Proposal Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Sarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Jendral Achmad Yani Yogyakarta
Di susun oleh :
Rini Adelia Pratiwi 2217081
A. LATAR BELAKANG
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm.
Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah
kelelawar dan unta. WHO mengumumkan nama Coronavirus Disease
(COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) (Riedel, 2020). Virus ini dapat
ditularkan dari manusia ke manusia, beberapa dapat menyebabkan infeksi
ringan di saluran pernapasan atas dan bawah, sementara yang lain dapat
menyebabkan gejala serius yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan
(Rina, 2020).
Dalam kondisi pandemic saat ini alat test cepat (rapid test) banyak
diminati masyarakat sebab mudah didapatkan, digunakan, dan
diinterpretasikan. Ada dua jenis tes cepat (RDT) COVID-19 yang saat ini
digunakan yakni deteksi antigen COVID-19 langsung dan tes deteksi
antibodi tidak langsung. Pemeriksaan bertujuan untuk memeriksa antibody
IgG dan IgM secara bersamaan. Hasil penelitian ini didapatkan sensitivitas
pemeriksaan kombinasi uji IgG dan IgM sebesar 88,66% dan
spesifisitasnya sebesar 90,63% (Halbina, 2020). Dapat disimpulkan bahwa
tes ini benar-benar menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi
dengan benar seseorang yang menderita penyakit tersebut (Akobeng,
2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimanakah hubungan hasil pemeriksaan IgM dengan PCR
pada pasien Suspect Covid-19?
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil hubungan
hasil rapid test IgM dengan hasil laboratorium Polymerase Chain
Reaction (PCR) pada pasien suspect COVID-19 di Puskesmas Gamping
I, Sleman, Yogyakarta.
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran hasil rapid test IgM pada pasien
suspect COVID-19 di Puskesmas Gamping I, Sleman, Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui hasil laboratorium Polymerase Chain Reaction
(PCR) pada pasien suspect COVID-19 di Puskesmas Gamping I,
Sleman, Yogyakarta
c. Untuk mengetahui hubungan hasil rapid test IgM dengan hasil
laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) pada pasien suspect
COVID-19 di Puskesmas Gamping I, Sleman, Yogyakarta.
d. Untuk mengetahui faktor resiko hasil rapid test IgM dengan hasil
laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) pada pasien
suspect COVID-19 di Puskesmas Gamping I, Sleman, Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat menambah informasi serta
pengetahuan mengenai hubungan hasil pemeriksaan IgM dengan PCR pada
pasien Suspect Covid-19.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Corona Virus Disease (COVID-19)
a. Pengertian COVID-19
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm.
Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah
kelelawar dan unta. (Riedel, 2020). Virus ini dapat ditularkan dari
manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih
dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020, WHO
mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik (WHO, 2020).
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam
genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa
virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International
Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2
(Gorbalenya et al, 2020)
b. Gejala COVID-19
Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk
kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin
dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung
tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare,
kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan
warna jari tangan atau kaki (WHO, 2020). Gejala-gejala yang dialami
biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang
menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan. Sebagian besar
(sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu
perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19
menderita sakit parah dan kesulitan bernafas. Orang-orang yang lanjut
usia dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti tekanan
darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius.
c. Penularan COVID-19
Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinkan
virus berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada COVID-19
belum diketahui dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia,
tetapi data filogenetik memungkinkan COVID-19 juga merupakan
zoonosis. Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar
manusia (human to human), yaitu diprediksi melalui droplet dan kontak
dengan virus yang dikeluarkan dalam droplet. Hal ini sesuai dengan
kejadian penularan kepada petugas kesehatan yang merawat pasien
COVID-19, disertai bukti lain penularan di luar Cina dari seorang yang
datang dari Kota Shanghai, Cina ke Jerman dan diiringi penemuan hasil
positif pada orang yang ditemui dalam kantor (Liu et al, 2020).
Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan
virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka.
Suatu analisis mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa
inkubasi, gejala dan durasi antara gejala dengan pasien yang diisolasi.
Analisis tersebut mendapatkan hasil penularan dari 1 pasien ke sekitar 3
orang di sekitarnya, tetapi kemungkinan penularan di masa inkubasi
menyebabkan masa kontak pasien ke orang sekitar lebih lama sehingga
risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat lebih besar
(Zhu et al, 2020).
