Anda di halaman 1dari 14

NAMA : SANDI MARIO

NIM : 1511500031

KEL : AW

1. Pada dasarnya, organisasi profesi memiliki empat fungsi pokok dalam kerangka
peningkatan profesionalisme sebuah profesi, yaitu:

Mengatur keanggotaan organisasi: dalam hal ini, organisasi profesi menentukan


kebijakan tentang keanggotaan, struktur organisasi, syarat-syarat keanggotaan sebuah
profesi dan kemudian lebih lanjut lagi menentukan aturan-aturan yang lebih jelas
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuannya sesuai


perkembangan teknologi: organisasi profesi melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan sesuai perkembangan
dan tuntutan masyarakat yang membutuhkan pelayanan profesi tersebut. Sebagai
contoh, jika muncul sebuah teknologi atau tren baru di kalangan masyarakat yang
berkaitan dengan profesi tersebut, maka organisasi profesi perlu mengadakan suatu
kegiatan, baik berupa seminar, workshop atau sarasehan sebagai ajang pertemuan para
anggota dalam menyikapi perkembangan baru tersebut secara bersama-sama.

Menentukan standardisasi pelaksanaan sertifikasi profesi bagi anggotanya: sertifikasi


merupakan salah satu lambang dari sebuah profesionalisme. Dengan kepemilikan
sertifikasi yang diakui secara nasional maupun internasional maka orang akan melihat
tingkat profesionalisme yang tinggi dari pemegang sertifikasi tersebut. Organisasi
profesi berperan dalam mengatur pelaksanaan sertifikasi profesi bagi anggotanya,
termasuk mengatur syarat-syarat sertifikasi, teknis pelaksanaan sertifikasi, dan
sebagainya.

. Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh semua anggota: etika profesi
merupakan aturan yang diberlakukan untuk seluruh anggota organisasi profesi. Aturan
tersebut menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan maupun tidak serta pedoman
keprofesionalan yang digariskan bagi sebuah profesi.

Memberi sanksi bagi anggota yang melanggar etika profesi: sanksi yang diterapkan
bagi pelanggaran kode etik profesi tentunya mengikat semua anggota. Sanksinya
bervariasi, tergantung jenis pelanggaran, dan bisa bersifat internal organisasi seperti
misalnya black list atau bahkan sampai dikeluarkan dari organisasi profesi tersebut.

2. Karna pekerjaan yang dikerjakan orang itu belum tentu profesinya sebab bisa jadi
dia hanya hobi, atau mencari sampingan.
a. TEKNISI KOMPUTER
Teknisi komputer merupakan salah satu profesi dibidang TI yang menangani
kemampuan yang spesifik, baik dalam bidang hardware maupun software, dan
Mampu menangani problem-problem yang bersifat spesifik.
b. PROGRAMER SOFTWARE ENGINEER
Programer / Software engineer merupakan salah satu profesi dibidang TI yang
bertugas : Membuat program berdasarkan permintaan, Menguji dan memperbaiki
program, Mengubah program agar sesuai dengan system, Penguasaan bahasa
pemrograman sangat ditekankan, Terbiasa dengan pengembangan software ‘life
cycles’, Memiliki ketrampilan dalam men-desain aplikasi, Menyiapkan program
menurut spesifikasi, dan Dokumentasi /’coding’
c. ACCOUNTMANAGER
Account manager merupakan salah satu profesi dibidang TI yang bertugas :
Bertanggung jawab untuk kemajuan penjualan suatu solusi dan/atau produk serta
target pendapatan.
d. BUSINESSDEVELOPMENTMANAGER
Business development manager merupakan salah satu profesi dibidang TI yang
bertugas Secara umum mengetahui kebutuhan akan pelanggan. Memiliki ketajaman
yang diperlukan dalam menopang & menguntungkan bisnis, Mempunyai
kemampuan luas yang mampu menyerap & berkomunikasi jelas ttg bisnis kompleks
serta konsep teknologi.
e. ITMANAGER
IT manager merupakan salah satu profesi dibidang TI yang bertugas : Mengatur
kelancaran dari sistem IT, Troubleshooting & membantu organisasi dalam
menangani permasalahan IT, dan Sesuai dengan pengembangan IT yang baru dalam
bidang yang diperlukan.
f. NETWORKADMINISTRATOR
Network administrator merupakan salah satu profesi dibidang TI yang bertugas :
Mengurusi & mengoperasi jaringan LAN maupun WAN, manajemen sistem serta
dukungan terhadap perangkat kerasnya.
3.  Definisi

Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena


pemanfaatan teknologi internet. Beberapa pendapat
mengindentikkan cybercrime dengan computer crime. The U.S. Department of
Justice memberikan pengertien computer crimesebagai:

 “…any illegal act requiring knowledge of computer technology for its


perpetration, investigation, or prosecution”.

(www.usdoj.gov/criminal/cybercrimes)

Pengertian tersebut identik dengan yang diberikan Organization of European


Community Development, yang mendefinisikan computer crime sebagai:
“any illegal, unehtical or unauthorized behavior relating to the automatic
processing and/or the transmission of data”.

Adapun Andi Hamzah (1989) dalam tulisannya “Aspek-aspek Pidana di Bidang


komputer”, mengartikan kejahatan komputer sebagai:

”Kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai


penggunaan komputer secara illegal”.

Dari beberapa pengertian di atas, secara ringkas dapat dikatakan


bahwa cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan
teknologi komputer dan telekomunikasi.

 2      Karakteristik Cyber Crime

Selama ini dalam kejahatan konvensional, dikenal adanya dua jenis kejahatan
sebagai berikut:

a.        Kejahatan kerah biru (blue collar crime)

Kejahatan ini merupakan jenis kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan
secara konvensional seperti misalnya perampokkan, pencurian, pembunuhan dan
lain-lain.

b.        Kejahatan kerah putih (white collar crime)

Kejahatan jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan, yakni kejahatan
korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan individu.

Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya


komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan kedua model di atas. Karakteristik unik dari kejahatan di dunia maya
tersebut antara lain menyangkut lima hal berikut:

a. Ruang lingkup kejahatan


b. Sifat kejahatan
c. Pelaku kejahatan
d. Modus Kejahatan
e. Jenis kerugian yang ditimbulkan

3.      Jenis-jenis Cyber Crime

#Berdasarkan jenis aktifitas yang dilakukannya#, cybercrime dapat


digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
a. Unauthorized Access

Merupakan kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup ke


dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa
sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang
dimasukinya. Probing dan port merupakan contoh kejahatan ini.

b.  Illegal Contents

Merupakan kejahatn yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke


internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap
melanggar hukum atau menggangu ketertiban umum, contohnya adalah
penyebaran pornografi.

c. Penyebaran virus secara sengaja

Penyebaran virus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan email. Sering


kali orang yang sistem emailnya terkena virus tidak menyadari hal ini. Virus ini
kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui emailnya.

d.  Data Forgery

Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-
dokumen penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki
oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs berbasis web database.

e. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion

Cyber Espionage merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet


untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki
sistem jaringan komputer pihak sasaran. Sabotage and Extortion merupakan
jenis kejahatan yang dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau
penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan
komputer yang terhubung dengan internet.

f. Cyberstalking

Kejahatan jenis ini dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang


dengan memanfaatkan komputer, misalnya menggunakan e-mail dan dilakukan
berulang-ulang. Kejahatan tersebut menyerupai teror yang ditujukan kepada
seseorang dengan memanfaatkan media internet. Hal itu bisa terjadi karena
kemudahan dalam membuat email dengan alamat tertentu tanpa harus
menyertakan identitas diri yang sebenarnya.
g.   Carding

Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit
milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.

