Anda di halaman 1dari 17

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit
Jurnal Internasional Pendidikan www.DeepL.com/pro
Humaniora for(IJHESS)
dan Ilmu Sosial more information. E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com

Strategi Pemasaran UMKM Selama Pandemi Covid 19 Untuk Mencapai Keunggulan


Bersaing
Joni Hendra1)* , Sudarmiatin2) , Agus Hermawan3)
1,2,3)
Program Doktor Ilmu Manajemen, Universitas Negeri Malang, Indonesia
*
Penulis Korespondensi
Email : joni.hendra2204139@students.um.ac.id

Abstrak
Di masa pandemi COVID-19, pada umumnya sebagian pengusaha kecil atau yang dikenal dengan UMKM
mengalami kondisi yang cukup sulit, selain karena adanya penurunan daya beli masyarakat, juga karena
adanya persaingan usaha yang semakin ketat, baik secara nasional maupun internasional. Meskipun demikian,
tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM telah banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, khususnya di Wilayah Probolinggo. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis
bagaimana UMKM menghadapi perubahan lingkungan akibat pandemi COVID-19, (2) untuk mengetahui
strategi pemasaran yang digunakan UMKM terkait dengan dukungan teknologi digital saat ini. Untuk
mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode atau desain studi kasus dengan analisis SWOT
untuk menilai dan membantu UKM dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat dan mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis. Dari penelitian ini ditemukan 4 strategi pemasaran bagi UMKM untuk
meningkatkan persaingan atau daya saing, yaitu Strategi SO UMKM untuk melakukan inovasi, menciptakan
ciri khas produk dan memanfaatkan teknologi digital sebagai media promosi dan penjualan. Strategi W-O.
Pelaku UMKM dituntut untuk selalu mencermati setiap permintaan pangsa pasar dan juga konsumen yang
menginginkan UMKM untuk terus melakukan inovasi nilai produk. Strategi ST, produk yang dihasilkan oleh
pelaku UMKM harus memiliki nilai yang khas dan memberikan perlindungan terhadap produk dengan
menciptakan merek dagang sendiri. Sedangkan strategi W-T, memperkenalkan produk yang menjadi unggulan
di luar klasterisasi produk di daerahnya, dan memiliki produk yang dikemas secara inovatif.

Kata kunci: Pemasaran, Daya Saing, UMKM, SWOT, Strategi

PENDAHULUAN

Sumber daya organisasi merupakan dasar untuk mencapai dan mempertahankan


keunggulan kompetitif (Alimin et al., 2012). Sehingga untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan, perusahaan harus mampu mengelola sumber daya yang ada di
perusahaan. Keunggulan bersaing merupakan konsep bisnis yang menggambarkan atribut-
atribut yang memungkinkan suatu organisasi mengungguli para pesaingnya. Atribut-atribut ini
dapat mencakup akses ke sumber daya alam, seperti bijih bermutu tinggi atau sumber daya
berbiaya rendah, personil yang sangat terampil, lokasi geografis, hambatan yang tinggi untuk
masuk, dll. Teknologi baru, seperti robotika dan teknologi informasi, juga dapat memberikan
keunggulan kompetitif, baik sebagai bagian dari produk itu sendiri, sebagai keunggulan
produksi produk, atau sebagai alat bantu kompetitif dalam proses bisnis (misalnya, identifikasi
dan pemahaman pelanggan yang lebih baik) dan ekonomi negara. Sebuah perusahaan dikatakan
memiliki keunggulan kompetitif ketika perusahaan tersebut menerapkan strategi penciptaan
nilai yang tidak diterapkan secara bersamaan oleh pemain saat ini atau pemain potensial"
(Barney 1994 dikutip oleh Clulow et al. 2003, hal. 221). Keunggulan bersaing adalah strategi
formulasi perusahaan yang dirancang untuk mencapai peluang yang tidak dapat ditiru oleh
pesaing untuk memaksimalkan keuntungan dan laba (Pakaya, 2011). Sedangkan menurut
Porter dalam Wilantara & Susilawati (2016) keunggulan bersaing memberikan kontribusi yang
besar dalam perencanaan strategis dan manajemen. Teori yang dikemukakan oleh Porter pada
730

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
tahun 1985 ini berfokus pada pertumbuhan produktivitas sebagai fokus strategi nasional. UKM
harus fokus pada dua sumber daya yang sangat penting, yaitu kompetensi manajerial, modal
manusia dan kemampuan relasional (Ismail, D., Ahmad, K., Azwardi, M. (2013).