5. Rapid Test
Dalam kondisi pandemic saat ini alat test cepat (rapid test) banyak
diminati masyarakat sebab mudah didapatkan, digunakan, dan
diinterpretasikan. Alat tes cepat ini (rapid test) hanya membutuhkan waktu
15- 30 menit untuk dapat memberikan hasil. Ada dua jenis tes cepat (RDT)
COVID-19 yang saat ini digunakan yakni deteksi antigen COVID-19
langsung dan tes deteksi antibodi tidak langsung. Tes pendeteksian antigen
mendeteksi komponen protein virus pada sampel dari saluran pernapasan
seseorang. Antigen yang terdeteksi hanya dapat diinterpretasikan saat virus
aktif bereplikasi, oleh sebab itu alat ini paling tepat digunakan pada saat
fase akut infeksi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa antibody IgG
dan IgM secara bersamaan. Hasil penelitian ini didapatkan sensitivitas
pemeriksaan kombinasi uji IgG dan IgM sebesar 88,66% dan
spesifisitasnya sebesar 90,63% (Halbina, 2020). Dapat disimpulkan bahwa
tes ini benar-benar menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi
dengan benar seseorang yang menderita penyakit tersebut (Akobeng,
2007).
6. PCR
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Karry Mullis pada
tahun 1985. Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu teknik
sintesis dan amplifikasi DNA secara in vitro. PCR menggunakan 2
oligonukleotida primer yang bertindak sebagai situs inisiasi sintesis DNA
oleh DNA polimerase sehingga 16 primer akan menentukan daerah dari
templat DNA yang akan diamplifikasi. Nested PCR merupakan salah satu
teknik amplifikasi DNA yang menggunakan dua pasang primer. Produk
PCR dari PCR pertama digunakan sebagai templat DNA untuk putaran
PCR kedua dengan primer internal. Metode ini memiliki sensitivitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan metode PCR biasa (McPherson and
Moller, 2006). Efisiensi dari PCR dikendalikan oleh berbagai parameter,
seperti jenis polimerase, jenis buffer, konsentrasi dan stabilitas primer
(Tm), konsentrasi dNTP, parameter siklus, dan kompleksitas serta
konsentrasi dari templat (Innis et al., 1999).
Komponen-komponen yang dibutuhkan pada proses PCR adalah
template DNA, primer yang mempunyai urutan nukleotida yang
komplementer dengan urutan nukleotida DNA templat untuk membatasi
daerah amplifikasi, dNTPs (deoxynucleotide triphosphates), buffer, dan
enzim DNA polimerase termostabil (Crocker and Murray, 2003). Salah satu
keuntungan dari teknik PCR adalah kemampuannya untuk mengamplifikasi
daerah DNA yang ditentukan dari templat awal yang sangat kompleks.
Kekurangan dari teknik ini adalah bahwa sejumlah kecil kontaminasi pada
DNA juga akan ikut teramplifikasi sehingga harus diperhatikan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi (McPherson and Moller, 2006).
Primer merupakan salah satu komponen yang menentukan
keberhasilan proses PCR. Primer yang didesain sebaiknya mengandung 18-
30 basa. Kandungan GC primer dapat berkisar antara 40-60%. Spesifisitas
primer akan turun ketika ujung 3’ dari primer merupakan basa A atau T.
Primer yang ideal adalah primer yang memiliki Tm yang serupa (dalam 2-4
°C), dan di atas 60°C. Hindari terjadinya interaksi primer seperti cross-
homology dan self-homology karena akan mempengaruhi efisiensi proses
amplifikasi (Handoyo dan Rudiretna, 2001; Sulistyaningsih, 2007).
Metode PCR dibagi ke dalam tiga tahap yaitu denaturasi, annealing
(penempelan), dan sintesis DNA. Tahap denaturasi merupakan proses awal
PCR Pada tahap ini untai ganda DNA dipisahkan menjadi untai dengan
cara dipanaskan. Suhu yang digunakan pada umumnya adalah 94°C
(McPherson and Moller, 2006). Pemilihan suhu merupakan faktor yang
penting. Suhu denaturasi tergantung pada panjang DNA templat yang
digunakan dan juga pada panjang fragmen DNA target. Suhu denaturasi
yang terlalu tinggi dapat menurunkan aktivitas polimerase DNA yang akan
berdampak pada efisiensi PCR. Selain itu juga dapat merusak DNA
templat, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan proses
denaturasi DNA templat tidak sempurna (Handoyo dan Rudiretna, 2001).
