Ta’zir
adalah sanksi atas kemaksiatan yang di dalamnya tidak had dan kafarah. pada dasarnya, sanksi
ta’zir ditetapkan berdasarkan pendapat seorang qadhi dengan mempertimbangkan kasus,
pelaku, politik, dan sebagainya. Dr. Abdurrahman al-maliki mengelompokkan kasus ta’zir
menjadi tujuh) 1, pelanggaran terhadap kehormatan 2, penyerangan terhadap nama baik 3,
tindak yang bisa merusak akal 4, penyerangan terhadap harta milik orang lain 5, ganggungan
terhadap keamanan atau privacy 7, mengancam keamanan negara 7, kasus-kasus yang
berkenaan denga agama 8, kasus-kasus ta’zirr lainnya. Macam-macamnya dilihat dari hak yang
dilanggar, ta;zir dapat dibagi menjadi dua bagian;
1. jarimah yang berkaitan dengan hak Allah
yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan kemaslahatan umum, seperti pencurian,
penimbunan bahan pokok dan lain-lain. Bisa dikatakan juga dengan hukuman yang dijatuhkan
kepada seseorang karena meninggalkan kewajiban, seperti tidak membayar zakat.
2. jarimah yang berkaitan dengan hak perseorangan
yaitu perbuatan yang mengakibatkan kerugian kepada orang tertentu atau bisa juga sabagai
suatu siksaan yang dijatuhkan atas perbuatan yang melanggar ketentuan syariat, seperti
penipuan, pengkhianatan, penghinaan dan lain-lain.
1.4 Kepemimpinan dalam islam
- Pengertian pemimpin
Kedekatan dengan Allah tidak mungkin dapat digambarkan dengan logika. Kedekatan dengan
Allah hanya dapat dirasakan di dalam hati. Kedekatan dengan Allah, karenanya, juga tidak
mungkin didatangkan oleh akal, apalagi didatangkan oleh nafsu. Kedekatan dengan Allah hanya
dapat datang kepada hati seorang hamba manakala Allah menghendakinya.
- Akhlak dan sifat yang harus dimiliki pemimpin
Seorang pemimpin apapun tugas dan di mana pun kedudukannya, dipandang sebagai lambang
organisasi dan menjadi juru bicara mewakili lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Dia
perlu perilaku yang baik terhadap siapapun, agar lembaga atau organisasi yang dipimpinnya
tidak dijauhi orang. Rasulullah adalah qudwah hasanah kita, yang banyak mengajarkan tentang
kepemimpinan. Apapun amal kita harus merujuk kepada beliau. Pemimpin juga harus begitu,
meneladani akhlak, sifat dan perilaku beliau serta seluruh aktifitas kepemimpinan beliau.
Berikut adalah sifat dan akhlak yang harus dimiliki setiap pemimpin:
- seluruh kegiatannay dilakukan semata hanya mengharap ridho Allah swt.
- ingatannya kuat, bijak, cerdas, berpengalaman dan berwawasan luas.
- perhatian dan penyantun.
- bersahabat dan sederhana.
- shidiq, benar dalam berkata, sikap dan perbuatan.
- tawadhu’.
- memaafkan, menahan amarah, sabar, dan berlaku ihsan.
- menepati janji dan sumpah setia.
- tekad bulat, tawakkal dan yakin serta menjahui sikap pesimis.
- Amanah dan tanggung jawab pemimpin
Seorang pemimpin dibebani amanah dan tanggung jawabyang harus ia laksanakan untuk
mencapai tujuan dari organisasi yang ia pimpin. Dalam islam setiap manusia yang terlahir di
muka bumi ini ialah seorang pemimpin yang memimpin umat ini kepada dien Allah. Semakin
banyak orang yang dipimpinnya semakin berat pula beban yang dipikulnya. Dalam sebuah
Hadist Rasulullah saw bersabda:
ّ ّ ي
رعّعر عن م سؤمل ممكلك را ع مكلك
Artinya: setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban
tentang bapa yang ia pimpin.
Kepemimpinan tidak boleh diberikan kepada orang yang memintanya terlebih dengan ambisius
untuk mendapatkannya. Kenapa? Karena dikhawatirkan dia tidak mampu mengemban amanah
tersebut kemudian mungkin mempunyai niat lain atau ingin mengambil keuntungan yang
banyak ketika ia telah mempunyai kekuasaan. Dalam hal ini Abu Dzar RA berkata, ”Aku
bertanya,” wahai Rasulullah saw, maukah engkau mengangkatku memegang satu jabatan?”
kemudian Rasulullah saw menepuk bahuku dengan tangannya sambil bersabda:
”wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau ini lemah dan sesungguhnya itu (jabatan) adalah
amanah. Dan sesungguhnya ia pada hari kiamat menjadi kesengsaraan dan penyesalan, kecuali
yang mengambilnya dengan haqnya dan menyempurnakan apa yang menjadi wajib keatasnya
dan diatas jabatan itu.”
Seorang pemimpin juga harusmemahamkan kepada anggotanya bahwa amanah yang dipikul ini
akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak. Apakah ketika mengemban amanah pernah
mendzolimi orang atau tidak. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:
”Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan rakyat mati, sedangkan di hari
matinya ia telah mengkhianati rakyatnya, maka Allah swt mengharamkan surga kepadanya.”
(muttafaqun ’laih)
Sebelum memberi amanah pemimpin harus melihat kapasitas yang kan diberi amanah tersebut.
Karena amanah haruslah diberikan kepada orang yang kompeten atasnya kalau tidak maka akan
menimbulkan ketidak sampainya tujuan bahkan mungkin menimbulkan kerusakan. Dalam
sebuah Hadist dikatakan ”Kalau seandainya perkara itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya
maka tunggulah saat kehancurannya.”