731

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, berdampak pada perubahan tatanan kehidupan
sosial dan penurunan kinerja ekonomi bagi sebagian besar negara di dunia. Perekonomian
Indonesia juga mengalami dampak yang cukup signifikan, berbagai Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) mengalami kemacetan bisnis. Belajar bertahan dalam berbisnis di masa
pandemi ini harus bersabar dan melihat peluang terlebih dahulu, jangan gegabah dan mudah
tergiur dengan hal-hal yang kelihatannya sangat mudah dan cepat menguntungkan. Namun,
pandemi harus dihadapi dengan melakukan beberapa hal agar bisnis UMKM dapat bertahan
bahkan berkembang, yaitu dengan cara inovasi produk, mempersiapkan skenario terburuk,
same day delivery, memanfaatkan e-commerce dan fitur-fiturnya, sebagai bentuk menjalankan
strategi pemasaran. Inovasi sangat diperlukan bagi sebuah bisnis, karena perannya yang sangat
strategis dalam mencapai keunggulan kompetitif. Inovasi merupakan fenomena yang
sepenuhnya bergantung pada kendali manusia. Meskipun berawal dari ide dan gagasan yang
kreatif, namun ide dan gagasan tersebut harus dapat ditransformasikan secara efektif (Lestari,
2016). Santono (2020) mengemukakan ciri-ciri wirausahawan yang sukses, antara lain; (1)
menemukan peluang usaha, (2) memilih bidang usaha dan mengembangkan ide usaha, (3)
ketegasan dalam aspek produksi, biaya produksi, proses produksi, dan pengendalian produksi.
Santono (2020) menyatakan bahwa ciri-ciri wirausahawan yang sukses antara lain; (1)
menemukan peluang usaha, (2) memilih bidang usaha dan mengembangkan ide usaha, (3)
ketegasan dalam aspek produksi, biaya produksi, proses produksi dan pengendalian produksi.
Santono (2020) mengemukakan ciri-ciri wirausahawan yang berhasil, antara lain; (1)
menemukan peluang usaha, (2) memilih bidang usaha dan mengembangkan ide usaha, (3)
ketegasan dalam aspek produksi, biaya produksi, proses produksi dan pengendalian produksi.
Sebagian besar pengusaha kecil di Indonesia saat ini mengalami situasi yang cukup sulit
di tengah lingkungan bisnis yang terus berubah. Persaingan semakin ketat sehubungan dengan
besarnya arus perdagangan bebas dalam skala nasional maupun internasional yang secara tidak
langsung menciptakan persaingan dagang yang datang dari segala aspek.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
dibagi menjadi 3 perbedaan, (a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan paling banyak Rp. 50 juta dan omzet
paling banyak Rp. 300 juta, (b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri atau badan usaha perorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan lain yang memiliki aset Rp. 50 Juta - Rp. 500 Juta dengan omset Rp. 300
Juta - Rp. 2,5 Miliar, (c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
dengan aset Rp. 500 Juta - Rp. 10 Miliar dan omset > Rp. 2,5 Miliar - Rp. 50 Miliar.
Usaha UMKM berperan sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
memiliki peran terhadap perputaran ekonomi. Sehingga keberadaan sektor Usaha Kecil dan
Menengah tentunya telah memberikan arti tersendiri bagi upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan dalam upaya mengurangi tingkat kemiskinan suatu negara. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan sektor UMKM sering kali dijadikan sebagai tolak ukur
keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama bagi negara-negara yang masih memiliki
pendapatan per kapita yang rendah.
Selain itu, UMKM juga memiliki peran dan cukup besar dalam penciptaan lapangan
kerja dan penyerapan tenaga kerja dan juga berkontribusi dalam pembentukan produk domestik
bruto (PDB) (Bismalah; 2014). Besarnya peran UMKM memberikan penjelasan bahwa
UMKM harus mampu meningkatkan lebih baik lagi kedepannya, UMKM dapat bertahan dan
bersaing jika mampu menerapkan manajemen yang baik terutama manajemen pemasaran.
Salah satu yang menjadi kendala bagi UMKM adalah faktor lingkungan, baik faktor
lingkungan internal maupun faktor lingkungan eksternal. Ketidaktahuan para pelaku UMKM
732

