Sumber pencemar
Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan
hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air
limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun
dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan
pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi
yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur.
Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan masalah pokok. Hal
ini mengingat keadaan perairan-alami di banyak negara yang cenderung menurun, baik
kualitas maupun kuantitasnya. (Sanropie, 1984).
Sanropie, Dkk. 1984. Penyedian Air Bersih. [online]. http://ilhadsblog.blogspot.com/ [Diakses
2 April 2012]
Definisi
Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman
(disinfektan) di perusahan-perusahan air minum seperti PAM atau PDAM. Klorin (Cl2)
merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau lumayan menyengat. Bau ini bisa
dikenali seperti bau air kolam renang yang biasanya secara intensif diberi perlakuan klorinasi
dengan kaporit. Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl) (Achmad,
2004).
Klorin relatif tidak stabil di dalam air sehingga biasanya akan segera terbebas ke udara,
sedangkan kloramin jauh lebih stabil dibandingkan klorin sehingga beberapa perusahan
pengolah air minum tidak sedikit yang menggunakan bahan ini sebagai pengganti klorin. Baik
klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan. Keduanya akan bereaksi dengan air
membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sisitem enzim
ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin secara alamiah akan meningkat pada pH lebih
rendah dan temperatur lebih tinggi, karena pada kondisi demikian proporsi asam hipoklorus
yang terbentuk akan meningkat (Anonim, 2009).
Kelemahan klorinasi
Kelemahan klorinasi adalah adanya korelasi positif antara kaporit dengan senyawa
organohalogen yang merupakan hasil reaksi antara klor dengan senyawa organik berhalogen
(CHCl) yang terdapat dalam limbah. Salah satu senyawa organohalogen adalah trihalometan
(THM). Semakin tinggi konsentrasi kaporit, semakin tinggi pula probilitas terbentuknya THM.
(Sururi, dkk. 2008).
Sururi, R. M., Rachmawati, S.Dj., Sholichah, M.,. 2008. Perbandingan Efektifitas Klor dan Ozon
sebagai Desinfektan pada Sampel Air dari Unit Filtrasi Instalasi PDAM Kota Bandung. Prosiding
Seminar Nasional
Fungsi klorinasi
Tujuan utama klorinasi dalam air adalah untuk menghancurkan bakteri pathogen melalui daya
germisidal dari senyawa chlor terhadap bakteri. Klorinasi juga membawa fungsi sekunder yang
penting dalam air pada proses oksidasi besi, manganese, hidrogen sulfida, senyawa penghasil
rasa dan bau, ganggang dan organis melumpur lainnya.
Menurut (Chay Asdak, 2007, hal.500), karakteristik fisik air tanah yang
disarankan untuk dikaji dalam analisis pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai
keperluan terutama untuk penelitian-penelitian kualitas air meliputi :
1. pH air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat
tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji, terutama oksidasi sulfur dan nitrogen
pada proses pengasaman dan oksidasi 10 kalsium dan magnesium pada proses
pembasaan. Angka pH 7 adalah netral, angka pH lebih besar dari 7 menunjukkan air
bersifat basa sedangkan angka pH lebih kecil dari 7 menunjukkan air bersifat asam
Chay Asdak, 2007, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, cetakan keempat,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Metode yang di gunakan
Analisa dengan Metode DPD-FAS Metode pemeriksaan sisa klor dengan titrasi kolorimetris digunakan
larutan DPD (dietil parafenilen diamin) sebagai indikator yang kemudian dibubuhkan pada larutan yang
mengandung sisa klor aktif. Reaksi akan terjadi dengan perubahan warna larutan menjadi merah.
Sebagai pereaksi digunakan kalium iodida (KI) yang akan memisahkan klor bebas monokloramin, dan
dikloramin, tergantung dari konsentrasi ion iodida yang dibubuhkan. Reaksi ini membebaskan iodin
yang mengoksidasi indikator DPD dan memberi warna lebih merah pada larutan jika konsentrasi
pereaksi ditambah. Untuk mengetahui jumlah klor bebas dan klor terikat maka larutan dititrasikan
dengan larutan FAS (fero amonium sulfat) hingga warna merah hilang. pH larutan juga harus
disesuaikan yaitu 6,2 - 6,5 (Alaerts, 1987:114).
Penambahan kaporit harus sesuai dengan hasil yang didapat dari Break Point Chlorination (BPC)
karena bila kurang dari hasil yang didapatkan akan mengakibatkan mikroorganisme yang ada di dalam
air kolam renang tidak dapat tereduksi sempurna dan bila kelebihan penambahan kaporit bisa
menyebabkan rasa gatal pada kulit akibat reaksi dari kalsium hipoklorit yang berlebih (Tchobanoglous,
G, 1991) dan menyebabkan bau yang sangat menyengat dari phenol (Clesceri,L.S., et.al., 1998).
Clesceri, L.S., Greenberg, A.E., Eaton, A.D, 1998. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater. American Public Health Association. Washington DC
Kaporit merupakan desinfektan yang umum digunakan dalam segala bentuk baik bentuk kering /
kristal dan bentuk basah / larutan . Berdasarkan uji kaporit dalam laboratorium disebutkan bahwa
kaporit terdiri lebih dari 70% bentuk klorin Kaporit merupakan bahan yang mudah dicari, mudah
penggunaannya, terjangkau oleh masyarakat umum (Tchobanoglous, G, 1991).
Tchobanoglous, G., Burton, F.L. 1991. Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse. McGraw-
Hill. New York
DPD No.4 digunakan sebagai indikator kebersihan kolam. Sebagai bagian dari metode DPD, digunakan
untuk menentukan kandungan klorin total. Tablet dilarutkan dalam sampel air. Pengukuran kemudian
dilakukan segera. DPD No.4 juga bisa digunakan untuk penentuan ozon. UNICEF 2018