PENGAMATAN PROTOZOA
Disusun oleh :
Kelompok 2
Dosen Pengampu :
KAJIAN TEORI
Menurut Hafsan (2014:10) Protozoa berasal dari kata proto dan zoion yang artinya
hewan pertama. Protozoa hanya memiliki satu sel, sudah terlihat jelas inti sel (satu atau lebih)
dan juga tidak memiliki organ atau jaringan. Beberapa protozoa biasanya hidup di air tawar, air
payau, air laut, dan tanah. Cara hidup protozoa ada yang hidup bebas dan parasit terhadap hewan
lain. Ciri-ciri umum hewan yang tergolong Filum Protozoa dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Tubuh terdiri dari satu sel, hidup berkoloni, ukuran tubuhnya beberapa mikron sampai
beberapa milimeter dan umumnya bersifat mikroskopis.
b) Cara bergeraknya ada yang menggunakan : flagela, silia, atau pseudopodia, dan bahkan
ada yang tidak memiliki alat gerak.
c) Tidak memiliki klorofil, kecuali Euglena.
d) Memiliki bentuk umum yang tetap kecuali Rhizopoda.
Struktur Tubuh
Protozoa merupakan hewan bersel satu dan memiliki bentuk yang bermacam-macam, ada
yang tetap dan tidak tetap. Pada protozoa yang berbentuk tetap ini dikarenakan karena telah
meiliki pelliculus (kulit) dan ada beberapa yang memiliki cangkang kapur. Hewan fillum ini
sebagian besar memiliki sitoplasma yang tidak berwarna. Namun pada Stentor coereleus
berwarna biru dan Blepharisma laterilia berwarna merah atau merah muda.Sitoplasma dibagi
menjadi dua bagian, yaitu Ectoplasma dan Endoplasma. Ectoplasma terletak pada bagian
pinggir, sementara endoplasma pada bagian sentral yang lebih padat dan bergranula.
Umumnya pada protozoa hanya memiliki satu nukleus, tetapi ada juga yang lebih. Seperti
pada Arcella vulgaris atau Opalina ranarum. Secara umum ciliata mempunyai dua tipe nukleus
dan umumnya bulat tetapi ada juga yang berbentuk oval, misalnya pada Paramecium.
Balantidium coli contoh spesies yang memiliki bentuk nukleus seperti ginjal. Bentuk
monilitiform terdapat pada Spirostonum. Pada prinsipnya nukleus memiliki struktur vasikula
dan granular. Terdapat dua vakuola pada protozoa, yaitu vakuola makanan dan vakuola
stasionari. Pada vakuola stasionari terdapat cairan-cairan kristal, butiran-butiran minyak, dan
materi lainnya yang ada pada protozoa. Sementara itu vakuola makanan dan vakuola kontraktil
hanya terdapat pada protozoa air tawar, tetapi tidak terdapat pada protozoa yang hidup parasit
dan hidup di air laut. Vakuola kontraktil berfungsi sebagai alat eksresi dan juga mengatur
tekanan osmotik tubuh.
Mitokondria pada protozoa terdapat pada bagian pernapasan secara aerobik. Sebagian
besar mitokondria memiliki tubulus pada bagian dalamnya. Mitokondria berkaitan dengan
penggunaan energi pada alat gerak dan vakuola kontraktil. Pada sebagian besar protozoa
sedikitnya terbungkus oleh membran dan mempunyai sedikit granula seluas permukaanya.
Membran memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem pengangkutan enzim, sehingga
metabolisme menjadi lebih efisien. Sebagian besar spesies, membran juga dilapisi oleh lapisan
lain sehingga terbentuk kulit (pelliculus), maka protozoa tersebut memiliki bentuk tubuh tetap.
Alat gerak
Protozoa memiliki alat gerak yang bermacam-macam yaitu pseupodia, flagella, silia dan
bahkan tidak memiliki alat gerak. Pseupodia dibentuk dari bagian ektoplasma, lalu endoplasma
akan mengikuti. Flagella adalah ciri khas alat gerak kelas Mastigospora. Sementara Silia
merupakan ciri khas dari kelas Ciliata.
Klasifikasi
a. Superklas Flagellata (Mastigospora)
Merupakan protozoa paling sederhana (primitif) yang menggunakan flagela sebagai alat
gerak hewan dewasa. Pada kelas flagelata dibagi menjadi dua klas yaitu:
1) Phytomastigosphorea: memiliki satu atau dua flagela, mempunyai chromoplast untuk
fotosintesis (holophitic). Contohnya: Euglena , Volvox, Chlamydomonas, Paranema.
