Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MONKEY POX

NUR KAMAR, SKM, M.Kes


197806032005011001

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I MAKASSAR


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Ta’ala. yang telah
memberikan banyak nikmat, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga
proses pembuatan Makalah ini dapat penulis laksanakan dengan baik. Begitupun
atas rahmat Allah Swt Makalah dengan judul Penyakit Monkey Pox dapat kami
selesaikan dengan baik pula.
Penulis menyadari banyak pihak yang membantu dan berkontribusi dalam
terselesaikannya makalah ini. Segala bentuk bantuan, baik berupa dukungan moril
dan materil sangat membantu penulis dalam mengumpulkan semangat dan
keinginan untuk menyelesaikan studi. Dengan demikian penulis ucapkan terima
kasih dengan ketulusan hati kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
membimbing penulis selama Menyusun makalah ini.
Semoga Allah Ta’ala memberikan pahala yang berlimpah atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Selain itu penulis juga
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dari berbagai
kalangan. Penulis kemudian mengucapkan permohonan maaf jika selama proses
penyusunan makalah banyak melakukan kesalahan, baik berbentuk lisan maupun
tulisan, yang dilakukan secara disengaja maupun tidak disengaja. Salam.

Makassar, 10 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1................................................................................................................
Latar Belakang......................................................................................1
1.2................................................................................................................
Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3................................................................................................................
Tujuan...................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Epidemiologi Penyakit Monkey Pox.....................................................4
2.2 Patogenesis Penyakit Monkey Pox........................................................6
2.3 Penularan Penyakit Monkey Pox...........................................................6
2.4 Manifestasi Klinis/Gejala Penyakit Monkey Pox..................................7
2.5 Diagnosis Penyakit Monkey Pox...........................................................7
2.6 Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Monkey Pox.............................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................11
3.1 Kesimpulan...........................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Monkey Pox (MPXV) disebut juga dengan cacar monyet yang merupakan
suatu penyakit infeksi langkah yang muncul pada hewan tertentu. Monkey Pox
disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus cacar monyet termasuk dalam
genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga
termasuk virus seperti variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan
dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi (Sarumaha et al., 2019). Monkey Pox
yang termasuk dalam penyakit zoonotik orthopoxvirus (OPX) yang secara
endemis berasal dari Afrika Barat dan Tengah. Kasus Monkey Pox dilaporkan
berasal dari Cekungan Kongo di Republik Demokratik Kongo, Republik
Afrika Tengah sejak tahun 2005. Pencegahan yang sudah dilakukan seperti
pemberian vaksinasi cacar dengan virus Vacinia dapat digunakan juga sebagai
perlindungan infeksi Monkey Pox pada manusia (Qelina & Graharti, 2019).
Monkey Pox ditransmisikan dari sumber zoonosis primer dan virus ini juga
dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Sedangkan untuk spesies hewan
yang diduga sebagai pembawa virus primer belum banyak diketahui, salah
satu jenis hewan yang diduga sebagai reservoir potensial sebagai penular dan
pembawa adalah hewan pengerat Afrika yaitu Cricetomisis, Graphiurus,
funiscirusus. Monkey Pox adalah penyakit virus yang menyerupai cacar pada
umumnya. Monkeypox virus hanya terdapat di hutan hujan di Afrika tengah
dan barat sampai 2003, ketika kasus pertama di bagian barat dilaporkan. Pada
akhir musim semi tahun 2003, beberapa orang diidentifikasi di Midwestern
Amerika Serikat dengan gejala demam, ruam, gejala pernapasan, dan
limfadenopati setelah terpapar oleh anjing peliharaan yang sakit (hewan
pengerat spesies Cynomys) yang terinfeksi virus monkeypox (Qelina &
Graharti, 2019).
Sejak Mei 2022, Monkeypox menjadi penyakit yang menjadi perhatian
kesehatan masyarakat global, karena dilaporkan dari negara non endemis.
Sejak tanggal 13 Mei 2022, WHO telah menerima laporan kasus-kasus

