ABSTRAK
Provinsi Riau merupakan salah satu sentra produksi nanas. Untuk menambah nilai
tambah nanas, dapat dilakukan beberapa produk olahan dari nanas salah satunya adalah
keripik buah nanas. Keripik buah nanas diolah dengan mesin Vacum Frying. Alat ini
digunakan untuk menggoreng buah nanas sehingga menghasilkan keripik buah nanas.
Menurut para produsen, keripik nanas yang dihasilkan dapat bertahan selama 1 bulan karena
keripik mudah melempem dan tengik. Penurunan mutu keripik nanas dapat diatasi dengan
pengemasan yang tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai kemasan terhadap umur
simpan keripik buah nanas. Penyimpanan dilakukan dengan metode ASLT dimana telah
ditentukan masa kritis pada suhu 40ºC selama 4 minggu pada Q10 = 2. Untuk mengetahui
umur simpan keripik buah nanas dilakukan analisa fisik dan kimia. Analisa fisik dilihat dari
tekstur dan aroma keripik buah nanas setiap minggunya, sedangkan analisa kimia
dilakukannya pengujian bilangan peroksida. Bilangan Peroksida merupakan salah satu
parameter untuk menentukan jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan menggunakan 3 perlakuan yaitu pengemas keripik buah nanas
dengan aluminium foil, polyethilen dan polypropilene dengan masing-masing ketebalan 80
µm. Untuk mengetahui pengaruh penyimpanan keripik buah nanas dilakukan analisa fisik
dan kimia. Analisa fisik dilihat dari tekstur, warna dan aroma keripik buah nanas setiap
minggunya, sedangkan analisa kimia dilakukannya pengujian bilangan peroksida. Bilangan
peroksida merupakan salah satu parameter indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan aluminium foil
merupakan kemasan yang terbaik selama penyimpanan yang terlihat pada hasil uji angka
peroksida tetap 0 selama penyimpanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN nanas diuji kadar lemak serta kadar air.
Karakteristik Keripik Nanas Hasil dari analisa kadar air dan kadar
Sebelum dilakukannya penyimpanan lemak dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
keripik nanas, terlebih dahulu keripik
Tabel 1. Analisa Kadar Lemak dan Kadar Air Keripik Nanas
Ketebalan Kadar Air (% b/b) Kadar Lemak (% b/b)
Sampel
(mm) Sampel SNI Sampel SNI
Keripik Nanas 5 6,673 >5 5,728 ≤25
Keripik Nanas 3 4,563 ≤5 4,019 ≤25
Pembuatan keripik nanas pertama dengan produk yang dihasilkan, suhu dan lama
ketebalan 5 mm memiliki kadar air 6,673 penggorengan juga mempengaruhi mutu
% dan kadar lemak 5,728 %. Hal ini tidak hasil gorengan.
sesuai dengan kriteria mutu keripik Ketebalan bahan dan komposisi bahan
sehingga peneliti membuat kembali keripik merupakan salah satu faktor penambah
nanas dengan ketebalan yang lebih tipis kadar lemak. Bahan yang memiliki
yaitu 3 mm dan didapatkan kadar air yaitu ketebalan yang besar akan lebih banyak
4,563 % dan kadar lemak 4,019 %. menyerap minyak sehingga beresiko
Menurut standar mutu keripik buah nanas mengalami ketengikan, kandungan lemak
(SNI 01-4304-1996), keripik yang baik yang dimiliki bahan sebelum diolah juga
memiliki kadar air ≤5% dan kadar lemak dapat menambah kandungan lemak.
≤25%. Faktor-faktor yang mempengaruhi Lemak yang terkandung pada buah nanas
kadar lemak dan air pada proses sedikit yaitu 0,20 gr sehingga keripik
penggorengan antara lain kualitas minyak nanas yang dihasilkan memiliki kadar
goreng yang digunakan semakin baik lemak yang jauh dari batas maksimal
kualitas minyak maka semakin baik mutu standar mutu keripik nanas yang telah
ditetapkan (SNI 01-4304-1996). Faktor Analisa Angka Peroksida
yang mempengaruhi kadar air pada keripik Selama empat minggu
yaitu ketebalan bahan, luas penampang, penyimpanan, keripik nanas telah diuji
lama penggorengan, serta lama angka peroksida pada setiap minggunya.
pengeringan. Nanas yang semakin tebal Sampel pada setiap kemasan masing-
memiliki kandungan air yang lebih besar masing diambil satu bungkus dan diuji
(Ketaren, 2008). angka peroksida. Hasil analisa angka
Parameter Penurunan Mutu Keripik peroksida dapat dilihat pada Tabel 2
Buah Nanas Selama Penyimpanan berikut :
Tabel 2. Angka Peroksida Keripik Nanas
Angka Peroksida (mg peroksida/kg sampel)
Sampel
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Alufo (80 µm) 0 0 0 0
PP (80 µm) 4,0184 7,1454 9,5425 10,5946
PE (80 µm) 4,9031 8,5570 8,8242 10,9630
Keterangan : Aluminium Foil (Alufo), Poly Propilene (PP) dan Poly Ethilene (PE)
12
(mg peroksida/kg sampel)
10
Angka Peroksida
8
6
Alufo (80 µm)
4
PP (80 µm)
2
PE (80 µm)
0
1 2 3 4
Lama Penyimpanan (Minggu)
Keterangan : Poly Ethilene (PE) , Poly Propilene (PP) dan Aluminium foil (Alufo).
