bentuk langkah kedepan

dibandingkan job shop dalam hal standarisasi produk,

tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti produk yang

dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop.

5) Proyek, yaitu merupakan proses penciptaan suatu jenis

produk yang agak rumit dengan suatu pendefinisian

urutan tugas-tugas yang terakhir akan kebutuhan

sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya

(Arman dan Yudha, 2008:11-13).

e. Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Production Planning and Control (PPC) dapat

didefinisikan sebagai proses untuk merencanakan dan

mengendalikan aliran material yang masuk, mengalir dan

keluar dari sistem produksi/operasi sehingga permintaan pasar

dapat terpenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan

yang tepat, dan biaya produksi minimum.

Dari definisi di atas, maka pekerjaan yang terkandung dalam

PPC secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua hal yang

saling berkaitan, yaitu: perencanaan dan pengendalian

produksi.

Perencanaan produksi harus mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut:

1) Berjangka waktu.
26

2) Berjenjang.

3) Terpadu.

4) Berkelanjutan.

5) Terukur.

6) Realistis.

7) Akurat.

8) Menantang.

Sesuai dengan fungsinya, pengendalian produksi melakukan

aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

1) Mengukur realisasi dan rencana produksi.

2) Membandingkan realisasi dengan rencana produksi.

3) Mengamati penyimpangan yang terjadi.

4) Menganalisa sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

5) Melakukan tindakan perbaikan (Arman dan Yudha,

2008:15-25).

f. Fungsi Perencanaan/Pengendalian Produksi dalam

Aktivitas Produksi

Pada dasarnya fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh

aktivitas perencanaan dan pengendalian produksi adalah

sebagai berikut:

1) Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam

jumlah produk sebagai fungsi dari waktu.


27

2) Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku

serta komponen secara ekonomis dan terpadu.

3) Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan

produksi, teknik pemenuhan pesanan, serta memonitor

tingkat persediaan produk jadi setiap saat yang

ditentukan.

4) Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan

mesin dan tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan

ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan pada

suatu periode (Hendra Kusuma, 2004:2).

g. Berbagai Bentuk Masalah Perencanaan dan Pengendalian

Produksi

Masalah yang dihadapi bagian perencanaan dan

pengendalian produksi tergantung pada jenis industri dan

perusahaannya. Macam data yang tersedia, data yang

dibutuhkan, karakteristik pengolahan/operasi manufaktur,

pelayanan yang diminta oleh konsumen, serta karakteristik

produk sangat bervariasi dari satu ke lain perusahaan.

Faktor-faktor tersebut menentukan posisi pengendalian

produksi dalam perusahaan. Pada sistem manufaktur yang

kontinyu, masalah produksi terletak pada: ketersediaan bahan

baku pada saat yang tepat dengan jenis dan jumlah yang tepat,

menghindarkan terjadinya bottle neck pada lintas produksi,


28

serta pemindahan dan distribusi produk jadi dari lintas produksi

ketitik penyimpanan atau penjualan. Dalam sistem job order

masalah lain muncul. Dalam proses semacam ini tidak ada

proses manufaktur yang direncanakan sebelumnya (Hendra

Kusuma, 2004:6-7)

h. Produksi Teh

Meskipun prosesnya relatif mudah, diperlukan

pengontrolan yang seksama pada setiap tahap untuk

memperoleh hasil dengan aroma dan rasa teh yang tepat.

Produksi teh meliputi beberapa tahap yaitu:

1) Pemetikan Pucuk Teh

Proses awal produksi teh dimulai dari pemetikan pucuk teh

basah yang selanjutnya diolah berdasarkan ketentuan yang

dimilki masing-masing perusahaan.

2) Pelayuan Tujuan pelayuan adalah untuk mengurangi kadar

air daun teh hingga tujuh puluh persen (persentase ini

bervariasi dari satu wilayah dengan yang lain).