1
Monkeypox yang berasal dari negara non endemis, dan saat ini telah meluas
ke 4 regional WHO yaitu regional Eropa, Amerika, Eastern Mediterranean,
dan Western Pacific. Negara non endemis yang telah melaporkan kasus
meliputi Australia, Belgia, Kanada, Perancis, Finlandia, Denmark, Ceko,
Austia, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris, Swiss,
Slovenia, Israel, Sudan, Uni Emirat Arab, Kanada, Argentina Guina, dan
Amerika Serikat (WHO per tanggal 29 Mei 2022). Berdasarkan laporan WHO
per 29 Mei 2022, sebagian besar kasus dilaporkan dari pasien tidak memiliki
riwayat perjalanan ke negara-negara endemis. WHO memperkirakan akan
lebih banyak kasus monkeypox yang teridentifikasi seiring peningkatan
monitoring di negara-negara non endemis (Kemenkes, 2022).
Cacar adalah salah satu penyakit menular yang harus ditangani dengan
serius. Wabah cacar telah terjadi dari masa ke masa. Penularan virus zoonosis
diyakini terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau
mungkin dengan memakan daging yang tidak dimasak dengan benar.
penularan monkey pox juga bisa terjadi lewat aerosol selama kontak dekat,
atau kontak langsung dengan lesi, darah, atau cairan tubuh seseorang. Di
amerika serikat sebagian besar kasus terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kontak langsung dekat dengan hewan, melalui goresan dan gigitan,
atau melalui luka terbuka (Gumandang, 2018).
Cacar monyet (monkeypox) memiliki manifestasi klinis seperti bentuk
cacar biasa, termasuk gejala flu, demam, malaise, sakit punggung, sakit
kepala, dan karakteristik ruam. Diagnosis laboratorium untuk menetapkan
penyakit cacar monyet (monkeypox) sangat penting karena secara klinis tidak
dapat dibedakan dengan penyakit cacar lainnya. Pencegahan yang efektif
bergantung pada pembatasan kontak dengan pasien atau hewan yang terinfeksi
dan membatasi paparan melalui pernapasan bagi pasien yang terinfeksi (Husna
et al., 2020) Namun adanya laporan penularan antar manusia di negara non
endemis tersebut, kemungkinan importasi kasus dari negara terjangkit dan
kemungkinan keberadaaan hewan penular di Indonesia, maka dipandang perlu
bagi Indonesia sebagai negara non endemis untuk melakukan kesiapsiagaan

2
terhadap penyakit monkeypox dengan mempertimbangkan situasi saat ini
(Kemenkes, 2022).
1.2. Rumusan Masalah
A. Epidemiologi Penyakit Monkey Pox ?
B. Patogenesis Penyakit Monkey Pox ?
C. Penularan Penyakit Monkey Pox ?
D. Manifestasi Klinis/Gejala Penyakit Monkey Pox ?
E. Diagnosis Penyakit Monkey Pox ?
F. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Monkey Pox ?
1.3. Tujuan
A. Untuk mengetahui Epidemiologi Penyakit Monkey Pox
B. Untuk mengetahui Patogenesis Penyakit Monkey Pox
C. Untuk mengetahui Penularan Penyakit Monkey Pox
D. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis/Gejala Penyakit Monkey Pox
E. Untuk mengetahui Diagnosis Penyakit Monkey Pox
F. Untuk mengetahui Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Monkey Pox

