I Pendahuluan
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden).
Penyakit infeksi dan menular masih memerlukan perhatian besar dan sementara itu telah terjadi
peningkatan penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit karena perilaku tidak sehat serta
penyakit degeneratif. Kemajuan transportasi dan komunikasi, membuat penyakit dapat
berpindah dari satu daerah atau negara ke negara lain dalam waktu yang relatif singkat serta
tidak mengenal batas wilayah administrasi. Selanjutnya berbagai penyakit baru (new emerging
diseases) ditemukan, serta kecenderungan meningkatnya kembali beberapa penyakit yang
selama ini sudah berhasil dikendalikan (re-emerging diseases).
Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi Indonesia sehat dan tercapainya tujuan nasional
pembangunan kesehatan serta terwujudnya tujuan pembangunan kesehatan daerah yang
spesifik dan lokal yang memerlukan penerapan konsep pengambilan keputusan berdasarkan
fakta, maka diselenggarakan sistem surveilans epidemiologi kesehatan yang handal, sehingga
para manajer kesehatan dapat mengambil keputusan program yang berhasil guna (efektif) serta
berdaya guna (efisien) sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisienmelalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan. Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan
prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit
penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat
kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi
antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. Berdasarkan hal tersebut dibangunlah Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) merupakan upaya pemantauan secara terus menerus
penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang membutuhkan respon cepat. SKDR mengamati
23 penyakit berpotensi KLB melalui portal online yang sewaktu-waktu dapat memberikan sinyal
KLB jika melebihi nilai ambang batas pada masing-masing penyakit.
II Tujuan
Sebagai bahan respon kesiapsiagaan kasus penyakit potensial PHEIC
h. MERS
Tidak ada penambahan kasus pada minggu 27 sejak pelaporan 1 kasus konfirmasi dengan
1 kematian di Arab Saudi pada minggu ke-10 tahun 2023. Total kasus konfirmasi MERS-
CoV di dunia sejak April 2012 hingga pada Februari 2023 sebanyak 2.604 kasus
konfirmasi dengan 936 kasus kematian (CFR: 36%). Sebagian besar kasus dilaporkan dari
Arab Saudi sebanyak 2.195 kasus konfirmasi dengan 855 kematian (CFR: 39%).
i. Meningitis
Australia dan Taiwan kembali melaporkan penambahan masing-masing 5 kasus dan 1
kasus meningitis meningokokus pada minggu ke-27 tahun 2023, sehingga total kasus di
Australia sebanyak 70 kasus dan Taiwan sebanyak 3 kasus pada tahun 2023. Selain itu,
Selandia Baru juga melaporkan penambahan 6 kasus pada minggu ke-23, sehingga total
kasus di Selandia Baru tahun 2023 sebanyak 19 kasus. Total kasus meningitis
meningokokus yang dilaporkan dari tahun 2022 hingga minggu ke-27 tahun 2023 dari 12
negara (Brasil, Etiopia, Irlandia,
Niger, Nigeria, Perancis, RD Kongo, Selandia Baru, Singapura, Sudan Selatan, Taiwan, dan
Australia) sebanyak 11.077 kasus yang meliputi 473 kasus konfirmasi dan 680 kematian
(CFR dari total kasus: 6,14%)
j. Marbug
Wabah Penyakit Virus Marburg di Tanzania (per 2 Juni 2023) dan Guinea Ekuatorial (per
8 Juni 2023) sudah dinyatakan berakhir setelah 42 hari tanpa ada penambahan kasus
konfirmasi. Total kasus Penyakit Virus Marburg yang dilaporkan di Guinea Ekuatorial dan
Tanzania pada tahun 2023 sebanyak 25 kasus konfirmasi dan 24 kasus probable dengan
41 kematian (CFR dari total kasus: 83,7%).
k. Crimean-Congo Haemorrhagic Fever (CCHF
Pada minggu ke-27 tahun 2023, Afghanistan melaporkan total kasus tahun 2023
sebanyak 494 kasus (kasus KLB dan kasus sporadis) Crimean-Congo Haemorrhagic Fever
dengan 47 kematian (CFR: 9,51%).
2. Situasi Nasional
a. Polio
Tidak ada penambahan kasus pada minggu 27 sejak terakhir dilaporkan satu kasus
tambahan polio (tipe cVDPV2) pada 14 Maret 2023 melalui surveilans AFP di Kab.
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Ini merupakan kasus polio pertama yang dilaporkan
Provinsi Jawa Barat sehingga total kasus Polio di Indonesia sebanyak 4 kasus Polio tipe
cVDPV2 dengan tiga kasus polio sebelumnya di laporkan dari Provinsi Aceh (1 kasus di
Pidie, 1 kasus di Aceh Utara, dan 1 kasus di Bireuen) serta ditemukan cVDPV2 yang
terkait secara genetik dari hasil pemeriksaan tinja pada 4 anak sehat (tidak bergejala)
yang berasal dari komunitas yang sama dengan kasus di Pidie namun bukan kontak erat
dengan kasus.
b. MERS
Hingga minggu ke-27 tahun 2023 tidak dilaporkan adanya kasus baru, sejak minggu ke 12
dilaporkan 1 suspek MERS dengan hasil negatif sehingga sampai saat ini, tidak ada kasus
konfirmasi MERS-CoV di Indonesia.
c. Avian Influenza A (H5N1)
Indonesia pernah melaporkan kasus A(H5N1) pada tahun 2005-2017 sebanyak 200 kasus
dengan 168 kematian (CFR84%). Sejak tahun 2018 hingga minggu 20 tahun 2023 belum
ada pelaporan kasus baru.
d. Covid-19
Pada tanggal 22 Juni 2023, Indonesia telah menetapkan berakhirnya status pandemi
COVID-19 di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2023. Total kasus
COVID-19 di Indonesia sampai dengan 8 Juli 2023 sebanyak 6.812.015 kasus konfirmasi
dengan 161.872 kematian (CFR: 2,38%) dan 6.641.649 sembuh yang tersebar di 514
kab/kota di 34 provinsi. Lima provinsi yang melaporkan rata-rata kasus konfirmasi harian
terbanyak pada minggu ke-27 tahun 2023 di antaranya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Timur, Banten, dan Sumatera Utara..
