Anda di halaman 1dari 38

SEKILAS

BASIS ANALITIKA

Budi Setiyanto

BDS-Siskom-Kilas Analitika 1
PROBABILITAS: Soal Prob.1

Seorang mahasiswa memiliki kebiasaan harian sebagai berikut.


Peluang pergi meninggalkan rumah = 0,6. Jika meninggalkan rumah,
peluang ke kampus = 0,7. Jika ke kampus, peluang dalam rangka
kuliah = 0,8.
Suatu ketika, seseorang hendak menemui mahasiswa itu. Orang
tersebut sama sekali tidak mengetahui dimana posisi mahasiswa tadi.
Berapa peluang orang tersebut bertemu jika dia langsung datang ke:

1. Rumah
2. Kampus
3. Ruang kuliah

BDS-Siskom-Kilas Analitika 2
PROBABILITAS: Soal Prob.2

Sebuah koin mata uang memiliki dua sisi, satu sisi adalah GAMBAR
dan satu sisi adalah ANGKA, sehingga jika dilontarkan dapat muncul
GAMBAR, dapat pula muncul ANGKA.
Berapa kali muncul GAMBAR jika dilontarkan sebanyak:
1. Satu kali
2. Sepuluh kali
3. Seratus kali
4. …
5. Sejuta kali
6. …
7. Tak-berhingga kali

BDS-Siskom-Kilas Analitika 3
PROBABILITAS: Soal Prob.3

Sebuah bangun memiliki enam muka (misalnya dadu) yang diberi


tanda berturut-turut sebagai mata 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, sehingga jika
dilontarkan, dapat muncul mata 1, 2, 3, 4, 5, atau 6.
Berapa peluang munculnya masing-masing mata tersebut jika:
1. Bangun tersebut berbentuk kubus (dadu)
2. Bangun tersebut berbentuk piramida terpangkas, dengan mata
1 terletak di muka yang paling sempit, mata 6 di muka yang
paling luas.

BDS-Siskom-Kilas Analitika 4
PROBABILITAS: Soal Prob.4

a. Berdasar hasil beberapa kali b. Ada pdf yang sangat popular,


pengukuran tegangan listrik (v) disebut Gaussian, yakni …
disimpulkan bahwa tegangan
tersebut berubah-ubah secara
acak dengan fungsi rapat
peluang f(v) seperti gambar
berikut.
f(v)

v (volt)
-5 0 +5
Dari kurva tersebut, berapakah:
1) Nilai A
2) Peluang bahwa tegangannya
bernilai antara -2 hingga +3
volt
BDS-Siskom-Kilas Analitika 5
FUNGSI PROBABILITAS

h
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 150 170 180

fungsi distribusi probabilitas fungsi rapat probabilitas


(Probability Distribution Function, (probability density function,
PDF) pdf)

BDS-Siskom-Kilas Analitika 6
Distribusi Gaussian

1 1 −[ x /
p( x) = e −[( x − µ ) / σ 2 )]2 normal pn ( x ) = e 2 )]2
σ 2π µ = 0, σ = 1 2π

z ∞
pn(x)
N ( z) = ∫ p ( x)dx
−∞
n Q( z ) = ∫ pn ( x)dx
z

x
z

Complementary error function erfc( z ) = 2Q( z 2 )

BDS-Siskom-Kilas Analitika 7
Energy Signal dan Power Signal
• Energy signal: isyarat yang tenaganya terbatas
• Power signal: isyarat yang dayanya terbatas