Keripik nanas yang dikemas pada tiap peroksida namun peroksida ini belum
jenis kemasan tidak mengalami perubahan terurai menjadi aldehid, keton dan furan
aroma. Hal ini dapat terjadi karena selama sehingga aroma ketengikan belum muncul
penyimpanan, keripik nanas masih (Ketaren, 2008).
mengalami tahap awal proses oksidasi
(inisiasi) dimana mulai terbentuknya angka Warna
Warna keripik buah nanas selama
penyimpanan dengan masing-masing
kemasan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Warna Keripik Nanas Selama Penyimpanan
Warna Selama Penyimpanan
Sampel
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Alufo (80 µm) Kuning Cerah Kuning Cerah Kuning Cerah Kuning Cerah
PP (80 µm) Kuning Cerah Kuning Kecoklatan Kecoklatan
PE (80 µm) Kuning Kecoklatan Kecoklatan Coklat Kehitaman
Keterangan : Aluminium Foil (Alufo), Poly Propilene (PP) dan Poly Ethilene (PE)
Keripik yang dikemas dengan yaitu dapat ditembus cahaya dan tahan
kemasan Aluminium Foil (Alufo) dari pada suhu tinggi (120ºC) (Sunoto, 2006).
minggu pertama hingga minggu keempat
memiliki warna yang masih tetap utuh. Hal
KESIMPULAN DAN SARAN
ini berkaitan dengan sifat Aluminium Foil
Kesimpulan
(Alufo) yaitu memiliki ketahanan terhadap
a. Keripik nanas yang dikemas dengan
sinar ultra violet karena tidak tembus
Poly Ethilene (PE) dan Poly
cahaya langsung dan tahan pada suhu
Propilene (PP) mengalami perubahan
tinggi (<660°C) sehingga tidak mudah
mutu selama penyimpanan 4 minggu
mengalami tingkat kematangan lebih
dengan metode Accelerated Shelf-Life
(browning) dan keaslian warna tetap
Testing (ASLT) sedangkan keripik
terjaga (Sunoto, 2006). Sedangkan pada
yang dikemas dengan Aluminium Foil
plastik Poly Propilene (PP) dari minggu
tidak mengalami perubahan mutu
pertama hingga minggu keempat
selama penyimpanan.
mengalami perubahan warna yang tidak
b. Aluminium Foil merupakan kemasan
begitu cepat berubah yang dapat dikaitkan
yang terbaik selama penyimpanan
pada sifatnya tahan suhu tinggi (150°C)
dengan angka peroksida 0.
namun dapat tembus cahaya sehingga jika
c. Tingkat ketengikan yang tinggi
disimpan terlalu lama akan mengalami
berdasarkan uji angka peroksida
perubahan warna karena tingkat
adalah keripik yang dikemas dengan
pemasakan yang berlanjut, dan pada
kemasan plastik Poly Ethilene (PE).
plastik Poly Ethilene (PE) juga
mengalami mengalami perubahan warna
Saran
yang cepat sehingga dapat dikaitkan
dengan sifat Poly Ethilene (PE) sendiri
Berdasarkan hasil penelitian, kemasan
Labuza, T.P. 1979. Open Self Life Dating
Aluminium Foil merupakan kemasan yang
of Food. OTA Publishing. USA.
terbaik selama penyimpanan dibandingkan
Rukmana, R. 2007. Nenas Budidaya dan
dengan kemasan Poly Ethilene (PE) dan
Pasca Panen. Penerbit Kanisius.
Poly Propilene (PP), maka dari itu Yogyakarta.
produsen keripik nanas disarankan untuk
SNI. 1992. Cara Uji Makanan dan
menggunakan kemasan Aluminium Foil Minuman. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
(Alufo) sehingga keripik yang diproduksi
dapat bertahan lama. Sudarmaji, S. 2007. Analisa untuk Bahan
Pangan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Suprapti M. L. 2001. Membuat Aneka
Anonim . 1992 . Standar nasional Olahan Nanas. Puspa swara.
Indonesia . Dewan Standarisasi Anggota IKAPI. Jakarta.
Nasional . Jakarta .
Sunoto, R. 2006. Pengaruh Jenis Kemasan
Anonim . 1996 . SNI 01-4304-1996. Terhadap Kualitas dan Umur Simpan
Keripik Buah. Dewan Standarisasi Keripik Nangka. Jurusan Teknologi
Nasional . Jakarta . Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Katolik
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak
Soegijapranata. Semarang.
Pangan. UI Pres. Jakarta.