Tahap kedua adalah tahap penempelan primer pada templat DNA.
Suhu yang digunakan biasanya berkisar antara 37-60°C. Suhu annealing
yang digunakan dapat dihitung berdasarkan (Tm – 5)oC sampai dengan
(Tm + 5)oC. (Handoyo dan Rudiretna, 2001). Tahap ketiga dari metode
PCR adalah sintesis DNA. Suhu yang digunakan pada proses ini biasanya
adalah 72°C. Suhu ini digunakan untuk menjamin efisiensi proses sintesis
DNA oleh enzim DNA polimerase termostabil (McPherson and Moller,
2006).
Ketiga tahap utama di atas dapat diulang sekitar 25-40 kali siklus,
tergantung dari kebutuhan untuk amplifikasi yang spesifik (McPherson and
Moller, 2006). Secara teoritis setiap siklus menggandakan jumlah fragmen
target yang ingin disalin. Oleh karena itu terjadi peningkatan eksponensial
pada fragmen gen yang diinginkan. Produk dari PCR nantinya akan
dideteksi dengan metode elektroforesis untuk menentukan ukuran produk
(Crocker and Murray, 2003).
B. Kerangka Teori
Berikut merupakan kerangka teori dari tinjauan pustaka
Hewan ke masusia
Transmisi Droplet human to
human
Mukosa terbuka (saluran
nafas)
Replikasi virus
Inkubasi 3-14
hari
Respon IgM
Asimptomatik antibodi meningkat
Gejala ringan
Gejala berat Manifestasi
Klasifikasi
Pemeriksaan
Antobodi total Non rekatif diagnostik
non reaktif
Rapid test
Reaktif
Total antibody Positif Pencegahan
reaktif
IgM reaktif, Lab PCR
IgG non reaktif
IgM non Negatif Covid-19
rekatif, IgG Terapi oksigen
reaktif Terapi penyakit
Penatalaksanaa
penyerta
n
Terapi
konservatif
C. Kerangka Konsep
1. Usia
2. Jenis kelamin
Keterangan:
D. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan IgM dengan hasil PCR pada pasien suspect
COVID-19 di Puskesmas Gamping I Sleman, Yogyakarta.
Ha : Terdapat hubungan IgM dengan hasil PCR pada pasien suspect
COVID-19 di Puskesmas Gamping I Sleman, Yogyakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah case-control study. Pada case-
control study dilakukan identifikasi subyek (kasus) yang telah terkena
penyakit, kemudian ditelusur secara retrospektif ada atau tidaknya faktor
risiko yang diduga berperan. Pada desain ini, pengukuran variabel
dependen disebut efek sedangkan independennya dicari secara retrospektif.
Dalam penelitian ini subyek yang terkena COVID-19 yang sudah melalui
PCR kemudian ditelusuri kebelakang yaitu IgM sebagai faktor yang
mempengaruhi (Sudigdo, 2014).
D. Kriteria sampel
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum pada subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. (Nursalam,
2017). Kriteria inklusi dalam penelitian ini
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah
E. Variable Penelitian
Variable adalah seseorang atau obyek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
Variabel mengandung pengertian ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
seseorang atau sesuatu yang dapat menjadi pembeda atau penciri antara
yang satu dengan yang lainnya (KEMENKES, 2018)
Dalam penelitian ini menggunakan 2 varibael yaitu :
1. Variabel bebas (independent)
Variable independent adalah variabel yang dapat mempengaruhi
variabel lain, apabila variabel independen berubah maka dapat
menyebabkan variabel lain berubah. Nama lain dari variabel independen
atau variabel bebas adalah prediktor, risiko, determinan, kausa. Variable
independent dalam penelitian ini adalah antibodi IgM
2. Variable terikat (dependen)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen, artinya variabel dependen berubah karena disebabkan oleh
perubahan pada variabel independent. Variable dependen pada penelitian
ini adalah hasil laboratorium PCR
3. Variabel pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mengganggu hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat sehingga hasilnya bisa bias
(Sugiyono, 2010). Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah usai
dan jenis kelamin
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan sutau definisi berdasarkan karakteristik
yang diamati atau diukur (Nursalam, 2013). Definisi operasional pada
penelitian ini dapat dilihat di tabel 3.1
No Variabel Definisi Alat Ukur Penilaian Skala
Operasional ukur
1 Variabel Pengganggu
Karakteristik Responden
a, Usia Satuan waktu yang Lembar a. 19-30 Ordinal
mengukur waktu observasi b. 31-45
keberadaan suatu c. 46-59
benda atau mahluk
hidup maupun
yang mati. Umur
manusia diukur
sejak dia lahir
hingga waktu
umur dihitung.