3) Penggilingan Daun teh ditempatkan pada mesin penggiling,

yang berputar secara horisontal terhadap meja

penggilingan. Proses ini membentuk daun teh menyerupai

pilinan kawat.
29

4) Oksidasi (Fermentasi)

Ketika proses penggilingan telah sempurna, daun teh

ditempatkan dalam bak-bak atau diletakkan diatas meja,

sehingga enzim-enzim yang ada di dalam daun teh

bersentuhan dengan udara dan mulai teroksidasi. Hal inilah

yang menghasilkan bau, warna, dan mutu dari teh.

5) Pengeringan

Untuk menghentikan proses oksidasi, daun teh dilewatkan

melalui pengering udara panas. Proses ini mengurangi total

kadar air hingga kira-kira tiga persen dan menghentikan

enzim. Oksidasi dihentikan pada proses ini, dan sekarang

daun teh yang sudah kering siap untuk disortir berdasarkan

penggolongan kelasnya sebelum pengemasan.

6) Pengemasan

Daun teh pada umumnya dikemas dalam kotak kayu atau

paper sack yang besar dan siap untuk diekspor. Untuk

selanjutnya dapat dikemas dalam kemasan lebih kecil, teh

celup, dan lain-lain.

i. Proses Produksi Teh Hitam di PTP. Nusantara VI Kayu

Aro

Produksi teh hitam diproses melalui beberapa tahapan

sebagai berikut:

1) Pemetikan Pucuk Teh.


30

2) Pelayuan.

3) Penggulungan.

4) Fermentasi.

5) Pengeringan.

6) Sortasi.

7) Pengepakan.

Teh hitam yang diproduksi di PTP. Nusantara VI mempunyai

beberapa kelas atau grade yang terdiri dari grade 1, grade 2, dan

grade 3. Kualitas teh paling bagus berada di grade 1 diikuti grade

2 dan grade 3. Adapun jenis-jenis teh hitam di masing-masing

grade adalah sebagai berikut:

1) Grade 1 terdiri dari, Broken Orange Pecco (BOP), Broken

Orange Pecco Fannings (BOPF), Pekoe Fannings (PF),

Dust I (D1), Broken Pekoe (BP), dan Broken Tea (BT).

2) Grade 2 terdiri dari, Pekoe Fannings (PF II), Dust II (D II),

Broken Pekoe II (BPII), Broken Tea II (BT II), Dust III (D

III).

3) Grade 3 terdiri dari, Fanning II (FANN II), Fanning III

(FANN III), Fanning IV (FANN IV), Broken Mix (BM),

Dust IV (D IV). (http//www.ptpn6.com)


31

4. Audit Manajemen Fungsi Produksi dan Operasi

a. Definisi Audit Produksi dan Operasi

Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara

komprehensif keseluruhan fungsi produksi dan operasi untuk

menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan

(ekonomis, efektif, dan efisien). Audit ini dilakukan tidak hanya

terbatas pada unit produksi tetapi juga berlaku untuk

keseluruhan proses produksi dan operasi. Audit ini juga

berperan melengkapi fungsi pengendalian kualitas.

Beberapa alasan yang mendasari perlu dilakukannya audit ini,

antara lain:

1) Proses produksi dan operasi harus berjalan sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan.

2) Kekurangan atau kelemahan yang terjadi harus ditemukan

sehingga dapat diperbaiki.

3) Konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan.

4) Pendekatan proaktif harus menjadi dasar dalam peningkatan

proses.

5) Berjalannya tindakan korektif harus mendapat dorongan dan

dukungan dari berbagai pihak yang terkait (Bayangkara,

2008:177).
32

b. Prinsip-prinsip Umum

Beberapa prinsip umum yang memberikan panduan terhadap

pelaksanaan audit ini, dapat dijadikan pedoman oleh auditor

dalam menjalankan tugas profesionalnya. Prinsip-prinsip

tersebut antara lain:

1) Tujuan utama audit adalah untuk menentukan apakah proses

produksi dan operasi yang berjalan saat ini sudah sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk memastikan

bahwa produk yang dihasilkan konsisten dengan standar

kualitas yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi wilayah

(bagian) yang masih memerlukan perbaikan.