BDS-Siskom-Kilas Analitika 8
KORELASI: Soal Kor.1

Isyarat x(t) bernilai +0,5 untuk 0 < t < 2. Isyarat y(t) bernilai +2 untuk 0
< t < 1 dan bernilai -2 untuk 1 < t < 2. Untuk t lainnya, kedua isyarat
bernilai 0. Didefinisikan rxx(t + τ) = x(t)x(t + τ) dan rxy(t + τ) = x(t)y(t + τ).
Jika rxx(t + τ) diintegralkan terhadap t dari t = -∞ hingga t = +∞
diperolah Rxx(τ), dan jika rxy(t + τ) diintegralkan terhadap t dari t = -∞
hingga t = +∞ diperoleh Rxy(τ).
a. Dengan absis adalah t, gambarkan rxx(t) dan rxy(t).
b. Hitunglah Rxx(0) dan Rxy(0).
c. Dengan absis adalah τ dari τ = -∞ hingga τ = +∞ , gambarkan
Rxx(τ) dan Rxy(τ)

Rxx(τ): fungsi korelasi-diri (auto-correlation function, ACF) isyarat x(t)


Rxy(τ): fungsi korelasi-silang (cross-correlation function, CCF) antara
x(t) dengan y(t)

BDS-Siskom-Kilas Analitika 9
KORELASI-DIRI

• Jika x(t) adalah energy-signal : R (τ ) = ∫ x(t ) x(t + τ ) dt


−∞

x(t)

x(t + τ) X

1
• Jika x(t) adalah power-signal : R (τ ) = lim ∫ x(t ) x(t + τ ) dt
T
T →∞ T

T
x(t)
X
x(t + τ)

τ BDS-Siskom-Kilas Analitika 10
KORELASI-DIRI
1
• Jika x(t) periodis : R (τ ) = ∫ x(t ) x(t + τ ) dt
T 0
T0

x(t)

X
T0 x(t + τ)

BDS-Siskom-Kilas Analitika 11
KORELASI-SILANG

• Jika x(t) adalah energy-signal : R (τ ) = ∫ x(t ) y (t + τ ) dt
xy
−∞
x(t)

y(t)
X
y(t + τ)

τ
1
• Jika x(t) adalah power-signal : R (τ ) = lim ∫ x(t ) y (t + τ ) dt
xy
TT →∞ T

BDS-Siskom-Kilas Analitika 12
KORELASI-SILANG
1
• Jika periodis : R (τ ) = ∫ x(t ) y (t + τ ) dt
xy
T 0
T0

x(t)

T0

τ y(t + τ) X

BDS-Siskom-Kilas Analitika 13
ORTOGONALITAS: Soal Ort.1

1.Diberikan xm(t) = Am cos (2πmf0t) dan yn(t) = Bn sin (2πnf0t), dengan m


dan n berupa bilangan bulat, serta f0 = 1/T0. Isyarat z(t) diintegralkan
selebar durasi T0. Dengan i ≠ j, berapakah hasil integrasi itu jika z(t)
adalah:
a. Perkalian xi(t) dengan xj(t) d. Perkalian xi(t) dengan xi(t)
b. Perkalian xi(t) dengan yi(t) e. Perkalian yi(t) dengan yi(t)
c. Perkalian yi(t) dengan yj(t) f. Perkalian xi(t) dengan yj(t)
2.Kuadratkan xm(t). Hasil penguadratan itu diintegralkan selebar durasi
T0. Agar hasil pengintegralan bernilai satu, berapa amplitude Am.
Lakukan hal yang sama pada yn(t) untuk Bn.
3.Diberikan x(t) = A|t|. Hendak dilakukan integral atas x2(t) pada |t| < 1.
Agar hasil integrasi adalah satu, berapa nilai A.

BDS-Siskom-Kilas Analitika 14
ORTOGONALITAS
Dalam durasi T, isyarat u1(t) dan u2(t)
disebut saling ortogonal apabila ∫ u (t )u (t )dt = 0
T
1 2