b. Jenis kelamin Perbedaan bentuk, Lembar a. Laki-laki Nominal
sifat, dan fungsi observasi b. Perempuan
biologis laki laki
dan perempuan
yang menentukan
perbedaan peran
meraka dalam
menyelengarakan
upaya meneruskan
garis keturunan
2 Variabel bebas
Antibodi IgM Antibodi pertama Lembar a. Reaktif Nominal
yang bersirkulasi observasi b. Non reaktif
terhadap
pemaparan awal
antigen. Hal ini
secara diagnostik
bermanfaat
karena kehadiran
IgM umumnya
mengindikasikan
adanya infeksi
baru oleh
patogen yang
menyebabkan
pembentukannya.
3 Variabel terikat
Hasil laboratorium Metode a. Positif Nominal
pemeriksaan b. Negatif
PCR
virus SARS Co-2
dengan
mendeteksi DNA
virus. Uji ini
akan didapatkan
hasil apakah
seseorang positif
atau tidak SARS
Co-2
G. Alat dan Pengambilan Data
1. Alat penelitian
Alat yang digunakan untuk melihat antibody IgM yaitu dengan
lembar observasi yang hasilnya diperoleh. Data diambil dari data
sekunder dari lembar observasi pasien COVID-19 di Puskesmas
Gamping I, Sleman, Yogyakarta
2. Pengumpulan data
Sumber data dari penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh langsung dari rekam medis, langkah langkah
pengumpilan data tergantung pada rancangan penelitian dan teknik
instrument yang digunakan (Nursalam, 2013) cara pengumpulan data
pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Mendatangi Puskesmas serta meminta izin untuk dilakukan
penelitian khususnya pada pasien COVID-19
b. Pengambilan data melalui data rekam medis untuk mencari
dokumen rekam medis yang sesuai.
Bagian ini berisikan semua hal yang dilakukan peneliti pada setiap tahap
yang terdiri dari:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan ini (perencanaan) dilakukan untuk mempersiapkan
jalannya proses pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan semua prosedur dalam pelaksanaan penelitian yaitu
dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan revisi proposal. Tahap-
tahap persiapan dalam mengajukan penelitian ini meliputi:
a. Penentuan masalah penelitian yang didapatkan melalui studi pustaka.
b. Untuk menentukan acuan penelitian yang bersumber dari buku, jurnal,
makalah dan internet.
c. Pengajuan judul penelitian.
d. Konsultasi dengan pembimbing mengenai judul proposal penelitian dan
menentukan langkah – langkah dalam penyusunan proposal.
e. Mengadakan studi pustaka untuk menentukan acuan penelitian yang
bersumber dari buku, makalah dan internet.
f. Mengadakan studi pendahuluan
g. Menyusun proposal penelitian.
h. Konsultasi dengan pembimbing dan melakukan revisi.
i. Mempresentasikan proposal penelitian.
j. Revisi.
k. Melakukan perijinan penelitian. .