2) Auditor harus secara objektif dan sistematis mengumpulkan

dan menganalisis data yang cukup dan relevan sebagai dasar

penilaian terhadap ketaatan perusahaan dalam menerapkan

kriteria yang telah ditetapkan.

3) Auditor harus mengklarifikasi ketidaksesuaian yang terjadi

antara aktivitas produksi dan opersi dengan kebutuhan

kriteria (standar) yang telah ditetapkan dan membuat

rekomendasi untuk peningkatan (Bayangkara, 2008:177).


33

c. Tujuan Audit

Tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan audit ini

adalah untuk mengetahui:

1) Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan

kebutuhan pelanggan (pasar).

2) Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah

cermat menghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan

pelanggan dengan ketersediaan sumber daya serta fasilitas

yang dimiliki perusahaan.

3) Apakah strategi, rencana produksi dan operasi sudah secara

cermat mempertimbangkan kelemahan-kelemahan internal,

ancaman lingkungan eksternal serta peluang yang dimiliki

perusahaan.

4) Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan

efisien.

5) Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah

mendukung berjalannya proses secara ekonomis, efektif, dan

efsien.

6) Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas produksi dan

operasi telah berjalan sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan dalam mendukung yang dihasilkannya produk

yang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah

ditetapkan.
34

7) Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi

dan operasi telah melaksankan aktivitasnya sesuai dengan

ketentuan serta aturan yang telah ditetapkan perusahaan

(Bayangkara, 2008:178).

d. Manfaat Audit

Audit fungsi produksi dan operasi dapat membantu

manajemen dalam menilai bagaimana fungsi ini berjalan dalam

mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Secara rinci audit ini dapat memberikan mamfaat sebagai

berikut:

1) Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang

berkepentingan tentang ketaatan dan kemampuan fungsi

produksi dan operasi dalam menerapkan kebijakan serta

strategi yang telah ditetapkan.

2) Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan

proses produksi dan operasi yang telah dilakukan perusahaan

serta hambatan-hambatan yang dihadapi.

3) Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi

dalam mencapai tujuan produksi dan operasi serta tujuan

perusahaan secara keseluruhan.

4) Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan

operasi serta kebutuhan perbaikan dalam meningkatkan


35

kontribusi fungsi ini terhadap pencapaian tujuan perusahaan

(Bayangkara, 2008:178).

e. Tahap-tahap Audit

Tahap-tahap audit operasi dan produksi meliputi:

1) Audit pendahuluan. Audit pendahuluan diawali dengan

perkenalan antara auditor dengan organisasi audit.

Pertemuan ini juga bertujuan untuk mengonfirmasi scope

audit, mendiskusikan rencana audit dan penggalian

informasi umum tentang organisasi auditee, objek yang

akan diaudit, mengenal lebih lanjut kondisi perusahaan dan

prosedur yang diterapkan pada proses produksi atau operasi.

Pada tahap ini auditor melakukan overview terhadap

perusahaan secara umum, produk yang dihasilkan, proses

produksi dan operasi yang dijalankan, melakukan

peninjauan terhadap pabrik, layout pabrik, sistem komputer

yang digunakan dan berbagai sumber daya penunjang

keberhasilan fungsi ini didalam mencapai tujuannya.

Setelah melakukan tahapan audit ini, auditor dapat

memperkirakan kelemahan-kelemahan yang mungkin

terjadi dan dirumuskan ke dalam bentuk tujuan audit

sementara.

2) Review dan pengujian pengendalian manajemen. Pada

tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap


36

beberapa perubahan yang terjadi pada struktur perusahaan,

sistem manajemen kualitas, fasilitas yang digunakan dan

atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit

terakhir.

3) Audit lanjutan. Pada tahap ini auditor melakukan audit yang

lebih dalam dan pengembangan temuan terhadap fasilitas,

prosedur dan catatan-catatan yang berkaitan dengan

produksi dan operasi.