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Epidemiologi Penyakit Monkey Pox
Cacar monyet (Monkeypox) merupakan penyakit infeksi virus yang
disebabkan oleh virus dengan genus orthopoxvirus. Virus cacar monyet
ditemukan pada tahun 1958 saat dilakukan isolasi dari lesi vesikuloid pustular
di antara monyet tawanan di Kopenhagen. Penyakit cacar monyet sebagian
besar terjadi di hutan hujan Afrika bagian tengah dan barat. Orang yang
tinggal di sekitar kawasan berhutan memiliki resiko tinggi untuk terpapar yang
dapat menyebabkan infeksi subklinis. Kasus baru muncul penyakit cacar
monyet di Amerika Serikat pada hewan pengerat liar yang diimpor dari
Afrika. Penyakit cacar monyet pertama kali menyerang manusia pada tahun
1970 di Kongo dan pada tahun 2003 di Amerika Serikat pada seseorang yang
memiliki binatang peliharaan berupa prairie dog yang terinfeksi oleh tikus
dari Afrika. Selanjutnya pada tahun 2017, terjadi kejadian luar biasa penyakit
cacar monyet di Nigeria selanjutnya Inggris dan Israel juga melaporkan
adanya kasus cacar monyet pada tahun 2018. Pada tahun 2019, dilaporkan ada
seorang warga negara Nigeria yang mengikuti sebuah lokakarya di Singapura
menderita penyakit cacar monyet, Saat ini, wilayah yang ditetapkan sebagai
darah endemik cacar monyet secara global adalah Afrika Tengah, Gabon,
Kongo, Sierra Leone, Kamerun, Nigeria, Liberia, Ivory Coast, dan Sudan
Selatan. Kasus kematian karena penyakit cacar monyet sangat bervariasi,
sebagian besar penderita yang mengalami kematian adalah anak-anak. Namun
juga terkait dengan tingkat dari paparan virus, keparahan komplikasi, dan
status kesehatan penderita. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda
memiliki resiko kematian yang lebih besar terhadap penyakit cacar monyet
(Husna et al., 2020).
Monkey Pox merupakan penularan parasit terindetifikasi di kulit dengan
bercak cairan luka. Penyakit langka satu ini berada di negara Repbulik
Demokratik Kongo dan Nigeria. Berawal, penyakit Monkey Pox atau cacar
monyet ini mempunyai bentuk seperti cacar air biasa. Penyakit langka ini

4
sudah ada di benua Afrika sejak tahun 1970-an. Timbulnya Monkey Pox atau
cacar monyet ini dikarenakan oleh parasit dari kelompok organisme pengerat,
Penularan Monkey Pox berawal dari kelompok organisme animalia ke
manusia, yaitu melalui pengerasan kuku atau cedera yang disebabkan oleh
mulut dan gigi hewan yang terinfeksi parasit Monkey Pox seperti tikus,
monyet dan tupai (Sarumaha et al., 2019). Monkeypox adalah penyakit virus
yang menyerupai cacar pada umumnya. kasus pertama di bagian barat
dilaporkan. Pada akhir musim semi, beberapa orang diidentifikasi di
Midwestern Amerika Serikat dengan gejala demam, ruam, gejala pernapasan,
dan limfadenopati setelah terpapar oleh anjing peliharaan yang sakit (hewan
pengerat spesies Cynomys) yang terinfeksi virus monkeypox (Qelina &
Graharti, 2019).
Pada wabah di Nigeria tahun 2018 dilaporkan terdapat 116 kasus dengan 8
kematian (CFR 6%) pada semua umur dengan mayoritas dibawah 40 tahun.
Orang- PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
MONKEYPOX orang tersebut lahir setelah program vaksinasi cacar
(smallpox) global dihentikan pada tahun 1978. Vaksinasi cacar dapat
memberikan perlindungan silang terhadap orthopoxviruses lainnya, termasuk
monkeypox. Akibat penghentian vaksin tersebut kemungkinan berkontribusi
pada munculnya penyakit monkeypox pada usia muda. Pada tanggal 13 Mei
2022 IHR Focal Point Inggris Raya melapokan ke WHO adanya kasus cluster
di keluarga. Kasus tersebut tidak ada kaitannya dengan kasus importasi dari
Nigeria yang dilaporkan pada 7 Mei 2022. Sejak 13 Mei 2022, WHO terus
menerima laporan dari 12 negara non endemis penyakit monkeypox di 3
regional yaitu Eropa, Amerika dan Western Pacific. Investigasi masih terus
berlangsung namun kasus yang dilaporkan sejauh ini tidak memiliki riwayat
perjalanan dari negara endemis. Berdasarkan informasi yang tersedia saat ini,
kasus dilaporkan dari pasien yang berobat di pelayanan primer dan klinik
kesehatan seksual. Berikut tabel jumlah kasus yang dilaporkan dari berbagai
negara hingga 29 Mei 2022. Berdasarkan laporan ECDC per 25 Mei 2022
menunjukkan bahwa total 118 kasus yang dilaporkan dari Eropa sebagian