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
dalam mengantisipasi

733

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
Perubahan lingkungan dan tidak memiliki strategi pemasaran menyebabkan UKM tidak
memiliki daya saing. Perubahan lingkungan bisnis merupakan suatu keadaan yang sangat sulit
untuk diprediksi, diperkirakan juga akan terjadi di masa yang akan datang. UMKM tidak
terlepas dari berbagai macam perubahan yang berasal dari lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal. Perubahan lingkungan tersebut ada yang berdampak negatif yang akan
menjadi penghambat bagi UMKM dan dampak positif akan mendorong keberlangsungan atau
perkembangan usaha UMKM itu sendiri (Rahmana, Y. Iriani dan R. Oktarina: 2012),
Untuk mencapai keunggulan kompetitif, diperlukan strategi bisnis, salah satunya adalah
pemasaran. American Marketing Association dalam Kotler & Keller (2016) menyatakan bahwa
pemasaran adalah suatu aktivitas, seperangkat institusi dan proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan, mempertukarkan penawaran yang memiliki nilai bagi
pelanggan, mitra, klien, dan masyarakat pada umumnya.
Strategi manajemen pemasaran untuk menghadapi perubahan lingkungan eksternal
maupun internal dapat dilihat dengan kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang. Analisis
SWOT merupakan cara yang tepat untuk memecahkan masalah dalam manajemen pemasaran.
Analisis SWOT dalam menghadapi masalah lingkungan membagi menjadi 2 tahap yaitu
Lingkungan Eksternal dengan mengetahui apa saja ancaman dan peluang yang dihadapi oleh
pelaku UMKM, Lingkungan Internal mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
pelaku UMKM. Dengan menggunakan analisis swot, dengan mengetahui faktor-faktor
lingkungan eksternal dan internal dapat dijadikan acuan bagi UMKM untuk menentukan
strategi pemasaran yang akan digunakan untuk meningkatkan daya saing UMKM.
Dalam penelitian yang telah dilakukan disebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi UMKM antara lain pengadaan bahan, kemampuan tenaga kerja, kestabilan
harga, aset, jumlah produksi dan jangka waktu usaha (Ramadhan dan F.R. Sofiyah: 2013). Arif
Rahmana, Yani Iriani, dan Rienna Oktarina menemukan bahwa hasil analisis matrik SWOT
dengan analisis model kuantitatif untuk memperoleh formulasi yang efektif yaitu strategi ST
yaitu strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman (Satria Bangsawan: 2015).
Porter dalam tulisannya yang dikutip oleh Marci Martin (2022) mengungkapkan; Salah
satu cara untuk menganalisa kompetitor dan memahami posisi bisnis Anda dalam industri
adalah dengan menggunakan model Porter's Five Forces, di mana ada lima faktor spesifik yang
menentukan apakah sebuah bisnis menguntungkan atau tidak dalam hubungannya dengan
bisnis lain dalam industri tersebut. Jika model Porter dilengkapi dengan analisis SWOT, ini
akan membantu Anda untuk lebih memahami posisi bisnis dalam lanskap industri.
Maka berdasarkan permasalahan serta uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui manajemen pemasaran dalam rangka meningkatkan daya saing UKM, dimana
proses manajemen pemasarannya menggunakan analisis SWOT. Adapun yang menjadi
kekuatan dalam penelitian ini adalah sebagian besar alat analisis yang digunakan oleh peneliti
terdahulu untuk menentukan strategi pemasaran adalah bauran pemasaran yang terdiri dari:
product, price, place, promotion, dan people atau yang sering disingkat dengan 5P. Dalam
perkembangannya, kini bauran pemasaran bertambah menjadi 7P dengan penambahan dua
komponen lainnya yaitu physical evidence dan process.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan dengan menggunakan


metode deskriptif, dimana penelitian dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan
mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, ancaman serta peluang yang dimiliki oleh UKM.
Penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara meneliti objek secara langsung di lokasi yang
734

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
akan diteliti agar mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini yang menjadi objek dan
lokasi penelitian adalah para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Probolinggo.

735

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
Kabupaten yang memiliki usaha dengan hasil produksi kearifan lokal. Teknik pengumpulan
data melalui wawancara, dan studi literatur dari berbagai sumber seperti buku, internet dan
jurnal penelitian yang memiliki topik yang sama dengan yang peneliti bahas. Setelah peneliti
mendapatkan data yang diperlukan, peneliti mengolah data dan menganalisis data tersebut
dengan menggunakan analisis kualitatif, sehingga menjadi sebuah hasil pembahasan berupa
penjelasan mengenai analisis SWOT dan kondisi di lapangan, dengan menggunakan cara
berpikir induktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