2) Zoomastigosphorea: memiliki satu flagela atau lebih, tidak memiliki chromoplast,
holozoik atau saprozoik, hidup bebas namun lebih banyak komensal, simbiosis atau parasit
pada hewan. Contohnya : Leishmania , Trypanosoma.
b. Superklas Sarcodina/Rhizopoda
Protozoa ini memiliki alat gerak pseupodia (kaki semu) yang juga digunakan pada saat
makan. Organela kurang berkembang dan ada yang mempunyai struktur dengan rangka dengan
berbagai bentuk dan komposisi. Dibagi kedalam empat group yaitu : amoeba, foraminifera,
heliozoa, dan radiolaria. Beberapa ontoh rhizopoda yaitu Entamoeba coli, Arcella, Difflugia,
Foraminifera, Radiolaria.
c. Subfillum Sporozoa dan Cnidospora (Group Sporozoa)
Merupakan protozoa parasit yang paling terkenal dari semua sporozoa, yaitu golongan
gregarina dan coccidia, karena hospesnya tersebar paling banyak pada invertebrata dan juga
vertebrata termasuk manusia. Contohnya pada subklas Coccidia yaitu plasmodium penyebab
penyakit malaria, sementara pada subklas Gregarina yaitu Monocystis lumbrici yang hidup di
dalam tubuh cacing tanah.
d. Subfilum Ciliophora
Merupakan jenis terbesar dari semua kelas protozoa. Semua anggotanya memiliki silia
sebagai alat gerak dan untuk menangkap makanan, dan juga sebagian besar memiliki “mulut”
atau sitostome. Memiliki dua inti, yaitu makronukleus (vegetatif) dan mikronukleus (generatif).
Sebagian besar hidup di air tawar, dan air laut, beberapa spesies juga bersifat ekto dan
endokomensal, dan parasit. Beberapa contoh anggota Ciliata yaitu : Paramecium caudatum,
Stentor coerulens, Vorticella campanula, Balantidium coli.
BAB III
METODE PENELITIAN
Praktikum Protozoa ini dilaksanakan pada tanggal 12 maret 2023 – selesai, yang
bertempatan dilaboratorium Pendidikan Biologi, Mendalo darat, Jambi, Universitas Jambi
3.2. Alat dan Bahan
3.2.2 Bahan
3.2.1 Alat
1. Air rendaman jeraami
1. Mikroskop cahaya
selama minimal 4 hari
2. Silet/gunting kecil
2. Kecoa biasa (Periplaneta
3. Jarum pentul sp.)
4. Pipet tetes 3. Larutan garam fisiologis
NaCl
Mikroskop
Hasil
Mikroskop
Gunting perut kecoa dari sebelah belakang ke bagian muka
Hasil
BAB IV
4.1 Hasil
Pengamatan Gambar Keterangan
Air jerami Perbesaran 4x - Berbentuk bulat
panjang
Paramecium
- Tidak berwarna
- Terdapat silia
- Bergerak lincah
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan protozoa usus kecoa dibawah mikroskop menemukan
Paramecium caudatum hanya saja kami kesulitan untuk melihat bentuk dari protozoa
tersebut karena pegerakanya terlalu cepat dan kecil. Paramecium caudatum, hewan ini
tampak berenang-renang dengan gerakan yang bervariasi (tidak beraturan) dan dengan
sangat cepat. Hal tersebut dikarenakan adanya rambut getar atau silia yang memenuhi
seluruh permukaan tubuh dari hewan ini. Paramaecium caudatum mempunyai bentuk tubuh
seperti sandal. Apabila dilikat dibawah mikroskop hewan ini mempunyai bentuk yang tetap
atau tidak berubah-ubah. Paramaecium caudatum lebih banyak ditemukan pada medium
biakan yang ditutupi kertas karbon dibandingkan medium biakan yang ditutupi plastik
transparan. (Jasin 2016:54).
Paramecium caudatum mempunyai bentuk seperti sendal. Menurut Radiopoetro
(2015: 168), panjang tubuh kurang lebih ¼ mm, silindris tetapi permukaan dorsal dan
ventral agak memipih dan mempunyai ujung anterior. Pada permukaan ventral terdapat
lekukan serong yang disebut peristoma yang melanjutkan diri sebagai cytopharynx. Proses
pembelahan Paramecium caudatum diselingi proses konjugasi akhirnya masing-masing
individu mempunyai mikronukleus yang tunggal.
Menurut Rohmimohtarto (2007: 108) Sifat khas dari kelas ini adanya bulu getar
seperti rambut di sekujur badannya yang digunakan untuk bergerak, menangkap makanan,
atau kadang-kadang hanya untuk menimbulkan arus air untuk pernapasan. Pada kelompok
tertentu, bulu getar tersebut dimiliki sepanjang hidupnya dan pada kelompok yang lain bulu
getar tersebut hanya dimiliki di sebagian daur hidupnya.
Dari hasil pengamatan, menemukan protista mirip hewan (protozoa) contohnya
paramecium, spesies ini banyak ditemukan di air rendaman jerami, membuktikan bahwa air
rendaman jerami bisa untuk mengkulturkan spesies ini Paramecium sp.