5
besar terjadi pada pria muda dan tidak ada kematian. Gambaran klinis
umumnya ringan, dengan sebagian besar kasus muncul dengan lesi pada alat
kelamin atau daerah peri genital, menunjukkan bahwa penularan kemungkinan
terjadi selama kontak fisik (Kemenkes, 2022).
2.2. Patogenesis Penyakit Monkey Pox
Monkeypox dimulai dengan infeksi pada kedua dermis (setelah penularan
dari hewan yang terinfeksi) atau epitel pernapasan (setelah penularan dari
orang yang terinfeksi). Virus menyebar melalui sistem limfatik yang
mengakibatkan viremia primer dan infeksi sistemik. Viremia sekunder
menyebabkan infeksi epitel, menghasilkan lesi kulit dan mukosa.
Setelah replikasi pada mukosa, virus dapat ditularkan melalui sekresi
orofaringeal melalui kontak langsung. Risiko penularan kemungkinan
tergantung pada kepadatan lesi orofaringeal, kedekatan dan durasi kontak, dan
kelangsungan hidup virus terlepas dari respons imun inang. Virus cacar
monyet mempunyai mekanisme untuk menghindari respons imun. Virus cacar
monyet cenderung stabil dan jumlah virion yang diperlukan untuk infeksi
cukup rendah, berdasarkan kesamaan potensial dengan virus variola. Masa
inkubasi dari paparan hingga timbulnya gejala klinis dan tanda-tanda adalah
10-14 hari (Husna et al., 2020).
2.3. Penularan Penyakit Monkey Pox
Penularan cacar monyet (monkeypox) kepada manusia dapat terjadi
melalui kontak langsung cairan tubuh seperti darah dan lesi kulit atau mukosa
hewan yang terinfeksi, mengonsumsi daging hewan terinfeksi yang tidak
dimasak dengan benar. Lesi kulit atau mukosa hewan yang terinfeksi
kemungkinan merupakan sumber penularan kepada manusia, terutama ketika
kulit manusia rusak akibat gigitan, goresan, atau trauma lainnya dan melalui
saluran pernapasan atau selaput lendir, seperti mulut, mata, atau hidung.
Penularan sekunder dari manusia juga dapat terjadi melalui plasenta atau
disebut monkeypox bawaan. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit
cacar monyet di antaranya adalah pekerjaan (petani, peternak, pemburu), jenis
kelamin (pria lebih besar daripada wanita), usia (usia > 36 tahun lebih rentan

6
terkena cacar monyet), kepadatan rumah tangga, kejadian digigit hewan yang
dapat terinfeksi (Husna et al., 2020).
2.4. Gambaran Klinis/Gejala Penyakit Monkey Pox
Gejala cacar monyet akan muncul 5-21 hari sejak penderitanya terinfeksi
virus Monkey Pox. Indikasi penyakit yang dirasakan adalah:
1. Demam.
2. Menggigil.
3. Letih atau lemas.
4. Sakit kepala.
5. Nyeri otot.
6. Pembengkakan kelenjar getah benih.
Simtoma atau indikasi penyakit infeksi ini akan mengalami tindakan sekitar
72 jam. Sesudah itu, benjolan timbul di area kulit muka dan berhamburan ke
suluruh daerah fisik lainnya. Gatal-gatal dan benjolan dari bintil menyembul
dan menyebar menjadi iritasi pada kulit, lalu melepuh menjadi bercak
menjadi luka terbuka pada kulit. Ruam tersebut hanya mampu tahan selama
tidak kurang dan lebih 1 bulan (Sarumaha et al., 2019).
Cacar monyet (monkeypox) memiliki gejala awal yang timbul dari
penyakit cacar monyet adalah demam, sakit kepala, nyeri punggung, nyeri
otot, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening leher, ketiak, atau
selangkangan. Setelah gejala awal (fase prodromal) selama 1 – 3 hari akan
terjadi fase erupsi dengan gejala munculnya ruam atau lesi pada kulit mulai
dari wajah kemudian menyebar secara bertahap. Ruam atau lesi pada kulit
berkembang mulai dari bintik merah menjadi lepuh berisi cairan bening,
lepuh berisi nanah, kemudian mengeras dan ruptur. Perbedaan utama dengan
penyakit cacar air terletak pada gejalanya, yaitu pada penyakit cacar monyet
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening, sedangkan pada penyakit cacar
air tidak terjadi (Husna et al., 2020).