4) Pelaporan. Hasil dari keseluruhan tahapan audit sebelumnya

yang telah diringkaskan dalam kertas kerja audit (KKA),

merupakan dasar dalam membuat kesimpulan audit dan

rekomendasi yang akan diberikan auditor sebagai alternatif

solusi kekurangan-kekurangan yang masih ditemukan.

Laporan audit disajikan dengan format sebagai berikut:

a) Informasi Latar Belakang. Menyajikan gambaran

umum fungsi produksi dan operasi dari perusahaan

yang diaudit, tujuan serta pencapaiannya serta

ketersediaan sumber daya yang mendukung

keberhasilan implementasi strategi tersebut.

b) Kesimpulan audit dan ringkasan temuan audit.

Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang telah

dilakukan auditor dan ringkasan temuan audit

sebagai pendukung kesimpulan yang dibuat.


37

c) Rumusan rekomendasi. Menyajikan rekomendasi

yang diajukan auditor sebagai alternatif solusi atas

kekurangan-kekurangan yang masih terjadi.

d) Ruang lingkup audit. Ruang lingkup audit

menjelaskan tentang cakupan audit yang dilakukan,

sesuai dengan penugasan yang diterima dengan

pemberi tugas audit.

5) Tindak Lanjut

Rekomendasi yang disajikan auditor dalam laporannya

merupakan alternatif perbaikan yang ditawarkan untuk

meningkatkan berbagai kelemahan yang masih terjadi pada

perusahaan. Tindak lanjut yang dilakukan merupakan

bentuk komitmen manajemen untuk menjadikan

organisasinya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

f. Ruang Lingkup Audit

Ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi

keseluruhan dari program atau aktivitas yang dikelola pada

fungsi ini, yang merupakan bagian dari wewenang dan tanggung

jawab untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Secara

keseluruhan ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi:

1) Rencana produksi dan operasi, mengakomodasi rencana

fungsi bisnis lain, yang merupakan penjabaran dari

pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Kondisi


38

internal mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang terjadi

pada perusahaan, yang akan mempengaruhi strategi dalam

megelola peluang-peluang dan pencapaian tujuan

perusahaan.

2) Produktivitas dan peningkatan nilai tambah. Nilai tambah

meliputi seluruh usaha dalam meningkatkan manfaat yang

diperoleh baik oleh perusahaan maupun pelanggan.

3) Pengendalian produksi dan operasi. Pengendalian produksi

dan operasi menyangkut pengamatan atas hubungan antara

proses yang berjalan dengan standar (kriteria) operasi yang

ditetapkan (Bayangkara, 2006:178-196

B. Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyati Widasari (2009) yang

berjudul “Audit Manajemen atas Fungsi Produksi pada Perusahaan

Manggala Glove Kasihan Bantul” menunjukkan bahwa audit

manjemen pada fungsi produksi sebagian telah berjalan dengan

efektif seperti, komitmen untuk beroperasi secara efisien pada

semua tingkatan baik dari pihak perusahaan, pelanggan, maupun

karyawan, selain itu peran pengendali kualitas proses produksi

telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, semua orang yang

terlibat dalam proses produksi telah memiliki batasan dan aturan

kerja sesuai dengan apa yang mereka kerjakan untuk menjaga

kualitas produk. Namun, ada beberapa hal yang belum sesuai


39

dengan harapan yaitu, skedul mengenai target yang dibuat pada

setiap bulan belum bisa mencapai target produksi setiap harinya

dikarenakan beberapa kendala, bahan baku yang diterima

kadangkala tidak sesuai dengan kualitas produk, dan proses

produksi kadang-kadang terkendala di bagian mesin untuk

menjahit sarung tangan.

Persamaan penelitian Cahyati (2009) dengan penelitian

yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti audit manajemen

atas fungsi produksi untuk menilai efektivitas fungsi produksi

dalam sebuah perusahaan, sedangakan perbedaannya adalah

tempat penelitian dan waktu penelitian. Penelitian yang dilakukan

oleh Cahyati Widasari dilakukan pada tahun 2009 dan bertempat di

perusahaan Manggala Glove Kasihan Bantul, sedangkan peneliti

melakukan penelitian pada tahun 2012 yang bertempat di PTP.

