Anda di halaman 1dari 6

Coronavirus Disease 2019: Sebaran dan Metode Deteksi

Putra Adi Irawan, S.ST., M.Si.


Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Email: putraadiirawan45@gmail.com

Sebaran kasus penyakit yang disebabkan ke seluruh dunia (Kemnkes, 2020; ). Secara
Coronavirus atau yang juga dikenal dengan global kasus covid 19 di laporkan oleh WHO
sebutan Covid-19 di Indonesia bermula terjadi per 22 Juni 2020. 8,807,398 kasus dengan
pada 2 Maret 2020 Depok, Jawa Barat. Virus angka kematian sebanyak 464.483 yang
yang pertama kali terdeteksi di Wuhan tersebar diseluruh negara sebagaimana yang
(China) pada akhir Desember 2019 lalu, ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
perlahan namun pasti, menyebar dengan cepat

Gambar 1. Sebaran Kasus Covid 19 di Seluruh Dunia


(Sumber: WHO, 2020b)

Penyakit ini tergolong unik karena n=1.102), penyait jantung (CFR = 10,5;
cenderung dianggab menakutkan, namun tidak n=873), penyakit saluran nafas kronis (CFR =
sedikit pasien dapat sembuh dengan 6,3; n=511), hipertensi (CFR = 6,0; n=2.683)
sendirinya. Hal ini juga tergantung kondisi dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan jenis
kesehatan dan imunitas tubuh seseorang. kelamin pada kasus di China, pria lebih
Tidak sedikit angka kematian yang dipicu oleh beresiko (CFR = 2,8; n= 22.981) dibanding
virus ini pada mereka yang memiliki penyakit wanita (CFR = 1,7; n=21.619) (China-CDC,
bawaan (komorbid), diantaranya: Kanker 2020)
(CFR = 5,6; n=107), diabetes (CFR= 7,3;
Perkembangan Covid-19 di Indonesia Dermaga dan Bandara, serta masih banyak
tergolong masif dan fluktuatif, dan berdampak lagi. Berikut ini merupakan data
signifikan pada seluruh wilayah Indonesia. perkembangan kasus Covid-19 Per Juni 2020
Mulai dari karantina wilayah, Pembatasan yaitu:
Sosial Berskala Besar (PSBB), penutupan
Grafik 1. Perkembangan Kasus Baru dan Kematian Baru Covid-19 di
Indonesia

50000
45000
Frekuensi

40000
35000
30000 Kasus Baru
25000 Total Kasus
20000 Kematian Baru
15000 Total Kematian
10000
5000
0
02/03/2020 02/04/2020 02/05/2020 02/06/2020

(Sumber: Data Sekunder)

Berdasarkan grafik tersebut di atas, Timur: 435 kasus, Kalimantan Tengah: 785
jumlah kasus total Covid-19 masih kasus, Kalimantan Selatan: 2.685 kasus, dan
menunjukkan grafik yang masih terus Kalimantan Utara: 177 kasus. Kemudian di
meningkat. Data positif COVID-19 provinsi Kepulauan Riau: 281 kasus, Nusa Tenggara
5 besar dengan kasus positif terbanyak secara Barat: 1.067 kasus, Sumatera Selatan: 1.839
kumulatif adalah mulai dari DKI Jakarta: kasus, Sumatera Barat: 707 kasus, Sulawesi
10.098 kasus, Jawa Timur: 9.857, Sulawesi Utara: 854 kasus, Sumatera Utara: 1.115
Selatan: 3.908, Jawa Barat: 2.865 dan Jawa kasus, dan Sulawesi Tenggara: 334 kasus.
Tengah 2.717. Selain itu, Gugus Tugas Adapun di Sulawesi Tengah: 176 kasus,
Nasional juga merincikan akumulasi data Lampung: 181 kasus, Riau :166 kasus,
positif COVID-19 lainnya di Indonesia yaitu Maluku Utara: 431 kasus, Maluku: 633
di Provinsi Aceh; 49 kasus, Bali: 1.080 kasus, Papua Barat: 224 kasus, Papua: 1.440
kasus, Banten: 1.361 kasus, Bangka Belitung: kasus, Sulawesi Barat: 104 kasus, Nusa
148 kasus, Bengkulu: 116 kasus, Yogyakarta: Tenggara Timur: 111 kasus dan Gorontalo:
288 kasus. Selanjutnya di Jambi: 112 kasus, 230 kasus (Yurianto, 2020).
Kalimantan Barat: 298 kasus, Kalimantan
Yurianto (2020) juga menjelaskan bahwa baru dan 38 sembuh, Kalimantan Selatan: 89
terjadi penambahan jumlah kasus positif kasus baru dan 10 sembuh, Sumatera Selatan:
sebanyak 954 orang per tanggal 22 Juni 2020, 60 kasus baru dan 17 sembuh. Berdasarkan
sehingga totalnya menjadi 46.845 orang. data dari 34 Provinsi di Tanah Air, Provinsi
Jumlah yang sembuh mencapai 18.735 orang DKI Jakarta menjadi wilayah penambahan
dan angka kematian mencapai 2.500 orang. kasus sembuh tertinggi yakni 5.128 disusul
Angka tersebut tidak tersebar merata di Jawa Timur sebanyak 2.855, Sulawesi Selatan
seluruh wilayah Indonesia. Penambahan kasus 1.321, Jawa Barat 1.287, Jawa Tengah 970.
tertinggi adalah provinsi Jawa Timur sebanyak Berikut ini adalah grafik 2. Sebaran
315 orang dan sembuh 66 orang. Kemudian Kasus, Angka Kesembuhan, dan Angka
DKI Jakarata 127 orang, sembuh 74 orang. Kematian, Covid-19 di Indonesia
Selain itu, Sulawesi Selatan: 111 orang kasus