7
2.5. Diagnosis Penyakit Monkey Pox
Diagnosa sama seperti mengindetifikasi dengan menyelidiki penemuan
ilimiah, berlandasakan metoda dugaan sementara. Dengan metoda dugaan
sementara dapat diketahui dan diperoleh bentuk satu-kesatuan simpulan
diagnosa. Mengidentifikasi pertama dilakukan dengan tanya jawab
pendiagnosis dengan proses pemeriksaan wujud nyata terlihat oleh mata. Pada
mendiagnosa timbul pertanyaan-pertanyaan tersusun dan rincian pemeriksaan
wujud badan dengan tes. Sehingga dapat diputuskan, ditentukan melalui
gejala-gejala yang dialami penderitadengan hubungan penyakit tertentu.
Berdasarkan indikasi yang dirasakn pasien penderita penyakit, jadi
penengakkan diagnosa lebih terkhusus pada komponen strukrtur fisik. Kelak
dapat di ketahui pemicu infeksi tertentu (Sarumaha et al., 2019).
Diagnosis laboratorium untuk menetapkan penyakit cacar monyet
(monkeypox) sangat penting karena secara klinis tidak dapat dibedakan
dengan penyakit cacar lainnya. Saat ini, belum ada terapi yang tepat untuk
mengobati cacar monyet (monkeypox) yang menginfeksi manusia.
Pencegahan yang efektif bergantung pada pembatasan kontak dengan pasien
atau hewan yang terinfeksi dan membatasi paparan melalui pernapasan bagi
pasien yang terinfeksi.
Penyakit cacar monyet hanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan
laboratorium rujukan. Tes-tes ini didasarkan pada pendeteksian struktur
antigenik (biasanya dari sampel kulit atau cacar atau kadang-kadang serum)
khusus untuk virus monkeypox atau imunoglobulin yang bereaksi dengan
virus (Kemenkes RI, 2019). Diagnosis cacar monyet dilakukan dengan
mengisolasi virus melalui reaksi berantai polimerase (PCR) dari spesimen
klinis melalui biopsi kulit atau kultur tenggorokan (Maksyutov, Gavrilova, dan
Shchelkunov, 2016). Sekarang ini telah dikembangkan metode yang
merupakan kombinasi uji reaksi rantai polimerase kuantitatif (PCR) realtime
dan teknik GeneXpert MPX/OPX yang lebih otomatis dalam diagnosis
laboratorium monkeypox (Husna et al., 2020).

8
2.6. Pengobatan Dan Pencegahan Penyakit Monkey Pox
1. Pengobatan
Pengobatan terhadap penyakit cacar monyet dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut (Husna et al., 2020) :
- Cidofovir dan Brincidofovir (CMX001)
Efektivitas Cidofovir dan Brincidofovir dalam mengobati kasus
monkeypox pada manusia belum dapat dipastikan. Namun, keduanya
telah membuktikan aktivitas melawan poxvirus dalam penelitian in
vitro dan hewan. Brincidofovir mungkin memiliki profil keamanan
yang lebih baik daripada Cidofovir.
- Tecovirimat (ST-246)
Efektivitas Tecovirimat (ST-246) dalam menangani kasus
monkeypox pada manusia belum dapat dipastikan. Studi menggunakan
berbagai spesies hewan telah menunjukkan bahwa Tecovirimat (ST-
246) efektif dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh
ortopoxvirus. Uji klinis pada manusia menunjukkan bahwa obat itu
aman dan dapat ditoleransi dengan efek samping yang minor.
- Vaccinia Immune Globulin (VIG)
VIG dapat dipertimbangkan untuk penggunaan profilaksis pada
orang yang terpajan dengan defisiensi imun yang parah dalam fungsi
sel T yang vaksinasi cacar setelah terpapar monkeypox
dikontraindikasikan.
2. Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit cacar monyet dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut (Husna et al., 2020):
a. Menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), seperti cuci
tangan dengan air dan sabun atau alkohol.
b. Menghindari kontak langsung dengan hewan (tikus atau primata),
hewan liar lain, dan konsumsi darah atau daging hewan liar (bush
meat).