h.  Hacking dan Cracker

Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk


mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan
kapabilitasnya. Adapun mereka yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di
internet lazimnya disebut cracker. Boleh dibilang cracker ini sebenarnya adalah
hacker yang yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang negatif.
Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari
pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing,
menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang terakhir
disebut sebagai DoS (Denial Of Service). Dos attack merupakan serangan yang
bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak dapat memberikan
layanan.

i. Cybersquatting and Typosquatting

Cybersquatting merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan


domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada
perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal. Adapun typosquatting
adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan yaitu domain yang mirip
dengan nama domain orang lain. Nama tersebut merupakan nama domain
saingan perusahaan.

j.   Hijacking

Hijacking merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain.


Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat
lunak).

k.  Cyber Terorism

Suatu tindakan cybercrime termasuk cyber terorism jika mengancam pemerintah


atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer. Beberapa
contoh kasus Cyber Terorism sebagai berikut :

 Ramzi Yousef, dalang penyerangan pertama ke gedung WTC, diketahui


menyimpan detail serangan dalam file yang di enkripsi di laptopnya.
 Osama Bin Laden diketahui menggunakan steganography untuk komunikasi
jaringannya.
 Suatu website yang dinamai Club Hacker Muslim diketahui menuliskan daftar tip
untuk melakukan hacking ke Pentagon.

Seorang hacker yang menyebut dirinya sebagai DoktorNuker diketahui telah


kurang lebih lima tahun melakukan defacing atau mengubah isi halaman web
dengan propaganda anti-American, anti-Israel dan pro-Bin Laden.

#Berdasarkan motif kegiatan yang dilakukannya#, cybercrime dapat


digolongkan menjadi dua jenis sebagai berikut :

a.   Cybercrime sebagai tindakan murni kriminal

Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan kejahatan yang


dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan
internet hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini adalah
Carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan
dalam transaksi perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet
(webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan. Pengirim e-mail
anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat dimasukkan dalam contoh
kejahatan yang menggunakan internet sebagai sarana. Di beberapa negara maju,
pelaku spamming dapat dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi.

b.   Cybercrime sebagai kejahatan ”abu-abu”

Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah ”abu-abu”, cukup
sulit menentukan apakah itu merupakan tindak kriminal atau bukan mengingat
motif kegiatannya terkadang bukan untuk kejahatan. Salah satu contohnya
adalah probing atau portscanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan
pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem operasi yang
digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup, dan
sebagainya.

#Sedangkan berdasarkan sasaran kejahatan#, cybercrime dapat


dikelompokkan menjadi beberapa kategori seperti berikut ini :

a. Cybercrime yang menyerang individu (Against Person)

Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau


individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan
tersebut. Beberapa contoh kejahatan ini antara lain :
 Pornografi

Kegiatan yang dilakukan dengan membuat, memasang, mendistribusikan, dan


menyebarkan material yang berbau pornografi, cabul, serta mengekspos hal-hal
yang tidak pantas.

 Cyberstalking

Kegiatan yang dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan


memanfaatkan komputer, misalnya dengan menggunakan e-mail yang dilakukan
secara berulang-ulang seperti halnya teror di dunia cyber. Gangguan tersebut
bisa saja berbau seksual, religius, dan lain sebagainya.

 Cyber-Tresspass

Kegiatan yang dilakukan melanggar area privasi orang lain seperti misalnya
Web Hacking. Breaking ke PC, Probing, Port Scanning dan lain sebagainya.

b.   Cybercrime menyerang hak milik (Againts Property)

Cybercrime yang dilakukan untuk menggangu atau menyerang hak milik orang
lain. Beberapa contoh kejahatan jenis ini misalnya pengaksesan komputer secara
tidak sah melalui dunia cyber, pemilikan informasi elektronik secara tidak
sah/pencurian informasi, carding, cybersquating, hijacking, data forgery dan
segala kegiatan yang bersifat merugikan hak milik orang lain.

c.  Cybercrime menyerang pemerintah (Againts Government)

Cybercrime Againts Government dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan


terhadap pemerintah. Kegiatan tersebut misalnya cyber terorism sebagai
tindakan yang mengancam pemerintah termasuk juga cracking ke situs resmi
pemerintah atau situs militer.

