Anda di halaman 1dari 3

Perang Itu Namanya Ghazwul Fikri

Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah

alhikmah.ac.id - Perang. Siapa yang suka perang? Normalnya manusia tidak suka. Apalagi
kaum ibu. Tapi ada saja pihak-pihak yang dengan sengaja mengobarkan perang karena maksud-
maksud menguasai pihak-pihak yang ingin dikuasai. Dewasa ini perang tidak hanya
menggunakan senjata fisik seperti bedil dan tombak. Dewasa ini perangnya bahkan lebih
berbahaya karena yang mengobarkan perang justru menyembunyikan aktifitasnya dengan
berbagai bungkus sehingga musuh yang diperangi tidak sadar sedang diperangi. Tujuannya tetap
sama, yaitu mengalahkan dan menguasai musuh, hanya caranya yang berubah drastis.

Perang yang kita bicarakan ini adalah yang sangat konsepsional, sangat luas bidangnya, sangat
lihai dalam memilih cara sehingga tidak disadari musuh, sangat jauh dampaknya kepada jiwa
lawan dan sangat lama masa berlangsungnya. Ghazwul Fikri. Secara bahasa artinya perang
pemikiran. Ada yang mengistilahkan dengan perang urat syaraf.

Perang ini baru muncul sekitar awal abad duapuluh dan merupakan upaya musuh-musuh untuk
menjatuhkan kekuatan Islam secara tuntas. Ghazwul fikri dilaksanakan dengan cara melakukan
dua tipudaya dasar yang disusupkan dalam fikrah (pemikiran) ummat Islam. Tiga tipudaya
tersebut adalah takhwif (usaha untuk menimbulkan rasa takut kepada selain Allah), dan tadl-lil
(usaha pengkaburan berbagai konsepsi dalam fikrah Islami). Adapun bentuk-bentuk upayanya
dapat sangat beragam, antara lain:

- dengan berbagai opini sesat di media dan di tengah masyarakat muslim

- melalui film, sandiwara, pertunjukan seni, maupun lirik-lirik lagu yang dikemas indah

- melalui berbagai bentuk fiksi baik fiksi murni, fiksi ilmiah, cerita komik, cerita drama sampai
cerita anak

- melalui berbagai sandiwara politik dan peristiwa seperti sandiwara Holocaust dimasa Perang
Dunia II dan lain-lain

- melalui berbagai acara ilmiah yang mempertontonkan berbagai kecanggihan militer dan
intelijen mereka

- melalui penyebaran berbagai adat kebiasaan non-Islam yang dipromosikan dan dikemas dengan
berbagai keindahan dan kemeriahan

Mungkin masih banyak lagi cara-cara dan media perang mereka yang kita belum tahu, namun
intinya tetap sama. Ini perang sungguhan dan ini perang yang curang.

Kecurangan yang paling nyata adalah dalam cara mereka bersembunyi ketika menyerang.
Berbagai film-film menarik yang bahkan dinobatkan (oleh mereka sendiri) sebagai film-film
terbaik, ternyata di dalam film itu ada berbagai propaganda anti Islam yang menusuk.
Promosi berbagai perayaan adat jahiliyah yang dikemas sedemikian rupa sebagai “warisan
pelecehan terhadap nilai-nilai tinggi Islam. Misalnya di Mesir, digencarkan promosi kebudayaan
Mesir kuno zaman Fir’aun, lengkap dengan segala atributnya dan berbagai upacara
penyembahan berhala, itu semua bertujuan tersembunyi agar masyarakat Mesir yang kini
Muslim mulai meninggalkan nilai-nilai Islam dan kembali bangga dengan nilai-nilai zaman
Fir’aun.