UMKM umumnya membentuk klaster sendiri berdasarkan faktor keturunan dari keluarga
pendahulunya. Penetapan lokasi usaha UMKM berdasarkan kemudahan memperoleh bahan
baku. Misalnya pengrajin rotan atau kayu bambu untuk anyaman tikar dan meja kursi berada di
daerah yang memiliki banyak perkebunan. Pengrajin konveksi, bordir, batik atau pengrajin
lainnya banyak yang berada di kota-kota besar, karena dekat dengan sumber bahan baku.
Pada umumnya UMKM tidak menggunakan sistem manajemen pemasaran yang khusus.
Pemasaran selama ini dilakukan dengan cara konvensional dengan hanya memajang produk di
toko-toko yang dimiliki atau sesekali mengikuti pameran yang diadakan oleh dinas atau
instansi yang membina UMKM. Hal ini dapat dimaklumi karena minimnya pengetahuan yang
dimiliki oleh para pelaku UMKM. Selain itu, pembinaan yang dilakukan oleh dinas-dinas
terhadap para pelaku UMKM juga belum merata, karena masih banyak UMKM yang tidak
membuka diri dan juga sedikitnya informasi yang mereka dapatkan.
Strategi pemasaran UMKM sangat dipengaruhi oleh informasi lingkungan UMKM yang
berupa pesaing, masyarakat dan pelanggan. Dengan demikian pertimbangan lingkungan
UMKM dalam menentukan strategi pemasaran sangat penting seperti strategi produk, strategi
promosi, strategi harga dan strategi distribusi. Strategi pemasaran dalam bisnis merupakan
suatu cara untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Strategi ini diterapkan
untuk mengantisipasi masalah - masalah serta peluang di masa yang akan datang pada kondisi
yang tepat dengan cara yang sistematis, rasional, kritis. Strategi pemasaran mengartikulasikan
rencana - rencana yang digunakan dalam sumber daya serta keunggulan yang dimiliki UMKM
untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Keuntungan yang didapatkan oleh pelaku UMKM tergantung dari UMKM tersebut
mengenal bisnisnya. UMKM menyadari bahwa selalu terjadi perubahan lingkungan, sehingga
UMKM harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Lingkungan bisnis terbagi
menjadi dua lingkungan, yaitu lingkungan eksternal yang berupa lingkungan sekitar dan
lingkungan industri, serta lingkungan internal yang berupa aspek-aspek yang terdapat dalam
perusahaan atau UMKM. Untuk mengatasi masalah strategi pemasaran ini, maka perlu adanya
pemberdayaan UMKM, dimana strategi ini merupakan alat yang digunakan UMKM untuk
bersaing dengan pelaku UMKM lainnya. Strategi adalah masalah pilihan menentukan dimana
dan bagaimana bersaing, memprioritaskan pasar, pelanggan, merek, dan produk mana yang
akan difokuskan.
Pemilik bisnis dapat menciptakan persepsi ini dengan berbagai cara. Perusahaan kecil
terkadang mencoba menciptakan keunggulan kompetitif dengan menawarkan harga terendah.
Pendekatan ini mungkin berhasil untuk berbagai produk dan layanan, terutama yang dipandang
pelanggan sebagai komoditas, tetapi harga dapat menjadi kriteria yang berbahaya untuk
membangun daya saing. Untuk membangun daya saing, perusahaan atau pelaku usaha harus
menggunakan keunggulan khusus melalui empat tingkat keterlibatan pelanggan, yaitu customer
736

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
awareness, customer sensitivity, customer alignment, customer partnership. Selain itu, untuk
mendapatkan kepuasan pelanggan yang baik, banyak pengusaha kecil yang melihat sumber-
sumber penting untuk meningkatkan daya saing, yaitu (a) fokus pada pelanggan; (b) kesetiaan
pada kualitas; (c) perhatian pada kenyamanan; (d) konsentrasi pada inovasi; (e) dedikasi pada
pelayanan; dan (f) tekanan pada kecepatan. Mengetahui strategi pemasaran dan strategi bisnis
untuk

737

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
Keunggulan kompetitif merupakan hal yang penting bagi keberhasilan strategi pemasaran.
Untuk meningkatkan strategi pemasaran, para ahli pemasaran terlibat dalam tiga hal penting:
(1) berpartisipasi dalam proses analisis untuk menentukan perencanaan strategis; (2)
Berkontribusi dalam tim unit bisnis bersama dengan pihak-pihak lain yang melayani
konsumen; dan (3) meningkatkan dan mengimplementasikan rencana pemasaran strategis di
pasar.
Analisis kompetitif juga bersifat komparatif yang berguna bagi usaha kecil untuk
mengetahui pesaing dan mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka. Mengetahui dan
memahami aktivitas pesaing bisnis, membuat usaha kecil lebih memahami produk atau jasa apa
yang tepat untuk dipasarkan kepada konsumen, termasuk bagaimana cara memasarkannya.
Analisis pesaing dapat dimulai dengan mengumpulkan informasi tentang mereka. Informasi
dapat diperoleh dari brosur produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen yang
disebarkan di website, pameran dagang atau menggali dari pendapat pelanggan tentang produk
dari kompetitor di bisnis sejenis. Ada empat tingkatan yang dapat dilakukan untuk
menganalisis kompetitor secara mendalam, yaitu:
1. Kenali pesaing. Seperti yang diketahui pesaing memiliki pesaing utama (tingkat pertama),
pesaing sekunder (tingkat kedua) dan pesaing tidak langsung. Pesaing utama adalah pesaing
yang secara langsung dapat menjadi penghalang untuk mendapatkan pelanggan baru.
Pesaing seperti ini mengambil atau bahkan menguasai pasar untuk produk dan jasa usaha
kecil, sedangkan pesaing sekunder dan pesaing tidak langsung adalah pesaing yang menjual
produk tertentu.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan pesaing. Setelah mengetahui siapa kompetitor,
selanjutnya menentukan kekuatan kompetitor dan mengetahui kelemahan kompetitor.
Analisis dapat dimulai dengan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan: Mengapa
pelanggan membeli dari mereka (kompetitor)? Apakah karena harganya? Skor? Layanan?
Kenyamanan? Reputasi? Keterampilan? Personil (karyawan)? Atau apa saja yang dianggap
penting dan berguna bagi pengusaha kecil. Analisis semacam ini sangat diperlukan
mengingat persepsi pelanggan bisa jadi lebih penting daripada kenyataan
3. Amati peluang dan ancaman. Berbeda dengan kekuatan dan kelemahan, peluang dan
ancaman lebih sulit diprediksi. Hal ini karena peluang dan ancaman ditempatkan dalam
kategori yang luas seperti perkembangan teknologi, peraturan atau tindakan hukum, faktor
ekonomi, atau bahkan kemungkinan adanya pesaing baru.
4. Menetapkan posisi usaha kecil. Setelah menganalisis kekuatan dan kelemahan serta peluang
dan ancaman, pengusaha kecil perlu merumuskan posisi usaha mereka dengan membuat
peringkat pesaing. Jika hal ini dilakukan dengan cermat, maka akan terlihat gambaran yang
lebih jelas mengenai posisi usaha kecil di tengah-tengah persaingan.
Analisis pangsa pasar bertujuan untuk melihat daya saing setiap perusahaan dalam suatu
industri. Oleh karena itu, pangsa pasar adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menguasai
jumlah penjualan dalam suatu industri. Jika pangsa pasar yang dikuasai terus bertambah berarti
perusahaan memenangkan persaingan dan sebaliknya jika pangsa pasar perusahaan menurun
berarti perusahaan kalah dalam persaingan (kecuali perusahaan yang memiliki strategi ceruk
pasar).
Untuk dapat bersaing, usaha kecil harus memiliki keunggulan dibandingkan kompetitor
dengan menawarkan nilai yang lebih besar kepada konsumen, dengan harga yang lebih rendah
atau memberikan manfaat yang lebih besar karena harga yang lebih tinggi. Setidaknya ada
empat model identifikasi keunggulan bersaing yang dapat dilakukan oleh pengusaha kecil
terhadap pesaing, yaitu:
1. Perbedaan produk, perusahaan dapat membedakan produknya secara fisik berdasarkan
738