Grafik 2. Sebaran Kasus, Angka Kesembuhan, dan Angka Kematian, Covid-19 di Indonesia

(Sumber: BBC.Com, 2020)

Dilaporkan juga ada sebelas (11) provinsi sembuh 72 orang dan 8 orang meninggal
yang tidak mengelami penambahan kasus (Kemenkes, 2020 dalam BBC 2020).
positif yakni: Aceh, Bangka Belitung, Di bawah ini adalah peta sebaran
Bengkulu, DI Yogyakarta, Jambi, Kalimantan kasus, angka kematian, dan angka
Barat, Sumatera Barat, Lampung, Papua kesembuhan Covid-19 di wilayah Indonesia
Barat, Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara (Gambar 2) dan angka lonjakan kasus yang
Timur (Yurianto, 2020). Provinsi Bengkulu cukup besar per Mei-Juni 2020 yang menjadi
sendiri data terkonfirmasi positif per tanggal perhatian pemerintah (Grafik 2) yaitu:
22 Juni 2020 yaitu sebanyak 116 kasus,
Gambar 2. Sebaran Kasus, Angka Kematian, dan Angka Kesembuhan Covid-19
(Sumber: Kemenkes RI, 2020 dalam BBC.Com, 2020)

Grafik 2. Lonjakan Tertinggi Kasus Covid-19 per Mei-Juni 2020


1400
1200 1241

1000 1043
973 949 993 954
800
689 Jumlah Lonjakan
600
484 533 Kasus
400
200
0
05 09 13 21 23 06 09 10 22
Mei Mei Mei Mei Mei Juni Juni Juni Juni

(Sumber: Data Sekunder)