 4.      Penanggulangan dan Solusi Cyber Crime

Aktivitas pokok dari cybercrime adalah penyerangan terhadap content, computer


system dan communication system milik orang lain atau umum di dalam
cyberspace. Fenomena cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan
ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada umumnya. Cybercrime dapat
dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak memerlukan interaksi
langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Berikut ini cara
penanggulangannya :
a.  Mengamankan sistem

Tujuan yang nyata dari sebuah sistem keamanan adalah mencegah adanya
perusakan bagian dalam sistem karena dimasuki oleh pemakai yang tidak
diinginkan. Pengamanan sistem secara terintegrasi sangat diperlukan untuk
meminimalisasikan kemungkinan perusakan tersebut. Membangun sebuah
keamanan sistem harus merupakan langkah-langkah yang terintegrasi pada
keseluruhan subsistemnya, dengan tujuan dapat mempersempit atau bahkan
menutup adanya celah-celah unauthorized actions yang merugikan. Pengamanan
secara personal dapat dilakukan mulai dari tahap instalasi sistem sampai
akhirnya menuju ke tahap pengamanan fisik dan pengamanan data. Pengaman
akan adanya penyerangan sistem melaui jaringan juga dapat dilakukan dengan
melakukan pengamanan FTP, SMTP, Telnet dan pengamanan Web Server.

b.  Penanggulangan Global

The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah


membuat guidelines bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan
computer-related crime, dimana pada tahun 1986 OECD telah memublikasikan
laporannya yang berjudul Computer-Related Crime : Analysis of Legal Policy.
Menurut OECD, beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara
dalam penanggulangan cybercrime adalah :

1. melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya.


2. meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar
internasional.
3. meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya
pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan
cybercrime.
4. meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta
pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi.
5. meningkatkan kerjasama antarnegara, baik bilateral, regional maupun multilateral,
dalam upaya penanganan cybercrime.

Perlunya Cyberlaw

Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membutuhkan pengaturan hukum


yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut. Sayangnya, hingga saat
ini banyak negara belum memiliki perundang-undangan khusus di bidang
teknologi informasi, baik dalam aspek pidana maupun perdatanya.

Permasalahan yang sering muncul adalah bagaimana menjaring berbagai


kejahatan komputer dikaitkan dengan ketentuan pidana yang berlaku karena
ketentuan pidana yang mengatur tentang kejahatan komputer yang berlaku saat
ini masih belum lengkap.

Banyak kasus yang membuktikan bahwa perangkat hukum di bidang TI masih


lemah. Seperti contoh, masih belum dilakuinya dokumen elektronik secara tegas
sebagai alat bukti oleh KUHP. Hal tersebut dapat dilihat pada UU No8/1981
Pasal 184 ayat 1 bahwa undang-undang ini secara definitif membatasi alat-alat
bukti hanya sebagai keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
keterangan terdakwa saja. Demikian juga dengan kejahatan pornografi dalam
internet, misalnya KUH Pidana pasal 282 mensyaratkan bahwa unsur pornografi
dianggap kejahatan jika dilakukan di tempat umum.

Hingga saat ini, di negara kita ternyata belum ada pasal yang bisa digunakan
untuk menjerat penjahat cybercrime. Untuk kasuss carding misalnya, kepolisian
baru bisa menjerat pelaku kejahatan komputer dengan pasal 363 soal pencurian
karena yang dilakukan tersangka memang mencuri data kartu kredit orang lain.