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Mengurus etika penelitian yang telah disetujui oleh Komite Etik Stikes
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
b. Mengurus surat izin PPPM Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
c. Menyerahkan surat izin penelitian yang ditujukan kepada Kesatuan
Bangsa Sleman, BAPPEDA, Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas
Gamping 2.
d. Mendapatkan izin dan surat tembusan dari BAPPEDA dan menyerahkan
surat tembusan tersebut ke Kepala Puskesmas Gamping 2.
e. Apersepsi dengan asisten penelitian. Asisten peneliti merupakan
mahasiswa semester 8 yang telah lulus mata kuliah blok growth and
development.
f. Menentukan sampel sesuai kreteria
g. Peneliti dengan asisten peneliti kemudian memperkenalkan diri,
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, lembar informasi untuk
surveilance COVID-19
h. Memberikan infromed consent kepada surveillance untuk ditanda
tangani
i. Meminta izin untuk mengambil data sekunder terkait sampel yang
dibutuhkan
j. Peneliti dengan asisten peneliti melakukan pengecekan terkait dengan
data-data yang sudah didapatkan sesuai kebutuhan.
k. Setelah memastikan semua data yang diberikan sudah benar dan
lengkap, peneliti melakukan terminasi dengan mengucapkan terimakasih
atas izin dan kesediaan surveillance.
3. Tahap akhir penyusunan laporan peneliti
a. Melakukan analisis hasil penelitian
b. Menuliskan hasil uji statistik dan pembahasan di dalam laporan proposal
c. Melakukan bimbingan dengan dosen terkait hasil penelitian dan revisi
laporan.
J. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data
menggunakan program komputer, meliputi (Riyanto, 2011; Sumantri,
2011):
1. Editing data
Editing merupakan kegiatan pemeriksaan ulang setelah melakukan
pengambilan data rekam medic pasien. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi kelengkapan biodata dokumen pasien.
2. Coding data
Coding data yaitu kegiatan mengubah bentuk penilaian variabel
menjadi data berbentuk angka/bilangan dengan tujuan untuk
memudahkan saat melakukan analisis data (Riyanto,2011; Sumantri,
2011). Coding untuk penelitian ini sebagai berikut.
a. Jenis kelamin
1= laki-laki
2= perempuan
b. Antibodi IgM
0 = Non reaktif
1 = Reaktif
c. Hasil laboratorium PCR
0 = Negatif
1 = Positif
3. Prosesing data
Setelah melakukan coding, selanjutnya entery data yaitu kegiatan
memasukan data dari dokumen rekam medic pasien kedalam program
komputer yaitu analisa data IBM SPSS v.20 for window (Riyanto
2011).
4. Cleaning data
Cleaning data yaitu kegiatan untuk pengecekan kembali data yang
sudah dimasukan apakah ada kesalahan atau tidak (Riyanto, 2011).
Setelah beberapa proses di atas data yang diperoleh dalam peneitian
berupa data kuantitatif. Data yang telah terkumpul, diteliti dan dianalisis
secara komputerisasi yang meliputi analisis univariate dan analisis
bivariate
K. Analisis Data
1. Analisis Univariate
2. Analisis Bivariate
L. Etika Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Gorbalenya, A.E., Baker, S.C., Baric, R.S., de Groot, R.J., Drosten, C.,
Gulyaeva, A.A., et al. (2020) The species Severe acute respiratory
syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming
it SARS-CoV-2. Nat Microbiol. 2020; published online March 2.
DOI: 10.1038/s41564-020-0695-z
Liu ,T., Hu, J., Kang, M., Lin, L., Zhong, H., Xiao, J., et al. Transmission
dynamics of 2019 novel coronavirus (2019-nCoV). bioRxiv.2020.
Available from: https://doi.org/10.1101/2020.01.25.919787
Rina, T.H., Dewi, A., Aquartuti, T.D., Aris, W., Joko, T.A. (2020).
Pandemi Covid-19 , Respon Imun Tubuh, dan Herd Immunity.
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 10(3), 373-380
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/download/
830/505/
Zhu, N., Zhang, D., Wang, W., Li, X., Yang, B., Song, J., et al. A novel
coronavirus from patients with pneumonia in China, 2019. N Engl J
Med. 2020; 382:727-33.
https://jurnalrespirologi.org/index.php/jri/article/view/101/110
Schuller, M., Sloots, T. P., James, G. S., Halliday, C. L., Carter I. W.J.
2010 PCR for Clinical Microbiology an Australian and International
Perspective. Springer Science+Business Media. New York
https://e-journal.unair.ac.id/JVHS/article/download/16847/9060