Nusantara VI Kayu Aro Kerinci, Jambi. Selain itu, lingkup objek

penelitian yang peneliti lakukan lebih luas dan ukuran perusahaan

lebih besar dan lebih kompleks.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Niki Purwitasari (2010) yang

berjudul “Audit Operasional atas Fungsi Produksi pada PT.

Perkasa Primarindo” menunjukkan bahwa pengendalian fungsi

produksi dilakukan secara memadai. Selain itu, audit operasional

dalam perusahaan telah dilaksanakan dengan baik dengan tidak

ditemukannya berbagai kelemahan yang ada. Penyusunan anggaran


40

produksi telah dilaksanakan dengan baik sehingga target produksi

yang ingin dicapai dapat diketahui perusahaan. Pelaksanaan

produksi selalu dilaksanakan dengan kebijakan, struktur, dan

sistem yang berlaku. Selain itu, tugas dan wewenang telah

terstruktur dengan baik dan jelas. Efektivitas dan efisiensi telah

tercapai karena perusahaan mampu mencapai tujuannya dengan out

put atau produk akhir yang diproduksi telah sesuai dengan standar

awal yang telah ditentukan, efisiensi juga telah tercapai karena

penggunaan sumber daya telah disesuaikan dengan kebutuhan,

mesin yang digunakan telah beroperasi secara maksimal, dan

sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses produksi telah

bekerja maksimal sesuai dengan standar yang ditentukan.

Persamaan penelitian Niki (2010) dengan penelitian yang

peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti audit

manajemen/operasional atas fungsi produksi untuk menilai

efektivitas fungsi produksi dalam sebuah perusahaan, sedangakan

perbedaannya adalah tempat penelitian dan waktu penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Niki Purwitasari dilakukan pada

tahun 2010 dan bertempat di PT. Perkasa Primarindo, sedangkan

peneliti melakukan penelitian pada tahun 2012 yang bertempat di

PTP. Nusantara VI Kayu Aro Kerinci, Jambi.


41

3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanang Kurniawan (2009)

yang berjudul “Audit Manajemen untuk Menilai Efektivitas dan

Efisiensi atas Fungsi Produksi pada Perusahaan Batik Plenthong

Yogyakarta” menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan proses

produksi di perusahaan batik plentong belum berjalan dengan

efektif dan efisien. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya

perencanaan produksi secara tertulis, kegiatan produksi hanya

dilakukan atas perintah dan komando dari atasan melalui

perundingan bersama sebelum kegiatan produksi dimulai. Selain

itu, pengendalian bahan baku juga tidak efektif dan efisien hal ini

ditunjukkan dengan kedatangan bahan baku yang terlambat dari

supplier dikarenakan supplier kehabisan bahan baku yang

mempengaruhi kegiatan produksi. Tidak adanya pengendalian

secara tertulis, belum adanya quality control, dan hasil akhir yang

diperoleh tidak sesuai target menunjukkan bahwa pelaksanaan

proses produksi di dalam perusahaan batik plentong belum

berjalan dengan efektif dan efisien. Namun, dalam hal

pengendalian barang jadi, pengendalian tenaga kerja, dan

pengendalian peralatan yang digunakan sudah berjalan dengan

efektif dan efisien.

Persamaan penelitian Nanang (2009) dengan penelitian

yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti audit manajemen

atas fungsi produksi untuk menilai efektivitas fungsi produksi


42

dalam sebuah perusahaan, sedangakan perbedaannya adalah

tempat penelitian dan waktu penelitian. Penelitian yang dilakukan

oleh Nanang Kurniawan dilakukan pada tahun 2009 dan bertempat

di perusahaan Batik Plenthong Yogyakarta, sedangkan peneliti

melakukan penelitian pada tahun 2012 yang bertempat di PTP.