Dari hasil pengamatan Paramecium sp .tergolong hewan bersel satu yang tubuhnya
besar dan hidup di air tawar, dapat dilihat dengan mata biasa biasa sebagai titik yang
bergerak-gerak, panjangnya 80.350 mikron (1 Mikron = 1/ 1000 mm). Rambut getar
diseluruh permukaan tubuhnya sebenarnya adalah tonjolan selaput permukaan sel. Saat
hewan ini bergerak, bagian deapanya adalah bagian yang tumpul sedangkan bagian
belakangnya adalah bagian yang lancip. Pada bagian tubuh yang lancip terdapat lengkukan
ke dalam yang merupakan lubang mulut sel yang di sebelah dalamnya berhubungan dengan
suatu corong, berakhir pada rongga makanan.. (Kashiko 2014:13).
Paramecium sp. berkembang biak dengan membelah diri dan konjugasi. Pada
pembiakan membelah diri inti mikro terbelah menjadi dua bagian yang masing-masing
bergerak ke arah ujung sel yang berlawan. Inti mikro membelah melintang menjadi dua:
corong makanan dan rongga yang berdenyut yang kedua terbentuk juga dan disertai
terjadinya lenkukan melintang yang membagi tubuh menjadi dua bagian yang sama besar.
Paramecium sp. bergerak dengan menggunakan silia (bulu getar) nya, oleh karenanya
masuk kedalam filum cilliata. (Arsyad 2015 : 26).
Air rendaman jerami perlu direndam selama beberapa hati sebelum dilakukannya
pengamata terhadap air tersebut, hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan perkembang
biakan protozoa yang terdapat pada air jerami sehingga ketika akan dilakukan pengamatan
kemungkinan meningkatnya jumlah protozoa sudah cukup untuk bisa diamati. Hal ini
memungkinkan protozoa yang akan diamati menjadi lebih mudah untuk tertangkap
menggunakan pipet tetes.
Pengamatan yang dilakukan ditemukan beberapa kegagalan diantaranya protozoa
pada usus kecoa ataupun air rendaman jeram, hal ini dapat saja terjadi dikarnakan
kemungkinan terbesar tidak ditemukannya jenis protozoa pada kecoa / rendaman jerami
adalah kesalahan dalam melakukan proses pengamatan ataupun bisa terjadi kesalahan dalam
pengambilan sampel, Seperti kemungkinan pengambilan air rendaman jerami, tidak sampai
ke dasar air rendaman, karna sama sama kita ketahui bahwasanya Menurut Radiopoetro
(2015: 168) panjang tubuh Paramecium caudatum kurang lebih ¼ mm, silindris tetapi
permukaan dorsal dan ventral agak memipih dan mempunyai ujung anterior. Sehingga ia
biasanya berada pada dasar air.
Sedangkan pada kecoa kemungkinan tidak ditemukannya protozoa pada usus kecoa
adalah kesalaahan dalam mengaplikasikan mikroskop ataupum kesalahan dalam mengolah
sampel yang akan diamati, sepeti kemungkinan kesalahan pada saat pengambilan sampel
dari usus kecoa.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan bahwa Protozoa merupakan jenis Protozoa adalah hewan yang bersel tunggal,
biasanya mikroskopis dan sangat beraneka ragam. Seperti Paramecium, Euglena dan
Monocystis. Berdasarkan alat geraknya, Protozoa dapat dibedakan menjai 4 kelas, yaitu
Rhizopoda (kaki semu), Flagellata (bulu cambuk), Ciliata (Rambut getar) dan Sporozoa (tidak
memiliki alat gerak).
5.2 Saran
Pelaksanaan praktikum selanjutnya diharapkan lebih terstruktur dalam prosedur dan
waktu sehingga proses praktikum berjalan dengan baik, lancar dan terstruktur tanpa adanya
kontaminasi.
PERTANYAAN PASCA PRAKTIK
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, P.L., Widana, I.N.S., 2016, Pengaruh Air Rendaman Jerami pada Ovitrap terhadap Jumlah Telur
Nyamuk Demam Berdarah (Aedes Sp) yang Terperangkap. Jurnal EMASAINS, Volume 2,
Nomor 1, 8-12
Arsyad, dan Amalia Rezeki. 2015. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Jurusan: PMIPA
FKIP UNLAM Banjarmasin.
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Edisi Ke-5 Terj. Dari: Biology. 5th
ed. Oleh Manalu, W. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Jasin, Maskoeri. 2016. Zoologi Invertebrata. Surabaya :Sinar Wijaya.
Kasmiran, Ariani, 2011, Pengaruh Lama Fermentasi Jerami Padi dengan Mikroorganisme
Lokal terhadap Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik, dan Abu, Lentera Vol 11
No 1, 48-52
Kashiko Publisher. Subrotoi. 2014. Respirasi Hewan. Universitas Jakarta.
Radiopoetro. 2016. Zoologi. Jakarta. Erlangga.
Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta.
Djambatan.
LAMPIRAN
Lampiran
Laporan Sementara