Metode deteksi yang umum digunakan 2020; WHO, 2020c). Pada paparan awal
dalam pemeriksaan Covid-19 diantaranya (1-3 hari) hasil pemeriksaan Ab terkadang
adalah: non-reaktif. Sejumlah pasien Covid-19
a) Rapid Diagnostic Test (RDT) berbasis yang terkonfirmasi positif melalui tes
antibodi (Ab) molekuler dilaporkan memiliki respon Ab
Metode ini tergolong mudah dan yang lemah, terlambat, bahkan tidak
murah digunakan dengan waktu terbentuk (Zhao, et al., 2020; Okba, 2020;
pemeriksaan yang cuckup singkat yakni Lin, 2020; WHO,2020c). Sehingga pada
sekitar 15-30 menit. Pemeriksaandengan kondisi ini pemilihan metode uji RDT
metode ini umumnya mendektisi Ab baik berbasis Ab dianggap kurang tepat.
IgG dan IgM. Sampel yang digunakkan Antibodi akan dihasilkan setelah beberapa
dapat menggunakan whole blood, serum, hari atau minggu setelah terjadinya infeksi
atau plasma (Liu, et al., 2020; Li, et al., virus. Respons antibodi bergantung pada
beberapa faktor, seperti usia, status nutrisi, b) Rapid Diagnostic Test (RDT) berbasis
tingkat keparahan penyakit, dan antigen (Ag)
pengobatan serta masalah imunodefisiensi Tes diagnostik cepat (RDT) berbasis
akut dan kronis (Zhao, et al., 2020; Okba, Ag sebaiknya menggunakan sampai
2020; WHO,2020c). sampel nosofaring ataupun orofaring
Sejumlah riset melaporkan bahwa (Kemenkes 2020, WHO, 2020c). Antigen
mayoritas respons antibodi pasien baru dapat terdeteksi pada saat virus
muncul pada pekan kedua setelah muncul bereplikasi secara aktif, sehingga metode
gejala.2,6,7,10-14 (Zhao, et al., 2020; pemeriksaan ini sangat baik digunakan
Okba, 2020; Wolfel, et al., 2020; WHO, untuk mengidentifikasi infeksi akut atau
2020c: WHO, 2020d). Hal ini berarti infeksi tahap awal. Keterbatasan metode
diagnosis infeksi COVID-19 berbasis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
respons antibodi baru mungkin dilakukan diantaranya: waktu munculnya gejala
pada fase pemulihan, di saat kesempatan penyakit, konsentrasi virus pada sampel,
intervensi atau interupsi klinis terhadap kualitas preparasi sampel dan mutu
penularan penyakit telah terlewat. Deteksi reagen yang digunakan. Berdasarkan
antibodi yang menyasar antibodi COVID- pengamatan penggunaan RDT berbasis
19 juga menghasilkan kemungkinan antigen untuk penyakit-penyakit saluran
bereaksi silang dengan patogen lain seperti pernapasan lain misalnya: influenza,
jenis coronavirus manusia yang lain konsentrasi virus pada sampel dari
(misal: MERS) (Okba, 2020; Wolfel, et saluran pernapasan pasien sebanding
al., 2020; WHO, 2020c: WHO, 2020d). dengan Covid-19, sensitivitasnya pun
Hal tersebut berpotensi memberikan hasil diperkirakan berkisar dari 34- 80%
positif palsu. Akan tetapi, deteksi IgG dan (Bruning, et al., 2017; WHO, 2020c).
IgM Covid-19 juga perlu dilakukan untuk Hasil studi lain menunjukkan bahwa
mendukung upaya penemuan vaksin, metode ini berpeluang terjadi bias sekitar
monitoriung atau pemantauan awal tingkat 50% atau bahkan lebih dari jumlah pasien
infeksi (WHO, 2020c). terinfeksi Covid-19 yang diperiksa.
Berdasarkan sejumlah keterbatasan Namun hal ini, masih perlu diteliti lebih
yang ada, maka WHO tidak lanjut untuk memahami tingkat keakuratan
merekomendasikan penggunaan tes metode tersebut. Selain itu, positif palsu
diagnostik cepat berbasis deteksi antibodi dapat terjadi jika antibodi pada strip uji
untuk perawatan pasien, namun dapat juga bereaksi bereaksi terhadap antigen
digunakan untuk surveilans penyakit dan virus selain Covid-19, seperti tipe
penelitian epidemiologis (WHO, 2020c). coronavirus manusia penyebab batuk
Alternatif lain dapat memilih metode pilek. Dengan segala keterbatasan yang
ELISA dalam monitoriung dan evaluasi ada, WHO tidak merekomendasikan
kadar IgG dan IgM pasien (Gorse, et al., penggunaan tes diagnostik cepat berbasis
2020). deteksi antigen untuk perawatan pasien di
Rumah Sakit (WHO, 2020c: WHO, meskipun kondisi pasien tanpa gejala
2020d). sekalipun. Keterbatasan metode ini
c) Molekuler diantaranya adalah biaya reagen yang
Salah satu Pemeriksaan secara tidak murah, jumlah reagen yang terbatas,
molekuler yang digunakan untuk deteksi dan waktu uji yang relatif lama. Akan
RNA virus Covid-19 adalah Real Time tetapi, dengan segala keterbatasan yang
Polimerase Chain Reaction (RT-PCR). ada, WHO dan Kemenkes RI lebih
Sampel yang digunakan sebaiknya berasal merekomendasikan metode ini dalam
dari swab nosofaring dan orofaring perawata pasien Covid 19 (Kemenkes,
(Kemenkes 2020; WHO, 2020c). Hingga 2020; WHO, 2020c; WHO, 2020d).
saat ini, metode ini dinilai sangat efektif
dalam penetapan diagnosis Covid-19,