Nusantara VI Kayu Aro Kerinci, Jambi. Selain itu, lingkup objek

penelitian yang peneliti lakukan lebih luas dan ukuran perusahaan

lebih besar dan lebih kompleks. Perbedaan lainnya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Nanang Kurniawan juga dilakukan

untuk menilai efisiensi yang dicapai perusahaan, sedangkan

penelitian yang peneliti lakukan hanya untuk menilai pencapaian

tingkat efektivitasnya saja.

C. Kerangka Berfikir

Fungsi produksi merupakan suatu kegiatan yang sangat vital dalam

sebuah perusahaan. Fungsi produksi juga merupakan nyawa utama

dalam rangka kelangsungan sebuah perusahaan yang berperan utama

menghasilkan pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan produksi

berupa produk akhir atau out put.

Fungsi produksi pada dasarnya memerlukan standar dan perhatian

khusus, yang harus dilakukan pihak manajemen supaya proses

produksi dapat berjalan dengan maksimal dan produk akhir yang

dihasilkan juga berkualitas tinggi, yang pada akhirnya memberikan

keuntungan dan pemasukan pendapatan yang tinggi bagi perusahaan.


43

Dalam usaha menciptakan fungsi produksi yang maksimal,

permasalahan dan hambatan yang dihadapi oleh suatu perusahaan

beraneka ragam, tak terbatas pada bagian fisik dari suatu institusi,

tetapi juga menyangkut pengelolaan atau manajemen dari sebuah

institusi atau perusahaan, yang merupakan komponen yang sangat

penting dalam tujuan perusahaan mencapai tujuannya.

Mengingat betapa pentingnya manajemen atau pengelolaan fungsi

produksi dalam sebuah institusi, maka peran pihak-pihak yang terlibat

dalam kegiatan produksi dituntut untuk berkerja dan menjalankan

standar yang telah ditetapkan secara maksimal. Selain itu, para

pengawas dalam hal ini auditor dan pengawas harus berperan aktif

dalam melakukan pengawasan dan pengendalian atas standar dan

ketetapan yang telah ditetapkan dengan senyatanya yang dilakukan di

lapangan oleh para karyawan dan pihak-pihak berkepentingan dan

terlibat dalam kegiatan produksi.


44

D. Paradigma Penelitian

Observasi Awal di PTP. Nusantara


VI Kayu Aro Kerinci, Jambi

Menemukan Masalah
di Fungsi Produksi

Audit Manajemen atas Fungsi Produksi pada


PTP. Nusantara VI Kayu Aro Kerinci, Jambi

Observasi Wawancara Dokumentasi

Menentukan Mendiskripsikan Menjelaskan


Criteria Cause Effect

Evaluasi

Rekomendasi

Gambar 1. Paradigma Penelitian


45

E. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan penjabaran dari rumusan

masalah, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebaga berikut:

1) Bagaimanakah jadwal induk produksi pada fungsi produksi di

PTP. Nusantara VI Kayu Aro?

2) Bagaimanakah aktivitas perolehan bahan baku pada fungsi

produksi di PTP. Nusantara VI Kayu Aro?

3) Bagaimanakah tingkat produk cacat pada fungsi produksi di

PTP. Nusantara VI Kayu Aro?

4) Bagaimanakah aktivitas perawatan peralatan dan fasilitas

produksi pada fungsi produksi di PTP. Nusantara VI Kayu

Aro?

5) Bagaimanakah aktivitas pengembangan angkatan kerja pada

fungsi produksi di PTP. Nusantara VI Kayu Aro?

6) Bagaimanakah aktivitas pengendalian kualitas pada fungsi

produksi di PTP. Nusantara VI Kayu Aro?

7) Bagaimanakah aktivitas pengepakan dan penyimpanan barang

jadi pada fungsi produksi di PTP. Nusantara VI Kayu Aro?

8) Bagaimanakah pencapaian efektivitas aktivitas fungsi produksi

di PTP. Nusantara VI Kayu Aro?

9) Saran dan rekomendasi apakah yang dapat diberikan atas

berbagai kelemahan yang ditemukan?

Anda mungkin juga menyukai