Perlunya Dukungan Lembaga Khusus

Lembaga-lembaga khusus, baik milik pemerintah maupun NGO (Non


Government Organization), diperlukan sebagai upaya penanggulangan kejahatan
di internet. Amerika Serikat memiliki komputer Crime and Intellectual Property
Section (CCIPS) sebagai sebuah divisi khusus dari U.S. Departement of Justice.
Institusi ini memberikan informasi tentang cybercrime, melakukan sosialisasi
secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset khusus dalam
penanggulangan cybercrime. Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki
IDCERT (Indonesia Computer Emergency Rensponse Team). Unit ini
merupakan point of contact bagi orang untuk melaporkan masalah-masalah
keamanan komputer. 

4.
a. Menyebarkan Berita Hoax

Pelanggaran etika yang pertama adalah menyebarkan berita hoax. Berita hoax
adalah berita kebohongan. Pelanggaran ini sering kita temui karena pesatnya
perkembangan teknologi yang memudahkan seseorang berkomunikasi dalam
jangka waktu yang cepat. Banyak para pengguna teknologi yang tidak teliti saat
memperoleh informasi, sehingga terjebak dalam berita-berita bohong yang
disebarkan oleh para pelaku. (Baca juga: Perkembangan Media Sosial di
Indonesia)

b. Pencemaran Nama Baik


Pelanggaran etika selanjutnya adalah pencemaran nama baik. Contoh pelanggaran
ini sering dijumpai dalam media sosial karena banyak pengguna media sosial
yang tidak dapat mengontrol emosinya. Orang yang tidak dapat mengontrol
emosi biasanya akan meluapkannya dalam tulisan-tulisan dan terkadang menulis
nama orang yang tidak disukai tersebut di status media sosial yang kemudian
diunggah dan dikonsumsi oleh publik. (Baca juga: Penggunaan Media Sosial
dalam Strategi Komunikasi)

c. Penipuan Online

Media sosial tidak hanya digunakan untuk sekedar chatting dengan teman yang


kita kenal. Media sosial saat ini sering dijadikan sebagai sarana penjualan secara
online oleh orang-orang yang merintis karirnya di dunia usaha. Pemasaran produk
dilakukan dengan menggunakan media sosial untuk menjangkau khalayak luas.
Media sosial dianggap dapat membuka peluang besar dalam tingkat penjualan
produk. Namun ada pula penjual yang melanggar aturan baik dari segi penjualan
maupun melanggar etika dalam media sosial seperti menipu konsumen
dengan iming-iming produk yang berkualitas, tetapi tidak sesuai dengan realitas.
Penipuan online ini termasuk contoh pelanggaran etika dalam media sosial. (Baca
juga: Penggunaan Media Sosial dalam Komunikasi Bisnis)

5. Isu-isu pokok etika komputer saat ini diantaranya:

 KejahatanKomputer
Selain memberikan dampak positif, komputer juga mengundang tangan-tangan
kriminal untuk beraksi. Hal ini memunculkan fenomena khas yang
disebut computercrime atau kejahatan didunia komputer. Kejahatan komputer
merupakan kejahatan yang ditimbulkan karena penggunaan komputer secara
ilegal” (Andi Hamzah 1989).

Beberapa kejahatan didunia komputer diantaranya:


 Unauthorized Access to Computer System and Service, adalah kejahatan yang
dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan
komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik
sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku
kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian
informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukan hanya
karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem
yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan
berkembangnya teknologi internet/intranet.
 Illegal Contents, merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi
ke internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap
melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya
adalah pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan
martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan
pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara,
agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah, dan sebagainya.
 Data Forgery, merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-
dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet.
Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan
membuat seolah-olah terjadi “salah ketik” yang pada akhirnya akan
menguntungkan pelaku.
 Cyber Espionage, merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet
untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki
sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan
ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data
pentingnya tersimpan dalam suatu sistem yang computerized.
 Cyber Sabotage and Extortion, kejahatan ini dilakukan dengan membuat
gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program
komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet.
Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus
komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program komputer
atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan
sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh
pelaku. Dalam beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku
kejahatan tersebut menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki data,
program komputer atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase
tersebut, tentunya dengan bayaran tertentu. Kejahatan ini sering disebut
sebagai cyber-terrorism.
 Offense against Intellectual Property, kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas
Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain di internet. Sebagai contoh
adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara
ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia
dagang orang lain, dan sebagainya.
 Infringements of Privacy, kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang
yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya
ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir
data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh
orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril,
seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi
dan sebagainya.
 Cracking, adalah kejahatan dengan menggunakan teknologi komputer yang
dilakukan untuk merusak system keamaanan suatu system computer dan
biasanya melakukan pencurian, tindakan anarkis begitu merekan mendapatkan
akses. Biasanya kita sering salah menafsirkan antara seorang hacker dan
cracker dimana hacker sendiri identetik dengan perbuatan negative, padahal
hacker adalah orang yang senang memprogram dan percaya bahwa informasi
adalah sesuatu hal yang sangat berharga dan ada yang bersifat dapat
dipublikasikan dan rahasia.
 Carding, adalah kejahatan dengan menggunakan teknologi computer untuk
melakukan transaksi     dengan menggunakan card credit orang lain sehingga
dapat merugikan orang tersebut baik materil maupun non materil.
 Denial of Service Attack, adalah serangan tujuan ini adalah untuk memacetkan
sistem dengan mengganggu akses dari pengguna jasa internet yang sah. Taktik
yang digunakan adalah dengan mengirim atau membanjiri situs web dengan
data sampah yang tidak perlu bagi orang yang dituju. Pemilik situs web
menderita kerugian, karena untuk mengendalikan atau mengontrol kembali
situs web tersebut dapat memakan waktu tidak sedikit yang menguras tenaga
dan energi.
 Hate sites, Situs ini sering digunakan oleh hackers untuk saling menyerang dan
melontarkan komentar-komentar yang tidak sopan dan vulgar yang dikelola
oleh para “ekstrimis” untuk menyerang pihak-pihak yang tidak disenanginya.
Penyerangan terhadap lawan atau opponent ini sering mengangkat pada isu-isu
rasial, perang program dan promosi kebijakan ataupun suatu pandangan (isme)
yang dianut oleh seseorang / kelompok, bangsa dan negara untuk bisa dibaca
serta dipahami orang atau pihak lain sebagai “pesan” yang disampaikan.
 Cyber Stalking adalah segala bentuk kiriman e-mail yang tidak dikehendaki oleh
user atau junk e-mail yang sering memakai folder serta tidak jarang dengan
pemaksaan. Walaupun e-mail “sampah” ini tidak dikehendaki oleh para user.

B.        Cyber Ethics


Salah satu perkembangan pesat dibidang komputer adalah internet. Internet, akronim
dari Interconection Networking, merupakan suatu jaringan yang menghubungkan
suatu kmputer dengan komputer lain. selain memberikan dampak baik, internet
juga memunculkan permaslahan baru. Pengguna internet merupakan orang-orang
yang hidup dalam dunia anonymouse yang tidak memiliki keharusan
menunjukkan  identitas asli dalam berinteraksi. Sementara itu, munculnya berbagai
layanan dan fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan pengguna
untuk berinteraksi
Permasalahan diatas, menuntut adanya aturan dan prinsip dalam melakukan komunikasi
via internet. Salah satu yang dikembangkan adalah Netiket atau Nettiquette, yang
merupakan suatu etika acuan dalam berkomunikasi menggunakan internet.
Berkomunikasi dengan internet memerlukan tatacara sendiri. Netiket  yang sering
digunakan mengacu pada standar netiket yang ditetapkan oleh IETF (the Internet
Task Force). IETF adalah suatu komunitas masyarakat internasional yang terdiri
dari para perancang jaringan, operator, penjual dan peneliti yang terkait dengan
evolusi arsitektur dan pengoprasian internet.  IETF  terbagi menjadi kelompok-
kelompok kerja yang menangani beberapa topik seputar internet baik dari sisi
teknis maupun non teknis. Termasuk menetaapkan netiquette Guidelines  yang
terdokumentasi dalam request for comments(RFC).