Cobalah simak program-program sebuah channel tv khusus tentang berbagai kebudayaan dari tv
berlangganan. Bahkan cd-cdnya dijual di toko cd.
Lalu untuk apa rubrik ini membicarakannya? Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
justru perang itu (Ghazwul Fikri) sangat tidak disadari di negeri ini. Para penjaga Benteng
Terakhir negeri ini (baca: kaum ibu) apakah sadar bahwa setiap hari mereka dicekoki racun-
racun Ghazwul Fikri lewat kotak kaca yang menjadi hiburan wajib setiap rumahtangga? Apakah
para Penjaga Benteng Terakhir masih saja rela membelikan racun telinga dan jiwa bagi putra-
putri mereka yang berbentuk berbagai format lagu, yang seolah wajib kini selalu hadir menghiasi
pendengaran putra-putri kita dua-puluh-empat jam? 24 jam? Ya! Tidak jarang putra-putri kita
belajar sampai tertidur tetap memasang alat mantra tersebut ke kuping mereka!

Mantra! Memang seperti mantra, boleh jadi lagu yang dipasang langsung ke telinga dapat
mempengaruhi jiwa anak kita lewat kata-kata yang terdengar maupun tidak terdengar dari lagu
tersebut. Efeknya bisa sampai seperti mantra. Seperti orang terhipnotis. Masih ingat fenomena
Kurt Cobain musisi metal dari ujung Utara bumi yang membuat lagu tentang bunuh diri dan
kemudian melaksanakannya? Kemudian jejak langkahnya diikuti oleh beberapa orang
penggemarnya. Tersihir!

Tahukah para Penjaga Benteng Terakhir bahwa brainwashing atau cuci otak dapat terjadi
dengan cara seseorang terus menerus mendengarkan kata-kata yang sama berulang-ulang, yang
apalagi jika dikemas dengan nada-nada musik dan dentingan alat musik akan semakin
memperkuat efeknya karena akan masuk ke bagian otak yang tanpa nalar? Jika seseorang sudah
gandrung dengan suatu lagu, niscaya dia akan mendengarkannya berulang-ulang dan tak jarang
mendengarkannya sambil sangat relaks yang berarti masuk ke tingkat kesadaran yang bisa
dengan mudah disurupi jin?

Tanyakan pada para ahli ruqyah syar’iyyah (para terapis yang mempunyai ketrampilan
mengobati orang kesurupan). Apakah para ibu muslimah dan para remaja penikmat lagu selalu
mengerti apa yang dinyanyikan dalam lirik lagu kegemaran mereka? Banyak sekali yang
mengaku tidak memperhatikan makna lagu, yang penting enak mengelus gendang telinga,
meskipun kadang sebenarnya mudah saja mempelajari lirik lagu tersebut, tapi jarang yang secara
serius mencoba mencari apa makna sebenarnya. Paling jauh sebagian besar penikmat lagu hanya
mengingat arti dari bagian-bagian tertentu dari lagu tersebut, terutama kalau dianggap cocok.
Misalnya refrain yang meneriakkan kata-kata pujian cinta atau patah hati.

Di era menjelang tahun 80-an, era kami-kami yang kepala empat masih remaja, ada lagu dari
sebuah grup musik Queen yang berjudul Bohemian Raphsody. Lagu yang diteriakkan oleh
Freddy Mercury yang minta disuntik mati karena AIDS tersebut, seluruh isinya adalah pelecehan
terhadap nilai-nilai Islam, bahkan sampai penolakan atas takdir (“ sometimes ‘ wished I’ve never
been born before”). Lagu ini dulu termasuk Hit, bahkan bertahan masih digemari hingga kini.

Masih ingat lagu berbahasa spanyol yang sempat ketahuan ternyata berbicara tentang iblis? Grup
musik Last Ketchup yang melantunkan lagu tersebut bahkan mengakui tak faham isi lagunya
karena berbahasa kuno. Itu mantra setan!

Masih-kah para Penjaga Benteng Terakhir merasa masa kini sudah tak ada lagi perang dan
karenanya boleh bersantai dalam menjaga bentengnya? Masihkah kita menyangka bahwa zaman
sudah berubah dan kini musuh-musuh Islam sudah beristirahat dari memerangi kita? Lihatlah ke
sekeliling, dan lihatlah dengan teliti. Wallahua’lam.

Anda mungkin juga menyukai