Dalam durasi T, isyarat u(t) disebut normal


∫ (t )dt = 1
2
u
apabila tenaga (energi) yang dimiliki = 1
T

• Apabila u1(t) dan u2(t) masing-masing normal, dan keduanya


saling ortogonal, maka keduanya disebut saling ortonormal
• Perhatikan bahwa pengertian ortogonal dan normal terkait dengan
rentang waktu (T). Isyarat yang dalam rentang waktu T bersifat
normal atau saling ortogonal, dalam rentang waktu lainnya dapat
saja tidak bersifat demikian.
• Dalam durasi T0 = 1/f0, isyarat berikut saling ortogonal (m, n bulat)
1. Am cos (2πmf0t) dengan An cos (2πnf0t); m ≠ n
2. Bm sin (2πmf0t) dengan Bn sin (2πnf0t) ; m ≠ n
3. Am cos (2πmf0t) dengan Bn sin (2πnf0t); m sama/beda dengan n
• Pada deret Fourier, suku satu dengan lainnya saling ortogonal

BDS-Siskom-Kilas Analitika 15
RUANG ISYARAT (SIGNAL SPACE)
• 1D: Andaikan untuk durasi T s1(t) s2(t)
telah diperoleh isyarat normal
u(t), dan terdapat isyarat u(t)
s1(t) = A1 u(t) A1 0 A2
s2(t) = A2 u(t)
u2(t)
• 2D: Andaikan untuk durasi T
telah diperoleh isyarat
ortonormal u1(t) dan u2(t), dan A12 s1(t)
terdapat isyarat
s1(t) = A11 u1(t) + A12 u2(t) A21 u1(t)
A11 A31
s2(t) = A21 u1(t) + A22 u2(t)
s3(t) = A31 u1(t) + A32 u2(t) s2(t) A22

A32 s3(t)
• Secara umum untuk dimensi N

BDS-Siskom-Kilas Analitika 16
RUANG ISYARAT (SIGNAL SPACE)
s1(t) s2(t)
• Jarak antara s1(t) dengan s2(t) d
adalah d = |A2 - A1| u(t)
A1 0 A2
• Tenaga isyarat s1(t) adalah

∫1
s 2
(t ) dt = (
∫ 11
A u (t )
2
) dt = A1 ∫ 1
2
u 2
(t ) dt = A1
2

T T T

u2(t)

• Jarak antara s2(t) dengan s3(t) A21 u1(t)


A31
adalah d23 = …
• Tenaga isyarat s2(t) = A212 + A222 s2(t) A22
d23

A32 s3(t)
• Bagaimana untuk dimensi N …

BDS-Siskom-Kilas Analitika 17
RUANG ISYARAT (SIGNAL SPACE)
Dalam durasi T, ui(t), i = 1, 2, 3, … N, saling ortonormal. Berapa Bi?

A1 X X ∫ (.)dt B1 = …
T
u1(t) u1(t)

A2 X +
s(t)
X ∫ (.)dt B2 = …
T
u2(t) u2(t)

AN X X ∫ (.)dt
BN = …
T
uN(t) uN(t)
BDS-Siskom-Kilas Analitika 18
PERIODISITAS: Soal Per.1

1. Isyarat x(t) = A cos (2πft) + B sin (2πft) dapat dinyatakan pula


sebagai x(t) = C cos (2πft + θ)
Nyatakan C dan θ sebagai fungsi A dan B.

2. Diberikan xk(t) = Ak cos (2πkf0t + θk) dengan k bilangan bulat.


Secara cukup cermat (disarankan memakai Matlab, sertakan listing
programnya), gambarkan bentuk isyarat
x(t) = x0(t) + x1(t) + x2(t) + … + xK(t)
untuk kasus-kasus berikut.
a. Ak = 1 dan θk = 0 untuk semua b. K = 4, f0 terserah anda, dan
k, f0 terserah anda untuk semua k berlaku
1) K = 4 1) θk = 0 dan Ak = k + 1
2) K = 12 2) Ak = 1 dan θk = 2πk/K

BDS-Siskom-Kilas Analitika 19
SPEKTRUM: Soal Spe.1

Diberikan jumlahan atas Ak cos (2πkf0t + θk), yakni


x(t) = -2 + cos (2πf0t) + 4 cos (6πf0t + π /2) + 3 cos (8πf0t + π /3)
Jadi, masing-masing suku memiliki frekuensi f = kf0, amplitude Ak, dan
fase θk.
Dengan absis f yang tidak negatif, buatlah diagram yang ordinatnya
adalah:
1. Amplitude Ak  gambar ini disebut diagram magnitude satu-sisi
2. Fase θk  gambar ini disebut diagram fase satu-sisi

Disebut satu-sisi karena sumbu f dipilih untuk sisi tak-negatif saja.