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
atribut seperti konsistensi, daya tahan, keandalan, atau kemampuan perbaikan.
2. Perbedaan layanan Selain dapat membedakan produk secara fisik, pengusaha kecil juga
perlu membedakan layanan yang menyertai produk. Beberapa pengusaha mendapatkan
keunggulan kompetitif melalui pengiriman yang cepat, nyaman, atau cermat.
3. Diferensiasi personalia, perusahaan dapat memperoleh keunggulan yang sangat kompetitif
dengan mempekerjakan dan

739

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
melatih orang-orang yang lebih baik daripada mereka yang bekerja di bisnis pesaing. Jadi,
pengusaha kecil menikmati reputasi yang sangat baik sebagian besar karena karyawan
mereka yang ramah, sopan, profesional dan berpengetahuan luas, serta karyawan yang
ramah dan bersemangat. Diferensiasi personel mengharuskan pengusaha kecil memilih
dengan cermat orang-orang yang akan berurusan dengan pelanggan dan melatih mereka
dengan baik.
4. Diferensiasi citra, ketika pesaing menawarkan bentuk yang serupa, pembeli dapat
mempersepsikan secara berbeda berdasarkan citra perusahaan atau merek. Oleh karena itu,
perusahaan berusaha untuk menjunjung tinggi citra yang membedakan mereka dari para
pesaing. Sebuah merek harus menyampaikan sesuatu yang bermanfaat dan memposisikan
keunggulan produk. Mengembangkan citra yang kuat dan berbeda membutuhkan kreativitas
dan kerja keras seorang pengusaha, terutama pengusaha kecil.
Untuk menentukan strategi pemasaran dan mengetahui daya saing UMKM, analisis SWOT
menjadi salah satu rekomendasi yang digunakan dimana analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) dapat digunakan untuk mengevaluasi peluang dan
tantangan di lingkungan bisnis maupun di lingkungan internal perusahaan. Untuk memudahkan
pelaksanaan analisis SWOT tersebut, maka perlu dibuat matriks SWOT, dengan
mengkombinasikan antara kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Matriks SWOT
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Matriks Analisis SWOT

Faktor internal KEKUATAN (S) (Daftar KELEBIHAN (W) (Daftar)


Faktor Eksternal semua (Daftar
kekuatan yang dimiliki) semua kelemahan)
PELUANG (O) (Daftar)
(Daftar Strategi SO (Pertumbuhan) Strategi WO (Stabilitas)
Semua peluang yang dapat
diidentifikasi)
ANCAMAN (T) (Buat daftar Strategi ST (Diversifikasi) Strategi WT (Bertahan)
semua ancaman yang dapat
diidentifikasi)
Mengacu pada matriks analisis SWOT di atas, maka dapat diuraikan melalui 4 (empat)
strategi yaitu; Pertama, strategi SO adalah strategi menggunakan seluruh kekuatan untuk
memanfaatkan peluang. Kedua, strategi WO adalah strategi untuk memperbaiki segala
kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Ketiga, strategi ST adalah strategi untuk
memanfaatkan seluruh kemampuan untuk menghindari seluruh ancaman. Keempat, strategi
WT adalah strategi untuk menekan kelemahan dan mencegah semua ancaman.
Tabel 2. Analisis SWOT

