Anda di halaman 1dari 2

Mochammad Dwi Putra Sufandi

01111940000021
Review Jurnal Internasional “Variability of Room Acoustic Parameters with Thermo-Hygrometric Conditions”
1. Pendahuluan dan Latar Belakang
Variasi parameter akustik ruangan pada suatu auditorium dipengarahi oleh beberapa variabel seperti karakteristik
peralatan, keterampilan operator, posisi dan jumlah sumber/penerima, metode pengolahan data, metode
pengukuran, dan kondisi termo-higrometri. Variasi-variasi tersebut termasuk dalam ketidakpastian dalam
pengukuran parameter akustik dalam ruangan. Penentuan ketidakpastian dalam pengukuran akustik sangat
penting untuk dapat menentukan nilai terukur yang paling mendekati benar. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendapatkan pengaruh variasi suhu, kelembapan relatif dan kecepatan udara terhadap variabel parameter
akustik yaitu kekuatan(Gain), Kejelasan(C50 dan C80), definisi (D50)., waktu dengung(T30), Early Time Decay
(EDT), Inter Aural Cross-Correlation(IACC), Lateral Efficiency(LE), dan Lateral Fraction(LF).

2. Eksperimen dan Metode


Pengukuran dilakukan di laboratorium Universitas “Roberto Alessi” di Bologna, Italia selama lebih dari 25 jam
berturut-turut antara 13.30 tanggal 31 Juli dan 14.45 tanggal 1 Agustus, dengan pengambilan sampel 5 menit,
memperoleh 301 set pengukuran.
2.1 Pengukuran Parameter Akustik
Survei akustik dilakukan dengan memainkan gelombang suara (exponential sine sweep) dengan
frekuensi 40 Hz-20kHz dan outputnya diakuisisi oleh kartu suara FireWire Motu Traveler MK3 dan disimpan
sebagai bentuk gelombang dengan laju sampel 96 kHz dan 32 bit. Semua sinyal rekaman yang didapatkan
telah difilter dan selanjutnya parameter akustik dihitung dengan menggunakan software Adobe Audition dan
Aurora System. krofon B-Format digunakan untuk menghitung parameter monoaural (saluran W) dan
parameter spasial (LE dan LF), yang diperoleh setelah memproses respons impuls B-Format. Sebaliknya,
kepala dummy diperbolehkan untuk mengukur Respons Impuls Binaural (BIR), dari mana nilai IACF dan
IACC telah diperoleh.

2.2 Pengukuran parameter termo-hogrometri


Digunakan 2 sistem untuk pengukuran termo-higrometri, pertama sistem pengukuran suhu dan
kelembapan relatif secara berkala (5 menit) dengan menggunakan BABUC yang telah diprogram sedemikian
rupa. Kedua, sistem untuk pengukuran kecepatan udara terdiri anemometer kawat panas dan didapatkan nilai
rata-rata dalam waaktu 1 menit terdeteksi.

3. Analisa Data dan Perhitungan


Didapatkan grafik suhu, kelembapan relatif dan kecepatan udara dimana pada antara parameter suhu dan
kelembapan relatif didapatkan hubungan apabila suhu turun maka kelembapan relatif naik begitupun sebaliknya.
Pengukuran dilakukan 25 jam berturut-turut untuk memaksimalkan variasi suhu yang mendekati 5 oC,
kelembapan udara sekitar 17% dan variasi kecepatan udara 0,56 m/s2. Suhu dan kelembaban relatif dihubungkan
oleh proporsionalitas terbalik karena kelembaban mutlak (kelembaban) di udara dapat dianggap hampir konstan.
Fenomena ini dijelaskan oleh fakta bahwa ruang uji yang agak tinggi, dan distribusi suhu yang tidak seragam,
udara yang lebih hangat cenderung naik ke langit-langit. Aksi kipas menyebabkan pencampuran udara dan
keseragaman distribusi suhu yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika sistem pendingin (atau pemanas) dimatikan,
tidak akan ada ketidakhomogenan suhu udara dan kelembaban relatif pada bidang horizontal, , dan oleh karena
itu pada ketinggian yang sama kita akan menemukan nilai parameter termo-higrometrik yang sama.
Analisa perhitungan digunakan pendekatan statistic dengan menggunakan perangkat lunak SPPS.
a) Model Regresi
Analisis korelasi dari dua parameter dapat dilakukan dengan regresi linier. Prosedur ini memperkenalkan
variabel dalam model pada satu waktu dan membuang variabel yang berlebihan atau kurang efektif
mengenai variabel yang sudah dimasukkan atau variabel yang memburuk.
b) Peningkatan model
Setelah didapatkan hubungan secara linier antara 2 variabel selanjutnya dilakukan perbaikan dengan
mengasumsikan fungsi antar variable tidak hanya linier. Untuk setiap data yang dipilih dan setiap variabel
independen (suhu, kelembaban relatif dan kecepatan udara) diambil secara individual,R 2 telah dihitung
dengan prosedur ''Estimasi Kurva".
c) Penyempuranaan model
Hasil yang diperoleh mengacu pada variabel bebas yang diambil satu per satu, namun dapat dianggap bahwa
hasil tersebut juga dapat diperluas ke kombinasi keduanya. Karena regresi linier dengan variabel bebas
berganda dimulai dari penilaian korelasi antara variabel dependen dan parameter individu dan setelah
menemukan peningkatannya, dapat diasumsikan bahwa model akhir juga akan lebih baik. Selanjutnya,
perbaikan lain terdiri dalam mempertimbangkan nilai kuadrat dan kubik dari variabel independen (yaitu
suhu, kelembaban relatif dan kecepatan udara). Dimungkinkan untuk memodelkan nilai yang diharapkan
dari parameter akustik sebagai nth polynomial.
d) Analisis dengan variasi parameter akustik
Mochammad Dwi Putra Sufandi
01111940000021
Korelasi kubik didapatkan pada persamaan di bawah ini dengan 𝛥𝑦 adalah parameter akustik, yang
dipengaruhi oleh 𝛥𝑡, 𝛥𝑢, 𝛥𝑣.