Referensi:
Bruning AHL, Leeflang MMG, Vos JMBW, Spijker R, de during the COVID-19 outbreak. Diakses pada Juni, 2020
Jong MD, Wolthers KC, et al. (2020). Artikel Ilmiah melaui:https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.0
(online). Rapid Tests for Influenza, Respiratory 3.27.20045153v1.full.pdf
Syncytial Virus, and Other Respiratory Viruses: A Okba N.M.A, Muller M.A., Li W, Wang C, et al. (2020).
Systematic Review and Meta-analysis. Clinical Artkel ilmiah (online). SARS-COV-2 specific antibody
Infectious Diseases, 65 (6): 1026–1032, Diakses pada responses in COVID-19 patients.
Juni, 2020 melalui: https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.18.20
https://academic.oup.com/cid/article/65/6/1026/382959 038059v1
0 World Health Organization. (2020a). Novel Coronavirus
Center of Disease Center and Pevention (CDC). (2020). – China. https://www.who.int/csr/don/12-january-
Coronavirus Disease (Covid-19). 2020-novel-coronavirus-china/en/
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/symptoms- World Health Organization. (2020b). WHO Coronavirus
testing/symptoms.html Disease (COVID-19). Dashboard
China-CDC. (2020). Artikel lmiah. Vital Surveillances: The Data.https://covid19.who.int/?gclid=EAIaIQobChMI0p
Epidemiological Characteristics of an Outbreak of 2019 invaSV6gIV2yMrCh1E4Q5NEAAYAiAAEgIETPD_BwE
Novel Coronavirus Diseases (COVID-19)-China, 2020. World Health Organization. (2020c).Saran penggunaan tes
CCDC Weekly 2(8): 113-122. imunodiagnostik di fasyankes (point ofcare) untuk
Gorse GJ, Donovan MM, Patel GB. (2020). Artikel Ilmiah COVID-19.
(online). Antibodies to coronaviruses are higher in older World Health Organization. (2020d). “Paspor imunitas”
compared with younger adults and binding antibodies dalam konteks COVID-19
are more sensitive than neutralizing antibodies Wolfel R, Corman V, Guggemos W, Seilmaier M, Mueller M,
identifying coronavirus-associated illnesses. Journal of Niemeyer D, et al. (2020). Artikel Ilmiah (online).
medical virology. https://doi.org/10.1002/jmv.25715 Virological assessment of hospitalized patients with
Kemenkes RI. 2020, Pedoman kesiapsiagaan menghadapi COVID-2019. Nature, 581: 465-469. Diakses pada Juni,
coronavirus deasease (covid 19) . Jakarta: Balitbang 2020 melaui: https://www.nature.com/articles/s41586-
Kemenkes RI 020-2196- x
Liu Y, Liu Y, Diao B, Ren Feifei, et al. (2020). Artikel Ilmiah Yurianto, A. (2020). Laoran Harian Gugus Tugas Percepatan
(online). Diagnostic indexes of a rapid IgG/IgM Penanganan COVID-19, Senin, 22 Juni 2020 (online).
combined antibody test for SARS-CoV- 2. Medxriv. Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Diakses pada Juni 2020 melalui: (BNPB), Jakarta. https://covid19.go.id/p/berita/kasus-
https://doi.org/10.1101/2020.03.26.20044883. positif-covid-19-bertambah-954-pasien-sembuh-jadi-
Li Z, Yi Y, Luo X, Xion N, et al. (2020). Artikel Ilmiah 18735-meninggal-naik-35-orang
(online). Development and clinical application of a rapid Zhao J, Yuan Q, Wang H, Liu W, Liao X, Su Y, et al. (2020).
IgM-IgG combined antibody test for SARS-CoV-2 Artikel ilmiah (online). Antibody responses to SARS-
infection diagnosis. Journal of medical virology: 1-7. CoV-2 in patients of novel coronavirus disease 2019.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/jmv.257 Diakses pada Juni, 2020 melalui:
27 https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.02.20
Lin D, Liu L, Zhang M, Hu Y, et al. (2020). Artikel Ilmiah 030189v1.full.pdf
(online). Evaluation of serological tests in the diagnosis
of 2019 novel coronavirus (SARS- CoV-2) infections

Anda mungkin juga menyukai