Faktor internal KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


Memiliki Segmentasi dan Area Pemasaran Terbatas
Target Pasar Kurangnya Pemanfaatan
Memiliki Lokasi Teknologi Sebagai Kemasan
Strategis Harga Produk Pemasaran Belum
Faktor Eksternal Kompetitif Promosi Cukup Menarik
Produk Kurangnya Pemahaman
Allamong terhadap Strategi Pemasaran.
Memiliki Pelanggan Tetap Kurangnya Pelatihan
Invosi Produk
Pengenalan Produk

740

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
PELUANG (O) Melakukan inovasi produk danMelakukan Pemasaran dan
Produk Dikenal Sebagai Hasil menciptakan produk baru untukMemperkenalkan Produk
Yang Khas. memperkuat posisi kompetitif.ke Luar Daerah dengan
Pengembangan Teknologi Membentuk KarakteristikMemanfaatkan Teknologi.
Memberikan Pemasaran ProdukProduk. Mengamati dan Memenuhi
yang Lebih Luas Melakukan Promosi danKeinginan Pasar dan
Penjualan Produk DapatPenjualan oleh Konsumen.
Dilakukan Secara Online Memanfaatkan Membuat Inovasi Produk
Menciptakan Produk Baru. Perkembangan Teknologi
ANCAMAN (T) Membuat Karakteristik Memperkenalkan Produk ke
Upaya Pelaku Menghasilkan Khas Yang Menonjol Klaster Regional
Produk yang Sama. Pada Produk Menciptakan Kemasan
Menggunakan Merek Dari Melakukan Inovasi Pada Produkdan Produk Inovatif
Merek Terkenal Promosi Berdasarkan Produk Khas.
Produk Tidak Bersaing Dengan Melindungi Produk
Pelaku Usaha Lain
Promosi yang Tidak
Menarik
Berdasarkan matriks SWOT, dapat dirumuskan strategi SO yang dapat direkomendasikan:
1. Melakukan inovasi produk dan menciptakan produk baru untuk memperkuat posisi
kompetitif
2. Membentuk Karakteristik Produk.
3. Melakukan Promosi dan Penjualan dengan Memanfaatkan Perkembangan Teknologi
Inovasi produk menjadi strategi utama bagi UMKM, karena konsumen menginginkan
produk yang nilai fungsionalnya terus berkembang. Pelaku UMKM harus mampu melakukan
survei pasar dan mempersiapkan diri menghadapi perubahan keinginan konsumen. Inovasi
produk harus dilakukan secara rutin. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan ide
inovasi produk. Saat ini penggunaan teknologi informasi seperti internet bukanlah hal yang
baru. Dengan memanfaatkan internet, pelaku UMKM dapat mengakses informasi yang tersedia
di seluruh dunia. Pelaku UMKM disarankan untuk mengeluarkan sedikit biaya untuk
melakukan penelitian dan pengembangan dengan tujuan agar kegiatan inovasi produk berhasil.
Dalam kegiatan ini,
berkualitas dan memenuhi kebutuhan konsumen. Selain itu, dengan menggunakan
teknologi informasi dapat digunakan sebagai media promosi dan penjualan produk, sehingga
daerah-daerah di luar klaster UMKM dapat mengakses produk yang ditawarkan. Keberadaan
UMKM juga dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi perguruan tinggi, sehingga
mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk kemajuan UMKM.
Kelemahan yang sering terjadi pada UMKM adalah kurangnya kepercayaan terhadap
produk yang mereka hasilkan, yang menyebabkan mereka cenderung menggunakan merek luar
negeri untuk produk mereka. Hal ini tidak sepenuhnya salah dari pelaku UMKM sendiri,
namun hal ini juga merupakan bagian dari kontribusi konsumen dalam meremehkan nilai
produk UMKM. Situasi ini semakin diperparah dengan semakin banyaknya persaingan produk
luar negeri yang menyediakan produk tiruan luar negeri dengan kualitas yang lebih baik dari
kualitas produk lokal namun harga yang ditawarkan cukup minim. Dalam situasi seperti ini,
pemerintah dan masyarakat didorong untuk mendukung produk UMKM, sehingga para pelaku
UMKM berani berproduksi dengan menggunakan merek dagang sendiri.
Strategi WO yang dapat direkomendasikan:
1. Melakukan Pemasaran dan Memperkenalkan Produk ke Luar Daerah dengan Memanfaatkan
Teknologi.
741

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
2. Mengamati dan Memenuhi Keinginan Pasar dan Konsumen.
3. Membuat Inovasi Produk.
Produk UMKM cenderung tidak memiliki daya saing dengan produk dari daerah lain