BDS-Siskom-Kilas Analitika 20
SPEKTRUM: Soal Spe.2

Dari diagram soal 7 dapat disusun nilai-nilai baru untuk f atau k negatif
dengan cara berikut.
• A0 baru = A0 soal 7; Ak baru = A-k baru = 0,5 Ak soal Spe.1
• θk baru = -θ-k baru = θk soal Spe.1
Dengan nilai-nilai baru tersebut, gambarkan diagram magnitude dan
diagram fase dua-sisi, yakni sumbu f bernilai dari negatif hingga positif

BDS-Siskom-Kilas Analitika 21
Isyarat Periodis = Gabungan Isyarat Sinusoidal
• Dapat disimpulkan bahwa isyarat periodis dengan periode T0
merupakan gabungan isyarat-isyarat sinusoidal yang masing-
masing frekuensinya adalah kelipatan bulat atas f0 = 1/T0, yakni fk =
kf0.
– Komponen k = 0, yakni A0, merupakan nilai rerata atau nilai DC
(direct current)
– Komponen ke k disebut komponen harmonis ke k
– Komponen k = 1 disebut juga komponen fundamental
• Namun, secara hipotetis dimungkinkan, meskipun periodis, tak
dapat diurai menjadi komponen-komponen sinusoidal
• Daya yang terkandung pada isyarat periodis hanya berada di
frekuensi-frekuensi kf0 itu.

BDS-Siskom-Kilas Analitika 22
DERET FOURIER Isyarat Periodis

T0

Dapat dinyatakan sebagai


1) x(t) = A0 + A1 cos (2π f0 t + θ1) + A2 cos (2π 2f0 t + θ2)
+ A3 cos (2π 3f0 t + θ3) + …
2) x(t) = A0 + A1/2 ej(2πf0t + θ1) + A1/2 e-j(2πf0t + θ)
+ A2/2 ej(2π2f0t + θ2) + A2/2 e-j(2π2f0t - θ2) + …
3) x(t) = A0 + B1 cos (2πf0t) + C1 sin (2πf0t) + B2 cos (2π 2f0 t)
+ C2 sin (2π 2f0 t) + …

Daya pada isyarat itu adalah: P = A02 + A12/2 + A22/2 + …

BDS-Siskom-Kilas Analitika 23
DERET FOURIER Isyarat Periodis
x(t) = A0 + A1 cos (2π f0 t + θ1) + A2 cos (2π 2f0 t + θ2)
+ A3 cos (2π 3f0 t + θ3) + …

A1
A0
A4
A2

A3
f
0 f0 2f0 3f0 4f0

θ2

x f
θ1

θ4

BDS-Siskom-Kilas Analitika 24
DERET FOURIER Isyarat Periodis

x(t) = A0 + A1/2 ej(2πf0t + θ1) + A1/2 e-j(2πf0t + θ1)


+ A2/2 ej(2π2f0t + θ2) + A2/2 e-j(2π2f0t - θ2) + …

A0
A1/2
A2/2 A4/2

A3/2
f
θ4
θ2
θ1
x x f

θ1
θ2
θ4

BDS-Siskom-Kilas Analitika 25
Isyarat Tak-Periodis
• Dalam komunikasi, isyarat periodis lazimnya hanya dipakai untuk
membawa isyarat informasi yang tak-periodis.
• Isyarat tak-periodis tentu saja bukan merupakan gabungan isyarat-
isyarat sinusoidal.
• Kenyataannya, sebaran daya pada isyarat tak-periodis tersebut juga
terkait frekuensi, misalnya
– Bass  porsi besar daya ada di rentang frekuensi ‘rendah’
– Treble  porsi besar daya ada di rentang frekuensi ‘tinggi’
– Percakapan  porsi besar daya pada 300 – 3400 Hz
– Tx 900 MHz  porsi besar daya pada sekitar 900 MHz
– Derau putih  daya tersebar sama rata di ‘seluruh’
frekuensi

