Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MARIO ANJANI

NIM : TPT201035
TUGAS : TAMBANG BAWAH TANAH

Sistem Rock Mass Rating (RMR) pada awalnya telah dikembangkan pada South African
Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) oleh Bieniawski (1973) berdasarkan
pengalamannya di terowongan dangkal pada batuan sedimen (Kaiser et al., 1986; dalam
Singh, 2006). Klasifikasi geomekanik didasarkan pada hasil penelitian 49 terowongan di
Eropa dan Afrika, dimana klasifikasi ini menilai beberapa parameter yang kemudian diberi
bobot (rating) dan digunakan untuk perencanaan terowongan (Bieniawski, 1973, 1976, 1984;
dalam Nurfalah, 2010). Tujuan menggunakan klasifikasi ini dalah sebagai bentuk komunikasi
para ahli untuk menyelesaikan permasalahan geoteknik. Seperti dapat memperkirakan sifat-
sifat dari massa batuan dan dapat juga merencanakan kestabilitas terowongan atau lereng.
Klasifikasi geomekanik sistem RMR adalah suatu metode empiris untuk menentukan
pembobotan dari suatu massa batuan, yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa
batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng maksimum yang bisa
diaplikasikan untuk hal pembuatan terowongan (Bieniawski, 1973; dalam Nurfalah 2010).
Klasifikasi ini didasarkan pada enam parameter, antara lain sebagai berikut :

 Kekuatan batuan (Rock strength)


Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan secara utuh dapat diperoleh dari Point Load
Strength Index atau Uniaxial Compressive Strengh.  Beliau menggunakan klasifikasi
Uniaxial Compressive Strength (UCS) yang telah diusulkan oleh Deere & Miller, 1968
(Bieniawski, 1984) dan juga UCS yang telah ditentukan dengan menggunakan Hammer Test.
Kekuatan batuan utuh adalah kekuatan suatu batuan untuk bertahan menahan suatu gaya
hingga pecah. Kekuatan batuan dapat dibentuk oleh suatu ikatan adhesi antarbutir mineral
atau tingkat sementasi pada batuan tersebut, serta kekerasan mineral yang membentuknya.
Hal ini akan sangat berhubungan dengan genesa, komposisi, tekstur, dan struktur batuan.

Tabel Klasifikasi Kekuatan Batuan


Gambar Pengukuran dan perhitungan RQD
Gambar Kegiatan Uji Tekan Batuan

Rock Quality Designation (RQD)


Menurut Deere et al., (1967, dalam Hoek, 1995) kualitas massa batuan dapat dinilai dari
harga RQD, yaitu suatu pedoman secara kuantitatif berdasarkan pada perolehan inti yang
mempunyai panjang 100 mm atau lebih tanpa rekahan. RQD dapat didefinisikan seperti pada.
Nama lain dari RQD adalah suatu penilaian kualitas batuan secara kuantitatif berdasarkan
kerapatan kekar.

Jarak diskontinuitas (Spacing of discontinuities)


Diskontinuitas adalah bentuk-bentuk ketidakmenerusan massa batuan, seperti kekar, bedding
atau foliasi, shear zones, sesar minor, atau bidang lemah lainnya. Jarak diskontinuitas dapat
diartikan sebagai jarak rekahan bidang-bidang yang tidak sejajar dengan bidang-bidang
lemah lain. Sedangkan spasi bidang diskontinuitas adalah jarak antar bidang yang diukur
secara tegak lurus dengan bidang diskontinuitas.

Tabel Klasifikasi Jarak Diskontinuitas

Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities)


Kondisi diskontinuitas merupakan suatu  parameter yang terdiri dari beberapa sub-sub
parameter, yakni kemenerusan bidang diskontinuitas (persistence), lebar rekahan bidang
diskontinuitas (aperture), kekasaran permukaan bidang diskontinuitas (roughness), material
pengisi bidang diskontinuitas (infilling), dan tingkat pelapukan dari permukaan bidang
diskontinuitas (weathered).
Tabel Kondisi Diskontinuitas

   Kondisi Airtanah (Groundwater condition)


Air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang bukaan suatu terowongan, sehingga posisi
muka air tanah terhadap posisi lubang bukaan sangat perlu diperhatikan. Kondisi air tanah
dapat dinyatakan secara umum, yaitu kering (dry), lembab (damp), basah (wet), menetes
(dripping), dan mengalir (flowing).

Tabel Kondisi Air Tanah

Orientasi diskontinuitas (Orientation of discontinuities)


Orientasi diskontinuitas merupakan strike/dip diskontinuitas (dip/dip direction). Orientasi
bidang diskontinuitas sangat mempengaruhi kestabilan lubang bukaan terowongan, terutama
apabila adanya gaya deformasi yang mengakibatkan berkurangnya suatu kuat geser.
Orientasi bidang diskontinuitas yang tegak lurus sumbu lintasan terowongan, sangat
menguntungkan. Sebaliknya orientasi bidang diskontinuitas yang sejajar dengan sumbu
lintasan terowongan, akan sangat tidak menguntungkan.
Di lapangan, orientasi bidang diskontinuitas dapat diperoleh dengan mengukur strike/dip
kekar menggunakan kompas geologi. Begitu pula dengan arah lintasan terowongan, dapat
diperoleh dengan mengukur azimuth arah lintasan terowongan menggunakan kompas
geologi.

Anda mungkin juga menyukai