742

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
di luar pengelompokan, dan memiliki konsumen sendiri. Meskipun beberapa produk memiliki
ciri khas tersendiri yang dikenal oleh masyarakat di daerah lain. Namun, kurangnya promosi di
daerah lain menyebabkan masyarakat dari daerah lain kurang mengenal produk tersebut. Tidak
banyak UMKM yang memiliki atau mendapatkan pembinaan. Bagi UMKM yang berada di
bawah binaan instansi tertentu, hal ini merupakan suatu keuntungan, karena dapat mengikuti
berbagai kegiatan promosi yang dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Kegiatan ini
menjadi keuntungan, selain memberikan banyak fasilitas. Namun jangan berkecil hati para
UMKM ini, karena masih ada kesempatan lain. Asalkan para UMKM ini dituntut untuk
berusaha mendapatkan informasi lebih banyak mengenai kegiatan-kegiatan yang dapat diikuti
untuk memperkenalkan produk ke daerah lain. Selain mempromosikan produk, hal lain yang
perlu diperhatikan adalah mengetahui apa yang diinginkan oleh pasar dan konsumen terhadap
produk yang dipasarkan. Pangsa pasar dan keinginan konsumen yang berubah-ubah
menyebabkan kecenderungan siklus hidup produk yang semakin pendek, kebosanan konsumen
terhadap produk yang tidak berubah-ubah, mengharuskan produsen untuk jeli memikirkan
bagaimana cara memperpanjang siklus hidup produk, hal inilah yang menyebabkan produsen
atau pelaku UMKM harus selalu melakukan inovasi terhadap produk yang dimiliki. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah mengetahui pasar dan keinginan konsumen terhadap produk
yang dipasarkan. Pangsa pasar dan keinginan konsumen yang berubah-ubah menyebabkan
kecenderungan siklus hidup produk semakin pendek, kebosanan konsumen terhadap produk
yang tidak berubah-ubah, mengharuskan produsen yang jeli untuk memikirkan bagaimana cara
memperpanjang siklus hidup produk tersebut, hal inilah yang menyebabkan produsen atau
pelaku UMKM harus selalu melakukan inovasi terhadap produk yang dimiliki. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah mengetahui pasar dan keinginan konsumen terhadap produk yang
dipasarkan. Pangsa pasar dan keinginan konsumen yang berubah-ubah menyebabkan
kecenderungan siklus hidup produk semakin pendek, kebosanan konsumen terhadap produk
yang tidak berubah-ubah, mengharuskan produsen untuk jeli memikirkan bagaimana cara
memperpanjang siklus hidup produk tersebut, hal inilah yang menyebabkan produsen atau
pelaku UMKM harus selalu melakukan inovasi terhadap produk yang dimiliki.
Strategi ST yang dapat direkomendasikan adalah:
1. Membuat Karakteristik yang Menonjol Pada Produk
2. Melakukan Inovasi dalam Promosi Produk
3. Melindungi Produk
Banyak produk pelaku UMKM yang memiliki ciri khas berdasarkan klasterisasi UMKM
dan daerah asal UMKM. Banyak pelaku UMKM yang menghasilkan produk yang menjadi ciri
khas daerahnya masing-masing, seharusnya dapat lebih menonjolkan ciri khas daerah tersebut.
Selain itu, melakukan inovasi terhadap promosi yang dilakukan kepada konsumen dengan
menyajikan promosi yang menarik nantinya akan menarik minat konsumen untuk membeli.
Dan jangan lupa untuk melindungi produk bagi para pelaku UMKM dengan membuat merek
dagang, dimana hal ini berguna untuk mencegah karya-karya mereka dijiplak oleh pelaku
UMKM lainnya.
Strategi WT yang dapat direkomendasikan meliputi:
1. Memperkenalkan produk ke Klaster Regional
2. Menciptakan kemasan dan produk yang inovatif berdasarkan karakteristik produk.
UMKM selalu membuat klaster karena beberapa alasan, seperti kegiatan yang dilakukan secara
turun temurun di daerah tersebut, ketersediaan bahan baku dengan sumbernya dan hal lainnya.
Klaster tersebut menjadi sebuah keuntungan, karena konsumen mengenal daerah tersebut dari
743

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
ikon atau ciri khas produknya. Pelaku UMKM yang bekerjasama dengan pemerintah harus
dapat memanfaatkan keunggulan tersebut agar dapat dikenal lebih luas. Pada umumnya
konsumen membeli suatu produk berdasarkan nilai kemasan pada produk tersebut. Hal ini
menuntut para pelaku UMKM untuk dapat menciptakan kemasan yang menarik dan inovatif
untuk menarik minat konsumen membeli produk tersebut. Sehingga dengan melihat