BDS-Siskom-Kilas Analitika 26
ALIHRAGAM FOURIER Isyarat Tak-Periodis

Energy Signal Power Signal

|X(f)| |XT(f)|

θ(f) θ(f)

BDS-Siskom-Kilas Analitika 27
ALIHRAGAM FOURIER Isyarat Periodis  ?

A1
A0 A2
DF (FS)
A3

f
0

A1
A0 A2
TF (FT) A3

f
0

BDS-Siskom-Kilas Analitika 28
DAYA TERNORMALISASI
• Jika x(t) adalah arus (tegangan) yang mengalir (menimpa) resistor
R, maka daya pada resistor itu adalah p(t) = x2(t)/R.
• Jika diambil R = 1  p(t) = x2(t)  disebut daya ternormalisasi
(normalized power)
• Jika daya p(t) diintegralkan (terhadap waktu t) selama durasi T,
tentu saja diperoleh tenaga (energi) selama T itu, yakni e(T).
• Jika tenaga tersebut dirata-ratakan selama T, tentu saja diperoleh
daya rata-rata, yakni P = e(T)/T
• Untuk x(t) = A (konstanta atau DC), tentu saja P = p(t) = A2
• Untuk x(t) = A cos (2πft + θ) dan dipilih T = 1/f, tentu saja P = A2/2
• Jika x(t) = x1(t) + x2(t) + x3(t) + … dengan x1(t), x2(t), x3(t), … saling
ortogonal, maka P = P1 + P2 + P3 + …

BDS-Siskom-Kilas Analitika 29
DAYA: Contoh

Sepuluh kali pengukuran tegangan di suatu titik memberikan hasil


(dalam satuan volt): 5, 4, 6, 5, 5, 4, 6, 5, 6, dan 3, sehingga daya
ternormalisasinya (p = v2) berturut-turut adalah (dalam watt): 25, 16,
36, 25, 25, 16, 36, 25, 36, dan 9. Dengan demikian:
• Rerata tegangan = (5 + 4 + 6 + 5 + 5 + 4 + 6 + 5 + 6 + 3)/10
= [1(3) + 2(4) + 4(5) + 3(6)]/10
= 0,1 (3) + 0,2 (4) + 0,4 (5) + 0,3 (6) = 4,9
• Rerata daya = …
= 0,1 (32) + 0,2 (42) + 0,4 (52) + 0,3 (62) = 24,9

Berarti
• Rerata v = v1 prob(v1) + v2 prob(v2) + …
• Rerata p = v12 prob(v1) + v22 prob(v2) + …
Jika v terdistribusi kontinu, tentu saja penjumlahan menjadi integral.

BDS-Siskom-Kilas Analitika 30
DAYA TERNORMALISASI
• Jika x(t): tegangan (arus) pada R = 1Ω
p(t) = x2(t)  daya ternormalisasi (normalized power)
x(t) x2(t)
t t

• Daya rata-rata selama interval T adalah


1
P =
T ∫
T
x 2 (t ) dt
t
T
• Daya rata-rata sebenarnya:
1 2 (t )dt
P = lim ∫T x
T →∞ T

BDS-Siskom-Kilas Analitika 31
DAYA TERNORMALISASI
• Jika x(t) periodis dengan periode T0, maka daya rata-rata
1
P= ∫ (t )dt
2
x
kT0 t
kT0
T0

• Untuk x(t) = A sin (2πf0t + θ) A


telah diketahui bahwa daya
rata-rata itu
T0 =
P = A2/2
1/f0

• Jika x1, x2, … saling ortogonal dan


x(t) = x1(t) + x2(t) + …
maka daya rata-ratanya adalah gabungannya juga
P = A12/2 + A22/2 + …
= P1 + P2 + … ?