9
c. Menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau
material yang terkontaminasi.
d. Melakukan antisipasi bagi pelaku perjalanan dari wilayah endemik
cacar monyet.
e. Menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, masker, dan
pakaian pelindung) saat menangani pasien atau binatang yang sakit
(Husna et al., 2020).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Cacar monyet (Monkeypox) merupakan penyakit infeksi virus yang
disebabkan oleh virus monkeypox dengan genus orthopoxvirus. WHO
melaporkan adanya kasus dari 12 negara non endemis penyakit monkeypox di
3 regional yaitu Eropa, Amerika dan Western Pacific. Monkey Pox
ditransmisikan dari sumber zoonosis dan virus ini juga dapat ditularkan dari
manusia ke manusia. Sedangkan untuk spesies hewan yang diduga sebagai
pembawa virus yaitu hewan pengerat Afrika yaitu Cricetomisis, Graphiurus,
funiscirusus. Monkeypox virus hanya terdapat di hutan hujan di Afrika tengah
dan barat. Cacar monyet (monkeypox) memiliki gejala awal yang timbul dari
penyakit cacar monyet adalah demam, sakit kepala, nyeri punggung, nyeri
otot, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening leher, ketiak, atau
selangkangan. Setelah gejala awal (fase prodromal) selama 1 – 3 hari akan
terjadi fase erupsi dengan gejala munculnya ruam atau lesi pada kulit mulai
dari wajah kemudian menyebar secara bertahap. Pencegahan terhadap
penyakit cacar monyet dapat dilakukan dengan menerapkan PHBS seperti
cuci tangan dengan air dan sabun atau alcohol ataupun menghindari kontak
langsung dengan hewan atau manusia yang telah terinfeksi.
3.2 SARAN
Tetap menerapkan PHBS dan menghindari kontak langsung kepada
hewan atau manusia yang memiliki gejala terinfeksi virus monkeypox. Lebih
baik mencegah dari pada mengobati, karena biaya, tenaga yang diperlukan
untuk mengobati jauh lebih besar dari pada kegiatan mencegah.

11
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. (2022,
May 31). Dipetik October 10, 2022, dari Penyakit Cacar Monyet
(Monkeypox) dan yang Perlu Kita Tahu Tentangnya
Direktorat Jenderal Dan Pengendalian Penyakit. (2022). PEDOMAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MONKEY POX. Kementrian Kesehatan
Gumandang, H. P. (2018). MONKEYPOX DISEASE: WABAH MULTI-
NASIONAL. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 5 (1), 30–36.
Husna, F., Wicaksono, I. A., Studi, P., Apoteker, P., & Farmasi, F. (2020).
INFORMASI TENTANG PENYAKIT INFEKSI CACAR MONYET
(Monkeypox) YANG MENYERANG MANUSIA. Farmaka, 18, 148–154.
Qelina, L., & Graharti, R. (2019). Human Monkeypox Virus : Respon Kesiapan
Darurat Dunia. Medula, 9 (3), 483–489.
Sarumaha, L., Hermawan, H., & Tampubolon, F. R. (2019). Sistem Pakar Dalam
Mendiagnosis Penyakit Monkey Pox Menerapkan Metode Certeinty Factor
( CF ). Seminar Nasional Sains & Teknologi Informasi (SENSASI), Vol 2,
No, 471–475.

12

Anda mungkin juga menyukai