744

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
kemasan produk, konsumen tahu bahwa itu adalah produksi UMKM tertentu. Namun tetap
tidak mengesampingkan kualitas dari produk tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas, maka dapat dirumuskan kesimpulan untuk
menentukan strategi pemasaran bagi UMKM untuk meningkatkan daya saing UMKM tersebut,
antara lain:
1. Analisis SWOT dapat dilakukan untuk melakukan analisis terhadap faktor lingkungan
eksternal dan juga lingkungan internal pelaku UMKM. Selain itu, analisis SWOT juga dapat
digunakan untuk menentukan strategi pemasaran bagi UMKM.
2. UMKM dapat menerapkan strategi pemasaran dengan melakukan inovasi produk,
menciptakan ciri khas produk berdasarkan klaster daerah dan memanfaatkan teknologi
untuk mempromosikan dan menjual produk agar lebih dikenal oleh konsumen di luar klaster
daerah.
3. Strategi WO meliputi pelaku UMKM untuk selalu memperhatikan keinginan pasar dan
keinginan konsumen, keinginan pasar dan konsumen yang berubah-ubah mengharuskan
pelaku UMKM untuk melakukan inovasi pada waktu tertentu. Tidak adanya inovasi pada
produk, maka akan menyebabkan nilai jual dari UMKM tersebut menurun bahkan tidak
memiliki nilai.
4. Menjalankan strategi pemasaran ST memberikan ciri khas yang menonjol pada produk yang
dihasilkan oleh pelaku UMKM dan juga melindungi produk tersebut dengan membuat
merek dagang agar produk tersebut tidak dijiplak oleh pelaku UMKM lainnya.
5. Pemasaran dengan strategi WT, pelaku UMKM dituntut untuk mengenalkan produknya ke
daerah lain di luar klaster agar produknya dikenal tidak hanya di lingkungan klaster.
Kemudian pengemasan produk yang inovatif akan membuat produk menjadi lebih bernilai.

REFERENSI

Alimin, I., Ismail, I., Raduan, R., Jegak. U., Haslinda, A (2012). Hubungan Antara Sumber
Daya Organisasi, Kapabilitas, Sistem Dan Keunggulan Bersaing. Asian Academy of
Management Journal, 17(1):151-173.
Barney, JB, & Zajac, EJ (1994). Perilaku organisasi yang kompetitif: menuju teori keunggulan
kompetitif berbasis organisasi. Jurnal Manajemen Strategis, 15(S1), 5-9.
Bismala (2014), "Analisis Strategi Pemasaran UMKM di Sumatera Utara untuk Meningkatkan
Daya Saing UMKM," Jurnal Pembangunan Perkotaan, vol. 2, no. 2, hal. 126-134, 2014. Burton.
G. (2017). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. New York: Pustaka
Tekan.
Ismail, D., Ahmad, K., Azwardi, M. (2013). Kompetensi Manajerial, Kualitas Hubungan dan
Keunggulan Bersaing di antara Eksportir UKM. Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku,
115:138-146.DOI: 10.1016/j.sbspro.2014.02.422.
Kotler, P., & Keller, KL (2016). Manajemen Pemasaran (15th ed.). Harlow: Pearson Education
Limited.
Lestari, ER (2019). Manajemen Inovasi: Upaya mencapai keunggulan kompetitif. Miskin.
Indonesia UB Press
745

https://ijhess.com/index.php/ijhess/
Jurnal Internasional Pendidikan Humaniora dan Ilmu Sosial (IJHESS) E-ISSN: 2808-1765
Volume 2, Nomor 3, Desember 2022, Hal. 730 -739
Email : editorijhess@gmail.com
Martin, M. (2022). Lima Porter menawarkan cara bagi bisnis untuk menganalisis dan
mengungguli pesaing mereka di pasar. Berita Bisnis Harian Kontributor
Menulis.https://www.businessnewsdaily.com/5446-porters-five-forces.html.
Rahmana, Y. Iriani dan R. Oktarina (2012), "Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah Sektor Industri Manufaktur," Jurnal Teknik Industri, vol. 13, no. 1, hal. 14-21,
2012.
Ramadhan dan FR Sofiyah (2013), "Analisis SWOT Sebagai Dasar Penentuan Strategi
Pemasaran (Studi McDonald's Ring Road)," Media Informasi Manajemen, vol. 1, no. 4,
2013. 4, 2013.
Pakaya, R. (2011). Pengaruh Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen
Transformasi terhadap Keunggulan Bersaing. Inovasi, 3(8):102.
Santono. (2020). Karakteristik Wirausaha, Karakteristik Usaha dan Lingkungan Bisnis Penentu
Keberhasilan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. 13(1)
54-
69,http://journals.usm.ac.id/index.php/jreb
Satria Bangsawan (2015), Manajemen Pemasaran Usaha Kecil Kasus Industri Makanan dan
Ritel, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.
Setyobudi (2007), "Peranan Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)," Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, vol. 5, no. 2,
pp. 29-35, 2007.
Wilantara, R.F., & Susilawati. (2016). Strategi & Kebijakan Pengembangan UMKM (1 ed.).
Bandung: PT Refika Aditama.

746

https://ijhess.com/index.php/ijhess/

Anda mungkin juga menyukai