BDS-Siskom-Kilas Analitika 32
DAYA TERNORMALISASI

• Jika memuat komponen DC: A


x(t) = B + A sin (2πf0t + θ)
maka B
P = B2 + A2/2 = PDC + PAC

BDS-Siskom-Kilas Analitika 33
RAPAT SPEKTRAL DAYA
• Jika x(t) adalah power signal, dan X(f) = F[x(t)], maka G(f) = |X(f)|2
disebut rapat spektral daya (power spectral density, psd), bersatuan
watt per hertz. Berarti, G(f) = dP(f)/df, dengan P(f) menyatakan daya
sebagai fungsi atas frekuensi.
• Daya yang termuat dalam rentang frekuensi tertentu
= integral kurva psd dalam rentang frekuensi itu
• Jika x(t) memiliki psd G(f), maka Ax(t) cos (2πf0t) memiliki psd
Gc(f) = (A/2)[G(f – f0) + G(f + f0)]
• Jika x(t) memiliki psd G(f), maka Ax(t) sin (2πf0t) memiliki psd
Gs(f) = (A/2)[G(f – f0) + G(f + f0)]  sama?
• Ditinjau sisi f tak-negatif saja. Andaikan pada sisi itu, suatu isyarat
memiliki psd G(f) yang bernilai tak-nol hanya dalam rentang fL < f <
fH. Isyarat tersebut dikatakan memiliki lebar-bidang (bandwidth, BW)
selebar
BW = fH - fL

BDS-Siskom-Kilas Analitika 34
RAPAT SPEKTRAL DAYA
• Sinusoidal: Agar transisi makin tajam (di ranah waktu)  f harus
makin tinggi
• Seberapa tinggi komponen frekuensi yang terkandung di suatu
isyarat = seberapa cepat variasi yang ada di isyarat itu
• Jika pada suatu isyarat ada transisi mendadak  ada porsi daya
isyarat itu di komponen frekuensi tak-berhingga
• Makin mendadak transisi itu  makin besar porsi daya di frekuensi
tak berhingga itu.
• Jika pada suatu isyarat terdapat rentang waktu isyarat tersebut
bernilai konstan  ada porsi daya di frekuensi nol dan sekitarnya.

BDS-Siskom-Kilas Analitika 35
RAPAT SPEKTRAL DAYA
• Andaikan isyarat yang terpancar memiliki daya P watt dan
menempati lebar bidang (bandwidth, BW) selebar B hertz. Berarti,
daya P tersebut terdistribusi dalam BW selebar B.
– Jika terdistribusi merata  psd = P/B watt/hertz
– Lazimnya, terdistribusi tidak merata.
– Kebanyakan, psd besar di sekitar frekuensi pusatnya, dan makin kecil
jika makin jauh dari frekuensi pusat.
• Misal pada telepon selular, per kanal
– GSM  BW = 200 kHz; P < 2 W ?
– CDMA2000  BW = 1,25 MHz; P: ratusan mW ?
– WCDMA (3G)  BW = 5 MHz; P …

G(f), W/Hz

f (Hz)
fc

BDS-Siskom-Kilas Analitika 36
RAPAT SPEKTRAL (Spectral Density)
• Untuk power signal: power spectral density (psd)  W/Hz
• Untuk energy signal: energy spectral density (esd)  J/Hz

|X(f)| |XT(f)| X(f)

G(f)= |X(f)|2 G(f)= |XT(f)|2/T

(A12/2)/T0
(A22/2)/T0
J/Hz W/Hz

A02/T0
BDS-Siskom-Kilas Analitika 37
Kaitan ACF dengan Rapat Spektral: G(f) = F[R(τ)]

R(τ)

G(f)

BDS-Siskom-Kilas Analitika 38

Anda mungkin juga menyukai