C.              E-Commerce
Selanjutnya, perkembangan pemakaian internet yang sangat pesat juga menghasilkan
sebuah model perdagangan elektronik yang disebut Electronic Commerce (e-
commerce). Secara umum e-commerce adalah sistem perdagangan yang
mrnggunakan mekanisme elektonik yang ada di jaringan internet.  E-
commerce merupakan warna baru dalam dunia perdagngan, dimana kegiakan
perdagangan tersebut dilakukan secara elektronik dan online. dalam
pelaksanaanya, e-commerce menimbulkan beberapa isu menyangkut hukum
perdagangan dalam penggunaan sistem yang terbentuk secara online networking
management tersebut. Beberapa permasalahan tersebut antara lain menyangkut
prinsip-prinsip yuridiksi dalam transaksi, permasalah kontrak dalam transaksi
elektronik. Dengan berbagai masalah yang muncul menyangkut perdagangan via
internet tersebut diperlukan acuan model hukum yang dapat digunakan sebagai
standar transaksi. Salah satu acuan internasional yang banyak digunakan 
adalah  Uncitral Model Law on Electronic Commerce 1996. acuan yang berisi
model hukum dalam transaksi e-commerce tersebut diterbitkan oleh UNCITRAL
sebagai salah satu komisi internasional yang berada dibawah naungan PBB. Model
tersebut telah diuji oleh General Assembly Ressolution No 51/162 tanggal 16
Desember 1996.

 Pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual


Sebagai teknologi yang bekerja secara digital, hal ini memudahkan seseorang
berbagi dengan orang lain. Hal tersebut  menimbulkan  banyak keuntungan akan
tetapi juga menimbulkan permasalahan, terutama menyangkut hak atas kekayaan
intelektual. Beberapa kasus pelanggaran atas hak kekayaan intelektual tersebut
antara lain adalah pembajakan perangkat lunak, pemakaaian lisensi melebihi
kapasitas penggunaan yang seharusnya, penjualan CD-ROM ilegal atau juga
penyewaan peranggkat lunak ilegal. Berdasarkan survei yang dilakukan Business
Softeware  Alliance (BSA) pada tahun 2001, menempatkan Indonesia pada
peringkat ke tiga di dunia.

 Tanggung Jawab Profesi


Seiring perkembangan teknologi pula, para profesional dibidang komputer sudah
melakukan spesialisasi pengetahuan . Organisasi profesi di AS, seperti association
for computing machinery (ACM) dan institute of electrical and electonic
engineers (IEEE), sudah menetapkan kode etik, syarat-syarat pelaku profesi dan
garis besar pekerjaan untuk membantu para profesional  komputer dalam
memahami dan mengatur tanggungjawab etis yang harus dipenuhinya.
Di Indonesia, organisasi profesi dibidang komputer yang didirikan sejak tahun
1974 yang bernama IPKIN (ikatan profesi komputer dan informatika), juga sudah
menetapkan kode etik yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan pemakaian
teknologi komputer di indonesia. Kode etik profesi tersebut menyangkut 
kewajiban plaku profesi terhadap masyarakat, sesama pengembang profesi ilmiah,
serta kewajiban terhadap sesama umat manusia dan lingkunagan hidup. munculnya
kode etik profesisi tersebut tentunya memberikan gambaran adanya tanggung
jawab yang tinggi bagi para pengembang profesi  bidang komputer untuk
menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai seorang profesional dengan baik sesuai
dengan profesionalisme yang di tetapkan.

Anda mungkin juga menyukai