10
0
ng ru n e b a n g w a to u ur ra os ep ng ar ap j ai ng l ar aja ra jo sar po re
t ae Bar Bo um eka Go pon L uw Ti m Uta Mar ngk nra el ay i dr Si n ppe aka Tor Ut a W a kas al o e-P a
n k r e u a i S S T a a P r
Ba lu En n u
w uw P P So na aj M Pa
Bu Je Lu L Ta Tor
Jumlah Kasus
117110
Jumlah Alert
Tabel 4. Distribui Jenis Alert dan Jumlah Kasus Berdasarkan Jenis Alert
Di Kab/Kota Propinsi Sulawesi Selatan Minggu 27 Tahun 2023
No Penyakit Jumah Alert % Jumlah Kasus %
1 Suspek Covid-19 1 0.61 15 1.16
2 Malaria Konfirmasi 10 6.10 14 1.08
3 Suspek Demam Typhoid 6 3.66 26 2.01
4 Suspek Campak 12 7.32 17 1.31
5 GHPR 97 59.15 173 13.36
6 ILI 10 6.10 388 29.96
7 Suspek HFMD 6 3.66 7 0.54
8 Diare Akut 20 12.20 651 50.27
9 AFP 1 0.61 3 0.23
10 Sindrome Jaundice Acut 1 0.61 1 0.08
Jumlah 164 100 1295 100
Sumber : Data SKDR Tahun 2023
Distribui Jenis Alert dan Jumlah Kasus Berdasarkan Jenis Alert
Di Kab/Kota Propinsi Sulawesi Selatan Minggu 27 Tahun 2023
700
600
500 Jmlh Kasus
388
400 Jmlh Alert
Jumlah Kasus
300 651
173
200
100 97
15 14 6 26
0 1 10 12 17 10 67 20 3
1 1
Berdasarkan data alert yang terjadi diketahui terdapat 10 kasus penyakit potensial KLB dan
alert tertinggi yang dilaporkan yakni Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 97
(59,15 %) dari keseluruhan alert yang terjadi yakni 164 alert yang dilaporkan dengan jumlah
kasus GHPR sebanyak 173 kasus GHPR 13,36 % ).
Terdapat beberapa penyakit potensial PHEIC yang dilaporkan melalui SKDR seperti :
2. Kasus Pnemonia
70 67 66
56 54 58 55 56 55 56 56 57 55
60 50 49 51 53 52 50 51
50 45 46
41 38 39
40 36
30
18
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Minggu
600
500 434
355 388 381400354352 371337 355386329334
400 341 325
274 261
299 287 286315291268
300 238
177
200 126
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Minggu
Jumlah Kasus
50 43
40 37
30
30 24
19 16
20 13 13 12 14 12 11 14 12 10 11
9 9 8 8 8 8 11 9
10 2 5 2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Minggu
5. Kasus GHPR
250 230
Jumlah Kasus
196
200 178
151
150 133 123 128
103 93 112 110 102
100 70
97
85 80 94 90 99 87 84 91 90 88 87
71 72
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Minggu
6. Kasus ILI
7. Kasus Covid-19
Kasus Suspek Covid-19 Minggu 1 s/d 27 Tahun 2023 Provinsi Sulawesi
Selatan
47
Jumlah Kasus
50
40
40 35 34
33
30 30 32 30 31 29 31
30 25 26 25 26 26
22 23 22
18 17 19
20 15 15
9
10
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Minggu
8. Kasus HFMD
Kasus Suspek HFMD Minggu 1 s/d 27 Tahun 2023 Provinsi Sulawesi Se-
latan
18
16
16
14
14 13
Jumlah Kasus
12
10 9
8
8 7 7
6 6 6
6 5
4 4 4
4 3 3 3 3 3
2 1 1 1 1 1 1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Minggu
Dari beberapa penyakit potensial PHEIC yang dilaporkan pada minggu 1 hingga 27 terdapat
penyakit yang mengalami tren peningkatan walaupun tidak signifikan peningkatannya yakni
kasus suspek campak, kasus GHPR dan Suspek HFMD, sedangkan penyakit lainnya mengalami
tren penurunan.
Selama periode minggu 27 tahun 2023 tidak dilaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) oleh
Kab/Kota.
b. Saran / Rekomendasi
1. Peningkatan kinerja surveilans Kab / Kota dengan melakukan pemantauan secara
intensif alert yang terjadi secara berkala
2. Diharapkan untuk mewaspadai kejadian / kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di
beberapa daerah yang terjadi dengan melakukan koordinasi lintas sektor seperti Dinas
Peternakan di Kab / Kota guna memantau tingkat kepadatan binatang seperti anjing
dan monyet.
3. Guna meningkatkan dan mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus Covid-19 perlu
ditingkatkan trancing dan upaya promotif lebih ditingkatkan dengan lebih
menitikberatkan pada penerapan protocol kesehatan.
4. Meningkatkan koordinasi Lintas Sektor dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB seperti kasus Gigitan Hewan Penular Rabies ( GHPR ) dan penyakit
Suspek Demam Typhoid yang mempunyai kecenderungan meningkat setiap
minggunya.