4. Pembahasan
Bagian pertama pengukuran (dari 1 hingga 200 pengukuran) mengumpulkan parameter akustik yang sangat
dipengaruhi oleh kecepatan udara. Grafik, serta tabel, menyoroti tautan kuat ini. Ketika sistem pendingin udara
dimatikan (tidak memaksakan kecepatan udara), variasi parameter akustik berubah secara signifikan: Dengan
kata lain, variasi kecepatan udara di dalam ruangan mewakili parameter lingkungan yang paling relevan untuk
variasi parameter akustik.
Parameter suhu dan kelembapan udara juga berpengaruh terhadap parameter akustik. Distribusi suhu dengan
perbedaan yang tinggi pada suatu ruangan (contoh akibat rancang system distribusi panas yang kurang baik)
maka akan menyebabkan variasi daro parameter akustik. Hubungan antara kondisi termo-higrometri dan
parameter akustik sangat bervariasi dengan frekuensi. Angka dari 6 sampai 9 melaporkan variasi Strength,
Clarity (50 dan 80 ms) dan T30, di mana dapat dicatat bahwa Kekuatan dan Kejelasan kurang dipengaruhi oleh
perubahan kecepatan udara pada frekuensi rendah, sementara hubungan lebih jelas pada frekuensi menengah-
tinggi. Di sisi lain, waktu dengung sangat bervariasi pada frekuensi rendah, sementara pada frekuensi menengah-
tinggi, hasilnya jauh lebih stabil. Model kubik yang diusulkan di sini mengumpulkan hasil yang sangat baik
bahkan dalam kasus variasi kecepatan udara dan suhu/kelembaban relatif. Namun, dalam kasus terakhir, perlu
dicatat bahwa survei dilakukan pada musim panas, yaitu pada suhu yang relatif tinggi (dari 25 hingga 32 derajat
Celcius) dan kondisi kelembaban yang tinggi. Dimungkinkan untuk memperbaiki model dengan
mempertimbangkan kondisi termo-higrometri yang berbeda, yaitu selama musim dingin, suhu dan kelembaban
yang bervariasi secara artifisial. Ini mungkin membantu untuk menemukan seperangkat koefisien penting
lainnya yang dapat menggambarkan hubungan dengan lebih baik dalam kondisi lingkungan yang lebih sering.
Beberapa parameter akustik (yaitu waktu dengung seperti T30 dan EDT) menunjukkan pada frekuensi rendah
variasi inkoheren penting yang tidak terlalu bergantung pada kondisi termohigrometri, melainkan dari aspek lain.
Ini tidak ditemukan pada frekuensi menengah-tinggi, di mana waktu dengung (T30, EDT tetapi juga yang lain)
menghasilkan jauh lebih stabil, dan hubungan dengan variasi termo-higrometri jauh lebih mudah ditemukan.

5. Kesimpulan
Parameter akustik yang paling dipengaruhi oleh variabilitas variabel termo-higrometri adalah C80dan
T30sedangkan yang paling sedikit terpengaruh adalah D50dan EDT. Ditemukan juga bahwa kecepatan udara
sangat mempengaruhi perhitungan hampir semua parameter akustik. Ini lebih jelas pada frekuensi rendah untuk
semua waktu dengung (T30dan EDT) dan pada frekuensi menengah-tinggi untuk parameter energi (Kejelasan,
Definisi). Model statistik yang diusulkan di sini didasarkan pada model regresi kubik, yang lebih sesuai dengan
data eksperimen. Karena variasi parameter akustik karena kecepatan udara dominan.

Anda mungkin juga menyukai